Surabaya, 21 Februari 2009. "Saya mau independent dalam pelaksanaan turnamen nasional. Apa bisa " itulah pertanyaan yang dikemukakan oleh Puji kepada August Ferry Raturandang. Langsung disampaikannya sesuai ketentuan TDP , siapa saja bisa adakan turnamen tenis, baik perorangan, klub, badan usaha, dan Pelti."Silahkan saja." ujarnya. Tetapi dikatakan pula kalau menjadi turnamen nasional (TDP) maka harus didaftarkan ke PP Pelti dan diketahui oleh Pengprov Pelti. Nati PP Pelti yang tentukan petugas Referenya saja, sedangkan yang lainnya silahkan tentukan sendiri.
Banyak informasi dari pelaku pelaku tenis di Surabaya, kalau info yang diterima dari rekan rekan Pelti itu berbeda. " Mungkin mereka di Pelti daerah belum tahu secara benar masalah ini. Jadi tidak perlu kuatir kalau mau selenggarakan sendiri. Pelti akan berterima kasih sekali kalau ada pihak diluar Pelti mau selenggarakan salah satu programnya" ujar August Ferry Raturandang. Disampaikan pula kalau Surabaya sudah harus bangkit lagi karena saat ini baru 1 TDP Internasional yang dimilikinya yaitu Widjojo Soejono-Semen Gresiok. Materi atlet cukup banyak sekali. "Sudah saatnya Surabaya bangkit kembali." ujarnya memberi semangat rekan rekan di Surabaya
Sambil makan siang terdiri dari ikan goreng gurami maupun lain lainnya pembicaraan makin akrab saja. Dengan minum juice sirsak dan juga tahu pong membuat makin maknyus saja.
Melihat keseriusan rekan rekan orangtua ini, August Ferry Raturandang tidak mau melepas peluang yang sudah ada dan juga niat mereka ini janganlah sampai diputuskan karena rantai birokrasi diinduk organisasi Pelti.
August Ferry Raturandang katakan kepada mereka jika lakukan try out ke turnamen turnamen nasional yang diluar Surabaya seperti ke Jakarta, Bandung, Solo dll, maka akan habis berjuta juta rupiah. " Saya bisa sampai Rp. 5 juta untuk 1 anak saja." Melihat kesadaran mereka ini langsung August Ferry Raturandang sampaikan jikalau 3 orangtua kirim anaknya sudah habiskan Rp. 15 juta. Jika adakan turnamen nasional di Surabaya dengan Rp.15 juta ini bisa dinikmati oleh ratusan anak anak Surabaya dan sekitarnya.
Keseriusan mereka menambah semangat August Ferry Raturandang untuk bisa merealisernya dengan cara beri penjelasan penjelasan yang aktual. " Asal tahu saja, saya buat Turnamen Mahakam Samarinda Open 2009 akhir Januari kemarin di Samarinda itu hanya 3 panitianya dan tidak ada sponsor karena bisa dapat lapangan gratis. Nanti di tahun 2009 di Jakarta saya juga akan selenggarakan TDP Yunior tanpa sponsor setiap bulannya. Ini bisa saja asalkan kita tidak iming imingkan hadiah macam macam. Atlet ikut turnamen itu bukan mengejar hadiah. Ini yang paling penting." ujarnya
Langsung disusun pula rencana pertandingannya, diawali tanggal 28 Maret - 3 April 2009 di Surabaya, sedangkan bulan bulan berikutnya akan dilihat kalender TDP yang sudah disusun oleh PP Pelti. Disamping itu pula dibulan Desember akan dilaksanakan Masters Juniornya.
Akhirnya semua jabat tangan karena ada kesepakatan akan selenggarakan turnamen nasional di Surabaya.
Kembali ke Bandara Juanda dengan hati yang puas dan sumpek hari ini sudah bisa hilang. Menuju ke bandara teringat mantan pacar yang kebetulan tinggal di Surabaya, langsung tilpon. " Kok sudah mau pulang baru tilpon ? " Next time better ketemuan.
Tidak disangka sambil tunggu berangkat bisa duduk dikursi ketemu 2 nona keturunan Arab asal Ampenan (Lombok). Awalnya sapa kepada mereka mau berangkat kemana, ternyata dijawabnya ke Mataram. Langsung terjadilah komunikasi dua arah, saling tanya teman2 lama di Ampenan. "Kenal sama Chalid HERABI DI Ampenan.? Ternyata dikenalnya dan kedua nona nona ini masih keponakan dengan salah satu teman sekolah di SMP Mataram, Salim Bager. Dapat nomer tilpon Salim langsung dihubunginya. Ini teman yang sudah 27 tahun tidak ketemu maupun dengar suaranya. Maklum teman kelas 3 SMP Negeri Mataram.
" Salim, ente masih kenal ane ? " tanya August Ferry Raturandang. " Ferry mana." Begitu tahu kalau masih kenal Ongek, langsung dia sebut Ferry Raturandang. Tidak disangka bisa berkomunikasi dengan teman teman lama. " Kapan ente ke Lombok? " ini pertanyaan cukup menarik. Dalam hati lanmgsung ada keinginan selenggarakan turnamen nasional di Lombok, bukan lagi Piala Ferry Raturandang. "Ente tunggu ya, ane datang ke Lompbok."
Kembali ke Jakarta dengan pesawat Lion Air pukul 20.35 dan tiba malam hari dan langsung ambil kendaraan yang diparkir di Senayan dengan bawa oleh oleh dari Surabaya berupa Roti Boy di bandara Juanda untuk kedua cucu tercinta di Jakarta, karena roti boy merupakan salah satu kesenangan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar