Sabtu, 20 April 2019

Apakah ada kasus lagi di Pra PON/PON ?

Jakarta, 20 April 2019. Sejak dikeluarkannya Technical Handbook Pra PON dan PON oleh PP Pelti maka seluruh daerah dimintakan agar mengerti ketentuan yang telah dibuat oleh PP Pelti sendiri. Yang jadi masalah apakah ketentuan tersebut sudah dikirimkan ke daerah daerah peserta Pra PON/PON tersebut. Tetapi seharusnya sudah diedarkan. Sebenarnya edaran dapat dilakukan juga melalui surat atau dipaparkan saat Rakernas Pelti diawal Februari 2019.

Disebutkan entry by number kemudian entry by name sebagai pencantuman nama nama pemainnya dari setiap daerah sehingga oleh PP Pelti langsung bisa dibuatkan daftar daerah yang lamgsung ikut PON yaitu 7 daerah plus daerah tuan rumah mendapatkan hak.

Kalau dibaca Technical Handbook disebutkan entry by name yaitu tanggal 22 Maret 2019. Sedangkan usia peserta minimal sudah berusia 14 tahun saat Pra PON dimulai ( 5 Agustus 2019) yang bisa dibuktikan melalui Kartu Tanda Anggota (KTA) Pelti.

Rabu, 17 April 2019

Tenis Indonesia Perlu Pendekatan Organisasional

Jakarta, 17 April 2019. Begitu besar dukungan orangtua bisa terlihat secara nyata dalam setiap kegiatan turnamen tenis khususnya kelompok umur atau yunior. Setia mendampingi para putra dan putrinya disaat menunggu dipanggil bertanding maupun saat situasi pertandingan putra putrinya alami tekanan dari lawan lawannya.

Tidaklah heran jika muncul kekecewaan disaat putra dan putrinya tidak mencapai harapan dari para orangtuanya. Hal yang wajar jika muncul kekecewaan diakibatkan datang dari prestasi putra dan putrinya belum waktunya menunjukkan kemampuan dirinya. Harus diakui kalau ingin sukses maka ada beberapa unsur sebagai pendukungnya yaitu Displin dan kemampuan.

Kalau bicara disiplin itu mencakup para atlet dan juga pelatihnya . Jadi ada keterkaitan antara atlet dan pelatih. Jika mengharapkan atletnya disiplin tetapi pelatih tidak bisa disiplin maka tujuan kedepan dalam mengejar prestasi so pasti terhambat. Karena pelatih orang yang paling dipercayai oleh atlet atletnya.

Jikalau kecewa terhadap induk organisasi itu yang paling sering didengar karena setiap ada kegiatan turnamen maka komunikasi sudah terjalin orangtua dengan AFR selaku pelaku tenis langsung dilapangan. Komunikasi ini memungkinkan karena peran aktip AFR sendiri dilapangan sering kali bertanya tanya masalah kesulitan didaerah masing masing. Sudah merupakan santapan sehari hari jika keluhan para orangtua terhadap induk organisasi tenis di Indonesia yaitu Persaturan Tenis seluruh Indonesia (PELTI). Baik terhadap Pelti ditingkat Cabang atau Kota/Kabupaten, maupun ytingkat Daerah atau provinsi. 

Tetapi tidak kalah seru adalah keluhan terhadap Pelti tingkat Pusat. Karena saat ini sering muncul keputusan atau kebijakan yang sangat tidak populer. Dianggap ada kepentingan bagi sipemilik kebijakan tersebut.