Jumat, 28 Desember 2018

Bagaimana jadinya kalau Petinggi Organisasi Gagal Paham

Jakarta, 28 Desember 2018. Ada satu pengalaman baru terjadi ketika diajukan suatu fakta kepada petinggi Barisan Atlet Tenis Veteran Indonesia yang baru naik jabatan sebagai orang kedua diinduk organisasi tersebut.. Tetapi karena salah tanggap dikiranya ingin ngerecohin justru langsung menyatakan kalau AFR dianggap LOYALITAS nya diragukan oleh nya.

Kesimpulan kalau bacar chatting nya ada gagal paham yang awamnya yang ditudingkan kepada  AFR yang gagal aham dalam berorganisasi. Itulah fakta yang terjadi. 

Langsung memberitahukan  soal keabsahan organisasi tersebut seolah olah hanya organisasi Barisan tersebut yang sah dimata Pemerintah karena sudah mempunyai AD ART . Dan penyelenggara turnamen veteran lainya diluar organisasinya diangap liar. 
Tetapi karena minim pengalaman karena baru satu dua tahun ikut dalam organisasi olahraga Barisan ini maka sudah merasa super tahu. Langsung juga diingatkan kalau Pelti (persatuan tenis seluruh Indonesia) itu juga sudah punya AD ART dan sudah mendapatkan pengakuan dari Kementrian Hukum dan HAM sebagai badan resmi olahraga tenis di Indonesia.. Dan Pelti terdaftar di KONI Pusat maupun Kemenpora,  

Rabu, 26 Desember 2018

Mimpi Pembinaan Tenis Indonesia

Jakarta, 26 Desember 2018. Bagaimana hasil pembinaan tenis di Indonesia?  Demikian muncul pertanyaan  sehari hari, baik datang dari rekan2 lama maupun dalam diri sendiri. Memang suatu mimpi yang indah jikalau bisa ikut aktip langsung dalam pembinaan tenis di Indonesia. Bukan berarti harus duduk dalam organisasi tenis yaitu Pelti tetapi sebagai masyarakat tenis diluar oragnisasi tentunya bisa berbuat sesuatu karena tenis adalah olahraga individu.

Masalah saat ini adalah mindset pelaku tenis yang harus diubah  karena sudah terlalu cepat puas dan juga berkeinginan semuanya instant. Hal yang tidak mungkin suatu pembinaan olahraga khususnya tenis serba instant.
Terlalu cepat puas untuk mendapatkan hasil. Khususnya jika mengharapkan dana yang sudah dikeluarkan segera dikembalikan sebagai imbal baliknya. Bisa dilihat jikalau ada multi event maka pelaku tenis berlomba lomba baik itu pelatih maupu orangtua atlet, untuk bisa mendapatkan penawaran tertinggi. Ini katanya sebagai imbal balik pembinaan yang sangat butuh modal dana besar. Tetapi apa lacur sudah ketika sudah mendapatkan bonus hasil dalam multi event yang jumlahnya ratusan juta rupiah maka hilang sudah program pembinaan yang selama ini didengung dengungkan kesulitan dana. Seharusnya dana yang didapat sebagai modal investasi pembinaan kedepan. Tetapi harus dimaklumi karena atlet tidak bisa berpikir sebagai manager bagi dirinya dalam pengelolaan dana yang didapat. 
Jika berkeinginan tenis sebagai karier maka mindset sanga atlet juga perlu diubah. Konsentrasi dalam turnamen Po Circuit dimana ada prize moneynya maka turnamen itu ladang pencari nafkah.

Disinilah letak permasalahan sebenarnya. Jika sudah merupakan ' Goals" dari setiap atlet melalui orangtua maupun pelatihnya dimana seharusnya diubah menjadi Go International agar bisa menjadi atlet elite alias internasional. 

Selasa, 25 Desember 2018

Bagaimana Nasib RemajaTenis di 2019 ?

Jakarta, 25 Desember 2018. Menjelang akhir tahun 2018, banyak pertanyaan muncul terhadap kelangsungan pelaksanaan RemajaTenis di tahun 2019. Ini akibat dari ketidak senangan rekan rekan pelaksana turnamen sejenis terhadap perilaku dari petinggi iinduk organisasi tenis di Indonesia. Informasi simpang siur terhadap keinginan rekan rekan untuk menghentikan kegiatan turnamen tersebut di tahun 2019 mendatang , cukup menggoda hatipara orangtua petenis yunior.
Bahkan anjuran agar tetap jalankan program turnamen tersebut karena sebagian besar tidak terlalu peduli terhadap kategiri TDP Junior tersebut. " Kami butuh Turnamen." itulah jawaban mereka.

Ketika ditanyakan kepada August Ferry Raturadang selaku pemekarsa RemajaTenis sejak 2009, maka tentunya timbul keragu raguan karena belum mengenal visi dan misi dari awal tentang RemajaTenis. Langsung dijawab apakah diragukan komitmen AFR tehadap pertenisan Indonesia. " Apakah saya harus istrahat dari pertenisan Nasional ?" ujarnya dilapangan tenis Marinir Cilandak.

Untuk kedepannya so pasti dilihat jadwal keseluruhannya. Tapi harus diakui kalau kelesuan itu juga ada akibat seperti dialami rekan rekan semuanya, tetapi disatu sisi tentunya ingat kembali sejarah lahirnya konsep RemajaTenis maka konsistensi tetap akan dipertahankan juga.
Tetapi ambisai AFR terhadap pelaksanaan RemajaTenis belum mencakup keseluruh Indonesia masih menyala nyala.Karena saat ini baru 22 Provinsi dan Indonesia itu ada 34 provinsi.

Bahkan bermimpi akan juga ikut dalam pembinaan selain turnamen jikalau memungkinkan. Penasaran terhadap hasil selama ini pertenisan Indonesia belum berhasil mendunia. Sudah ada yang muncul dikalangan yunior secara aktip ikuti ITF Junior World Ranking diluar negeri tetapi jumlahnya hanya 2 atlet saja yaitu Priska Nugroho dan Janice Tjen, tetapi untungnya dikelompok putri yang aktip ikuti ITF Pro Circuit sudah ada 3 yang jumlahnya masih termasuk minim, yaitu Aldila Sutjiadi, Beatrice Gunmuya, Jessy Rompies. Yang menyeduihkan justru putranya dimana hanya Christopher Rungkat masih konsisten berkecimpung diturnamen internasional khususnya bertanding gana saja.

" Kemana putra putra lainnya ? ".

Jumat, 21 Desember 2018

Baru 2 Tahun Sudah Mulai Goncang

Jakarta, 20 Desember 2018. Upaya menggeser posisi sesorang didalam organisasi olahraga sering terjadi dengan berbagai cara. Hal seperti ini terjadi juga di dunia Tenis Indonesia.

Terlihat di Barisan Atlet Veteran Tenis Indonesia  yang baru berusia 2 tahun, karena telah memisahkan diri dari PP Pelti.

Jika diikuti dari beberapa bulan lalu sudah mulai terlihat ketidak senangan terhadap rekan sendiri didalam kepengurusan tersebut. Hal ini sering diungkapkan setiap rapat dimana rekan yang dimaksud tidak hadir.  Penyebab ketidak hadiran tidak mau dilihat karena sudah menuju kepada keinginan sekelompok saja bukan kepentingan keseluruhannya.
Memang kalau dilihat sejak ada kegiatan maka mulailah terlihat hal hal yang cukup subjektip akibat ketidak senanganan belaka. Kegiatan apa saja bisa terjadi sebagai sumber ketidak cocokan antar pengurus.

Kurang lebih seminggu yang lalu muncullah kejadian yang kurang etis sebenarnya. Karena dalam rapat resmi  yang sebenarnya mutlak harus diikuti anggota pengurus tetapi masih tampak ada beberapa anggota rapat yang ternyata bukan anggota pengurus. Ini sedikit aneh tapi nyata terjadi.

Bulan September lalu terbentuk tim yang tugasnya mengevaluasi kinerja dari anggota pengurus yang ternyata perlu diganti bahkan ada yang dicoret. Kejadian yang sama juga di PP Pelti dimana sejak 1 Oktober 2018 jabatan sekjen diganti dengan muka baru. Pergantian ini adalah sah sah saja.

Tim yang terdiri dari beberapa person dimana hanya satu saja mewakili bidang organisasi yang seharusnya berperan penuh tetapi ternyata diketuai oleh Ketua Harian Pengurus Pusat.

Sabtu, 15 Desember 2018

Desember Ceria


Jakarta, 15 Desember 2018. Memasuki akhir  tahun 2018 yang mempunyai kenangan manis dalam kehidupan sehari hari khususnya didunia pertenisan Indonesia. Tepat sudah setahun lalu kenangan manis dimulai dari awal Desember (2017). Mulai dari tilpon salah satu rekan tenis yang juga beberapa hari sebelumnya ikut berperan diajang Musyawarah Nasional Persatuan Tenis seluruh Indonesia (PELTI) dikota Banjarmasin, tepatnya 25 Nopember 2017.

Dalam percakapan tilpon disebutkan kalau AFR kena fitnah. Info berkembang dikubu pemenang pemilihan Ketua Umum PP Pelti 2017-2023. AFR dikatakan masuk sebagai tim sukses GW. Yang menyebarkan berita tersebut adalah salah satu pelatih yang dikenal baik oleh AFR.
" Bukan masalah bagi saya. Biarkan saja dan saya tidak berambisi duduk dalam kepengurusan PP Pelti sekarang." ujar August Ferry Raturandang menanggapi pemberitahuan pertilpon tersebut.

Sebelum Munas kedua kubu mencoba mendekati AFR. Yang pertama datang yaitu awal Juli 2017 grup RAA yang sekarang menjadi pemenang Munas. Diundang kerumah orang kepercayaannya  di Bogor. Hasil pertemuan mendapat dukungan kegiatan AFR dalam turnamen RemajaTenis didaerah saat itu di Kalimantan Tengah dalam bentuk sponsor dana. Wajar saja menjelang Munas ikut sponsor turnamen2 tenis yang sedang digandrungi masyarakat sebagai bentuk kepedulian untuk menarik simpati. Ada beberapa turnamen sudah disponsorinya juga selain RemajaTenis. Saat itu AFR hanya beri anjuran kepada salah satu tim suksesnya yaitu kerja keras karena ada alasan  saat itu.dimana peserta Munas adalah utusan Pengda tidak menghendaki calon Ketua Umum datang dari kalangan birokrat. Langsung ditanyakan kapan pensiunnya.

Kamis, 13 Desember 2018

Kriteria Seleksi Atlet Diperbincangkan

Jakarta,  11 Desember 2018. Dalam pertemuan singkat  yang tidak direncanakan antara pelatih tenis dan juga ada mantan ketua umum PP Pelti terjadi dialog yang cukup menarik karena keprihatinannya terhadap dunia pertenisan nasional saat ini.

Kriteria pemilihan pemain untuk masuk dalam tim nasional baik untuk kelompok umur 12 tahun dan keatas dibahas bersama. Sedangkan mantan ketua umum mengatakan dieranya sudah dibuat kriteria kriteria tersebut dan diumumkan jauh jauh hari. Sebagai contoh untuk 2019 maka bulan Oktober 2018 sudah dibuat edaran ke Pengda Pengda kriteria seleksi masuk dalam tim nasional untuk 2019.

Tetapi informasi dari salah satu pelatih mengatakn kalau saat ini sudah ada kriteria kriteria tersbut yang diawali dengan berdasarkan ATP-WTA Tourrank sebagai persyaratan pertama kemudian nomor duanya ITF ranking kemudian PNP  Tetapi yang dianggap lucu adalah ada ketentuan performance selama setahun. Ini yang jadi lebih subjektip. Alangkah indahnya jika keinginan pengurus yang bertanggung jawab kebetulan juga profesi sebagai pelatih aktip bisa diperhalus dengan istilah wild card saja . Karena wild card itu adalah hak penyelenggara.

Yang jadi pertanyaan jika sudah ada kriteria yang dibuat, tetapi tidak disebar luaskan ke masyarakat tenis melalui Pengda Pelti. Sebenarnya website Pelti juga bisa digunakan sebagai sarana komunikasi tercepat. 

Senin, 10 Desember 2018

Peringkat Dunia Petenis Nasional diakhir Tahun 2018 memprihatinkan

Jakarta, 10 Desember 2018. Menutup tahun 2018 perlu juga dievaluasi hasil kerja PP Pelti 2017-2022 yang baru setahun memimpin pertenisan nasional Indonesia. Awal tahun menunjukan tanda tanda positive bagi pertenisan nasional dengan keberhasilan tim Fed Cup, Davis Cup dan ditutup dengan medali emas di Asian Games 2018. Harus diakui kalau sudah lama medali emas belum kembali ke Indonesia tetapi sewaktu jadi tuan rumah petenis nasional bisa memanfaatkan peluang yang didapat. Itu berhasil.

Setelah keluar peringkat dunia baik oleh ATP-Tour maupun WTA-Tour, maka harus mulai membuka mata karena sangat mencengangkan sekali. Belum lagi upaya mengatasi masalah pembinaan  selama ini sudah bertahun tahun petenis Indonesia berteriak teriak jika butuh turnamen internasional baik putra maupun putri. Upaya menggelar ditahun 2018 sudah ada sebagai kelanjutan program PP Pelti 2012-2017
Di tahun 2018 sempat diadakan 6 turnamen ITF untuk putra dan putri . Ini menunjukkan masih meneruskan program yang telah dilakukan oleh PP Pelti 2012-2017. Alangkah indahnya jika ditahun 2019 juga diteruskan dan bisa ditingkatkan jumlahnya. Tahun 2018 sudah 3 turnamen Pro Circuit $ 15,000 untuk putra di Jakarta kemudian ditambah 3 turnamen Pro Circuit untuk putri diselenggarakan di Jakarta. Memang tidak sedikit beaya dikeluarkan untuk keenam turnamen tersebut. Apalagi dilaksanakan untuk selama 3 minggu berturut turut  baik putra maupun putri.

PELTI Ingin Tertib Organisasi

Jakarta, 10 Desember 2018. Organisasi tenis Indonesia dikenal dengan Persatuan Tenis seluruh Indonesia (Pelti) menginginkan tertib organisasi, seperti yang diungkapkan oleh Wakil Ketua Umum PP Pelti kepada AFR saat sore ini berkunjung ke sekretariat PP Pelti Senayan,
Tujuan ke sekretariat PP Pelti ada dua hal yang ingin ditanyakan langsung yaitu masalah SK TDP RemajaTenis Sumsel XVII dan Kalender TDP (tentative) 2019

Disaat berbincang dengan administrator Pertandingan PP Pelti sambil melihat kalender TDP 2019 di komputer muncullah Wakil Ketua Umum PP Pelti yang langsung berbicara kepada administrator Pertandingan PP Pelti. " Semua info keluar harus mendapatkan ijin dari sekjen PP Pelti, kita mau tertib organisasi. Pak Ferry sebagai orang luar belum bisa dapat jika belum dapat ijin dari sekjen PP Pelti. Kecuali pak Ferry dapat bocoran."  Gaya seperti ini bukan hal yang asing bagi AFR

Tertib organisasi memang sudah lama didengung dengungkan oleh Wakil Ketua Umum PP Pelti, hanya yang jadi masalah sekarang apakah kalender TDP 2019 itu juga harus melalui birokrasi seperti hal diatas. Jikalau memang kehendaknya seperti itu maka masyarakat tenis harus sudah siap menerima keterlambatan terus yang tidak habis habis.

Minggu, 09 Desember 2018

Sering Kedaerah Terungkaplah Kinerja Pelti

Jakarta, 9 Desember 2018. Makin sering berkunjung kedaerah makin sering dapatkan informasi tenis didaerah daerah tersebut bahkan bisa juga kedaerah lainnya. Muncul kesadaran masyarakat didaerah akan kebutuhan akan turnamen. Harus diakui saat ini populasi tenis didaerah juga sudah berkembang. Hanya disayangkan induk organisasi tenis didaerah masih sangat lemah kinerjanya. Baik ditingkat Pengda maupun Pengcab. Jarang sekali terlihat kinerja Pengcab lebih baik daripada Pengda tetapi ada saja Pengcab yang lebih aktip dibandingkan Pengdanya.
Kunjungan kedaerah lebih menyenangkan apalagi jika dilakukan kedaerah daerah yang belum pernah dikunjungi. Hal seperti ini menambah ketertarikan bagi pelaku tenis yang memang berniat memajukan tenis didaerah daerah. Harus diakui banyak sekali lips service yang muncul disaat diadakan mpemilihan Ketua baik ditingkat Pusat maupun Daerah dan Cabang.

Tahun 2018, muncul beberapa Pengda sudah lakukan Musyawarah Daerah Pelti dengan memiliih ketua barunya dan bahkan masih ada lagi menunggu kepastian Musda tersebut. Kenapa kelihatan kurang tanggap adakan Musda ataupun Muscab. Kendalanya hanyalah Dana saja sehingga lupa akan kewajiban setelah habis masa berlakunya , harus bisa lakukan Musda ataupun Muscab Pelti.
Sehari yang lalu di Pekanbaru telah terpilih Ketua Pengda Pelti Riau masa 2018-2023, sedangkan Pengda Pelti Jawa Barat masih menunggu waktu yang tepat. Yang dimaksud yang saatadalah menunggukepastian calon Ketua baru. Sehingga tidak lain dibutuhkan dana pelaksanaan Musda tersebut mau dilimpahkan ke calon ketua baru tersbut. Kasihan.
'Setelah terbentuk kepengurusan tersebut, kira kira apa programnya. 

Turnamen Veteran diselenggarakan oleh Baveti dan Pelti

Jakarta, 9 Desember 2018. Tenis di Indonesia saat ini lagi on fire. Kenapa demikian karena jika dilihat didaerah daerah ,meakin semarak kejuaraan tenis VETERAN disamping yuniornya. Siapa pelaksananya, ternyata rekan rekan Pengcab Pelti didaerah daerah tersebut. Mulai di Sumatera kemudian di Jawa pun hampir setiap 2 bulan ada kegiatan turnamen veteran. Bahkan saat RemajaTenis di Blora Jawa Tengah diselenggarakan pula turnamen veteran bersamaan dengan yunior, berkat kerjasama dengan Pengcab Pelti Blora.

Nah, di Indonesia ada 2 badan yang mengurusi tenis Veteran yaitu Pelti dan Baveti. Awalnya dalam kepengurusan Pelti terdapat komite veteran kemudian menjadi badan badan seperti juga dengan badan kepelatihan pelatih Pelti. Tetapi sejak kepengurusan PP Pelti 2012-2017, Badan Veteran yang saat itu bernama Badan Veteran Tenis Indonesia (BAVETI) dihapuskan dalam struktur kepengurusannya. Entah dari mana datang inisiatip penghapusan tersebut sehingga hilang dari daftar pengurus pusat  Pelti. Tetapi Baveti sendiri saat itu masih giat adakan kegiatan kegiatan turnamen sehingga semaraknya tenis di Indonesia tetap mewarnai pertenisan nasional, walaupun di sektor selain veteran saat itu sangat lesu.

Tetapi sejak 2016, Baveti melepaskan diri dari PP Pelti akibat perlakukan yang tidak bisa diterima oleh pengurus Baveti sendiri. Salah satu contoh saat itu, Baveti minta ruangan untuk berkantor sekretariat Baveti ke sekretariat PP Pelti, mendapatkan sambutan tidak simpatik. Akibatnya Baveti langsung menyatakan berdiri sendiri dengan membuat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sendiri. Bahkan kepanjangan Baveti yang awalnya Badan Veteran Tenis Indonesia berubah menjadi Barisan Atlet Veteran Tenis Indonesia. 
Bahkan PP Baveti mendaftarkan ke Kemenhukam RI untuk mendapatkan pengakuannya.

Rabu, 05 Desember 2018

Sikap Sok Tahu

Jakarta, 5 Desember 2019. . Jika Anda mendengar istilah “Sok Tahu “, tentunya punya bermacam macam penafsiran. Bisa negatip dan bisa positip, tergantung lihat dengan kacamata apa. Bahkan jika Anda dikatakan Sok Tahu tentunya punya berbagai sikap. Bisa marah besar tetapi bisa juga justru membanggakan. Kalau saya sendiri justru sering praktekkan dalam kehidupan sehari hari sejak dulu berkecimpung dipertenisan khususnya internasional.
AFR  pribadi sering bersikap “sok tahu” karena tentunya tidak mau dikatakan tidak tahu. Karena dengan “sok tahu”, digunakan sebagai senjata terhadap orang luar (asing), sehingga akan ada respek yang datang dari phak asing. Bisa dikatakan senjata pamungkas terhadap serangan terhadap dirinya.

Sering dalam perjalanan pelaksanaan turnamen internasional, AFR berkomunikasi dengan tenaga tenaga yang ahli dipertenisan dunia. Komunikasi ini bisa digunakan sebagai pembelajaran  terhadap pertenisan internasional.
Jadi sok tahu ini bukanlah AFR gunakan untuk masyarakat tenis Indonesia.
Setiap pelaksanaan turnamen tenis internasional, AFR sering berdiskusi dengan ITF Referee yang datang ke Indonesia. Didalam pembicaraan mengenai peraturan maka disinilah AFR beraksi sebagai sok tahu itu. Dampaknya tenaga ITF tersebut jadi respek bahkan sampai saat ini komunikasi dengan ITF Referee jika punya kesempatan bertemu.

Kejadian muncul  adu argumentasi dengan petugas ITF Referee diturnamen Men’s Futures di Balikpapan (Mr. Puneet Gupta) . Sewaktu dipertanyakan dalam pembicaraan telpon saat itu  Referee mengatakan tidak bisa. Tapi karena penasaran juga, esoknya di Kemayoran ada Women’s Circuit dimana Refereenya berbeda dan maka kesepatan bertnaya akibat penasaran dengan jawaban Referee di Balikpapan, maka  ingin dapat jawaban secapatnya.

PNP Dikelola Pihak Ketiga ??

Jakarta, 5 Desember 2018. Pelti telah mengeluarkan salah produknya adalah Peringkat Nasional Pelti atau PNP. Setiap Turnamen Diakui Pelti (TDP) menghasilkan angka angka masuk kedalam PNP. Setiap Referee ditugaskan melaporkan hasil TDP ke PP Pelti dalam waktu 3 hari setelah pelaksanaannya. Dikirim langsung ke PP Pelti 
Yang jadi pertanyaan saat ini sebelum dikeluarkan secara resmi harus diketahui dulu oleh penangung jawab PNP.

Dulu sempat PNP dikeluarkan oleh salah satu wasit yang cukup kompeten soal perkomputeran karena jebolan sekolah komputer. Kebijakan ini di tahun 2012-2017.  Walaupun dikerjakan oleh pihak ketiga tetapi yang berhak mengeluarkan secara resmi tetap PP Pelti.

AFR pernah diminta oleh masyarakat tenis agar membuat Peringkat sendiri tetapi dengan pertimbangan agar tidak membingungkan masyarakat sendiri maka permintaan tersebut ditolak. Cukup hanya satu saja peringkat nasional tenis yaitu oleh PP Pelti.

Yang jadi pertanyaan sekarang, justru website Pelti PNP yang dicantumkan diwebsite resmi Pelti sangat terlambat. Bisa dibayangkan saat ini yang keluar PNP 1 April 2018.
Tetapi kalau didunia maya bisa didapatkan PNP terakhir yang justru lebih update dibandingkanPP Pelti. Justru pihak ketiga salah satu website bisa mengeluarkan PNP tersbut. Hal seperti ini sangatlah membahayakan PP Pelti sendiri karena bisa jadi dibuat keinginan sponsor maka bisa berabe.

" Dari mana Pelti Dapatkan Dana ? "

Jakarta, 5 Desember 2018. Ada satu pertanyaan muncul fari masyarakat tenis di Indonesia. " Dari mana Pelti mendapatkan dana? "  Karena dipikiran masyarakat tenis kalau Pelti mendapatkan dana rutin dari Pemerintah. Idealny begitu, tetapi ada kira2 49 Cabang Olahraga di Indonesia. Aktivitas setiap cabang olahraga berbeda beda. Ada yang bisa memanfaatkan dana Pemerintah sebaik mungkin,

Bantuan Pemerintah sudah pasti ada, hanya saja apakah dana tersebut bisa mengatasi beaya operasional cabang olahraga. Seperti Pelti, setiap tahun terima dana sekitar Rp 80 juta khusus untuk dana sekretariat. Ada yang merasa cukup tetapi untuk Pelti yang mempunyai akitivitas cukup tinggi tentunya tidak bisa tinggal diam. 
Bisa dibayangkan Pelti sendiri beaya operasional saja mencapai Rp 25 juta perbulannya. Mungkin sekarang bisa lebih besar. Itu beaya sekitar Rp 25 juta terjadi 7 tahun silam.

Ada suara miring justru kehadiran  dua yayasan yang dibnetuk sejak tahun 1990 yaitu Yayasan Pengembangan Olahraga Tenis Indonesia (Yaporti) dan Yayasan Mitra Kencana. Saat ini kedua Yayasan tersebut kurang jelas peranannya terhadap Pelti. Jika Yaporti sudah dikenal hasilnya dengan keberadaan dari Pusat Tenis Kemayoran yang saat ini sudah tidak berbekas karena menjadi Athlete's Village sewaktu Asian Games dan Asian Paragames 2018. Dana telah terkumpul mencapai miliaran sedangkan Mitra Kencana sepertinya terkubur tanpa terlihat aktivitasnya atau peranannya terhadap pertenisan nasional yang sangat butuh dana besar.

Melihat contoh dari International Tennis Federation (ITF) sumber dana didapat justru dari kegiatan turnamen disamping ada iuran anggota ITF yang besarnya berbeda beda tergantung kemampuan setiap National Association. Karena ada dampak lainnya jika hendak meminta VOTE . Pelti sendiri saat ini jika tidak berubah telah mendapatkan 5 Vote. Ini pengaruhnya jika ada pemilihan President ITF. Jadi setiap negara beda Votes. Dan keuntungan lainnya adalah bantuan kembali ke setiap negara tergantung besar kecilnya Votes tersebut.

Selasa, 04 Desember 2018

Ketelitian Referee Sangat Dibutuhkan

Jakarta, 3 Desember 2018. Disetiap pelaksanaan turnamen nasional khususnya kelompok yunior, sering terjadi hal hal yang sebenarnya bisa diatasi jika ada kerjasama maupun ketelitian bagi panitia dengan petugas Referee selaku penanggung jawab yang ditunjuk oleh PP Pelti.
Di tahun 2008, ada 2 kasus yang masuk dalam laporan langsung kepada August Ferry Raturandang dari lapangan disaat setelah undian dilakukan oleh Referee. Kedua kasus ini terjadi di kota yang sama, yaitu Bandung.. Koordinasi antara petugas Referee dengan Panitia dibawah komando Direktur Turnamen sehingga tujuan awal melayani petenis sebagai peserta agar tidak dirugikan bisa terealiser dengan baik. Jika hal ini dilakukan dengan baik, maka tidak perlu terjadi peserta yunior sudah merasa mendaftar dengan telah membayar entry fee tetapi namanya tidak ada di draw yang sudah dikeluarkan keesokan harinya. Disini perlu ketelitian bagi seorang Referee, sebelum dilakukan undian sebagai tugas mutlaknya ditempat (referee on site), maka pengecekan nama nama peserta sudah harus dilakukan sendiri.
Kasus pertama yaitu sewaktu turnamen internasional yunior Oneject Indonesia akhir Juni 2008. Ada 4 petenis putra asal Jepang sudah hadir ditempat tetapi tidak ada namanya di draw yang dibuat Referee. Masalahnya adalah keempat petenis tersebut sudah membayar dan ada bukti buktinya,sedangkan ada 4-5 tempat kosong (bye) dibabak kualifikasi tersebut. Kenapa bisa terjadi demikian. Referee merasa tugasnya hanya di persiapan undian yaitu dialkukan sign-in, sedangkan bendahara melalui tugas Direktur Turnamen menerima uang masuk. Banyak pihak terutama petugas Referee merasa tidak perlu atau tidak mau tahu apakah peserta sudah bayar atau belum. Jika hal ini yang terjadi maka menunjukkan tidak ada kerjasama yang baik dengan Panitia dan Referee. Hal ini tidak perlu terjadi, jika Referee mau kerjasama dengan baik. Hal ini sering dilakukan Referee asing yang bertugas di Indonesia. Kerjasama ini selalu ditonjolkan, bukan berarti panpel bisa mengatur tugas Referee.

Sebaiknya RemajaTenis dikembangkan

Jakarta, 3 Desember 2018 "Sebaiknya RemajaTenis dikembangkan." ujar rekan Johannes Susanto   kepada saya disiang yang indah ini diawal tahun 2010. Memang keinginan mengembangkan bukan hanya RemajaTenis tetapi juga ke turnamen tenis lainnya sudah ada didalam pemikiran selama ini . Bahkan saya sudah mulai mengembangkan turnamen turnamen diluar DKI Jakarta, dan Puji Tuhan sudah beberapa daerah mau mengikuti anjuran saya.
Yang jadi masalah semua ini saya kerjakan sendiri, mulai dari membuat konsep sampai persiapannya. Tapi inilah seninya, untuk mengisi waktu luang bisa berbuat sesuatu.

Suatu saat diawal tahun 2010  sayapun menerima telpon dari rekan Muhammad di Tarakan. Dia itu kalau tidak salah Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kotamadya Tarakan. Keinginan Muhammad menyambut baik inisiatip saya agar dikota Tarakan diselenggarakan lagi turnamen yunior skala nasional. Konsep saya dengan RemajaTenis bisa diterimanya. Memang kota Tarakan setiap tahun selenggarakan turnamen internasioal Women's Circuit dan tahun lalu pernah selenggarakan turnamen nasional yunior.

Sepengetahuan saya, setiap daerah punya keinginan yang sama hanya bedanya mereka itu tidak tahu bagiamana caranya. Sebagai contoh setelah saya perkenalkan Remaja Tenis di Medan, hari ini saya juga terima SMS dari Medan salah satu rekan yang juga pengurus Pelti kota Medan. Minta ijin mau selenggarakan Remaja Medan Bangkit seri kedua dengan menggunakan nama Remaja Medan Bangkit-2. Bagi saya bukan masalah karena kepentingan tenis di Medan itu lebih penting daripada kepentingan sendiri.

Optimalkan Potensi Pengcab Pelti

Jakarta, 4 Desember 2018. Mengoptimalkan potensi Pengcab Pelti sebagai salah satu solusi atas mandeknya pembinaan tenis di Indonesia. Di era otonomi daerah saat ini sudah bisa memanfaatkannya. Kenapa anjuran ini harus dilakukan. Karena induk organisasi tenis yaitu Persatuan Tenis seluruh Indonesia alias Pelti telah memiliki Pokok Pokok Program Kerja untuk 5 (lima ) tahun mendatang.Program Kerja ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas pertenisan di Indonesia dalam rangka menunjang sumber daya manusia pada umumnya. Pelaksanaan program kerja selama 5 tahun dirinci dalam rencana  kegiatan operasional tahunan serta pelaksanaan kegiatan insidential lainnya, Oleh karena itu pokok pokok program kerja ini harus dapat dilaksanakan secara simultan dan integral oleh semua jajaran Pelti dengan menggunakan prinsip prinsip koordinasi, informasi dan kesederhanaan,

Pelti bertanggung jawab sebagai administratr, regulator, fasilitator dan juga sebagai event organizer kegiatan.

Seperti telah diketahui kalau ada Pengurus Pusat Pelti, Pengurus Daerah Pelti dan Pengurus Cabang Pelti. Nah, PP Pelti sebagai komando dan Pengda ada 34 sedangkan Pengcab ada 514 sesuai dengan banyaknya Kabupaten dan Kotamadya yang ada.

Senin, 03 Desember 2018

Bagaimana Caranya agar efisien

Jakarta, 3 Desember 2018. Muncul satu pertanyaan datang mengenai bantuan Pemerintah terhadap Induk Organisasi cabang olahraga Tenis selama ini. Semua pihak bertanya tanya sampai dimana peranan Pemerintah dalam mendukung kegiatan Induk Organisasi Olahraga di Indonesia. Karena tentunya induk olahraga ini sebagai NGO atau LSM yang selama ini ada bantuannya dari Pemerintah melalui Kemenpora.
Sudah pasti bantuan tersbut pernah diperbincangkan bersama Ketua Umum PP Pelti saat mendapatkan sambungan tilpon langsung dibulan Nopember lalu. Ketika era Martina Widjaja selaku Ketua Umum PP Pelti dikatakan adanya Yayasan Pengembangan Olahraga Tenis (Yaporti) cukup membantu kendalan dana bagi PP Pelti. Tetapi saat ini tentunya PP Pelti tidak ada jalur khusus kecuali mendapatkan sponsor dari rekan rekan yang ada.
Yang jadi pertanyaan adalah bagaimana keadaan Yaporti dan Yayasan Mitra Kencana yang keduanya keberadaannya sampai saat ini masih ada dan dana yang dihimpunyapun masih ada.

Dari pertanyaan diatas harus diakui kalau dana operasional Pelti sendiri sangat besar jika dibandingkan dengan bantuan Kemenpora, sehingga harus ada upaya mencari dana mengatasi kesulitan budget operasional Pelti.
Kebanggan ada karena sampai saat ini PP Pelti masih boleh berkantor di Gelora Bung Karno. Ini bukan berati tanpa bayar, tetapi tetap ada seanya yang cukup besar.

Minggu, 02 Desember 2018

Apakabar KTA Pelti dan PNP ?

Jakarta, 2 Desember 2018. Disaat bertanya ke petinggi PP Pelti tentang Kartu Tanda Anggota  (KTA ) Pelti maka akan mendapatkan berbagai jawaban. Kenapa pertanyaan ini muncul karena KTA Pelti (versi baru) sudah cukup lama dikeluarkan tetapi baru diedarkan kepada anggota PP Pelti saja. Nah yang jadi pertanyaan begitu lamanya belum beredar ke masyarakat tenis. KTA Pelti versi baru itu ada keistimewaannya tidak seperti KTA yang dikeluarkan PP Pelti era 2002-2012. Istimewanya kali ini kerjasama dengan Bank BRI sehingga KTA Pelti itu bisa digunakan sebagai pembayaran elektronik, Jadi sudah mode saat ini kartu angota seperti INAPGOC itu bekerjasama dengan Bank Mandiri sehingga ada isinya bisa digunakan untuk e-toll.

Waktu awal kepengurusan sempat diberi masukan untuk mempercepat pencapaian ke masyarakat tenis yang sebagi pengguna terbesar adalah peserta TDP. Yaitu melalui turnamen turnamen pendafataran KTA Pelti baru. Ini kerja mulai dari nol, karena dulu sudah pernah dikeluarkan sekitar 3.000 an lebih KTA Pelti. Pentingnya saat itu keberadaan KTA adalah agar tidak memberatkan peserta TDP Nasional untuk membawa Akte Kelahiran putra putri mereka sehingga jika sudah memiliki KTA maka tidak dibutuhkan lagi membawa Akte Kelahirannya. Resiko besar kalau bawa akte kelahiran tersbut. Maka dengan cara mempercepat keluarnya KTA maka dilakukan pendaftaran melalui setiap penyelenggara. Saat itu semua fotocopy akte kelahiran diperiksa maka dalam 6 (enam) bulan bisa ditemuksan ekitar 30 an pemalsuan akte kelahiran petenis yunior Indonesia.

Official Ball Pelti ??????

Jakarta, 2 Nopember 2018. Ketika pertanyaan langsung kepetingi PP Pelti masalah nama dari Official ball Pelti saat ini, maka keluar jawabannya adalah HEAD tennis balls. Ini sudah menjelang akhir tahun 2018 sedangkan selama tahun 2018 sudah cukup banyak bola yang digunakan dalam TDP Nasional di Indonesia. Coba dilihat dari data TDP Nasional 2018 ada bola bola tenis yang digunakan seperti Babolat, Dunlop, Nassau, Shine, Yonex. Jikalau digunakan dalam kegiatan TDP Nasional maka otomatis bola tersbut diakui sebagai official ball Pelti. Karena yang memiliki TDP Nasional adalah PELTI (Persatuan Tenis Seluruh Indonesia). Yang dimaksud Pelti disini adalah mulai dari Pengurus Pusat kemudian Pengurs Daerah dan akhirnya Pengurus Cabang .

Apakah Pelti sendiri kecolongan terhadap masalah ini. ? Ini suatu pertanyaan tersendiri.

Pelti melakukan pendataan bola bola tenis mulai era Ketua Umum PB Pelti Moerdiono (alm) saat itu ketua komite pertandingan Martina Widjaja. Dikumpulkannya produsen bola untuk disosialisasikan masalah ketentuan Sanction Ball Pelti yang bisa digunakan sebagai promosi bola tersebut kepada konsumen. Ini alat promosi bagi produsen bola. Jadi ada win win solution. Idea ini muncul karena sebagai pedagang Martina Widjaja bisa menyampaikan kepada produsen bola. Saat itu setiap produsen bola yang mau diakui sebagai bola resmi Pelti dikenakan beaya Rp 10 juta saja dan kewajiban memberikan bola gratis kepada TDP  . Saat itu yang diakui sebagai bola resmi Pelti adalah DUNLOP,  NASSAU,  TENS , POIN , INDOBALL dan WILSON . Saat itu kalender TDP Nasional dibagikan dan dibagi rata kewajiban produsen bola untuk sebagai sponsor bola di TDP

Kemudian beberapa produsen mulai mundur karena masalah internalnya seperti TENS, INDOBALL dan POIN. Kemungkinan gulung tikar karena produknya tidak kelihatan dipasarannya Ternyata sampai saat ini yang bertahan adalah Dunlop dan Nassau.

Kinerja Pelti masih Amburadul

Jakarta, 2 Desember 2018. Melihat aktivitas pertenisan Indonesia saat ini cukup cerah sehingga banyak hal yang perlu diperbaiki. Diawali dengan masalah organisasi didalamnya mulai dari tingkat Pusat sampai ke Daerah maupun Pengcabnya. Penggunaan teknologi masa kini diperkenlakannya website induk organisasi Pelti yang sudah muali diperkenalkan 20 tahun silam. Hanya saja ganti kepengurusan maka ganti pula webhostingnya.
Walaupun sudah dikenal masyarakat tenis tetapi tetap saja mulai 2018 dengan kepengurusan baru webhostingnya. Sehingga menuenya tentu berbeda. Tetapi yang penting ada isi baik daam bentuk foto dengan sangat minim beritanya. Tapi harap dimaklumi saja. Karena makiin canggih website maka makin besar beayanya.
Yang timbul pertanyaan sampai saat ini setelah setahun lebih 7 hari terpilih di Musyawarah Nasional Pelti (MUNAS) yang tepatnya 25 Nopember 2017 di Banjarmasin, belum muncul juga revisi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Pelti sebagai amanat MUNAS Pelti tersebut Bisanya dalam amanat Munas diberi waktu 3 (tiga) bulan , tetapi sampai saat ini beluma da juga pengesahan revisi AD ART Pelti untuk dipakai sebagai landasan kerja PP Pelti kedepan. Akibatnya bisa terlihat betapa kesan amburadul yangmuncul kepermukaan. Sempat direncanakan sebagai ajang pengesahan AD ART Pelti di Munaslub bulan Juli 2019 tetapi ternyata dibatalkan
Saat ditanyakan langsung ke wakil ketua umum PP Pelti dapat jawaban akan dilaksanakan bersamaan dengan Rakernas Pelti 2019.  Ketika dikatakan kesulitan dana untuk Munaslub maka tidak  dijawabnya cukup dengan senyum.