Rabu, 11 Februari 2009

Hilangkan Kesempatan dan Keberuntungan


Jakarta, 11 Februari 2009. Seminggu ini cukup hangat dengan berita berita dimedia massa tentang tidak ikut sertanya petenis putri papan atas di turnamen nasional Cigna Open 2009 di Jakarta. Siapakah petenis papan atas putri itu. Ternyata yang dimaksud adalah Sandy Gumulya, Ayu Fani Damayanti, Lavinia Tananta. Kemanakah mereka ? Kemarin ketemu di Press Conference Tim Fed Cup Indonesia di kantor PP Pelti di Senayan.

Ketiga petenis tersebut bersama Jessy Rompies baru kembali dari Perth Australia mengikuti Kejuaraan Dunia Beregu Putri Fed Cup by BNP Paribas zone Asia Oceania grup 1 dan berhasil menjadi peringkat 4 . Sesuai dengan targetnya.

Apa sih yang diributkan ? Yaitu penyelenggara Turnamen Cigna Open kecewa tidak diikuti oleh ketiga petenis tim Fed Cup. Turnamen ini telah memasuki tahun ke-10 pelaksanaannya. Kenapa demikian ? Melepas kesempatan mendapatkan uang melalui turnamen ini dengan prize money total Rp. 280 juta. Begitu juga rekan rekan PP Pelti yang sangat menghendaki ikut di turnamen ini.
Tetapi kenapa mereka tidak dipaksakan ikut seperti pendapat rekan rekan dari luar PP Pelti. Terlepas dari alasan ketidak ikutsertaan, PP Pelti sangat menghormati sekali atlet tenis. Lihat kepada Pokok pokok program kerja PP Pelti 2007-2012 jelas ada disebut program kemandirian sebagai puncak dari seluruh program yang seperti kerucut. Paling dasar adalah program kepelatihan kemudian paling atas adalah program kemandirian. Artinya setiap atlet ditujukan menjadi atlet profesional. Sehingga sangat menghormati hak azasi atlet sendiri.
Pernah ada yang menanyakan kepada August Ferry Raturandang, kenapa atlet yang tidak mau membela nama negara tidak dihukum. Ini pertanyaan muncul karena ditahun 1990-1992 pernah kejadian salah satu petenis Joice Riana Sutedja asal Cirebon dikenakan sangsi hukuman 2 tahun diskors oleh Pengurus Besar Pelti. Hanya karena Joice lebih mementingkan program tour turnamennya ketika diminta bergabung ke tim nasional yang ditolaknya. Ini kekeliruan yang telah dibuat sehingga saat itu juga Joice meninggalkan dunia tenisnya bersama adiknya Diana Sutedja. Keduanya sekarang kembali ke kota asalnya yaitui kota udang CIREBON dan telah berumah tangga. Informasi di Cirebon mengatakan Joice masih aktip main tenis tetai Diana sudah tidak pernah bemain tenis di lapangan SAKAPURA.
Menurut August Ferry Raturandang yang semenjak tahun 2002-2007 kepengurusan PB Pelti dan dilanjutkan periode 2007-2012 PP Pelti duduk sebagai Wakil Sekjen, sering bergaul dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PELTI. Walaupun bukan berlatar belakang hukum, tidak menemukan pasal pasal yang bisa menghukum atlet jika menolak bergabung. Hal yang sama juga pernah ada petenis nasional tidak mau bergabung dengan tim Davis Cup Indonesia, oleh PP Pelti tidak dikenakan sangsi.

Jadi melihat progra kemandirian dan juga AD & ART Pelti yang sangat menghormati hak dari atlet tenis, maka tidak ada alasan yang kuat untuk bisa menghukum atlet tenis.
Mengenai kasus diatas, tentunya PP Pelti hanya bisa menghimbau kepada atletnya saja.

Pelti sangat sulit mendapatkan sponsor, sehingga segala upaya akan diberikan kepada sponsor agar tidak kecewa. Tetapi dalam hal ini sudah tidak bisa berbuat apa apa.Hanya bisa menyayangkan sekali, atlet tenis tidak mau memanfaatkan kesempatan yang ada didepan mata begitu juga atletnya kehilangan keberuntungan yang bisa didapat dari turnamen ini dengan hadiah uang cukup besar, tanpa keluar beaya besar dibandingkan harus bertanding jeluar negeri

Tidak ada komentar: