Kamis, 12 Februari 2009

Piala Ferry Raturandang Minta di Matikan


Jakarta, 12 Februari 2009. Beberapa minggu silam saya sedikit kaget dan terkejut ketika diminta untuk menghentikan turnamen Piala Ferry Raturandang digantikan dengan turnamen dengan nama lain. Alasannya disebutkan ada conflict of interest. Padahal saat ini sedang menggalakkan turnamen tenis yunior didaerah daerah terutama daerah yang sangat dan amat minim turnamen tenis yunior. Bisakah Anda bayangkan bagaimana perasaan saya saat itu. Bukan Pelti yang minta dihentikannya. Induk organisasi tenis PELTI tidak mungkin menghendaki turnamen ini dihentikan karena turnamen ini merupakan salah satu program pengembangannya. Turnamen yang diselenggarakan oleh pihak luar non Pelti tentunya akan dapat respons positip dari induk organisasi Pelti. Turnamen Persami(pertandingan sabtu-minggu) yang sejak tahun 1996 dijalankan sendiri setiap bulannya secara rutin diselenggarakan sampai saat ini dan setelah itu menggunakan nama Piala Ferry Raturandang karena permintaan salah satu orangtua peserta dan sekarang sudah memasuki ke 63 kalinya di Cirebon. Kota kota yang sudah dijalankan program Persami (Piala Ferry Raturandang) ini langsung sendiri turun di Palembang, Cilegon, Bandung, Jakarta, Sidoarjo, Singaraja , Manado, Balikpapan, Palangka Raya dan Cirebon. Saat itu ada perasaan marah, tetapi karena yang minta adalah salah satu teman sendiri maka hanya senyumlah yang bisa diberikan. Ya, senyum kehancuranlah.

Beberapa tahun lalu memang ada permintaan yang lebih bijaksana yaitu agar dibuatkan turnamen nasional (TDP) Piala Ferry Raturandang sebagai peningkatan turnamen Persami. Bukan sebaliknya. Tetapi permintaan itu saya tolak karena nama Piala Ferry Raturandang sudah identik dengan turnamen Persami sebagai solusi minimnya turnamen dimana Piala Ferry Raturandang bisa berlangsung tanpa sponsor. Bahkan semangat selenggarakan Persami sudah ditularkan kepada rekan rekan lainnya baik di Jakarta, Jawa Tengah, Surabaya, Medan, Lampung, Makassar sudah dijalankan walaupun tidak rutin setiap bulan.
Kalau mau masuk ke turnamen yang kelasnya lebih tinggi (TDP) maka namanya bukan Piala Ferry Raturandang tetapi akan menjadi TDP Piala RATURANDANG asalkan mendapat sponsor. Saya sabar menunggu datangnya sponsor TDP tersebut. Saya yakin dan percaya suatu saat mimpi saya bisa dapatkan sponsor sehingga membawa nama Piala Jooce RATURANDANG sebagai penghormatan tehadap ayah sendiri yang telah membawa saya dan adik2 ke tenis.

Bagaimana mungkin Piala Ferry Raturandang dihilangkan sedangkan saat ini petenis yunior sangat membutuhkan sarana turnamen. Makin banyak petenis sebagai new comer ditingkat grass root sangat butuh ajang bermain ini untuk meningkatkan kecintaan terhadap pemainan tenis ini. Ada kepuasan tersendiri jika adakan Piala Ferry Raturandang seakan akan tetap muda saja. Bisakah Anda bayangkan, anak anak, kedua orangtuanya kalau panggil saya adalah OM, tidak ada yang panggil OPA kecuali anaknya Aga Soemarno. Begitu pula jika berjalan jalan ditempat umum jika ada yang panggil Om Ferry, so pasti anak anak itu peserta Piala Ferry Raturandang. Kalau keponakan sendiri sudah besar besar bahkan sudah berkeluarga. Nah, inilah yang tidak akan didapat kecuali di turnamen tenis yuior Piala Ferry Raturandang.

Menurut saya sendiri , mungkin Jakarta sudah tidak perlu diadakan Piala Ferry Raturandang, karena sudah banyak rekan rekan seperti Sekolah Tenis KTC (Kemayoran),Rasuna Club, YBTA, hanya agak tersendat sendat pelaksanaannya. Yang menjadi pertanyaan, kenapa mereka ini tidak bisa rutin seperti yang saya lakukan. Menurut saya mereka ini sangat tergantung kepada sponsor, dan juga tidak menyelami dalam menjalankannya. Disamping itu pula pelaksnaannya terlalu banyak orang yang dilibatkan. Makin banyak orang yang dilibatkan maka makin ribet.
Saya sendiri tidak mau tergantung kepada sponsor, karena jika ada ketergantungan disuatu saat sponsor berhenti (karena tidak ada sponsor yang akan kerjasama terlalu lama), maka akan ada kesulitan. Sedangkan saya menyadari kalau turnamen itu adalah kebutuhan bagi atlet tenis khususnya petenis cilik atau yunior, bahkan yang senior sekalipun. Bagaimana dengan Piala Ferry Raturandang selama ini, apakah pernah dapat sponsor ? Memang pernah yaitu dari INDOMILK, OREO, INDOBALL dengan berikan produk susu Indomilk kue Oreo dan bola tenis Indoball. Tetapi pernah juga menerima uang kontan dari Bapak Jahja T Tjahjana dari Bandung dan langsung dibelikan voucher isi ulang Simpati, XL, Mentari dan M3 yang diberikan kepada pemenang turnamen Piala Ferry Raturandang

Setiap jalan jalan keluar kota, saya selalu menawarkan kerekan-rekan didaerah turnamen Piala Ferry Raturandang, asalkan dikota tersebut ada 3-4 lapangan dalam satu lokasi. Kenapa satu lokasi butuh minimal 3-4 lapangan karena lebih mudah selenggarakannya.
Begitu tahu mereka bisa dapatkan sponsor maka langsung ditawarkan selenggarakan turnamen nasional yunior. Ya, Puji Tuhan karena sudah ada hasilnya yaitu turnamen nasional yunior d Pekanbaru, Samarinda,Balikpapan dan Tarakan. Sedang menunggu giliran di Tenggarong, Cirebon dan Tegal. Semoga semua keinginan saya ini bisa terealiser sehingga petenis yunior dikota kota tersebut bisa meningkatkan prestasinya.
Saya tidak mau terjadi seperti sewaktu saya masih yunior, karena waktu itu hanya ada turnamen nasional yunior di Malang, Bandung (Pasir Kaliki sudah digusur) dan Jakarta (sekarang Tm Ismail Marzuki) saja. Zaman sudah berubah.

Tidak ada komentar: