Kamis, 26 September 2019

Petenis Muda Perlu Diajarkan Etika

Jakarta, 27 September 2019 . Pagi ini terima tilpon dari Kuching oleh salah satu rekan lama dari Pontianak Putera yang melaporkan soal tingkah laku petenis muda Indonesia yang sedang bertanding di Kuching saat ini,
Mulanya ditanya apakah AFR sekarang duduk di PP Pelti, kemudian setelah diberitahu bahwa salah satu petenis muda Indonesia N.J.A sering mengeluarkan kata kata jorok waktu bermain. " Murid siapa dia?"

Waduh persoalan kata kata jorok itu tentunya datang dari sekelilingnya. Tidak mungkin datang dari orangtuanya, tentunya datang dari sekelilingnya. 
Ternyata informasi datang juga dari rekan seperguruan tenis anak itu juga ada bersikap demikian. Waduh, sudah sedemekian gawatnya soal etika tidak ditanamkan oleh pembinanya.

Tentunya anak ini tidak sekolah sehingga tidak tahu mana yang baik dan mana yang tidak baik Disinilah kelemahan atlet kita dalam hal didikan diluar sekolah, kelihatannya belum siap dengan home schooling, karena banyak demi prestasi tenis sampai meninggalkan sekolah, sebenarnya hal itu tidak perlu dilakukan,

Kamis, 12 September 2019

AD ART Pelti 2017-2022 Sudah Didistribusikan

Jakarta, 12 September 2019 Acara syukuran dan doa pelepasan Tim Davis Cup Indonesia dilakukan di jalan Talang. Menteng Jakarta , sempat ikut menghadiri setelah mendapat undangan dari Tournamet Director Davis Cuo Susan Soebakti yang juga adalah wakil Sekjen PP Pelti.

Ketika bertemu dengan waketum PP Pelti sempat disampaikan kedada AFR soal AD ART Pelti 2017-2022 yang dipermasalahkan. " Sebenarnya AD ART itu sudah ada di website Pelti cuma karena websitenya sedang perbaikan, Begitu juga AD ART Pelti 2017-2022 sudak kami kirimkan kesuluruh Pengda ." ujar Waketum PP Pelti begitu semangat nya. Tetapi ketika dikatakan AFR bahwa Nusa Tenggara Timur belum menerimanaya, " Coba cek kembali ke Pengda.".

Rada penasaran juga antara percaya dan tidak percaya atas penjelasanan tersebt AFR sempat beritahukan berdasarkan penemuan dilapangan, Seperti di Palembang , surat Pengda  ternyata masih menggunakan kop surat Persatuan Tenis lapangan Indonesia. Kemudian di Bantul menemukan Pengcab Pelti Ngawi salah kop suratnya. Belum lagi di tingkat Pengca lainnya kalau mau ditelusuri sekalian

Selasa, 10 September 2019

Mana AD ART Pelti 2017 - 2022

Jakarta, 10 September 2019 , Saat berada di Bantul , ternyata menemukan bahwa kepanjangan PELTI masih salah ditingkat Pengcab / Pengkot/Pengkab Pelti. Kenapa bisa terjadi demikian, Kita tidak bisa saling menyalahkan apakah Tingkat Pengurus Pusat atau Pengurus Daerah/ Pengprov. Tetapi biasanya kita mulai ditingkat Pusat.

Era sekarang sebenarnya sudah sangat mudah mencari informasi, Ternyata muncul nya dari PP Pelti  2017 hasil Munas Banjarmasin yang sampai saat ini belum dimasukkan ke website Pelti, Pusat infiormasi resmi, bukan situs situs lainnya 

Kepengurusan sudah berjalan sejak dilantik Januari 2018 sampai saat ini belum terealiser. Sejak Munas 2017 ada revisi AD ART yang seharusnya bekerja 3 bulan, Kemudian disahkan dalam MUNASLUB, Dan Munaslub sudah terjadi akhirJanuari 2019. Tetapi belum juga keluar, saat ditanya ke sekretariat dapat jawaban masih ditangan legal dept, masih ada kemungkinan revisi ulang. Kok bisa dimana sudah disahkan dalam Munaslub masih direvisai lagi, Impossible menurut tata cara organisasi. Terkesan kerja amburadul, semau gue istilah Betawi 

Dari sini bisa terlihat cara kerja PP Pelti masih amburadul, Akibatnya penemuan penemuan dilapagan istilah PELTI banyak yang salah.

Rabu, 04 September 2019

AFR : Flash back Kejadian Kejadian mulai Januari 2019

Jakarta 4 September 2019 Keadaan AFR kelihatan menurun pada akhir Agustus 2019 , Kenapa setiap kali bertemu trekan tenis komennya kok kurus banget. Memang kurus banget karena berat badan hanya 57 kg yang awalnya 70 kg.

Diawali 4 Januari 2019 sewaktu menerima undangan main tenis dr, Bonar Nainggolan di Taman Mini Indenesia Indah (TMII) oleh rekan yang sudak sekitar 7 tahun tidak berkominikasi.
Ini pelajaran yang terlupakan dan sudah pernah terjadi 2 kali sebelumnya yaitu waktu SMA di Bogor dan sewaktu Outbond INAPGOC 2018 bulan Juli 2018 dikaki gunung Salak yaitu lupa SARAPAN.

Waktu itu Kamis 3 Januari hanya makan siang jam 17.00 dan tidak makan malam lagi Kemudian esok harinya tidak sarapan karena kejar waktu , Sewaktu selesai main tenis sama rekan rekan yang baru pertama kenal kalau tidak salah perwira POLRI, tanda tanda sudah mulai kelihatan yaitu keluar keringat dingin karena angin dianggap hal yang biasa, Kemudian saya seperti kejadian dua kali sebelumnya pesan minum teh manis urusan beres. Kekurangan gula darah 

Duduk lah dibawah pohon sambil menunggu teh manis, Belum datang tehnya tiba tiba badan ambruk kemeja. Oleh rekan ditidurkan kebangku, Begitu sadar terlihat rekan rekan sibuk kaki dipijat dan badan dipijat sambil terdengar suara rekan saya seorang dokter " Kalau ngantuk dilawan dan coba berbicara terus." itu anjurannya. Terpaksa keluar suara kepada mereka yang cukup merepotkan rekan rekan dan sebagainya. Setelah beberapa puluh menit kemudian merasa sudah kuat dan duduk kembali sambil minum teh manis yang dipesan, Oleh rekan dokter ini diceritakan waktu pertama kali ambruk dikatakan kalau sudah berusia 70 tahun ini yang perlu dilakukan pukul dadanya untuk merangsang denyut jantung pukullah dipunggunya jangan didadanya,
Tidak lama setelah minum teh manis ternyata badan ambruk lagi atau dua kali pingsan , Ditidurkan lagi agar sadar kembali

Marilah Kita Luamgkan Waktu Kita Untuk Tenis Indonesia

Jakarta, 4 September 2019, Pemain sering mengeluh masalah sponsor dimana Pelti hanya bisa mendukung dalam doa, Kita harus akui untuk berprestasi butuh turnamen, dan turnamen itu adalah tingkatannya . Baik itu turnamen yunior maupun diatas nya kelompok umum. Masih untung untuk yunior dimana turnamennya berjenjang ada turnamen tiga hari seperti yang dikembangkan RemajaTenis dan ada Turnamen 7 hari dibandingkan kelompok umum disamping jumlahnya sedikit dan kalau ada bisa dihitung jari ditangan. Bagaimana nasib petenis kelompok yunior setelah jadi mahasiswa sudah sebagian besar jadi pemain tenis rekreasi saja.

Sekarang kita lihat prestasi atlet putra kecuali Christopher Rungkat harus kita puji dalam  upayanya mengejar prestasi keluar negeri karena didalam negeri sulit didapat, Bisa dihitung dengan jari jumlah turnamen internasional dalam negeri.

Begitu pula petenis putri patut diangkat jempol sudah mulai ikuti jejak Christhoper Rungkat yaitu Aldila Sutjiadi, Beatrice Gumulya, Jessie Rompies. Kok bisa ? Dimana ada kemauan pasti ada jalan, Begitulah ucapan bijak.

Kenapa petenis lainnya tidak bisa mengikutinya. Disini bisa dibiang mind set orang tua dan petenis nya perlu dirubah. Cara berpikir mereka kalau dapat yang gampang kenapa cari yang sulit.
Artinya kalau ada turnamen didalam negeri kenapa musti keluar negeri. Sulit dapat prestasi (karena Kalah melulu) uang pun tidak didapat, Kalau tidak ada, maka turnamen TARKAM pun jadi. 

Kenapa putri kita bisa berjalan lancar . Mereka manfaatkan dana persiapan PON atau dana Persiapan SEA Games . Ini dianggap rezeki bagi orang tua dengan adanya PON mendikung prestasi anaknya. Tapi sebagian besar petenis kita dengan adanya PON justru tidak menggunakan dana transfernya untuk prestasi 

Turnamen itu Untuk Siapa

Jakarta, 4 September 2019 . Ada pertanyaan muncul turnamen dibuat  itu untuk siapa. Kita bahas  satu persatu dimana inti nya untuk pemain, sponsor, pembinaannya. Kita membuat turnamen internasional baik itu yunior atau senior itu untuk atlet tuan rumah. Tetapi justru ini belum semuanya dipahami oleh atletnya, Kenapa oleh atletnya ? Kesempatan ikut turnamen itu belum sepenuhnya diketahui oleh petenis kita.  Contohnya ada turnamen international yunior ditinggalkan oleh atletnya demi mengejar Pekan Olahraga Daerah didaerah nya, Kenapa begitu bisa terjadi. Disinilah tujuan jadi atlet jadi kabur, Siapa yang dirugikan, Bisa dijawab adalah SPONSOR turnamen tersebut dimana bisa menghadirkan babak final sebagai tontonan jadi batal.
Turnamen itu bisa juga diadakan untuk kepentingan Sponsor karena bisa dipakai sebagai alat publikasi dari sponsor. Dan juga turnamen adalah wadah show room bagi pembinaannya.

Turnamen itu untuk atlet tuan rumah, dimana juga diikuti petenis tetangga, yang juga beaya bagi atlet diluar daerahnya menjadi besar dibandingkan tuan rumah. Ini penting selalu dipahami oleh Pengurus Pelti setempat atau club club tenis yang ada, Terbuka juga sponsor diberikan tempatnya,