Sabtu, 31 Desember 2011

Susun action plan 2012

Jakarta, 31 Desember 2011. Menjelang akhir tahun dimana kita menyadari waktu yang lalu harus diingat saja dan harus puas melihat prospek kedepan untuk tenis sebaiknya harus dibuat sedemikian agar tetap meriah sambil mengisisi kekosongan waktu luang.

Masa depan yang sebenarnya adalah "perwakilan" dari waktu saja. Bisa dianggap sebagai suatu yang belum jelas dan bahkan tidak ada garansinya. tetapi sebagai umat Tuhan kita harus optimis menghadapinya.
Ditahun 2011, saya secara pribadi beranikan diri selenggarakan suatu kegiatan bukan turnamen yaitu pelatihan pelatih (ITF Level-1 coaches course) yang merupakan salah satu program ITF maupun PP Pelti. Sewaktu malam apresiasi tenis Indonesia dihotel Menara peninsula, saya bertemu dengan rekan Atet Wijono selaku Ketua BP3 (Badan Pengelola Pelti Pelti). Oleh rekan Christian Budiman langsung ditembaknya Atet karena saya tahun 2011 selenggarakan ITF Level-1 Coaches Course di Jakarta. "Kalau orang bikin kepelatihan pelatih seharusnya BP3 beri bantuan dong, bukan sebaliknya." ujarnya didengar juga oleh Alfred Henry Raturandang selaku sekretaris BP3. Sayapun senyum senyum saja karena saya dikenakan beaya Rp. 100.000 per peserta. Memang seminggu yang lalu saya melunasi kewajiban saya ini, karena saya menganggap apa yang diminta BP3 itu tidak wajar. Kenapa, karena BP3 tidak membuat kepelatihan tersebut sedangkan saya ditahun 2011 sudah buat 2 kali. Selama ini BP3 kalau buat kepelatihan ini tunggu dapat sponsor dulu sedangkan saya tidak perlu cari sponsor baru bisa adakan kepelatiahn tersebut. Saya sebenarnya sanggup bikin 3 kali setahun karena keinginan peningkatan pelatih itu datang dari pelatih sendiri yang sering disampaikan langsung. Disinipun Atet tidak banyak bicara karena saya tahu dia itu koncudu sekali.

Menghadapi tahun 2012 sayapun akan melebarkan aksi saya selain adakan turnamen RemajaTenis, sayapun akan membantu induk organisasi yang cukup banyak programnya tapi belum dijalankan dengan baik oleh bidang bidangnya. Tetapi so pasti akan menuai kritik juga datang dari rekan sendiri. Bayangkan saja bikin RemajaTenis saya masih diteror alias tidak disenangi oleh rekan lainnya. Tapi karena tujuannya positip , untungnya masih didukung oleh Ketua Umum PP Pelti. Apa saja sih yang mau dijalankan, tunggu saja tahun 2012.

Selamat Tahun Baru 2012

Kamis, 29 Desember 2011

Lolos Ke PON, what next ?

Jakarta, 29 Desember 2011. Setelah selesai pelaksanaan PRA-PON di Palembang dimana telah lolos 4 provinsi baik putra dan putri. Yaitu Kalimantan Barat, Aceh, Papua Barat dan Bali untuk putra. Sedangkan Bali, D.I.Y, Kalimantan Selatan dan Lampung untuk putri.
Nah setelah lolos apakah cukup puas dengan kondisi seperti ini. Saya teringat dengan beberapa daerah diawal tahun 2011 dimana saya hanya bisa berikan nasehat agar mereka bisa ikut Pekan Olahraga Nasional. Ini karena perubahan ketentuan peserta dimana ditekankan usia 21 tahun sehingga membuka peluang bagi daerah daerah bisa ikut PON. Banyak daerah belum pernah ikuti PON sehingga peluang terbuka disaat ada perubahan ketentuan berdasarkan hasil Rakernas PELTI di Jakarta. Dan daerah tersebut berhasil lolos langsung karena atletnya memiliki Peringkat Nasional Pelti (PNP).
Nah jikalau daerah tidak mempunyai rencana menghadapi PON maka akan alami kesulitan.

Sayapun mencoba menyadarkan setiap daerah untuk lakukan sesuatu atau "do something" agar di PON nantinya tidak alami kesulitan dan bisa masuk 4 besar alias medali perunggupun bisa didapat.
Caranya, ya ikuti saja sebanyak turnamen nasional. Tapi jangan lupa Turnamen nasional untuk kelompok umum itu ssngat minim di Indonesia.
Jadi, sebaiknya buat saja turnamen nasional sendiri di kotanya dengan sediakan prize money serendah mungkin. Selama ini kalau daerah saya tawarkan adakan turnamen maka selalu membuat dengan prize money ratusan juta. Memang untuk menarik petenis nasional datang, itu betul. Tapi akibatnya petenis tuan rumah hanya muncul di babak kualifikasi saja atau pemain wild card dan babak pertama tumbang.
Agar tidak menarik atlet nasional kekotanya maka sediakan saja prize money serendah mungkin, misalnya Rp. 10 juta saja, maka petenis nasioanl sekelas Christopher Rungkat tidak akan datang. Tetapi yang pasti petenis yang ikut PON akan berdatangan untuk menaikkan PNP mereka.
Dengan budget yang kecil maka atletnya sendiri bisa menikmatinya. Yang jadi masalah sekarang kalau daerah buat Turnamen tenis selalu budgetnya sampai ratusan juta rupian. Disinilah masalahnya. Kenapa harus habiskan dana sebesar itu, ya karena mereka menurut pendapat saya kurang memahami. Mau irit bisa saja.

Kapan istrahatnya

Jakarta, 29 Desember 2011. Sekembali dari Solo setelah jalankan tugas sebagai Ketua Panpel Tenis Asean Paragames 201, terasa badan sangat capek sekali, bisa dilihat dari turunnya berat badan saya sampai 6 kg. "Saya baru sadar setelah menimbang sendiri dirumah. Belum lagi kadar gula dalam darah juga meningkat. Ini yang menyebabkan badan suka lemas dan nafsu makan meningkat". Tapi yang paling penting dan saya sadari adalah kurang tidur. Bisa dibayangkan saja kesibukan saya dimulai September 2011 sampai pertengahan Desember 2011. Mulai dari pelaksana invitasi Garuda Indonesia Soft Tennis 2011 di hotel Sultan Jakarta kemudian Garuda Indonesia Champs di Jakarta dan Palembang dilanjutkan ke Piala Gubernur Sumsel sebagai test event baik untuk tenis maupun soft tennis di Palembang. Dilanjutkan lagi ke BII Wheelchair Indonesia Open diakhir Oktober dikota Solo. Istrahat beberapa hari sudah kembali lagi ke Palembang untuk SEA Games 2011. Sekembali dari SEA Games istrahat seminggu dan kembali lagi ke Palembang awal Desember 2011 untuk Pra-PON. Selesai Pra PON istrahat sehari di Jakarta dan sudah berangkat lagi ke Solo untuk Asean Paragames 2011. Dalam 2-3 bulan ini, saya bolak balik Jakarta ke Palembang, kemudian ke Solo dan balik lagi ke Palembang dstnya.

Saya mencoba dihari Natal mematikan semua handphone saya karena ingin istrahat dari kegiatan rutin saya, walaupun saya tahu so pasti selama saya mematikan handphone saya akan banyak pihak yang mencarinya. Jadi saya pergi ke Bandung bersama keluarga dan kedua cucu. Tepatnya tanggal 28 Desember 2011, pagi pagi sudah ditilpon rekan Christian Budiman untuk bermain tenis. Maka berangkatlah saya kelapangan tenis Senayan untuk latihan tenis. Dilapanganpun Soebronto Laras bertanya kemana aja dua hari tilponnya off. " Ke Bandung."
Saya dicari karena tanggal 29 Desember sedang persiapkan acara Malam Apresiasi Tenis Indonesia di Hotel Menara Peninsula Jakarta.

Rabu, 21 Desember 2011

"Saya akan tanya langsung ke INASPOC"

Jakarta, 21 Desember 2011. Ada satu protes dilakukan kepada saya selaku ketua Panpel Wheelchair Tennis di Asean Paragames 2011 dikota Solo. Yang protes adalah salah satu anggota Panpel yang saya dari awal belum kenal betul orangnya, bahkan sejak saya tiba di Solo tidak pernah yang bersangkutan melapor kehadirannya tetapi tetap ada dan saya tidak melihat dia itu bekerja. Ini dihari terakhir pertandingan tetapnya disaat mau terima honornya. "Saya ini dalam SK yang diterbitkan kepanitiaannya ada sebagai koordinator. Tetapi kenapa honor saya sama dengan anggota saya." Waduh ini dia, memang sebelumnya saya juga menerima keluhan dari anggotanya yang sangat sibuk sedangkan koordinatornya ongkang ongkang kaki begitu. Jadi pertanyaan yang sama dari anak buahnya bertanya kenapa juga honornya sama tapi tidak kerja.

Sewaktu saya sampaikan dan tunjukkan budget yang saya buat,saya kemukakan kalau sewaktu budget dibuat dan sudah disetujui SK tersebut belum keluar. Artinya budget keluar sebelum SK keluar. Dan ketika saya sebutkan dalam budget itu panitia inti hanya 6 orang dimana nama dia tidak termasuk dalamnya diapun masih belum puas.
"Saya akan tanyakan langsung ke INASPOC." ujarnya karena banyak temannya duduk dalam kepanitiaan INASPOC tersbut. Memang kalau dilihat dengan cabang olahraga lainnya saya satu satunya ketua Penpel yang berasal dari luar kota Solo yaitu Jakarta.
"Silahkan saja Anda bertanya. Hanya saya sayangkan kenapa baru sekarang Anda berkomunikasi dengan saya. Sebelumnya tidk." ujar saya kepadanya. Saya perhatikan dia itu setiap pagi kalau saya briefing tidak pernah hadir
.

Pandangan Picik Petinggi setempat

Jakarta, 21 Desember 2011. Ada satu kejadian dipertenisan daerah dimana pola pikir rekan di induk organisasi khususnya daerah sangatlah tidak mendukung pertenisan Indonesia. Ini salah satu hambatan kemajuan tenis daerah. Disalh satu daerah atau provinsi ada ketidak cocokan antara petinggi induk organisasi tenis denga pelaku tenis. Saya sendiri mendapat masukan dari kedua belah pihak. Awalnya sewaktu berada di Palembang saya dihubungi oleh petinggi tersebut. Disampaikan agar tidak menerima keinginan salah satu pelaku tenis didaerah tersebut untuk selenggarakan turnamen tenis. Ini trada aneh menurut saya sendiri tetapi saya tidak mau berdebat karena rekan satu ini mantan salah satu petinggi salah satu instansi.
Dikatakan kalau pelaku tersebut bertujuan politik untu mencari massa didalam Pilkada. Padahal saya dengar juga dari rekan lainnya kalau mereka ini telah mendapatkan sponsor untuk pelaksanaan turnamen tenis. Kemudian sayapun diberi masukan kalau pelaku tenis ini ditolak oleh petinggi Pelti setempat.
Aneh karena menurut aturan Pelti sendiri yang dicantumkan dalam Ketentuan TDP (Turnamen Diakui Pelti) kalau siapapun bisa selenggarakan TDP tersebut mulai dari perorangan, klub atau instansi dan Pelti sendiri. "Jadi tidak ada alasan untuk melarangnya."
Inilah salah satu kendalan didaerah jika ada petinggi Peltinya berpandangan seperti ini, akibatnya sulit bisa mendapatkan turnamen tenis didaerah tersebut.
Sayapu diminta untuk selenggarakan turnamen (non TDP) dikota tersebut. Sayapun punya alasan menolaknya, karena tahu akan watak dari petinggi Peltis etempat yang cukup arogan. Kemudian sayapun mencari tahu kenapa sampai terjadi hal seperti ini. Dapat masukan kalau petinggi Pelti ini berkeinginan selenggarakan turnamen tersebut artinya dana sponsor itu dserahkan kepada Pelti sehingga bisa jalankan turnamen. Disinilah masalah tersebut muncul. Karena sepengetahuan saya banyak sponsor yang kecewa dengan aturan seperti ini.
Sayapun justru menganjurkan agar pihak non Peltilah yang lebih baik selenggarakan turnamen sendiri sebanyak mungkin. Dengan begini maka seharusnya Pelti berterima kasih ada pihak non Pelti yang mau menjalankan salah satu program Pelti.

Sewaktu saya berada di Solo dalam rangka Asean Paragames 2011, saya menrima telpon dari petinggi Pelti daerah tersebut yang menanyakan keberadaan salah satu karywan Pelti disana. Saya langsung katakan kalau turnamen tersebut bukan TDP Nasional artinya tidak ada surat penunjukkan pegawai Pelti tersebut. Artinya keberadaan tersebut sebagai pribadi. Langsung ditanggapi kalau pengurus Pelti provinsi tersebut sangat tersinggung karena dianggap keberadaan karyawan Pelti tersbut menupakan utusan PP Pelti. Inilah yang saya sayangkan kalau petinggi Pelti sendiri berpikiran demikian. Kapan bisa memajukan daerah tersebut yang sampai saat ini daerah tersebut belum pernah ada TDP Nasional..

Acara Tarian sebelum Acara penyerahan medali

Jakarta, 20 Desember 2011. Mengemas suatu pertandingan baik nasional maupun internasional sebenarnya beda beda tipis. Tetapi mengemas pertandingan SEA Games 2011 ada beberapa catatan kecil selama ini di Jakabaring. Sedemikian rapinya dibuat perencanaannya tetapi ada saja hal hal yang bisa merubah secepatnya sehingga kadang kala menjengkelkan. Tetapi karena menginat akan kekompakan dalam satu tim maka sayapun tidak banyak koemntar.

Dalam saya menangani kegiatan tersebut , sayapun mendelagasikan pengaturan acara UPP (Upacara Penghormatan Pemanang ) sayapun serahkan kepada rekan saya sendiri yaitu Christian Budiman agar bisa mengatur acara tersebut. Sayapun mempercayakan sepenuhnya walaupun kadang kala didalam pembicaraan ada saja yang ikut mengganggunya.

Sewaktu di Solo dalam mengemas acara Asean Paragames, saya mendapatkan idea agar diselipkan acara kesenian. Langsung sewaktu mendapatkan kawan yang bisa mencarikan, maka sayapun langsung melemparkan inisiatip ini.
Maka diaturlah waktunya t\yang tepat. Setelah mendapatkannya maka acara UPP Asean Paragames Wheelchair Tennis langsung saya gunakan sebelum penyerahan medali diselingi dengan tarian Bali. Hal ini mendapatkan kritik pula tetapi tidak langsung dilontarkan kepada saya. Setelah itu sayapu menjadi puas juga karena acara UPP berjalan lancar, kecuali ada acara penaikan bendera Thailand sebagai juga macet ditengah. Pelajaran yang saya dapatkan di Solo dibandingkan Palembang. Di Solo petugas UPP ternyata belum berpengalaman tidak seperti di Palembang.

Selasa, 20 Desember 2011

Beda aturan Multi event dengan Single event

Jakarta, 20 Desember 2011. Ada perbedaan besar dalam menangani pertandingan tenis dan pertandingan tenis kursi roda diajang multi event SEA Games. Jika unuk single event yang sudah pernah saya laksanakan di Jakarta maupun Solo, masih mirip dengan pertandingan tenis (able body) biasa. Saya mulai melihat perbedaannya seaktu saya mendapatkan kepercayaan menjadi Ketua Panitia Pelaksana Wheelchair Tennis (Tenis Kursi Roda). Perbedaan muncul khusus untuk multi event sepetri SEA Games dan untuk disable body disebut ASEAN Paragames yang baru selesai di kota Solo Jawa Tengah. Tepatnya tanggal 15-19 Desember 2011.
Keduanya tetap mengacu kepada Rules of Tennis dan Rules of Whelchair Tennis yang tidak banyak perbedaannya yang jelas didlam hal pantulannya saja. Yaitu untuk wheelchair tennis bola boleh dua kali mantul dimana pantulan pertama harus didalam lapangan permainan.
Untuk Asean Paragames ada ketentuan lain yaitu mengacu kepada aturan yang dibuat oleh APSF (Asean Para Sport Federation) yang merupakan asosiasi olah raga cacat se Asean. Dalam acuannya disebutkan semua peserta harus diperiksa dulu tingkat kevavatannya oleh classifier yang sudah ditunjuk oleh APSF. Khususnya kelas QUAD oleh aturan ITF disebutkan harus ada sertifikat Quad yang dikeluarkan oleh ITF. Seluruh pertandingan internasional yang mempertandingkan kelas Quad pesertanya harus memiliki sertifikat Quad dari ITF.
Salah satu atelt tuan rumah hampir tidak dibolehkan ikut pertandingan Quad menurut kacamata classifier tersebut. Tetapi akhirnya bisa juga setelah melalui perdebatan kecil.

Minggu, 06 November 2011

Tugas kemana mana, Solo , Jakarta, Palembang

Jakarta, 6 Nopember 2011. Jika dilihat akhir akhir ini kesibukan saya cukup melelahkan sekali. Dimulai dari minggu awal Oktober di Palembang harus hadir sebagai wakil direktur turnamen Garuda Indonesia Champs 2011 yang merupakan kombinasi Men's Futures ($ 15,000) dan Women's Circuit ($ 25,000), kemudian dilanjutkan dengan Kejurans Piala Gubernur Sumsel 2011 yang berakhir tanggal 16 Oktober 2011. Kembali ke Jakarta sudah menghadapi International Junior champs yang dipercayakan kepada tim saya yaitu RemajaTenis sebagai pelaksana. Yang berakhir 24 Oktober 2011. Setelah itu saya harus ke Solo untuk melaksanakan BII Indonesia Open Wheelchair Tennis Champs 2011 yang berlangsung 28-30 Oktober 2011. Ini event cukup penting bagi pertenisan kursi roda Indonesia karena turnamen internasional tenis kursi roda yang pertama dilaksanakan di Indonesia. Pilihannya kota Solo karena pelatnas Tenis Kursi Roda yang dipersiapkan menghadapi Asean ParaGames 2011 ( SEA Gamesnya penyandang cacat) yang akan berlangsung 14-22 Desember 2011 di Solo.
Setelah Solo, saya harus ke Manado untuk turnamen nasional yunior yang berlangsung 1-6 Nopember 2011. Tapi saya selama selenggarakan BII Indonesia Open ini mengalami peristiwa yang tidak bisa dilupakan adalah tidak tidur selama 2 malam, dana tidak merasa lelah. Dan disini muncul kekuatiran saya sehingga saya tidak berani menreuskan perjalanan ke Manado. Istrahat dulu di Jakarta.
Setelah itu 4-5 Nopember 2011 saya harus hadir di CDM Meeting sebagai persiapan Asean ParaGames di Solo. Berangkat 3 sore dan kembali 6 Nopember 2011.
setelah itu sudah harus terbang lagi ke Palembang untuk persiapan SEA Games 2011, karena selain sebagai Ketua Panpel SOFT Tennis saya juga diminta ikut membantu Panpel Tenis yang dipegang Aga Soemarno. Ini berarti mulai 7 Nopember 2011 sampai 22 Nopember 2011 saya harus berada di Palembang.
Awal minggu Nopember ini selain kedua kegiatan diatas saya sebenarnya diundang ke Bali karena ada event akbar WTA Commonwealth Classic berlangsung mulai 3-6 Nopember 2011. Rasanya kaki hanya dua tetapi kegiatan dalam minggu yang sama ada 3.

Sabtu, 05 November 2011

Akibat dipijat badan nyaman terus

Solo, 4 Nopember 2011. Saat ini berada di Solo dalam rangka CDM Meeting untuk kegiatan Asean Paragames 2011 yang merupakan SEA Games dari penyandang cacat. Kebetulan saya dipercayakan sebagai Ketua Panpel.Acaranya sendiri mulai 3-5 Nopember 2011 di Hotel Sunan Solo.
Saya teringat ada satu peristiwa di Solo yaitu saat sebagai penyelenggara BII Indonesia Open Wheelchair Tennis Champs dilapanga tenis GOR Manahan Solo.
Waktu itu tepatnya tanggal 28-30 Oktober 2011. Saya keteu dengan salah satu rekan yang menawarkan diri sebagai tenaga pelatih fisik. Dia ingin agar bisa menjadi pelatih fisik tim nasional PSSI. Disebutkan kalau dia bisa melatih sebelum bertanding pesepakbola itu staminannya bisa bertahan selama 2 x 45 menit dilapangan. Begitulah ocehan promosinya dimana saya tidak serius mendengarnya.
Kemudian oleh dr. Bobby Syahrudin dianjurkan saya dipijit sama dia. Memang saat itu saya ada masalah dengan leher saya dimana kalau melihat kesamping harus dengan seluruh badan. langsung ditangani dengan bail. Mulai dari kali diinjak telapak kaki. Dia sendiri kaget kok tidak sakit. "Artinya masih bagu." begitulah komentar sipemijit.
Setelah itu saya duduk dilantai dengan kedua tangan ditarik kebelang kemudian badan saya diinjak injak sepeti totok kebadan tertentu. Setelah itu kepundak untuk perbaiki leher saya yang sudah kaku. Badan terasa nyaman, dan leher sudah ada perubahan.
Keesokan harinya baru terasa ada yang aneh. Yaitu semalam saya idak bisa tidur karen tidak ngantuk. Saya pikir karena makan malam sampai kenyang. Begitu juga esok harinya saya sepanjang hari biasanya kaki suka pegal pegal karena banyak jalan dengan keliling lapangan untuk mengontrol keadaan pertandingan. Kenapa tidak capek dan tidak ngantu. Pulang hotel sedikti ngantuk disore harinya tetapi begitu tidur ternyata tidak ngantu sampai besok paginya. Waduh, kok bisa begini. Dan selama dua hari juga saya tidak bisa tidur dan tidak ngantuk sama sekali.
Ngantuknya baru muncu di hari Minggu 30 Oktober 2011 ketika pulang ke Jakarta sampai rumah jam 23.00. Akhirnya bisa tidur karena ngantuknya berat sekali...

Kamis, 03 November 2011

The show must go on

Solo, 3 Nopember 2011. Minggu lalu saya berhasil selenggarakan turnamen internasional Wheelchair Tennis atau tenis kursi roda. Tepatnya 28-30 Oktober 2011 di lapangan tenis GOR Manahsn Solo.Saya cukup bangga karena tercata dalam sejarah pertenisan Indonesia diselenggarakan turnamen internasional Indonesia Open seperti yang dikehendaki rekan rekan petenis kursi roda selama ini memimpikan diadakannya Indonesia Open di Indonesia. Wacana ini sudah lama muncul, tetapi saya tidak bisa berbuat banyak.

Tahun ini sebenarnya tahun keberuntungan menurut saya. Dua bulan sebelumnya saya dihubungi oleh rekan dari Bank Internasional Indonesia atau BII. Yang menghendaki kegiatan turnamen tenis kursi roda internasional di Indonesia. Langsung saya tangkap peluang ini. "Kapan lagi, disaat sulit sponsor ada yang datang. Ini tidak boleh disia siakan."
Sebelumnya BII sudah menghubungi NPC (National Paralympic Committee atau ex BPOC+ Badan Pembina Olahraga cacat di Solo). Entah bagaimana ceritanya BII hubungi juga Pelti. Karena diminta agar cepat action dengan memberikan anggaran, maka langsung sekejap saya kirimkan anggaran yang diminta. Karena saya tidak mau kecewakan BII (yag sudah kecewa tahun lalu dengan rekan penyandang cacat) maka saya kemukakan saya anggarkan dibawah Rp. 100 juta.
Sambil mempersiapkan maka saya sampaikan sebaiknya dilakukan di Solo sebagai persiapan menghadapi Asean Para Games 2011 yang kebetulan saya sebagai Ketua Panpel Wheelchair Tennis. Sebagai uji coba atlet Pelatnas dan juga penyelenggara sendiri. Sayaun kontak ke ITF wheelchair Tennis. Memang kalau tidak mudah adalam 2 bulan bisa disetujui. Kemungkinan paling besar adalah ditolak karena aturannya setahun sebelumnya. Tetapi saya tidak mau peluang ini hilang. Sayapun berkomunikasi dengan ITF. Problem kedua sebelum disetuju adalah sponsornya finacial company (Bank) karena di ITF baik untuk abe body maupun disable body sudah ada sponsor internasional yaitu BNP Paribas. Sama seperti dengan Davis Cup maupun Fed Cup. Untungnya untuk wheelchair itu baru tahun ini. Disini saya melihat ada peluang disetujui.
Sayapun berusaha agar lolos semua ini. Satu setengah bulan sebelumnya dapat persetujuan. Karena sewaktu ditanya apa saja yang saya berikan kepada BII, langsung saya jawab semua ini. Dan ternyata bisa berhasil. Puji Tuhan.
Kemudian setelah itu masih banyak liku likunya. Saya undang rekan dari Komite Tenis Kursi Roda PP Pelti yaitu Dr. H.Syahruddin (Bobby), Henny Santoso dan juga rekan dari Pusrehab Dep Han RI dan juga tim manajer tim Para Games Indonesia Yansin Onasie yang mantan atlet Paralympic Athena. Hanya dr. Bobby yang berhalangan hadir.
Waduh, ternyata bukannya optimis tetapi pesimis yang diberikan dengan alasan terlalu mepet waktunya. Saya tetap bersikeras kalau soal peserta saya minta semua ikut aktip kontak langsung keluar negeri maupun dalam negeri. Sayapun setelah disetujui ITF langsung sebarkan informasi keluar negeri melalui Facbook dan Email setiap minggu. Dan sms kepada rekan2 petenis kursi roda di Indonesia.
Langsung say naik darah mendegar mereka pesimis. " Tolong beritahu apakah kalian mau mndukung pelaksanaan Indonesia Open ini? " iutu pertanyaan akhir saya keada mereka. Dan jawabannya mau. Bersyukurlah saya masalah ini. Setelah itu saya berkomunikasi dengan dr Bobby Syahruddin, ternyata satu visid engan saya mengahadapi masalah ini. "The show must go on."

Beasiswa ke LN

Jakarta, 3 Nopember 2011. Ada satu pertanyaan lagi keluar dari rekan tenis asal Bandung. "Bagaimana caranya bisa dapat beasiswa keluar negeri untuk anaknya." Ini pertanyaan sudah pernah saya ulas beberapa tahun lalu.
Karena melihat ada petenis Bandung bisa dapatkan beasiswa keluar negeri sedangkan prestasinya didalam negeri masih belum apa apa.
Saya terinagt kalau sering terima email dari pelatih asing di Universitas Amerika Serikat, mencari petenis Indonesia untuk masuk Universitas tersebut dan bisa ikut tim tenis Universitas disetiap kompetisi nasional mereka. Ini kelebihan di negera Paman Sam, kompetisi sangat maju. Banyak atlet dunia asal USA munculnya karena ikut kompetisi di Universitasnya. Bukan hanya tenis saja, tetapi cabang olahraga lainnya juga.
Dan permintaan banyak ke petenis putri dibandingkan putra. Sepengetahuan saya yang diminta adalah petenis berprestasi minimal punya Peringkat di negara sendiri dulu. Tetapi ini juga tidak mutlak, karena ada juga yang belum berprestasi tapi bisa dapat Beasiswa. Kok bisa? Tentunya bisa. Kemungkinannya adalah petenis tersebut mencari sendiri melalui internet. Atau hasil pembicaraan petenis Indonesia yang sudah atau sedang dapat Beasiswa memberikan informasi atau rekomendasi langsung ke pelatih Universitas tersebut.
Setelah itu apa yang harus dipersiapkan sebelum ke USA. Yang pasti kuasai bahasa Inggris dan perbaiki nilai TOEFL. Makin bagus kalau nilainya bagus juga. Setelah itu sepengetahuan saya atlet tersebut diminta kirimkan video bermain tenisnya. Saat ini bukan masalah kirimkan video keluar negeri, karena ada internet.
Tentunya kalau dianggap bagus maka akan dipanggil ke USA.
Ya, silahkan mencoba siapa tahu nasibnya beruntung.

Pengertian fasilitator , beda persepsi

Jakarta, 3 Nopember 2011. Ada satu percakapan saya beberapa hari lalu mengenai istilah fasilitator sebagai petinggi induk organisasi olahraga tenis di Indonesia. Memang duduk sebagai anggota pengurus olahraga itu tidak enak karena mendapatkan sorotan negatip selalu.

Nah, percakapan ini menyangkut hal mutasi atlet yang selalu terjadi menjelang Pekan Olahraga Nasional (PON) yang tidak bisa dihindari. Kali ini dibuat aturan pembatasan usia dengan harapan setiap daerah bisa membina atletnya sendiri mengikuti PON tersebut. Tetapi atuarn sudah dibuat dengan tujuan cukup mulia tetapi dalam pelaksanaannya selalu tetap terjadi juga baik dilakukan oleh tuan rumah maupun lainnya. Tuan rumah berharap sukses pelaksanaan juga sukses pretasi. Nah pengertian sukses prestasi ini sering bermacam ragam.
Penyakit lama dilakukan pembina dari tuan rumah PON selalu mencari atlet daerah lain agar bisa sukss prestasi. Memamng cara ini " murah " dalam beaya dibandingkan membina atlet sendiri yang belum pasti jadi. Ini karena pembina tersebut bukanlah pembina sejati. Hanya karena duduk dalam kepengurusan olahraga. Dengan dalih telah menggunakan dana pemerintah daerah maka wajib hukumnya sukses prestasi. Menurut saya ini cara pintas dalam membina.

Saya pun menyampaikan kepada rekan saya tersebut masalah memfasilitasi keinginan tuan rumah untuk sukses prestasi. Tetapi bukannya terjun langsung mencari atlet daerah lain dalam transaski jual beli.
Saya tekankan sewaktu PON 2004 dan 2008 di Palembang dan Kaltim dimana saya waktu itu sebagai Technical Delegate ( Kaltim saya duganti sewaktu PON saja).
Saya tidak lupa waktu diminta di PON 2004, oleh dua daerah. Saya kemudian berikan nasehat atau petunjuk caranya berprestasi baik mulai periapan Pra PON sampai PON. Yaitu aktip ikut turnamen turnamen sebanyak mungkin. Dan waktu itu kedua daerah itu tanpa gunakan atlet daerah lain bisa lolos ke PON tanpa ikuti Pra PON.
Sewaktu PON Kaltim, saya diminta rekan dari Kaltim. Apa yang saya lakukan adalah beri data atlet yunior yang berpotensi kedepan, karena saya tahu mereka itu tidsk faham terhadap peta kekuatan pertenisan nasional. Setelah itu saya serahkan mereka negosiasi langsung kepada atlet yang diminati. Jadi saya tidak ikut ikutan bernegosiasi dengan atletnya.
Sebagai contoh PON Kaltim, saya usulkan saja ke Pelti Sumut untuk menghbunngi 2 atlet dari Bandung yaitu Grace Sari Ysidore dan Tito Huthuruk. " Kenapa kalian harus cari alet lain sedangkan ada atlet berdarah Sumut di Bandung (waktu itu masih yunior) berpotensi." ujar saya kepada rekan rekan Pelti Sumut. Setelah itu saya tidak tahu kelanjutannya dalam mereka bernegosiasi.

Saya sempat pula berdebat dengan orangtua atlet yang bernafsu mencari daerah yang butuh atlet. Tetapi saya tetap mengingatkan mereka cara pandang di dunia aturan PON yang berbeda dengan ketentuan lainnya. Beda pendapat ini bisa terjadi juga dengan rekan rekan di kepengurusan induk organsisasi olahraga. Saya tetap mengacu kepada ketentuan PON yang dibuat oleh KONI.
Bahkan ada rekan saya yang mengatakan menurut pengacaranya kalau sudah habis kontrak maka atlet bebas pindah daerah lain. Pandangan ini sama dengan pandangan orangtua yang anaknya setelah PON beralhir berlomba lomba minta pindah mumpun masih jauh PON nya. Lucunya pindahnya tidak sebutkan pindah kedaerah tertentu. "Yang penting saya bebas dulu baru mencari provinsi yang mau bayar lebih tinggi." Ini jelas saya tentang sekali.

Kamis, 20 Oktober 2011

Tidak tahu diri

Jakarta, 20 Oktober 2011. Pengalaman baru di Palembang sewaktu jalankan tugas sebagai wakil direktur turnamen Garuda Indonesia Champs yang merupakan gabungan turnamen Men's Futures($ 15,000) dan Women's Circuit ($ 25,000).
Sebelumnya setiap rapat INASOC (Indonesia SEA Games Organizing Committee) saya selalu membanggakan kalau Stadion Tenis Jakabaring yang pertama kali selesai dibangun dibandingkan venue cabang olahraga lainnya.

Sudah berkali kali berkunjung ke Palembang baik sendiri sendiri maupun bersama Ketua Umum dan Sekjen PP Pelti, pengarahan langsung ke rekan Pelti Sumsel yang ikut mendampingi, dilakukan baik oleh Ketua Umum dan Sekjen, saya berharap semua itu sudah dilakukan atau dilaksanakan pada kunjungan berikutnya. Tetapi ternata tidak ada action.

Tiba hari Jumat 23 September 2011 siang dimana saat itu Ketua Panpel Tenis Aga Soemarno tiba lebih awal karena saya alami kesulitan booking pesawat terbang pagi. Saya kaget setengah mati melihat kondisi lapangan tenis Jakabaring, karena seluruh toilet dalam kondisi sangat kotor dan tidak ada air sehingga banyak atelt khususnya putri dari manca negara sudah latihan tetapi ingin kebelakang tidak bisa karena belum ada air. Ini masalah besar. Belum lagi lapangan tidak ada backdropnya yang sudah lama diberitahukan harus ada karena bola bisa pecahkan kaca kaca disana kalau tidak ditutup. Ketika ditanyaan selalu dapat jawaban sebentar lagi.Referee pun sudah katakan kenapa memilih tempat ini unuk pertandingan internasional. "Ini belum siap." diapun tidak mengerti kenapa dibuat di Jakabaring. Dan saya tidak mau terangkan karena melihat Referee sudah marah marah, menurut saya lebih baik didiamkan.Dan saya tidak bisa berbuat apa apa walaupun sudah mengeluh dengan rekan di Palembang. Bantuan Firdaus salah satu rekan di Palembang cukup banyak karena saya arus persiapkan kebutuhan turnamen yang masih nol besar sepertiperalatan pertandingan yaitu Ice cooler, stringer . Terpaksa keluar kocek sendiri berbelanja di Carrefour Palembang beli 5 ice cooler seadanya. Masalah stringer yang merupakan salah satu persyaratan turnamen belum tersdia. Saya hanya dijanjikan oleh salah satu rekan di Palembang. Bahkan turnamen sudah mulai dimana Referee sudah marah marah melihat amburadulnya fasilitas di Jakabaring, saya kejar petugas yang janjikan adanya stringer tersebut, tetai selalu dapat jawabannya, nanti nanti terus. Akhirnya senin pagi saya bersama Firdaus keluar sendiri ke toko Sport Seth di Palembang, bertemu dengan pemilik yang dikenal dengan nama Bitu. Surat yang dibutuhkan langsung saya kontak Jakarta agar dikirimkan surat dari PP Pelti. Dalam waktu 15 menit surat sudah masuk. Uusanpun bisa selesai karen dikirimkannya besok harinya. Saya pun mempunyai idea agar Referee Nitin tidak ngamuk terus dengan perkenalkan dengan Bitu karena sama sama dari India. Lancar sudah kemarahan Refere bisa diredam.
Kebetulan saya harus berangkat ke Jakarta Selasa 27 September 2011 karena ada rapat INASOC. Masalah pagi Senin 26 Sptember adalah tetap air yang belum nisa mengalir. Karena belum ada Koordinasi antara PDAM dan PLN. Air sudah ada di tangki darurat. Dalam dua hari ini setiap pagi selalu ada masalah khususnya belum lancarnya air mengalir, dan Refereepun tidak mau jalankan turnamen jika air belum lancar. Ya, saya katakan tunggu saja.
Sewaktu saya kembali ke Jakarta, Ketua Umum dan Sekjen ke Palembang dan bertemu di bandara Sultan Mahmud II.Langsung meninjau lapangan dimana ditemukan masalah yang sama yaitu air belum mengalir.
Besoknya saya kembali ke Palembang, dan dapt laporan kalau rekan saya dari Palembang menyampaikan laporan yang memojokkan saya atau menjelek jelekan saya. Dikatakan hanya jalan jalan, padahal semua informasi semua dia yang pegang dan tidak pernah diteruskan ke rekan rekan lainnya. Ya begitulah nasib jika sudah berusaha untuk kebaikan Palembang ternyata justru diputar balikkan. Lebih sedih lagi sewaktu saya berikan kaos panpel Garuda Indonesia, rekan ini minta kaos untuk ketua Pengprov Pelti Pelti dan saya berikan semua 4 pcs. Tetapi ternyata tidak satupun diberikan sama Ketua Pengprov Pelti Sumsel.
Memang tidak tahu diri..ini biangnya sehingga kemerosotan tenis Sumsel berada ditangannya yang selaku manis didepan saya tetapi akhirnya saya tahu siapa dia sebenarnya.

Muncul idea RemajaTenis di Palembang

Jakarta, 20 Oktober 2011. Setelah kembali dari Palembang sebagai persiapan SEA Games 2011, saya teringat kembali mengisis blogger ini sebagai pengalaman di Palembang. Sejak ditunjuk sebagai Ketua Panpel SOFT TENNIS SEA Games 2011 di Palembang, saya sering bolak balik ke Palembang mulai dari pengecekan stadion tenis Jakabaring sampai pengarahan terhadap rekan rekan di Palembang.
Sejak beberapa hari ini Palembang saya teringat beberapa tahu silam selenggarakan turnamen Persami di Palembang. Melihat megahnya stadio tenis Jakabaring semangat sayapun timbul untuk kembali bangkitkan pertenisan di Palembang. Kenapa kita tidak memanfaatkan fasilitas yang sudah ada dan termegah di Sumatra. Langsung teringat kalau di Jakbaring akan diselenggarakan turnamen internaional dan nasional. Langsung saya memanfatkan momen ini karena selama 2 minggu saya berada di Palembang.
Langsung saya coba atur dengan rekan di Palembang Tarmudji yang juga anggota Pelti Sumatra Selatan. Ternyata mendapatkan sambutan sehingga diaturnya lapangan di tiga lokasi. Waduh ini masalah baru lagi, tabah repot karena letaknya tidak berdekatan.
Akhirnya seaktu saya lemparkan inisiatif ini ke Facebook, ternyata dapat sambutan dari rekan rekan tenis. Muncullah penawaran di lapangan Pusri ada 6 lapangan . Saya teringat pula Pekan Olahraga Nasional 2004 sewaktu itu saya sebagai Technical Delegate dan tahun lalu di POPWIL.
Dengan modal niat , tekad dan juga nekat maka saya beranikan selenggarakan RemajaTenis di Palembang.
Puji Tuhan, ternyata mendapatkan sambutan peserta datang dari Sumatra Barat, Lampung, Bengkulu, Jambi Bangka Belitung bahkan jakarta, Manado, Banjarmasin Bandung mulai muncul dipendaftarannya.

Selasa, 27 September 2011

Wani Piro ?

Jakarta, 27 September 2011. Ada kejadian menarik dalam pelaksanaan RemajaTenis dikota Surabaya. Dalam minggu yang sama bisa digelar RemajaTenis di dua kota berbeda yaitu olo dan Surabaya. Memang hall ini sudah pernah dilakukan tetapi yang belum pernah berhasiljika 3 kota bersamaan karena kekurangan tenaga pelaksana. Dalam satu pertemuan dengan rekan rekan wasit nasional , saya kemukakan agar belajar komputer jika ingin maju kariernya. Karena induk organisasi Pelti tidak membuat penataran Referee. Jika sudah banyak tenaga Referee maka saya akn terpacu selenggarakan turnamen RemajaTenis sebanyak mungkin. Saat ini ada 2 tenaga Referee yangsaya bina agar bisa jalankan turnamen RemajaTenis. Perlu ketabahan mendidik mereka yang sedikit dipaksakan agar bisa menjalankan RemajaTenis.
Kemudian saya ceritakan bagaimana sampai Eko Supriyatna asal Bandung bisa jadi Referee RemajaTenis. Mulai dari Medan diakhir tahun 2019 sewaktu digelar RemajaTenis di Medan dan sampai sekarang sudah berlangsung di tahun 2011.

Dikala RemajaTenis digelar di Surabaya saya menggunakan Referee setempat yang termasuk wasit White Badge. Saya mengamati sudah lama atas cara kerja Referee tersebut. Sewaktu saya di Solo saya mendapatkan laporan kalau Referee dihari pertama baru datang jam 12.00 sedangkan pertandingan sudah mulai jam 09.00. Saya langsung kirim SMS ke Refere tersebut dan dapat jawaban yang sedikit aneh. "Yang penting lancar, dan sudah ada asisten yang ditunjuk dia dan dibayar olehnya." begitulah jawabannya. Tapi ada buntut diakhir SMS tersbur yatu Wani piro. Karena saya tidak mau ribut saya hanya katakan kalau komitmen awal sudah disetujui maka harus konsukuen. Bahkan diapun bertanya ada masalah apa sebenarnya. Dan saya hanya sampaikan ada keluhan dari orangtua yang mau bertemu Referee taoi tidak ditempat.
Rupanya Referee ini sudah dikenal konditenya tidak baik karena suka datang terlambat. Sayapun teringat sewaktu diundang panpel UFO di Surabaya dihari pertama saya ingin ketemu Refereenya tapi tidak ada, tapi masih ditutupi oleh asistennya kalau ada padahal belum datang.

RemajaTenis Masuk Solo

Jakarta, 26 September 2011. Selama tiga hari berada dikota Solo dengan dua kegiatan bersamaan yaitu Rapat Koordinasi Asean Para Games 2011 di Hotel Lor-Inn dan turnamen RemajaTenis dilapangan Manahan Solo. Memang nasib cukup bagus karena dengan dua kegiatan itu saya bisa melihat animo masyarakat Jawa Tengah ikut Turnamen RemajaTenis. Sambutan cukup bagus sekali karena tanpa diduga pesertanya cukup baik. Tahun lalu disaat diadakan di Solo peserta tidak mencapai 100 peserta tetapi kali ini sewaktu terima pendaftaran mencapai 156 peserta tetapi setelah hari pelaksanaan hanya 142 peserta karen aada yang batal tanpa beritahu.

Ada yang menarik disini karena RemajaTenis mencoba membuat cara baru didalam pendaftarannya yaitu tidak ada sign-in yang merupakan kebiasaan selama ini di Turnamen Diakui Pelti.RemajaTenis lakukan adalah daftar dan entry fee ditransfer ke rekening bank. Ada satu pertanyaan dari salah satu orangtua yang mengatakan kalau kebiasan\aannya adalah bayar ditempat, ddan saya beritahukan kalau aturanRemajaTenis adalh trnasfer. Akhirnya dia mau ikuti karena dijelaskan kenapa dilakukan transfer entry fee yang diluar kebiasaan. Saya langsung sampaikan kalau bayar ditempat disaat yang sama misalnya ada 100 peserta maka berapa menit waktu terbuang hanya melayani pendaftaran kembali. Jika dilakuka sign-in sehari sebelumnya, juga merugikan peserta dari luar kota yang harus menginap semalam. Kalau di Solo bisa ditempuh bagi peserta dari Jawa Tengah dihari pertama langsung dari kotanya berangkat. Berarti ada penghematan waktu dan dana. Akhirnya mereka mau mengerti juga atas itikad baik RemajaTenis.

Sayapun dihari Sabtu sempat bertemu dengan Wakil Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo dilapangan tenis Manahan, karena dia aktif juga latihan tenis. Berbincang pertama kali saya singgung masalah sepakboal karena dia itu Ketua Persis Solo.
Sambutan rekan Pelti Solo cukup baik termasuk Pengelola GOR Manahan. Setelah dijelaskan masalah maksud dan tujuan selenggarakan RemajaTenis utnuk meriahkan kota Solo yang memiliki 9 lapangan dalam satu lokasi tapi sepi kegiatan, maka merekapun setuju memberikan kesempatan RemajaTenis digelar di GOR Manahan.
Sayapun berjanji kalau akan memriahkan lapangan Manahan dengan kegiatan tenis. Setelah RemajaTenis, saya akan bawa BII Indonesia Open Wheelchair Tennis Champs yang untuk pertamakali di Indonesia karena merupakan turnamen ITF Futures untuk wheelchair tennis. Setelah itu langsung saya sampaikan kalau sudah direncanakan 4-6 Nopember 2011RemajaTenis kembali ke Solo.

Jumat, 02 September 2011

Pesimis membuat kepala jadi Pusing

Jakarta, 2 September 2011. Semangat begitu kencang tetapi akhirnya jadi lemes sendiri begitu mendapatkan masukan dengan rekan rekan tenis kursi roda yang hadir dalam pertemuan tersebut. Yang hadir Henny Santoso dari Komite Tenis Kursi Roda, Drg Hesti dari Pusrehabcat Kemhan dan Yasin Onasie dmanajer tim pelatnas Asean Para Games.
Awalnya saya ceritakan kepada mereka kalau mimpi kita semua ada turnamen internasional Indonesia Open sudah bisa direaliser. Tetapi kemudian mereka menyampaikan kekuatiran atas waktu yang singkat ini bisa menjalankan misi ini. Waduh, inilah dia saya coba sampaikan bahwa jangan lepaskan momen ini karena kalau lepas saya kuatir akan hilang.
Tetapi keinginan mereka berbeda karena Henny dan Yasin itu atlet tenis kursi roda dan sudah pernah aktip ikuti turnamen Malaysian Open. Mereka ceritakan pula bagaimana Malaysia bisa selenggarakan Malaysian Open dengan menghadirkan istri PM Mahatir. Waduh, saya terus terang belum sanggup kalau mau datangkan Pimpinan Pemerintahan, kecuali Walikota Solo yang kita coba sampaikan.
Sayapun sampaikan ada keuntungan bagi atlet kita kalau petenis luar negeri tidak datang karena saya maklumi juga waktu singkat ini, berrati atlet kita akan mendpatkan ITF point. Ini salah satu keuntungannya. Mereka kemukakan kepada saya kalau waktu pelaksanaan 28-30 Oktober dengan Asean Para Games tgl 14-20 Des 2011 itu sangat dekat sehingga mereka tidak akan datang.
Disinilah perbedan pendapat dengan merka tetapi saya tetap tidak mau kalah karena bagi saya persiapkan turnamen internasional sudah bukan barang baru. Walauun ada perbedaan dengan tenis kursi roda.
Akhirnya saya sampaikan kalau saya paling suka dengan tantangan. disamping itu pula langsung saya minta kepada mereka yang pesimis apakah mau mendukung apa tidak. Merekapun sampaikan kalau akan mendukung. Sayapun minta semua harus kerja keras, karena waktu saya juga sangat sempit selama 3-4 bulan ini, tetapi saya masih mau berikan waktu untuk tenis kursi roda.
Sayapun sampaikan sorenya saya akan kirimkan formulir pendaftaran ke ITF Wheelchair Tennis. Langkah awal adalah membentukan kepanitiaan yang akan melibatkan unsur Pelti, NPC (National Paralympic Committee = BPOC) dan BII. Dan esok harinya saya bertemu dengan Dr. Bob Syahrudin dari Komite Tenis Kursi Rada

Kedatangan Sponsor Turnamen Tenis Kursi Roda

Jakarta, 1 September 2011. Beberapa hari lalu saya terima tilpon datang dari salah satu rekan dari BII yang saya kenal tahun lalu sewaktu menjalankan turnamen tenis kursi roda. Yudi, mantan wartawan yang sekarang bertugas di BII di Jakarta. Muncul keinginan mau sponsor turnamen tenis kursi roda. Keinginan ini saya tampung dan berusaha niat baik ini jangan dilepas. Keinginannya agar tiap tahun masih bisa eksis di turnamen tenis kursi roda.
Agar tidak lepas maka saya usahakan agar beaya tidak besar. " Saya usahakan dibawah Rp. 100 juta untuk beaya pelaksanaannya." janji saya kepadanya ditengah tengah kesibukan mempersiapkan SEA Games 2011 di Palembang.

Sayapun melihat ada satu momen sejak saya ditunjuk selaku Ketua Panpel Cabang olahraga Tenis Asean Para Games 2011 di Solo. Kenapa tidak dibuat internasional saja sesuai juga dengan mimpi petenis kursi roda agar di Indonesia juga ada turnamen Indonesia Open yang kelas Futures dari ITF.
Begitu juga keinginan agar diselenggarakan di Solo yang juga digunakan sebagai tempat Asean Para Games 2011 bulan Desember mendatang.
Kemudian saya kemukakan kepada Pak Yudi (Pramono Yudi) idea saya agar ditingkatkan menjadi event internasional dengan konsukuensi budget akan meningkat. Oleh karena itu saya coba kontak rekan dari ITF Wheelchair melalui Facebook yaitu Mark Bullock, dan kemudian saya terima email dari Valentina C dari ITF Whelchair Tennis. Saya minta formulir pendafataran turnamen. Saya tahu tidaklah mudah karena waktu yang saya sepakati yaitu 28-30 Oktober 2011 di Solo. Mana mungkin dalam waktu 2 bulan ITF mau terima. Tapi tekad saya cukup besar dimana kepentingan atlet pelatnas Asean Para Games bisa bertanding dan juga mendapatkan ITF point untuk peringkat dunianya, maka niat ini harus berhasil.
Saya sadari ada kendala yang akan muncul baik keluar maupun kedalam, tetapi saya prioritaskan dulu yang keluar artinya ke ITF dulu adakah bisa diterima. Begitu baca formulir pendaftaran ITF maka tercantum soal sponsor yang tidak berhubungan dengan financial artinya BII sudah tertutup sebagai sponsor. Waduh, ini yang mengahmabt keinginan tersebut. Apakah dibuat turnamen nasional saja agar BII tidak kecewa.?
Mulailah saya negosiasi dengan ITF. Ini makan waktu sekitar 1 minggu. Saya diminta soal nama sponsornya. Sayapun kemukakan kalau ini adalah bank yang jelas jelas bertentangan dengan aturan diatas, karena ITF ada sponsor BNP Paribas. Pengalaman saya di Davis up maupun Fed Cup yang juga disponsori BNP paribas, tentuany ITF sangat ketat soal in. Kemudian ada celah dari komunikasi saya dengan Valentina dari ITF Wheelchair. Ditanyakan juga apa saja yang saya berikan kepada BII selaku sponsor utama. Nah inilah yang akhirnya saya kemukakan kalau BII akan mendapatkan judul turnamen yaitu BII Indonesia Open atau Indonesia Open by BII, kemudian saya sebutkan pemasangan spanduk, umbul umbul dan stand promosi juga yang saya janjikan.
Akhirnya, ITF berikan jawaban keesokkan harinya. Lega sudah, dan saya komunikasikan dengan BII masalah ijin ini. Waktu itu saya bertemu dengan Pak Pramono Yudi di Resto Bakmi Gajah Mada di samping Sarinah Thamrin. Langsung saya sampaikan kalau BII sudah OK, saya akan kirimkan formulir pendaftarannya ke ITF. Ternyata diberitahu, jangan dulu karena dia mau lapor dulu ke atasannya. Waduh lemes lagi, bakalan gagal lagi.
Tetapi sorenya saya langsung dapat SMS yang beri kepastian. Langsung sore itu saya siapkan formulir pendaftarannya. tetapi karena ada yang kurang jelas terpaksa saya tunda dulu, karena mau konsultasi dengan rekan rekan dari Komite Tenis Kusi Roda yat rekan Dr. Bob Syahrudin dan Henny Santoso maupu rekan Yasin Onasie Manajer tim Pelatnas Asean Para Games 2011. Sayapun undang mereka besoknya rapat untuk berikan masukan. Maka saypu undang mereka ditambah dari Pusrehabcat Kemhan RI.
ITF pu kirim email menanyakan formulir yang harus segera diterima, tetapi saya katakan berikan satu hari karena saya mau ketemu dulu dengan rekan rekan ini.

Rabu, 31 Agustus 2011

Pra-PON tgl 2-12 Desember 2011

RemajaTenis, 31 Agustus 2011. Saya ini paling suka kirim SMS melalui Ponsel kemasyarakat tenis untuk berikan informasi dengan cepat dibandingkan surat. Karena pengalaman selama ini sering kirim surat ke Pengprov Pelti diseluruh Indonesia yang alamatnya berbeda beda sehingga mayoritas banyak pengurus yang tidak tahu. Bahkan dikirimkan kealamatnya saja juga suka tidak tahu.

Bulan ini saya kirimkan SMS tentang Pra PON (Pekan Olahraga Nasional) yang telah dikeluarkan surat pemberitahuan ke Pengprov Pelti diseluruh 33 provinsi. Untk percapat sayapun minta no fax nya sehingga bisa dikirim langsung.
Saya mengemukakan masalah ini karena tidak semua masyarakat tenis mengerti atas istilah dipertenisan ini. Buktinya baik itu pelatih ataupun orangtua belum mengerti dengan istilah entry by number dan entry by name. Kedua istilah ini belum diketahui mulai terungkap sewaktu saya ditanyakan kembali masalah tersebut.

Kedua istilah ini tidak ada di single event, tetapi berlaku di multi event. Disini muli event seperti POPNAS, POMNAS, PON, SEA Games, Asian Games, Olimpiade.
Nah, dimaksud dengan enry by number adalah pendaftaran ikut serta tanpa menyebutkan nama pemainnya. Disini ditekankan kalau daerah tersebut mau ikut even tersebut.
Dan Entry by name, artinya pendaftaran peserta dengan menyebutkan nama pemainya.
Nah, kapan digunakan PNP untuk kegiatan tersebut. Nah, kalau untuk PRA-PON maka PNP digunakan setelah Entry by Name , baru digunakan PNP terbaru. Kalau sudah ada ditentukan provinsi mana yang langsung masuk babak utama PON ( ada 8 provinsi termasuk tuan rumah). Dasarnya adalah peringkat tertinggi 2 petenis disetiap provinsi.
Nah , kalau undian Pra-PON untuk undian maka digunakan PNP terbaru. Jika Pra-PON tanggal 2 - 12 Desember 2011 maka PNP digunakan per tgl 1 Desember 2011
.

Like and Dislike RemajaTenis

Jakarta, 31 Agustus 2011. Disuasana Ramadhan yang fitri saya mulai mendapatkan masukan soal like and dislike terhadap apa yang saya lakukan selama ini didalam membantu pertenisan yang tercinta. Memang sebelumnya saya sudah menduga dan melihat, mendengar sendiri komentar miring terhadap apa yang saya sudah maupun sedang lakukan selama ini.
Memang salah satu hobi saya ini adalah selenggarakan turnamen tenis mulai dari turnamen terendah yaitu Persami ( Piala Ferry Raturandang ) yang jumlahnya hampir mencapai 300 turnamen karena sejak tahun 1996.
Selama ini saya cuek saja karena yang penting tujuan saya adalah membantu dengan memberikan sarana turnamen bagi petenis yunior mulai dari tingkat pemula maupun prestasi. Bahkan ada pelatih yang mencemohkan turnamen tersebut tetapi karena saya cuek dan secara rutin tetap saya jalankan setiap bulannya (bahkan Puasapun tetap diselenggarakan), akhirnya pelatih tersebut tetap kirimkan juga atletnya. Karena sudah sadar kalau turnamen itu adalah kebutuhan atlet.

Sejak tahun 2009, saya mulai tingkatkan turnamen dari Persami ke RemajaTenis sehingga Persami terhenti dengan label Piala Ferry Raturandang telah mencapai ke 67 sebagai pengganti nama Persami, dan dengan label Persami sudah 200 an.
Hal yang sama ada yang suka dan tidak suka terhadap RemajaTenis. Kalau Persami ketidak sukaan datang dari rekan rekan tenis diluar induk organisasi Pelti. Tetapi kalau RemajaTenis terbalik , hambatan datang dari internal organisasi. Ini tentunya buat saya kaget dan sempat shock juga , karena datang dari rekan sendiri. Sayapun hanya bisa berdoa agar rekan saya itu sadar apa yang saya lakukan untuk pertenisan kita.
Tetapi karena saya tetap cuek dan konsisten dengan komitmen awal maka rekan rekan internal mulai menyadari kalau langkah saya lakukan itu sudah betul. Karena saya sendiri dalam menjalankan RemajaTenis melalui satu tim tetap mengacu kepada Ketentuan TDP Nasional yang dibuat PP Pelti. Yang lebuh hebat lagi sewaktu saya diberikan tugas untuk selenggarakan TDP Nasional diberikan komentar asal tidak menyalahi ketentuan TDP. Waktu saya baca memo tersebut saya tertawa sendiri. Artinya dipikir kalau saya jalankan RemajaTenis telah melanggar aturan atau ketentuan TDP Nasiboal.
Kalau rekan rekan eksternal yang kurang senang dan sempat dilontarkan kepada rekan saya akibat ketidak tahuan atau karena solidaritas saja terhadap rekan saya yang kurang sepaham dengan saya.Setelah dijelaskan sebagai pelatih apakah tidak butuh turnamen maka jawabannya "perlu sekali". Nah, setelah dibalikkan oleh rekan saya itu kalau saya buat turnamen itu tidak salah dan dibutuhkan sekali oleh petenis yunior, baru pelatih tersebut sadar. Tapi masih ada pelati lain akibat solidaritas saja sehingga masih berpola pikir yang keliru. Bagi saya bukan masalah, karena saya tahu pelatih tersebut berpihak kepada solidaritas saja. Hebatnya pelatih ini pernah memberikan sponsor dana sebesar Rp 3 juta kepada RemajaTenis karena mau membantu.

Inilah suka dukanya dipertenisan Indonesia. Tetapi bagi saya yang penting tujuannya baik sekali dan saya tidak melanggar ketentuan TDP Nasional. Saya pernah ditegur sama teman lainnya yang simpati kepada saya. "Apakah tidak kuatir?" Kenapa muncul pertanyaan ini. Akibat suasana saat itu ada kecendrungan kalau RemajaTenis tidak didukung petinggi Pelti. Dan itu saya lihat dan dengar sendiri. Dan saya langsung jawab. "Selama tidak melanggar ketentuan TDP Nasional, kenapa takut?"
Begitulah sedikit suka dukanya selaku penggagas turnamen RemajaTenis yang sudah dijalankan sejak th 2009 ( 5 turnamen ), tahun 2010 12 Turnamen) dan tahun 2011 sudah mencapai 12 turnamen, dan target saya 20 turnamen.

Senin, 29 Agustus 2011

Target RemajaTenis di tahun ini hanya 20 turnamen

Jakarta, 29 September 2011. Ada satu keinginan besar dalam diri saya yang mungkin bagi orang lain itu hanyalah mimpi. Tetapi karena saya beranggapan kita harus mulai dengan mimpi baru bisa terealiser keinginan tersebut. Mau tahun mimpi saya. Tidak lain adalah bikin turnamen nasional yunior dengan label RemajaTenis selama tahun 2011 adalah 20 turnamen. Karena tahun lalu sudah mencapai 12 turnamen di berbagai kota seperti Mataram, sumbawa Besar, Solo, Palu, Bandung,Pontianak, Banjarmasin dan Jakarta.

Mungkin atau tidak mungkin tergantung dari mana kita melihat. Karena sejak Januari 2011 ternyata sudah mencapai angka 12 turnamen terdiri dari 11 turnamen dengan label RemajaTenis sedangkan 1 lagi sebagai pelaksana saja yatu Piala Bupati Bogor. Mencapai angka 20 sedangkan sekarang sudah memasuki bulan Agustus dan bahkan sebentar lagi sudah ke September. Berarti mencari 8 kali lagi. Secara matematika masih mungkin disisa waktu 4 bulan masing masing 2 turnamen setiap bulannya.

Bagaimana mengatasinya semua itu. Saat ini sudah dibenak saya pelaksanaan di Jakarta ( 15-18 Sept), Solo dan Surabaya tanggal 23-25 September 2011. Ini sudah pasti berarti mencapai angka 15 turnamen. Tetapi akan ada lagi yaitu di Palembang tanggal 7-9 Oktober 2011. Tunggu kepastian lapangan yang akan digunakan yaitu lapangan Pemkot atau Pusri. Yang pasti bukan lapangan Bukit Asam Jakabaring ynng masih baru alias anyar. Masih tunggu konfirmasi dari rekan rekan di Palembang yang mau membantunya.Setelah itu akan membantu mengambil alih turnamen Detec Internasional yang batal dilaksanakan oleh club Detec seperti athun lalu dan sudah dikembalikan ke PP Pelti. Ternyata PP Pelti melalui Komite Pertandingan yaitu Aga Soemarno serahkan kepada saya untuk selenggarakan KU 10 th, 12 th dan 14 tahun. Aga akan jalankan KU 18 tahun dan 16 tahun di Senayan.
Yang jadi pertanyaan adalah bulan Nopember 2011 mulai tanggal 11-22 Nopember 2011 kegiatan saya maupun rekan2 wasit berada di Palembang sehingga saya kehilangan armada pelaksana. Tetapi akan saya isi ditanggal 3-6 Nop 2011 di Jakarta dan 24-28 Nopember 2011 di Surabaya atau dan Solo. Kendalanya, kekurangan tenaga pelaksana saja. Keluhan ini sudah lama saya sampaikan kepada rekan di Pelti juga beberapa tahun silam, mengingat mimpiku cukup mendasar.

Keyakinan saya cukup tinggi akan terealiser target 20 turnamen ditahun ini ahkan bisa lebih. Niat baik tentunya akan didukung semua pihak. Mudah mudahan saja ya!

Minggu, 21 Agustus 2011

Lupakan Tenis sejenak

Jakarta, 21 Agustus 2011. Saya mencoba melupakan soal tenis yang selama ini selalu ada dalam pikiran saya. Ada saja idea saya terhadap tenis, dan saya mencoa selama 2 hari ini yaitu Sabtu 20 Agustus 2011 sore dan Minggu 21 Agustus 2011 saya bebas dari tenis setelah saya mematikan ponsel saya, karena saya paling sering terima telpon ataupun SMS dari rekan rekan tenis. Setiap saya mengingat atau mau bicara soal tenis langsung saya alihkan pembicaraan ataupun pikiran tentang tenis. Dan sayapun bersyukur kalau bisa menghilangkan sejenak masalah tenis yang cukuppadat bagi saya. Masih banyak tugas yang harus dilakukan, mulai dari persiapan turnamen internasional dibulan September dan Oktober baik di Jakarta maupun Palembang. Bukan hanya tenis tetapi juga persiapan soft tenis untuk SEA Games. Soft Tennis yang dihantui batal akibat peraturan yang berlaku di SEA Games yaitu minimal peserta 4 negara. Memang setelah entry by Nymber ditutup ternyata Soft tennis yang daftar untuk putra sdh memenuhi persyaratan ada 4 negara yaitu Thailand, Filipina, Indonesia dan Laos. Tetapi masalah muncuk di putri dimana Laos tidak mau mengirimnya. Waduh, soal ini saya lemparkan ke Sekjen Soft Tenis Asean di Manila yaitu Giovani Mamawal untuk memecahkan permasalahannya dan cari solusi terbaik agar soft tennis tidak gagal. Memang momen penting bagi Soft Tennis karena untuk SEA Games untuk pertama kali diselenggarakan Soft Tennis. Jika gagal maka yang agagal adalah Soft tennis sendiri di Asean.

Padat dengan acara keluar kota

Jakarta, 21 Agustus 2011. Kegiatan saya cukup padat dibulan Puasa ini, dan tidak saya sangka sangka. Banyak terbang keluar kota yang frekuensinya cukup meningkat.
Tepatnya tanggal 6-10 Agustus 2011 saya sudah berada di Manado. Kemudian 11 Agustus 2011 kembali ke Jakarta. Hanya satu hari di Jakarta, saya terima undangan harus ke Solo, tepatnya tanggal 13-14 Agustus 2011. Menghadiri rapat koordinasi pelaksana The 6th Asean Para Games 2011. Padahal saya baru ditunjuk seminggu yang lalu sebagai Ketua Panpel Tenis untuk the 6th Asean Para Games yaitu SEA Games untuk penyandang cacat.

Setelah itu kembali ke Jakarta 15 Agustus pagi, ternyata saya diundang kembali ke Palembang bersama Chef de Mission peserta SEA Games 2011. Berangkat ke Palembang tanggal 17 Agustus 2011 dan kembali ke Jakarta 18 Agustus 201 dan ikuti Welcome Dinner 18 Agustus di hotel Sultan Jakarta. esoknya 19 Agustus 2011 undangan rapat Chef de Mission Seminar di hotel yang sama mulai pagi sampai sore dan sorenya ada acara buka bersama di hotel Menara Peninsula.

Tapi dari perjalanan ke Palembang tanggal 17 Agustus lalu, disaat acara kunjungan venue dipimpin oleh Gubernur Sumsel Alex Nurdin ada beberapa kejadian lucu. Yang pertama disaat kunjungan ke stadion utama Jakabaring saya sempat berdiri dibelakan Chef de Mission dari Filipina dan satu LO yang menemani mereka. " What's name of your Governor ? " . Ini pertanyaan muncul karena terlihat dukungan petinggi daerah cukup besar terhadap SEA Games menarik perhatian Chef de Mission lainnya. Saya melihat LO yang tinggi badannya cukup cantik bertanya kepada rekan LO lainnya sambil berbisik. Setelah mendapat nama tersbut baru LO tersebut menyampaikan nama tersebut kepada yang bertanya. Saya persisi berdiri dibelakan keduanya, sehingga menarik perhatian saya. Setelah itu saya tepuk pundaknya LO yang cantik itu dari belakang. " Dari mana ?" Ternyata dapat jawaban kalau dia dari Jakarta, bukan dari Palembang. Rupanya Panpel (INASOC) merekrut LO bukan hanya dari Palembang saja tetapi dari Jakarta juga. Kok aneh yang mendidik yang salah atau LOnya yang salah.
Peristiwa kedua, sewaktu meninjau Wisma Atlet yang cukup populer dipemberitaan nasional akibat peristiwa Nazarudin akhir akhirnya, wisma tersebut cukup populer didunia jurnalis. Saya keluar dari dalam kamar yang disiapkan bertemu Gubernur Sumsle dengan topi dikepalanya. Langsung saya ditanya beliau. " What's you comment?" Langsung saya pikir , dia kira saya dari Luar Negeri, sedangkan saya jelas jelas gunakan T-shirt RemajaTenis yang cukup besar.
Setelah itu saya mulai berguyon dengan rekan2 lainnya, kalau Wisma Atle itu belum ganti nama. " Apa namanya bang? " Begitulah pertanyaannya. Langsung saya sebutkan Wisma Nazarudin, biar dia sumbangkan dananya ke pembangunan wisma atlet tersebut, karena panitia INASOC Palembang belum terima dana sepeserpun dari Pemerintah seperti dikemukakan oleh Katua Umum KONI Sumsel.

Pelanggaran terjadi di Turnamen Yunior

Jakarta, 20 Agustus 2011. Ada satu kekeliruan yang dilakukan oleh pelaksana turnamen nasional yunior selama ini karena sudah menyimpang dari ketentuan yang sudah baku baik di kelompok umum dan khususnya yunior yang paling sering terjadi. Tepatnya kekeliruan itu dilakukan oleh petugas REFEREE.
Ada kejadian di final turnamen nasional di Jogja bulan lalu, dimana pemain dilarang menggunakan baju kaos yang ada tulisan nama sekolah atau klubnya berlatih. Yang melarang adalah wasit dan setelah dibawa ke Referee ternyata diperbolehkan. Atlet tersebut sudah
Disini masalah sebenarnya yang mengacu kepada aturan yang telah dikeluarkan oleh ITF maupun Pelti. Ada pembatasan ukuran sponsor yang diletakkan dipakaian pemain yaitu tidak boleh lebih dari 13 cm2 baik di T-shirt dan juga di celana. Penempatannya pula juga diatur bukan semaunya. Bahkan logo pabrik pembuat kaos juga ada pembatasannya yaitu seperti Adidas, Reebeok, Nike, Fila dll itu ukurannya tidak lebih dari 18 cm2.

Pernah kejadian diturnamen internasional yunior, tim Indonesia waktu itu menggunakan jaket Adidas yang terkenal dengan 3 garisnya itu memanjang dari atas kelengannya. Dilarang atau disuruh diganti karena sudah melanggar aturannya.

Nah, ini sangat penting bagi orangtua, adanya ketentuan ini agar dilain kesempatan sudah harus menyiapkan pakaian yang memenuhi ketentuan tersebut, jangan sampai sudah tidak ada persediaan pakaian akan mengganggu konsentrasi atletnya. Hal yang sama juga bagi T-shirt yang diberikan oleh Turnamen turnamen lainnya sebagai sovenir. Ini jelas juga sudah melanggar. Ketentuan ini berlaku jika digunakan sewaktu didalam lapangan waktu mau bertanding saja, dan jika diluar pertandingan menggunakannya masih diperkenankan.
Ini sebagai masukan kepada masyarakat tenis yang terbiasa dengan pelaksana turnamen yang kurang teliti (Referee) bisa berdampak lebih besar disaat ketemu petugas yang benar benar menjalankan aturan tersebut.

Begitu juga harapan saya kepada petugas Referee agar menjalankan tugas dengan menertibkan aturan aturan yang sudah baku ini. Karena turnamen yunior adalah turnamen pembinaan. Turnamen merupakan esensi penting untuk mendapatkan peningkatan kemampuan teknis dan mental. Karena akibat pelanggaran akan mempengaruhi mental atlet.

Selasa, 16 Agustus 2011

Dibilang PNP RemajaTenis

Jakarta, 16 Agustus 2011. Beberapa kali saya terima SMS ataupun email dari masyarakat tenis mengenai Peringkat Nasional Pelti atau PNP yang terbaru. Yang saya anggap lucu ada yang bertanya PNP atau PNP RemajaTenis. Jadi dianggap PNP yang dikeluarkan oleh RemajaTenis. Memang selama ini ada keinginan buat peringkat nasional RemajaTenis berdasarkan hasil dari turnamen RemajaTenis, tetapi saya tidak mau bikin ribet karena ada 2 macam Peringkat nasional. Yang satau versi Pelti dan satu lagi versi RemajaTenis. Ini tidak mau saya lakukan.

PP Pelti bulan Mei keluarkan PNP Kelompok Yunior, dimana dari hasil 9 turnamen nasional itu 7 adalah hasil RemajaTenis. Maka dari itu suka disebut ini PNP RemajaTenis. Bangga tapi sedih karena nada yang keluar rada sinis sehingga saya prihatin. Belum lagi ocehan ocehan dari teman teman pelaku tenis daerah, seolah olah PNP itu milik pribadi saja. Dari sistem baru PNP yang dikeluarkan PP Pelti ada perubahan yaitu dulu ada PNP single dan ganda, tetapi sekarang digabung jadi satau. Caranya hasil pertandingan Tunggal di jumlah dengan hasil ganda dimana nilai ganda itu hanya 25 % saja. Dan aturan baru mulai 1 Januari 2011 semua hasil tahun 2010 dihapus. Artinya mulai dari nol, dan juga kalau dulu jika ikuti minimal 2 TDP maka hasilnya PNP baru kelihatan, tetapi sekarang 1 TDPpun bisa keluar hasilnya. Maka dari itu terlihat petenis yang memiliki PNP cukup banyak.

Bagi saya kekeliruanpun yang dari rekan pembuat PNP saya minta dikoreksi karena ada 1 turnamen New Armada belum dimasukkan. Maka dari itu saya mintakan jangan dulu keluarkan PNP Kelompo Yunior sebelum data tersebut itu tepat. Waktu dikeluarkan PNP itu sampai dengan 21 Mei.
Menjelang Puasa sayapun minta segera semua Turnamen nasional yunior diedit hasilnya dan bulan September sudah selesai. Kecuali ada turnamen yang belum kirimkan hasilnya. Ternyata memang ada, sehingga sayapun katakan coba tegur Refereenya kenapa sampai terlambat.

Selesaikan Technical Handbook di Solo

Solo, 14 Agustus 2011. Ikuti acara rapat koordinasi Panpel The 6th Asean Para Games 2011 di hotel Sunan , ada perbedaan antara panitia SEA Games Palembang dengan SEA Games penyandang cacat. Kalau saya bandingkan antara kedua event ini dimana saya ikuti, maka terlihat kalau di INASPOC (Panpel Para Games) yang belum siap adalah Ketua Panpel dari masing masing cabang olahraga sedangkan di INASOC yang tidak siap adalah INASOCnya sendiri karena beberapa kali saya ikuti rapat ada perubahan personalianya yang sedikit membingungkan ketua panpel. Sering kali diminta data yang sudah pernah dikirimkan sebelumnya, ternyata ada pergantian persoanalia sehingga datanya tidak ada. Aneh juga.

Langsung saya ajukan konsep Technical Handbook setelah menerima data datanya, dan malam inpun saya kirimkan dengan email dari laptop saya ke panpelnya. Kalau di INASOC keperluan perlengkapan sudah ditenderkan oleh Kantor Kemengpora sedangkan kami belum ajukan, tetapi di INASPOC saya ajukan kebutuhannya tetapi tidak menyebutkan harga satuannya, sehingga saat itu juga diminta untuk membuat harga satuannya. Pusing juga.
Bisa dibayangkan kebutuhan meja dan kursi harus cek harganya dulu.

Jalan jalan ke Manahan, Solo

Solo, 13 Agustus 2011. Tiba di Solo langsung menuju ke Hotel Sunan tempat istrahat selama di Solo. Karena acara rapatnya setelah buka puasa maka saya menyempatkan diri langsung ke lapangan tenis Manahan. Melihat lapangan Manahan sayapun teringat akan beberapa tahun lalu diadakan event Davis Cup antara Indonesia melawan Kuwait dimana saya terlibat langsung sebagai pelaksana. Begitu juga tahun lalu saya adakan turnamen nasional RemajaTenis dilapangan tersebut.
Kendala yang muncul datang dari rekan sendiri diinduk organisasi tenis Solo, tetapi semua bisa diselesaiakan dengan baik
Sayapun ketemu rekan Freddy Pakaya yang sudah saya kenal selama ini sebagai pelatih dan orangtua salah satu petenis yunior. Memang nama Pakaya itu saya kenal datang dari Gorontalo. Tetapi kalau mendengar cara bicaranya sangat medok Jawa, maka sayapun selama ini tidak mau singgung masalah asal usulnya.
Sewaktu bertemu dilapangan Manahan setelah saya coba telpon dan dia mau datang bersama putrinya petenis Jesica Pakaya, dalam perbincangan tersebut terungkap dari dirinya kalau ayahnya itu Polisi asal dari Gorontalo. Benar juga dugaan saya, dan dia mengaku belum pernah ke Gorontalo.
Setelah itu ketemu juga dengan Bu Wahyuning orangtua dari salah satu petenis yunior Solo. Sayapun minta bantuan keduanya ikut serta dalam kepanitiaan Asean Para Games 2011 di Solo. Ternyata mendapatkan sambutan baik dari keduanya.
Sayapun ungkapkan kalau saya berkeinginan adakan turnamen Remaja Tenia karena saya lihat lapangan Manahan cukup banyak ada 9 lapangan merupakan kompleks terbesar setelah Jakarta. Idea ini disambut oleh keduanya dan terungkap sekali kalau minat petenis yunior di Solo sudah menurun karena tidak ada turnamen tersbut.

Ditunjuk sebagai Ketua Panpel Asean Para Games 2011

Jakarta, 12 Agustus 2011. Kembali ke Jakarta dari Manado tanggal 11 Agustus 2011, sayapun membaca surat dari National Paralympic Committee ex BPOC yang meminta saya sebagai Ketua Panpel Tenis Kursi Roda The 6th Asean Para Games 2011 yang akan berlangsung 12-20 Desember 2011 di Solo.
Sebenarnya persiapan sudah dilakukan sejak Maret 2011 tetapi saya belum dilibatkan karena saya sudah mengerti cara kerja dari BPOC selama ini. NPC atau BPOC sudah meminta ke Pengurus Cabang Pelti Solo untuk menjadi Ketua Panpel. Saya sendiri cukup heran dengan cara demikian karena event ini adalah event SEA Games penye\andang cacat maka sebaiknya dikoordinasikan dengan induk organisasi cabang olahraga tersebut di tingkat Pusat sepeeti dilakukan oleh Komite Olimpiade Indonesia untuk SEA games di Palembang. Saya sendiri dilibatkan di SEA Games tetapi sebagai Ketua anpel Soft Tennis cabang olahraga yang pertama kali diselenggarakan di SEA Games.

Hari ini saya mencoba kontak ke BPOC atau NPC tersebut dan sempat berbicara dengan Sejkjen BPC yaitu Pribadi yang juga sudah saya kenal selama ini. Tujuannya hanya meminta Technical Handbook yang sudah dibuat, kaena sebagai Ketua anpel agak aneh kalau tidak membaca dulu Technical Handbook tersebut. Sebenarnya Technical Handbook itu dibuat oleh Ketua Panpel seperti yang sudah saya lakukan dengan SEA Games di Palembang untuk Soft Tennis. Kemudian konsep Technical Handbook diminta persetujua dari Technical Delegate yang ditunjuk dari luar negeri.

Ketika itu juga saya diminta hadir dalam rapat koordinasi panitia di Solo untuk tanggal 13-14 Agustus 2011. Wow, belum strahat di Jakarta sudah harus keluar kota lagi. Setelah itu saya terima dengan email Technical Handbook yang sudah dibuat. Ternyata yang saya terima masih kosong, artinya belum dikerjakan dengan sempurna. Ya, dapat kerjaan lagi. Ya, sayapun harus baca dulu laporan Technical Delegate dari Malaysia karena sudah sempat datang meninjau lapangan Manahan. Bahan2 tersebut saya tidak punya, dengan harapan ketika ke Solo sudah bisa didapatkan.
Ketika saya bertanya kenapa diganti Ketua Panpelnya, ternyata dapat jawaban yaitu rekan yang telah ditunjuk kesan mereka tidak mengerti jobnya, sehingga panitia kebingunagan juga.

Bertemu teman lama di Tondano

Jakarta, 11 Agustus 2011. Sewaktu berkunjung ke Tondano, saya menyempatkan diri bertemu dengan rekan sewaktu bersekolah di Singaraja Bali. Pertemuan yang cukup mengesankan karena saya sudah lama tidak berjumpa dengan rekan satu ini yaitu Robby Senduk sekarang pensiunan perwira TNI Angkatan Laut yang mau kembali ke tanah leluhurnya di Tondano. Menempati rumah diatas tanah seluas 1 hetar, dia mau pindah dari kota besar ketempat yang sunyi.
Letaknya tidka jauh dari sekolah tenis di Sasaran. Diantar oleh rekan Eddy Baculu sayapun kerumah Robby Senduk yang beberapa hari lalu telah kehilangan salah satu kakaknya Henny Senduk. Dihalaman masih banyak saya lihat karangan bunga beduka cita.
Setelah bercerita ngalur ngidul mulai dari pertemuan terakhir di Jakarta setelah dia menamatkan penddikan di Akademi Angkatan Laut. Cerita tentang rekan di Sekolah Rakyat Singaraja yaitu Hendrik Pangemanan yang terakhir kali bersama Robby bertemu saya di Jakarta. Sayapun tidak ketemu lagi dengan Hendrik Pangemanan yang kerja di Teh SOSRO Jakarta.
Sayapun diminta menunggu kakaknya Tutje Senduk (tinggal di Bandung) dan Vonny Senduk yang ada di Tondano. Akhirnya tunggu juga. Puas ngobrol sayapun pamit kembali ke Manado, tetapi diminta ketemu juga dengan Jeanne Katoppo yang juga ada di Tondano. Dan kamipun berangkat kerumah Jeanne Katoppo-Mambu.

Kamis, 11 Agustus 2011

Kunjungan ke Sekolah Tenis Tumou Tou di Tondano

Jakarta, 11 Agustus 2011. Kunjungan ke Tondano tanggal 8 Agustus 2011 dengan tujuan melihat langsung klub tenis Tumou Tou di Sasaran Tondano dilakukan hari ini pukul 13.00 dari Manado. Perjalanan cukup lancar sambil melihat lihat Gunung Lokon ditepi kota Tomohon Pergi berdua dengan Sinyo Mosal, sayapun menyetir sendiri kendaraan ke Tondano.
Tiba di Tondano masih terlalu pagi karena latihan anak anak mulai opkl. 15.00, sayapun mencari warung kopi untuk merasakan kopi susu Tondano yang cukup dingi udaranya.
Sayapun iseng SMS ke Eddy Baculu dan Rexy Raturandang.Keduanya lagi tunggu kedatangan saya di Tondano. Untuk mempercepat sayapun sms. Waktu ditanya kembali sama Eddy, saya sama siapa datangnya, sayapun katakan sama wewene (cewek). Maksudnya supaya mereka cepat datang. Kemudian ditanya juga cewek mana, langsung saya katakan keke Tondano biar tambah penasaran. Betul juga setelah itu lima menit kemudian keduanya muncul diwarung Esa Mokan Tondano.
" Kena deh." dipikirnya cewek beneran bersama saya.
Setelah itu langsung ke Sasaran melihat anak anak berlatih. Begitu tioba saya liha sedang latihan pemanasan dan hadir pelatih Eddy Pandelaki yang sudah lama saya kenal di Jakarta.
Ternyata ada 20 petenis cilik. dan sayapun sempat bertanya kepada mereka satu persatu. So berapa lama ngana main tenis." begitulah pertanyaan saya kepada mereka. Ada yang baru 1 bulan dan lainnya 1,5 tahun sesuai dengan berdirinya sekolah tenis ini. Ada 3 petenis yang pernah ikuti Turnamen RemajaTenis di Palu tahun 2010.
Sewaktu saya bertanyakepada mereka apa lagi yang dibutuhkan setelah ada 2 lapangan indoor, pelatih dan bola, maka jawaban yang saya terima adalah TURNAMEN. Inilah kebutuhan atlet yang sangat diharapkan dimana mana. Di Sulawesi Utara praktis tidak ada turnamen nasional. Sayapun minta kepada Eddy Baculu dan Eddy Pandelaki agar buat saja Persami.

Ulang tahun disaat Berduka di Manado

Jakarta, 10 Agustus 2011. Berada di Manado disaat ulangtahun merupakan peristiwa keempat kalinya dalam kehidupan saya. Tanggal 7 Agustus 2011 saya berada di Manado dalam rangak meninggalnya mertua perempuan. Jadi untuk kali ini untuk pertamakalinya disaat berduka saya berulang tahun.
Tiba di Manado Sabtu malam 6 Agustus 2011, sebagaimana kebiasaan di Manado disaat menunggu jenazah pemuda pemuda dikota tersbut berkumpul sambil menyanyi dan bermain kartu. Ya, biasanya ada yang mulai mabuk kecil kecilan. Sayapun tidak bisa tidur, dan saya paksakan masuk tempat tidur jam 04.00 pagi. Kemudian sudah bangun pkl 07.00.
Waduh ini saya kuatirkan sekali yaitu kurang tidur diusia senja ini. Tetapi ap boleh buat harus menerima kenyataan, padahal kalau mau enak bisa saja saya pulang kerumah sendiri di Manado tetapi tidak saya lakukan.
Menginat banyak juga teman teman yang mau datang melayat maka hari Minggu 7 Agustus 2011 saya tidak keluar rumah.
Sore hari datanglah teman lama Ken Baculu yang dulu sewaktu berada di Manado membentuk club tenis dengan nama Manado Youth Tennis Club dibawah asuhan Panglima Kodam Merdeka Brigjen Widjojo Soejono (sekarang Purnawirawan Jendral TNI) Dan akhirnya datang juga rekan Eddy Baculu dari Tondano.Dalam pembicaraan diundang untuk keTondano melihat klub tenis asuhannya di Sasaran Tondano. Keinginan memenuhi undangan besar sekali dengan tujuan berikan motivasi kepada petenis yunior jika dikunjungi petinggi Pelti Pusat.
Malam hari ada kebaktian penghiburan dilakukan oleh Gereja GMIMPerka Sorong Manado sampai jam 22.00 dan setelah itu dilanjutkan juga dengan acara pemuda pemuda setempat menyanyi sambil main kartu. Sayapun paksakan diri tidur jam 01.00, dan esok harinya sayapun baru bangun pukul 07.00

Berangkat ke Manado

Jakarta, 10 Agustus 2011. Beberapa hari lalu, tetapyna Santu 6 Agustus 2011 terima berita dari Manado kalau mertua perempuan baru meninggal, dan langsung saya pesan tiket pesawat untuk istri ke Manado. Waktu itu belum ada pikiran mau ke Manado bersama sama. Tetapi akhirnya saya memutuskan ikut serta karena sewaktu mertua laki meninggal beberapa tahun silam saya tidak ikut ke Manado. Jadi kesimpulan saya waktu itu harus ikut juga ke Manado.
Ternyata mendapatkan pesawat sore hari dengan Batavia Air. Yang berangkatnya juga tertunda dari jam 15.30 diundur 45 menit kemudian.
Sewaktu check-in masih ada waktu 2 jam, dan saya mencoba buka laptop untuk internet connection dengan modem IM2. Periksa tas laptop ternyata modemnya ketinggalan. Lihat jam masih ada waktu maka saya nekat kembali ke Jakarta untuk spesial ambil modem tersebut.
Karena selama ini saya harus selalu mengikuti perkembangan melalui internet dan mengirimkan email2 yang masuk begitu banyak. Jadi sangat ketergantunga dengan internet membuat saya haru membawa laptop dan modemnya.
Ternyata cukup waktu untuk kembali kebandara. Tiba di Manado cukup larust malam pkl. 21.30 dan bersamaan pula kakak ipar dari Surabaya juga tiba lebih awal.
Ada kejadian lucu, sewaktu ambil bagasi kakak ipar saya ini masih menunggu bagasinya belum ketemu, sedangkan bagasi saya sudah lebih dulu. Sampai semua bagasi pesawat Lion yang digunakan sudah habis, maka saya anjurkan pergi ke bagian lost and found Lion Air saja. Petugas sangat ertbatas, maka waktu habis menunggu. Tetapi sayapun minta dia lihat koper yang ada disana.Dia katakan tidak ada.
Saat petugasnya datang diapun tunjukkan resi bagasi maka diketemukan tas itu. Dia katakan bukan miliknya sedangkan nomer resinya sama. Akhirnya petugasnya bingung juga maka dilihat nama penumpanya didapatlah namanya tetapi diapun katakan bukan miliknya. Akhirnya dibukalah tas tersebut baru dia sadar kalau itu tasnya.." Memang so tua ngana sayang."

Kamis, 04 Agustus 2011

Remaja Sumut bangkit dibuka Gubernur Sumut

Jakarta, 4 Agustus 2011. Kegiatan dibulan Juli 2011 ditambah dengan pelaksanaan turnamen nasional RemajaTenis di kota Medan, tepatnya tanggal 22-24 Juli 2011 dengan label Remaja Sumut Bangkit. Yang saya tidak duga adalah acara pembukaan turnamen bisa dilakukan oleh Plt Gubernur Sumut. Kepastian Gubernur Sumut bisa hadir ternyata baru disampaikan malam harinya, tetapi dikatakan Gubernur akan main tenis 22 Juli 2011 pagi.
Karena sistem kali ini tanpa sign-in maka pembagian kaos peserta baru dilakukan 22 Juli 2011 pagi.
Bisa dibayangkan Gubernur sudah selesai main dilapangan yang akan digunakan sebagai acara pembukaan, maka saat itu peserta yang datang belum banyak.
Karena sudah ada Gubernur maka dipaksakan siapa yang sudah hadir untuk masuk kedalam lapangan untuk upacara.
Selama ini turnamen Remaja Tenis dibuka oleh pejabat setempat seperti di Jogja (2009) oleh Ketua Pengprov Pelti DIY, di Mataram NTB ( 2010) dibuka oleh Ketua Umum KONI NTB, di Sumbawa Besar (2010) dibuka oleh Bupati Sumbawa Besar, di Palu ( 2010) dibuka oleh Gubernur Sulteng, di Pontianak (2010) dibuka oleh Ketua Pengprov Pelti Kalbar (2010), di Banjarmasin (2010) dibuka oleh Ketua Umum KONI Provinsi Kalsel.
Bertambahnya pejabat negara setempat membuka turnamen RemajaTenis merupakan salah satu kebanggaan kami dan juga penerimaan daerah atas keberadan RemajaTenis.

Terlambat check-in

Jakarta, 4 Agustus 2011. Ada satu kejadian yang tidak bisa dilupakan saat berangkat ke Medan , tepatnya tanggal 21 Juli 2011 sebagai persiapan pelaksanaan Turnamen Remaja Sumut Bangkit di lapangan tenis Kebon Bunga Medan.
Memang sebelumnya saya diingatkan agar berangkat dari rumah pukul 04.30 karena kuatir macet, sedangkan pesawat Lion jadwalnya pukul 07.00. Karena saya pikir pagi pagi tidak macet sayapun baru bangun pukul 04.30 dan siap berangkat pukul 05.15. Tiba di bandara pukul 06.00, dan karena barang yang dibawa cukup banyak ada 90 kg isinya bola, spanduk2 untuk turnamen. Ternyata dibandara salah turun dari kendaraan , seharusnya di terminal 1 B , saya turun di terminal 1 A. Bertiga kami jalan pindah ke terminal 1 B.
Di counter cukup ramai sekali, dan kamipun antre seperti biasanya. Begitu sudah dekat counter, baru dibilang sama penumpang lainnya kalau counter ini untuk yang tanpa bagasi. Maka pindahlah kecounter lainnya yang juga cukup ramai sekali. Antre kembali, dan begitu tiba didepan counter sudah tinggal 5 menit lagi boarding. Dipindah kecounter ujung. Ikutlah pindah dan sampai dicounter, dikatakn sudah tutup. Bisa dibayangkan dengan bagasi 90 kg terpaksa batal berangkat karena dianggap terlambat. Apapun argumentasinya tetap penumpang salah. Tiket dianggap hangus atau dinilai hanya 10 % saja. Artinya harus beli tiket baru lagi, dengan harga Rp. 1.400.000 perorang. Sedangkan kami bertiga. Karena harus berangkat juga , maka sayapun menerima penawaran ke jam 09.00 karena yang jam 08.00 sudah penuh. Ya, nasib harus bisa menerima, yang penting harus berangkat ke Medan.

New Armada mau dipindah waktunya

Jakarta, 4 Agustus 2011. Beberapa hari lalu saya terima telpon dari rekan di Magelang. Ada keinginan untuk memindahkan jadwal turnamen New Armada yang semula diawal tahun ,ingin diakhir tahun. Tetapi keinginan itu dijawab sendiri, artinya tahun 2011 jika dipenuhi akan diselenggarakan dua kali yaitu awal Januari dan akhir Desember 2011.
Saya sendiri mengatakan bukan masalah mau selenggarakan beberapa kali turnamen justru akan membantu pertenisan kita.
Dikatakan pula keinginan ini setelah berkonsultasi dengan rekan pelatih FIKS dari Bandung, sehingga dikatakan jika diselenggarakan setelah pelaksanaan FIKS Bandung, karena musim liburan sekolah. Jadi idea ini muncul setelah berkonsultasi dengan rekan dari Bandung.

Tetapi saya bertanya kembali, tentang jumlah pesertanya awal tahun 2011, karena jika pesertanya sangat minim maka alasan diubah jadwalnya dari anuari ke Desember masuk akal alasannya karena liburan sekolah. Ketika dijaab mencapai angka 300 pesertanya maka saya katakan sekarang petenis yunior itu tidak mengenal waktu liburan atau sekolah. Bahkan sering minta ijin bolos sekolah.
Saya katakan pula, masyarakat tenis sudah mengenal Piala New Armada itu diawal tahun sehingga petenis yunior sudah dijadwalkan ikut pertandingan diawal Januari setiap tahunnya.
Jadi kesimpulan saya waktu itu tidak perlu dipindahkan keakhir tahun karena sudah populer diawal tahun

Rabu, 27 Juli 2011

Ditemukan prize money di turnamen yunior

Jakarta, 14 Juli 2011. Hari ini saya terima SMS dari salah satu orangtua yangputranya cukup aktip ikuti turnamen tenis yunior. Isinya sangat mengagetkan sekali karena selama ini saya menganggap turnamentersebut sudah mengerti mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan khususnya turnamen yunior. Bunyi SMS tersebut sebagai berikut. " Pak..kejuaraan B kok dapat uang ya pak." begitulah SMS tersebut datang dari Jogja yang sedang berlangsung saat itu. Sayapun langsung kirimkan SMS kepada penyelenggara. " Mohon kepada pemenang B Jogja tdk diberikan peize money sesuai ketentuan TDP tdk diperkenankan beri hadiah uang. Mhn jgn dilanggar." Tetapi SMS saya ini tidak dijawab. Karena ingin tahu lebih detail sayapun kirimkan SMS kepada orangtua yang melaporkan masalah ini. Dan juga kepada orangtua lainnya sebagai peserta. Ada jawabannya . Mmgpak juara dpt uang dan HP, quarter dpt baju celana. Tetapi ada juga orangtua yang beri jawabannya agak lucu. Setahu saya dari dulu turnamen B ini selalu berikan uang. Dan karena saya minta diberikan buktinya maka saya terima jawabannya.
Amplop d ambil...sbgai bukti pengambilan uang. dan uangnya d ambil oleh pemenangnya. Penasaran juga maka saya kirim SMS ke refeee yang bertugas dan penanggung jawab wasit di PP Pelti. Dapat jawaban dari penanggung jawab wasit Didapatka data dari referee yang bertugas kalau penyelenggara berikanberpacu ke voucher. Karena saya tetap mencari tahu maka saya kemukakan kepada penanggung jawab wasit bukti laporan dari orangtua pemenang menyatakan ada uang cash. Maka saya terima balasan dari penanggung jawab wasit yaitu. " Menurut keterangan yg sy dpt orangtua pemain yg ambil." Ini berkembang terus dan karena saya tetap ngotot kirim sms kepada referee yangtidak menanggapinya, maka tiba tiba saya terima jawabannya esok hari ." Sepngetahuan saya, pemain dapat piagama, Piala dan hadiah bola." Tetapi karena saya masih kurang yakin jawabannya ini maka saya krimkan sms lagi sebagai tanggapan. Kemungkinan setelah ketahuan beri prize money maka diubahlah caranya. Tetapi sehari sebelumnya sudah ada yangmenerimanya kemudiandihari terakhir diganti caranya dengab berikan bolayang kemudian bola itu dibeli panitia ditempat pertandingan. Cara cara seperti ini sudah jelas melanggar. Tetapi ada yang menarik salah satu rekan saya coba investigasi orangtua pemenang yang dikenalnya karena putranya keluar sebagai pemenang. Jawaban yang diterima agak lucu. Karena orangtua itu katakan jangan beri tahu kepada saya. Ada pengakuannya juga sebagai pegangan. Waduh saya coba kirimkan sms kepada Ketua Pelti kota Jogja. Yang dalam sms kemasyarakat tenis disebutkan kalau mereka tidak pernah mendapatkan teguran dari PP Pelti. Saya langsung kirimkan sms menyebutkan jika ada pelanggaran aturan TDP dengan berikan hadiah uang (dalam bentuk apapun) maka tdk diakui sebagai TDP. Dan sms sys dibalasnya pula . Isinya. " Maaf menurut yg saya tau tidak ada hadiah apapun kecuali piagam, piala dan sovenir, jadi selain tsb diatas tidak ada, karena saya juga ikut menyerahkan utk salah satu pemenang, terima kasih". Maka saya forward saja sms yg saya terima dari salah satu orangtua pemenang yang terima hadiah uang.Dan sebutkan hasil investigasi dari rekan2 di Pelti ada ditemukan hadia pemberian uang.Akhirnya diapun mau mengerti.
Ya, kalau begitu terus maka saya kasian terhadap petenis yang menerima hadiah uang yang nilainyatidak terlalu besar karena uang yang diterima sekitar dibawah Rp. 500 ribu.

Jumat, 08 Juli 2011

Harus jeli persiapkan atlet ke PON 2012

Jakarta, 8 Juli 2011. Menjelang Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012 di Riau oleh PP Pelti akan diselenggarakan Pra-PON yang waktunya masih belum ditentukan sekali karena ada permintaan agar dilaksanakan akhir tahun 2011.
Disamping itu pula ada ketentuan baru dimana peserta PON ini harus kelahiran tahun 1991, sehingga beri peluang kepada atlet2 daerah bisa berkembang dan bisa ikuti event akbar sekali 4 tahun ini.
Tetapi kalau saya ikut perkembangan ada daerah yang tenang tenang saja tidak terlihat aktivitasnya tetapi ada yang sudah mempersiapkan dirinya bahkan ada daerah sudah mulai lakukan import atlet daerah lain atau dengan kata lain mutasi atlet atau lebih kasar dikatakan beli atlet.
Saya mencoba membuka atau menganalisa keadaan pertenisan saat ini yang saya kira tidak semua daerah mengetahuinya.
Daerah 12 tempat yang diperebutkan daerah dalam PON maka 8 daerah akan masuk langsung didalamnya termasuk tuan rumah. Ketujuh daerah ini dipilih berdasaran 2 atletnya yang memiliki Peringkat NasionalPelti (PNP) tertinggi.

Saya mau coba membaca peta kekuatan berdasarkan PNP terakhir ( 1 April 2011. Dari nama nama yang tercatat 53 atlet ternyata yang bisa ikuti PON ini hanya 24 putra dan dari 42 nama putri yang layak ikut hanya 37 petenis.Memang putri yunior lebih banyak memiliki PNP dikelompok umum atau senior.
Bagaimana kesempatan atlet atlet bisa ikuti PON?
Coba kita lihat dari putra lebih dulu. Ada 24 putra. Andaikan distribusi atlet dari 24 tersebut kita asumsikan perdaerah 2 maka ada 12 daerah yang layak, sedangkan yang masuk langsung tanpa ikuti PRa_PON adalah 7 daerah dan 1 tuan rumah masuk langsung. Artinya hayna 14 atlet saja yang dihitung, tetapi kenyataannya akan berbeda karena ada daerah yang memiliki 3-4 atletnya.
Saya coba analisa dulu, dari 24 atlet tersebut mewakili daerah mana saja.
DKI ada 5, Jawa Barat 3, Jawa Tengah 4, Jawa Timur 3, Sumut 1, Kalimantan Barat 1. Berarti hanya 6 dan tuan rumah yang langsung masuk ke PON 2012.
Bagaimana dengan putri yang memiliki PNP ada 37 petenis. Kalau dirata ratakan saja secara kasar, maka andaikan setiap daerah 2 didapat 18 daerah.
Coba kita lihat dari 37 nama tersebut pembagian nya seperti apa.
DKI 11, Jabar 4, Jateng 11, Jatim 2, DIY 2, Kalbar 1, Sumsel 1, Sumut 1,Kaltim 1, Sumbar 1, Sulut 1. Berarti ada 11 daerah plus 1 tuan rumah.

Melihat peta ini seharusnya rekan rekan duidaerah lebih jeli melihat peluangnya. Saat ini baru satu daerah yang menyatakan tidak ikut Pra-PON yaitu Papua.

Saya sendiri sewaktu bertemu rekan rekan didaerah telah menyampaikan masalah peluang bisa didapat asal tahu cara caranya. Salah satu yang saya anjurkan agar setiap daerah bisa selenggarakan turnamen nasional kelompok umum sehingga bisa mendapatkan PNP bagi daerahnya. Ini lebih murah daripada kirimkan atletnya ikuti turnamen di Jakarta.

Kamis, 07 Juli 2011

Pembina Kurang Menghargai Perjuangan atletnya

Jakarta, 7 Juli 2011. Ada satu permasalahan yang saya perhatikan didunia pertenisan kita ini. Ada permasalahan yang bisa dianggap sepele. Semua pihak mengakui kalau peranan orangtua itu sangat dominan didalam memajukan pendidikan putra dan putrinya begitu pula di pertenisan disamping pelatihnya. Ada sesuatu hal yang saya perhatikan perlu juga dipahami bagi para orangtua selaku pembina. Kita akui kalau penggemar tenis itu datang dari berbagai kalangan mulai dari menengah keatas bahkan ada juga yang berasal dari kalangan bawah.

Saya bisa bicara disini berdasarkan pengamatan saya disetiap turnamen khususnya kalangan petenis yunior. Setiap atlet bertanding tentunya membutuhkan perhatian baik dari pelatih maupun orangtuanya.
Memang setiap orangtua maupun pelatih mempunyai pandangan berbeda dengan saya. Tetapi sedikitnya didalam membangun pembinaan putra dan putrinya itu diperlukan juga suatu penghargaan terhadap prestasi yang didapatnya. Nilai penghargaan tentunya akan berbeda beda tergantung dari mana melihatnya. Karena saya pernah merasakan sebagai atlet yunior. Coba kita perhatikan jika melihat didalam suatu acara baik dikalangan bawah maupun atas. Acara lucky draw. Yang hadir memberikan perhatian cukup besar. Padahal nilai barang yang dijadikan hadiah setiap orang bisa membelinya sendiri. Tetapi anthusiasnya mereka mengikutinya. Karena semua mata tertuju kepadanya jika berhasil mendapatkan lucky drwa tersebut. Hal yang sama juga pada petenis yunior. Ada kebanggan disaat acara penyerahan hadiah, semua mata tertuju kepadanya dan diabadikan dengan foto.

Ada beberapa contoh kecil, disaat putra ataupun putrinya mendapatkan prestasi baik mulai dari semifinalis , ataupun runner up dan juga juara, tentunya perlu mendapatkan perhatian baik dari penyelenggara maupun pembinanya. Kalau putra ataupun putrinya menjadi juara ataupun runner up, maka pembinanya masih berikan waktu untuk menunggu acara pemberian penghargaan tersebut. Artinya mau menunggu saat upacara pemberian penghargaan kepada pemenang. Tetapi beda jika hanya mencapai semifinal saja, maka penghargaan yang diberikan oleh penyelenggara itu diangap remeh artinya acara tersebut tidak akan dihadirinya karena ingin pulang cepat cepat. Saya perhatikan sekali, jika ini terjadi bagi atlet yang baru pertama kali menjadi semifinalis, kemudian ditinggal pergi juga oleh pembinannya maka ada sedikit kekecewaan tersendiri. Bagi atlet tentunya ada kebanggaan dengan membawa pulang piala dan piagam yang diterimanya tetapi diterimanya dalam acara khusus yaitu acara pemberian hadiah dan diabadikan dalam foto foto.

Ada lagi kasus lainnya, dimana penghargaan bagi pemenang ditolak oleh pembinanya. Ini kasus benar benar terjadi. Memang saya perhatikan ada beberapa pelaksana turnamen didalam promosi turnamen dengan berbagai cara untuk menarik atlet tersebut bisa berpartisipasi. Berbeda dengan beberapa tahun silam. Karena minimnya turnamen sehingga ada kepastian kehadiran pemain terutama jika dimusim liburan sekolah. Saat ini munculnya turnamen sehingga tiba saatnya pembina tersebut bisa memilih turnamen tersebut sesaui dengan kemampuan koceknya sendiri.
Mau tahu promosi yang dilakukan penyelenggara. Kalau yang biasa sesuai anjuran Pelti, cukup cantumkan hadiah dalam bentuk piala dan piagam sebenarnya sudah cukup . Tetapi akibat persaingan tersebut maka dicantumkan adanya hadiah barang berupa sovenir. Tetapi ada juga dengan berani mencantumkan nilah hadiah barang tersebut mencapai puluhan juta rupiah. Bagi kalangan tertentu bisa mengartikan lain. Saya pernah berdebat dengan salah satu orangtua atlet yang termakan dengan promosi tersebut. Pembina ini lupa kalau dicantumkan hadiah berupa sovenir ataupun barang tersebut dianggapnya ada hadiah uang cash. Hadiah berupa barang dengan nilai puluhan juta bisa juga diartikan mulai dari harga Piala, Piagam dan sovenir. Untuk turnamen yunior mempertandingkan kelompok umur 10 tahun, 12 tahun, 14 tahun, 16 tahun dan ditambah 18 tahun maka panitia harus sediakan piala sejumlah 10 x 4 bh= 40 piala. Tetapi bisa juga hanya diberikan kepada juara dan runner up, berupa piala dan piagam. Dan semifinalis tidak diberikan piala tetapi piagam. Total hadiah tersebut termasuk sovenir di total bisa saja mencapai puluhan juta rupiah. Kecewa merasa tidak sesuai harapannya, tetapi menurut saya termakan dengan promosi, maka pembina ini langsung tidak mau ambil hadiah piagam dan sovenir yang disediakan (apapun bentuknya). Saat itu setelah saya terangkan semuanya pembina (KU 10 tahun) langsung mau pulang dan saya katakan itu hak Anda. Langsung anaknya diajak pulang . Tetapi apa yang terjadi, didepan saya anak itu tidak mau pulang, dan untungnya ayahnya tidak marah2 sama anaknya karena kesal. "Tunggu dulu mau lihat yang bertanding." ujar anak tersebut memberikan alasannya.
Disinilah, yang perlu diperhatikan pembinanya tidak mau mengerti dengan keinginan putranya. Ini pendapat saya. Karena anak ini ingin juga hadir disaat ada acara penyerahan hadiah walaupun hanya sebagai semifinalis.

Ada satu lagi yang buat saya terkejut. Setelah acara penyerahan hadiah dimana ditambah foto bersama (tentunya anak2 ingin foto bersama sebagai kebanggaannya juga) selesailah sudah acara tersebut. Saat saya mau kembali ke Jakarta, sempat rekan saya mendapatkan sms mengatakan kalau hadiah cincin yang diterima putranya (juara) ternyata cincin emas muda. Saya sendiri tidak mengerti masalah emas.
Artinya cincin itu sudah mau dijual oleh ayahnya. Mungkin sudah butuh uang. Belum 2 jam selesai penerimaan ternyata hadiah itu mau dijual.
Disini saya melihat pembinannya kurang menghargai nilai hasil perjuangan putranya untuk mendapatkan hadiah tersebut. Menurut saya seharusnya putranya menikmati dulu cincin tersebut beberapa hari. Sehingga jika ketemu dengan rekan rekannya tentunya akan bertanya hadiah tersbut. Disinilah kebanggaan atlet dibandingkan rekannya yang kurang berhasil diturnamen.
Bisa saja terjadi pembinanya sudah membutuhkan uang untuk kehiduopan sehari harinya atau untuk membeayai anaknya ikuti turnamen dikota lainnya. Tetapi ini semua pendapat pribadi saya saja menghadapi masalah ini. Karena pengamatan saya banyak orangtua/pembina kurang mendukung prestasi atletnya sendiri, akibat ulah yang berlebihan ini. Kegagalan atlet karena ulah pembinanya sendiri.

Publikasi memojokkan jika tidak melihat akar permasalahannya

Jakarta, 7 Juli 2011. Beberapa minggu lalu saya pernah menerima telpon dari salah satu rekan wartawan di Jakarta. Dia menanyakan masalah atlet tenis dengan induk organisasi tenis Pelti. Karena saya masih menyetir mobil, maka saya hanya sms saja kalau sebaiknya tunggu selesai saya menyetir mobil. Tetapi akhirnya saya tidak terima telpon walaupun saya sudah selesai menyetir mobil.
Ini masalah yang kalau diterangkan tidak dari awal maka akan terjadi berbeda persepsi dengan sebenarnya.

Saya sendiri karena mengikuti cerita dari awal baik maksud dan tujuan dari policy yang dibuat induk organisasi maka sayapun masih bisa memberikan penjelasan kepada siapa saja, tetapi bukan diambil cerita atau minta jawaban sepotong potong seperti selama ini dilakukan oleh rekan rekan saya sendiri akibatnya jadi bulan bulanan jurnalis.

Diawal tahun diedarkan selebaran masalah seleksi nasional dengan tujuan untuk kepentingan tim nasional jika terpilih dari seleksi tersbut. Jadi keinginan pembuat seleksi sudah jelas dan diketahui pesertanys sendiri. Dari nominasi atletpun sudah diberitahu maksud dan tujuannya.
Setelah seleksi maka akan diambil 3-4 peringkat tertinggi hasil seleksi tersbut. Maka diundanglah atlet yang terpilih dalam satu kegiatan di Jakarta. Kegiatan pertama dengan mengatas namakan Indonesia maka pemenang seleksi (kira kira begitu) diikut sertakan dalam kegiatan pertama. Memang setiap tahun kegiatan ini sudah cukup dikenal masyarakat tenis. Hasil seleksi akan diikutkan sertakan dalam dua kegiatan baik didalam negeri maupun luar negeri. Masyarakat tenis khususnya atlet yang ikut seleksi so pasti mengetahuinya, termasuk orangtua ataupun pelatihnya.
Dalam satu tahun akan diikut sertakan minimal dalam 2 kegiatan internasional . Dalam kegiatan pertama atlet berhasil lolos sebagai pemenang dan sebagai hadiah maka atlet tersebut diundang nantinya keluar negeri ikuti suatu kegiatan sebagai hadiah selama 5 minggu. Ini gratis lho.
Setelah kegiatan pertama , langsung diterima pernyataan kalau untuk akan datang semua komunikasi harus melalui seorang manajer seperti pengakuan tertulisnya. Maka dicobalah komunikasi langsung kepada orangtuanya dan gagal, karena sudah terikat dengan komitmennya ada manajer yang akan melayaninya. Sewaktu terima pemberitahuan tersbut, maka sayapun punya feeling kalau akan timbul masalah. Kenapa demikian, karena berdasarkan pengalaman saya di Tenis Indonesia ini sehingga muncul dugaan tersebut.Ternyata benar juga.
Dalam kegiatan pertama, memang sempat terungkap kalau atlet tersebut layak diundang ikuti tour turnamen diluar negeri yang dibeayai untuk kelompo umur diatasnya (artinya gratis bagi atlenya), tetapi harus melalui induk organisasi di Tanah Air sesuai ketentuan internasionalnya. Ini pendapat pelatih asing terhadap prospek atlet tersebut.
Kemudian Indonesia harus mengirimkan tim nasional ikuti kejuaraan dunia diluar negeri, dimana atlet tersebut sesuai komitmen di seleknas terpilih membela Merah Putih. Saya tahu selama ini ada kebanggaan tersendiri bagi atlet yang baru pertama kali terpilih membela Merah Putih sehingga otomatis akan setuju.
Tapi ini lain lagi, seperti dugaan saya semula. Ternyata mendapat jawaban tidak langsung dari atlet tersebut melalui manajer yang ditunjuknya, kalau tidak bersedia membela ikut dalam tim nasional. Alasannya adalah bukan lawannya dan dia harus berjuang sendiri dalam tim. Disinilah saya melihat ego nya lebih menonjol, bukan keinginan membela Merah Putih.
" Ya, kalau sudah begitu mau diapain lagi. Betulkan dugaan saya sebelumnya kalau akan ada masalah.? " ujar saya kepada rekan sendiri yang bertanggung jawab atas tim nasional ini.
Sehingga induk organisasi harus menerima keinginan tersebut. Masalah ini ada dua pendapat yang berbeda dan sah sah saja. Apalagi kalau tidak ikuti permasalahan sebelumnya. Karena sudah demikian, terpaksa keinginan tidak mau membela Merah Putih harus diterima.
Kemudian terima undangan ikuti tur keluar negeri sebagai hasilnya di kegiatan pertama. Dan langsung dikirimkan kepada petenis tersebut melalui manajernya. Dan jawabannya yang diterima sama juga seperti diatas, menolak karena lebih mengharapkan hadiah tur untuk kelompok umur diatasnya. Ini juga wajar wajar saja keinginan tersebut untuk meningkatkan prestasi. Yang jadi pertanyaan segelintir rekan saya, adalah kenapa musti pilih-pilih sedangkan atlet tersebut sebagai yang diundang. Jadi tergantung yang mengundang.
Inilah masalah yang berkembang dan muncullah persepsi sepihak apalagi ditambah opini dari beberapa teman yang sedikit kecewa yang memojokkan. Wajar saja persepsi orang kecewa berbeda dengan yang tidak kecewa, sehingga kacamata melihat permasalahannya sangat sangat berbeda. Inilah tenis di Indonesia ini

Senin, 04 Juli 2011

Agar tidak terlihat bodoh

Jakarta, 4 Juli 2011. Ada permintaan atau pertanyaan kepada saya dari orang kedua PP Pelti yaitu masalah ketentuan Davis Cup. Jika nominasi 4 pemain dan 1 kapten telah dikirimkan apakah bisa digantikan oleh sewaktu hari H nya.
Memang saya sudah lama tinggalkan baca aturan ini, maka ada pengertian tentang klausul ini. Memang didalam nominasi yang dikirimkan itu menyebutkan kalau 1 jam sebelum pertandingan 2 nama bisa diganti. Secara gamblang pengertian semua pihak mengatakan kalau mau mengganti maka harus diambil dari 4 nama yang sudah dinominasikan.
Untuk meyakinkan atas ketentuan ini maka cara paling mudah saya akan bertanya kepada rekan wasit luar negeri yang sudah biasa memimpin Davis Cup ini.
Tetapi saya juga tidak mau dikatakan bodoh sekali atas aturan ini, maka saya cari cara bertanya dimana agar mereka membenarkan pendapat saya. Dan ternyata berhasil dan mereka katakan setuju dengan pendapat saya,
Jawabannya adalah kita bisa mengganti 2 nama diambil dari diluar 4 nama yang sudah dinominasikan itu. Begitulah cara saya bertanya karena sudah malas membaca buku ketentuan Davis Cup yang sudah ada.

Wasit Mau Boikot

Jakarta, 4 Juli 2011 Ada suatu kejadian yang selama ini sudah lama tidak pernah terjadi dipertenisan Indonesia dimana saya terlibat. Saya sedang di Jakarta turnamen Piala Bupati Bogor sedang berjalan dihari kedua. Saya menerima telpon dari Referee disampaikan bahwa rencana penggunaan lapangan di 5 lokasi diciutkan menjadi 2 lokasi saja. Memang rencana semula saya dapatkan laporan dari penanggung jawab RemajaTenis Rahayu MH kalau Piala Bupati Bogor akan menggunakan 4 lokasi artinya total lapangan ada 8 lapangan, tetapi menjelang turnamen diminta oleh Referee karena pesertanya diluar dugaan, maka permintaan Referee tambahan 2 lapangan lagi dan saya anjurkan juga hubungi sama penanggung jawab Rahayu MH agar disiapkan. Saya sendiri sudah sampaikan kepada Referee agar dihitung kembali kebutuhan lapangan tersebut dengan jumlah pesertanya sebelum putuskan tambah lapangan, karena saya tidak mau pusing diadalam tugas merencanakan persiapan turnamen.Ternyata langsung Rahayu bereaksi dengan hubungi Panpel agar permintaan Refere bisa disiapkan oleh Panpel 2 lapangan Brimob di Kedung Halang. Ini berarti tambah tugas baru lagi bagi Rahayu MH, karena sudah diluar rencana berarti ada tambahan dana.
Saya hanya memonitor kegiatan ini sesuai keinginan Panpel yang baru pertama kali selenggarakan turnamen nasional. Dan tenaga pelaksana diserahkan ke crew RemajaTenis.
Sewaktu terima laporan Referee akan ada pengurangan lapangan maka saya anjurkan lapor saja ke atasannya. Dengan penambahan lapangan dari 4 lokasi menjadi 5 lokasi menjelang turnamen maka akan ada perubahan anggarannya, itu logikanya. Beaya lapangan, ballboys, wasit dan tournament desknya.
Rahayu setelah menerima laporan ini langsung merevisi anggaran yang semula meningkat dan memutuskan akan ada pengurangan anggaran dengan berkurangnya 3 lapangan. Memang lapangan tambahan lapangan Brimob direncanakan hanya 2 hari saja.
Mulai dari pengurangan ballboys, kemudian wasit, tournament desk. Setelah dapat konfirmasi Ball boys tidak ada masalah tetapi masalah muncul adalah wasit. Wasit yang digunakan adalah wasit dari Kabupaten Bogor sebagai prioritas utama ditambah wasit dari Jakarta dan Bandung. Maka Rahayu selaku penanggung jawab mencari wasit tambahan dari Jakarta dan Referee mencari wasit dan tournament desk dari Bandung.
Ada pengurangan wasit oleh Rahayu ternyata tidak disetujui oleh wasit dari Bandung, sedangkan wasit dari Jakarta bukan masalah. Mulailan terjadi miskomunikasi antar Referee dan penanggung jawab. Saya sewaktu dilaporkan oleh Rahayu tentang rencana ini cuma mendengar saja dan biarkan jika permasalahan bisa teratasi.
Yang muncul hari ketiga pagi saya ditelpon oleh Direktur Turnamen yang meminta tolong karena ada informasi kalau wasit wasit akan boikot turnamen. Saya mendengar ini langsung naik pitam juga tetapi kepada Direktur Turnamen kalau masalah ini tidak akan terjadi. Sayapun menjamin turnamen akan berjalan seperti biasanya.
Begitu juga saat Referee melaporkan masalah ini kepada saya dan saya menjamin semua permasalahannya bisa teratasi. Tidak disangka ternyata Referee beri kesempatan kepada salah satu wasit dari Bandung mau bicara langsung kepada saya. "Bisa dibayangkan perasaan Bapak yang sedang bertugas tiba tiba diputuskan." ujar Deni salah satu wasit yang datang dari Bandung. Sayapun langsung sampaikan kalau ini masalah miskomunikasi saja antara Referee dengan Rahayu yang bertanggung jawab atas turnamen ini dan kelihatannya wasit ini mulai menurun nada suaranya. Tetapi saat ini juga saya manfaatkan untuk menyampaikan uneg uneg saya. Langsung saya katakan kalau saya mendengar dari Direktur Turnamen kalau wasit mau boikot. Andaikan rencana boikot ini disampaikan oleh wasit langsung kepada saya maka saat itu juga saya akan usir wasit2 yang mau boikot. Karena tidak ada kamusnya bagi saya wasit mau boikot, artinya mau menggagalkan turnamen ini. Dan saya katakan ini untuk kedua kalinya saya alami wasit mau boikot. Dan langsung saya ceritakan kira2 tahun 1990-1991di Samarinda ada Indonesia Masters. Wasit lokal mau boikot atas kepemimpinan saya selaku Direktur Turnamen, dan saya langsung katakan silahkan keluar saja karena saya tidak butuh tenaga kalian. Ini akibat tidak disiplinnya wasit datang kelapangan. Kebetulan saya waktu itu menolak satu wasit yang datang terlambat dan saya minta tidak perlu tugas hari itu juga. Ternyata dia itu pemimpinnya yang langsung mengajak teman temannya. Dan saya tidak gentar dengan gertakan ini. Masalah ini langsung saya angkat ke media masa dengan harapan dibaca oleh petinggi petinggi di Kalimantan Timur, dan cara ini berhasil, karena langsung saya dihubungi oleh Gubernur Kaltim bahkan Kepala Staf Kodam setempat yang saya sudah kenal sebelumnya di RPKAD.
Menyadari hal ini yang sudah pasti ada yang memanas manaskan situasi, maka sayapun katakan saya tidak gentar atas gertakan tersebut. Ternyata wasit dari Jakarta bisa menerima pengurangannya tetapi kenapa wasit dari Bandung tidak. Ini masalah negosiasi antara Referee yang juga asal Bandung dengan mereka.
Tetapi akhirnya rencana boikot tidak jadi dilakukan karena saya juga ancam kalau sampai terjadi jangan harapkan kebagian tugas di Remaja Tenis yang setiap bulan digelar di Jakarta ataupun Bandung.
Akhirnya saya ketahui ada biangnya dari wasit wasit Bandung tersebut yang menghasut rekan rekan wasit dari Cibinong maupun Jakarta, inipun langsung saya sampaikan kepada Rahayu agar tidak digunakan di RemajaTenis Bandung.
Setelah kejadian ini diakhir turnamen, langsung saya minta petugas crew Piala Bupati Bogor dikumpulkan untuk di berikan pengarahan baik oleh Rahayu maupun saya sendiri agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Dan rekan rekan wasit dari Cibinongpun menyampaikan kalau mereka sempat dihasut oleh salah satu wasit asal Bandung tersebut. Bahkan sempat menyebarkan isu ini dengan pelatih pelatih dari Jawa Barat lainnya. Begitulan keinginan wasit tersebut bisa digagalkan setelah saya ikut campur. Akhirnya yang merasa bersalah saling minta maaf. Selesailah tugas saya dalam mengatasi masalah ini.