Kamis, 29 November 2018

Petenis Potensial Asset Tenis Sumsel

Jakarta, 29 Nopember 2019. Dari perhelatan Kejurnas RemajaTenis Sumsel-XVII di Palembang ada beberapa poin yang mendapatkan perhatian. Yaitu munculnya Muba sebagai juara umum jika diginakan dimulti event. Karena mengondol 6 gelar juara dari 10 gelar yang dipertandingkan. Begitu pula denga Baturaja muncul dengan sisa sisa atlet yang dimilikinya, Lahat sama hasilya dengan Baturaja. Bahkan Palembang mulai tergerak dengan muka muka baru mulai muncul diajang RemajaTenis Sumsel XVII.

Tetapi yang lebih jadi perhatian adalah munculnya atlet Muba Jones Pratama yang juara tunggal 18 tahun. Bukan karena keluar sebagai juara tetapi yang jadi perhatian adalah cara bermainnya. Teringat akan petenis legendari asal Amerika Serikat, John McEnroe. Pola mainnya sudah lama ditinggalkan setelah munculnya Roger Federer dengan attacking baseliner nya. 
Jones memperlihatkan permaian serve and volley nya. Bahkan diperlihatkan the flying backhandnya untuk mengattack lawannya.
Jones Pratama kelahiran 2003 menunjukan prestasinya meningkat ditahun 2018. Berhasil keluar sebagai finalis tunggal 16 tahun di Piala Tugu Muda 2018 di Ambarawa dan juga sebagai tulang pungung tuan POPWIL Sumse 2018 di Solo berhasil menyisihkan tim DKI Jakarta 201 dan keluar sebagai finalis sehingga lolos ke POPNAS 2019 di Papua 

Memang permainan Jones masih belum matang, tetapi pola bermainnya tersbut sebaiknya dimatangkan juga. Harusnya diperkuat dengan servis yang keras atau canon servis bisa dikembangkan lagi dengan fokus lebih utama sebagai prioritas 

Selasa, 27 November 2018

Tilpon Langsung Dari Ketua Umum PP Pelti

Jakarta, 27 Nopember 2018. Cukup menarik selama di Palembang sempat berkomunikasi dengan Ketua Umum PP Pelti Rildo Ananda Anwar.Kenapa sampai Ketua Umum PP Pelti menilpon langsung dan berdiskusi masalah pertenisan Indonesia. Saat itu setelah berkunjung ke Jakabaring secara langsung kirimkan laporan tentang kebijakan PT JSC terhadap venue di Jakabaring.
Kebijakan PT JSC adalah tidak diperkenankannya semua Pengda Cabr (cabang olahraga) untuk berkantor di venue Jakabaring. Langsung dibalas oleh Ketua Umum PP Pelti yaitu " Kebijakan yang sama untuk Gelora Bung karno, akan dibangunkan di satu gedung disamping lapangan tembak, yang punya kantor di GBK saat ini cuma Pelti. Diakuinya kalau jawaban ini sedikit sombong.

Kebijakan tersebut perlu karena kebanyakan cabor mau enak sendiri dan tidak punya tanggung jawab. Tidak ada upaya untuk berdiari sehingga tunggu tungu droping. Dapat jawabn lagi, Dan tidak mau bayar sewa, cuma Pelti yang tertib bayar sewa, Harus diakui sejak dulu Pelti berkantor di stadion tenis GBK itu bukan gratis tetapi bayar sewa. Ini wajar dan wajib ditiru sebenarnya.

Tidak lama kemudian tilponpun masuk dari Ketua Umum PP Pelti. Dari hasil pembicaraan tilpon disampaikan kepada nya beberapa masukan untuk diketahui yaitu

Nasib TDP Nasional Yang Tertunda, Dimana Permasalahannya

Jakarta, 27 Nopember 2018. Jikalau selama ini belum bisa dipastikan secara rutin melaksanakan kegiatan turnamen maka hal ini tidak perlu jadi masalah. Karena kendala yang selalu muncul adalah minimnya dana alias sponsor. Tetapi yang jadi masalah jika ketidak mampuan dari induk organisasi tenis alias Pelti untuk menjamin keberadaan kegiatan turnamen yang merupakan salah satu programnya sendiri.
Tidaklah mudah membuat suatu perencanaan bagi induk organisasi tenis. Disaat awal kepengurusan harus dimaklumi semangat bekerja muncul dari anggota pengurus tersebut yang muka muka baru. Apalagi jika baru pertama kali terlibat dalam kepengurusan. Sehingga semangat tinggi belum ditunjang dengan kemampuan organisasi untuk memanagenya . Pengalaman selama ini sering kali pelaksanaan kegiatan turnamen nasional bisa tertunda bahkan hilang sama sekali.
Sebagai contoh diawal tahun kalau membaca kalender TDP yang resmi dikeluarkan oleh PP Pelti tanpa diperhitungkan kondisi kota pelaksanaan tersebut. Tetapi saat ini justru rencana dalam kalender tersebut sudah hilang tanpa bekas. 

Sempat terlontar suatu pertanyaan ditujukan ke petinggi PP Pelti tentang kondisi lapangan tenis dikota Ternate yang sudah jelas belum pernah dikunjunginya. Tetapi jika sudah pernah melihat maka akan berpikir sepuluh kali selenggarakan kegiatan kejurnas dikota tersebut. Bukan berarti tidak sepakat diselenggarakan TDP Nasional di Ternate, tetapi untuk menarik atlet nasional berlaga di Ternate maka dibutuhkan beaya besar. Bisa dengan prize money diatas seratus juta diikuti pemberiaan fasilitas akomodasi selama bertanding. Lebih bijak lagi jika dibuat target pelaksanaan adalah untuk atlet atlet di Indonesia Timur dengan cara prize moneynya tidak perlu diatas seratus juta.

Tetapi ketika mendapatkan jawaban akan keterlibatan instansi pemerintah pusat yang tidak perlu diragukan kemampuannya  maka pertanyaan tersebut sepertinya sudah terjawab. Ternyata setelah 10 bulan , kejurnas tenis kelompok umum tersebut hilang dari kalender TDP 2018. Tetapi ada yang lebih menyedihkan sekali yaitu rencana pelaksanaan Kejurnas di Jakarta bulan Agustus 2018 dengan memperebutkan ratusan juta ruiah sebagai hadiahnya

Gaya Serve n Volley Muncul kembali

Palembang, 25 Nopember 2018. Dari pelaksanaan Kejurnas RemajaTenis Sumsel XVII di lapangan tenis Pemkot Palembang, ada satu kesan cukup menarik. Karena lihat dari prestasi saat ini yaitu keberhasilan petenis Musi Banyuasing (Muba) menggondol 6 gelar juara dari 10 event yang dipertandingkan. Selama ini pertenisan di Sumatera Selatan itu terbagi dengan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat tenis di Kabupaten Lahat, Kabupaten Muba, Baturaja dan Lubuklinggau.
Tetapi yang sangat menonjol justru datang dari Muba dengan program PPLP tenis .
Pembinaan melalui PPLP cukup menghasilkan setelah beberapa tahun dilakukannya.
Tetapi disamping itu pula dari atlet2 yang berlaga, salah satu cukup mendapatkan perhatian yaitu bukan karena berhasil keluar sebagai juara tetapi dilihat dari cara bermain dalam pertandingan tersbut.
Selama ini permainan tenis itu dikenal dengan bertahan alias bertanding dibaseline dengan cara attacking baseliner. Hal ini juga dilakukan oleh petenis Indonesia pada umumnya.
Kali ini permainan Jones Pratama agak lain dibandingkan permainan masa kini. Yaitu serve and volley seperti John McEnroe petenis legendaris Amerika Serikat.

Kunjungan ke Jakabaring Sport City

Palembang, 25 Nopember 2018. Dalam kunjungan ke Palembang untuk pelaksanaan Kejurnas RemajaTenis Sumsel XVII di Palembang, pada 23 Nopember 2018 menyempatkan diri berkunjung ke Jakabaring Sport City dan bertemu dengan Vice President PT Jakabaring Sport City, Peter Sutandi diruang kantornya. didampingi rekan dari Pengcab Pelti kota Palembang Bambang Harsono.

Tujuannya untuk mendapatkan masukan maupun berikan masukan masalah stadion tenis Jakabaring yang baru selesai digunakan untuk Tenis diajang Asian Games XVIII bulan Agustus 2018. Menyempatkan diri melihat atap lapangan tenis ex SEA Games yang hancur beberapa minggu lalu kena angin puting beliung. Terlihat masih belum diperbaiki . Dugaan belum diatasinya kemungkinan masalah dananya.

Terlepas dari persoalan atap lapangan , kebijakan dari management PT JSC adalah Pengda cabang olahraga di Sumsel tidak diperkenankan menggunakan venue di Jakabaring sebagai kantornya. Hal yang sama juga di Gelora Bung Karno Jakarta.

Selasa, 20 November 2018

Turut campur PP Pelti terhadap Calon Ketua Pengda

Jakarta, 20 Nopember 2018. Tahun 2018 beberapa Pengurus Daerah (Pengda) Pelti  berakhir masa jabatannya setelah 5 (lima) tahun. Indikasi muncul terjadi ikut campurnya petinggi PP Pelti didalam memenuhi keinginan pribadi anggota PP Pelti sendiri. Selama ini tidak pernah terjadi ikut campurnya anggota PP Pelti didalam memrekomendasikan calon ketua Pengda Pelti. Atau bisa diokatakan menjagokan calonnya.
Sangat menonjol terjadi di Bandung  untuk Pengda Pelti Jawa Barat yang habis masa jabatannya ditahun 2018. Lazimnya inisiatip datang dari Pengda Pelti tetapi justru saat itu terbalik datang dari petinggi Pelti . Bahkan event BAVETI dikota Bandung, oleh ketua panitia pelaksana Kejurnas Tenis Veteran 2018 yang juga anggota PP Pelti memanfaatkan event tersebut dengan mengundang Pengcab Pelti Jawa Barat untuk diberi pencerahan oleh Ketua Umum PP Pelti ditempat sedang berlangsungnya kegiatan kejurnas tenis veteran tersebut.. Tetapi kenyataannya justru digunakan untuk promosi kandidat yang dijagokan oleh petinggi PP Pelti  

Sangat tidak etis sekali kalau memanfaatkan event Baveti yang Pelti sendiri tidak ikut campur didalamnya, hanyalah ada beberapa petinggi PP Pelti duduk juga didalam kepengurusan PP Baveti.
Bahkan Baveti sendiri sudah lepas dari PP Pelti dengan mempunyai AD ART sendiri dan tidak menghendaki gabung kembali dengan PP Pelti. Yang jadi pertanyaan apakah kegiatan tersbut medapatlan restu dari PP Baveti selaku pemilik kegiatan Kejurnas Tenis Veteran 2018. Ada indikasi justru tidak atau belum mendapatkan restu PP Baveti

Minggu, 18 November 2018

Dibutuhkan Petunjuk Pelaksanaan TDP

Jakarta, 18 Nopember 2018. Jikalau sudah beberapa kali selenggarakan TDP Nasional, sebagai contoh selama 3-5 tahun selengggrakan secara rutin TDP Nasional maka kadang kala suka lalai juga sehingga bisa terjadi tidak tercantum dalam Kalender TDP ditahun berikutnya. Hal seperti ini sering terjadi, apalagi jika dilaksanakan diluar Jakarta.

Dalam ketentuan TDP disebutkan setiap TDP diwajibkan untuk didaftarkan dengan mengisi formulir pendaftaran TDP yang disediakan PP Pelti. 
Sebelum tahun 2018 selesai biasanya dibulan Nopember 2018, PP Pelti sudah harus siapkan kalender TDP 2019. PP Pelti akan mengirimkan surat ke pelaksana TDP baik itu Pengda Pelti atau Pengcab Pelti maupun pihak ketiga lainnya dengan mengirimkan formulir pendaftaran TDP yang disiapkan sebelumnya.
Surat tersebut minta konfirmasi tentang jadwal TDP tersebut agar bisa dicantumkan dalam kalender TDP 2019
Prosedur seperti ini dulu sudah dilaksanakan tetapi lima tahun terakhir tidak dilaksanakan dengan baik.
Formulir pendaftaran TDP itu perlu diisi untuk dilengkapi tentang  venues, waktu pertandingan, size of draw dan penanggung jawab TDP (Direktur Turnamen) yang bisa dan sering berbeda beda setiap tahunnya  Surat Keputusan TDP dikeluarkan jika sudah memenuhi kewajiban membayar sanction fee yang disebutkan untuk TDP Nasional Yunior sebesar Rp 1 juta untuk TDP 7 hari sedangkan TDP 3 hari hanya Rp 500.000.
Sebelumnya ada diwacanakan bagi penyelengara TDP yang sering kali dilaksanakan atau banyak diselengarakan oleh penyelenggara, yang biasanya TDP 3 hari akan diberi kompensasi sebagai wujud kemudahan dalam bentuk potongan harga. Tetapi itu baru sampai lips service belaka.

Permasalahan Kategori TDP Nasional

Jakarta, 18 Nopember 2018. Muncul suatu pertanyaan tentang kategori TDP Nasional yang cukup menarik untuk diangkat karena masih banyak pendapat yang tentunya berbeda beda.
Seperti diketahui ada TDP Internasioanl yang juga mempertandingkan TDP Nasional. Awalnya itu TDP Internasional ITF Junior hanya mempertandingkan Kelompok umur 18 tahun. Persyaratan peserta untuk TDP Internasional adalah minimal usia 13 tahun atau sudah berusia 13 tahun sampai 18 tahun. Oleh Pelti saat itu diberi kesempatan bagi atlet lainnya maka dipertandingkan juga kelompok umur lainnya seperti KU 10 tahun, 12 tahun bahkan 14 tahun dan 16 tahun

Jika dipertandingkan maka mayoritas atlet yang memenuhi persyaratan ikut KU 18 tahun atau turnamen internasional memanfaatkan event tersbut untuk memacu prestasinya sehingga bisa mendapatkan peringkat dunia yunior. Kira kira siapa saja yang berani ikut, maka didapatkan mayoritas yang memiliki PNP dikelompoknya. Akibatnya yang ikuti TDP Nasionalnya adalah atlet yang tidak ikut di TDP Internasional tersebut. Sekarang apa masalahnya? Artinya kualitas peringkat nasionalnya di kelompok 16 tahun maupun 14 tahun lebih rendah dibandingkan TDP Nasional lainnya dimana diikuti seluruh petenis yang memiliki PNP terbaik.

Sekarang jadi pertanyaan apakah kategori TDP Nasional Kelompok yunior itu diberikan kepada masing masing kelompok umur atau hanya satu kelompok yaitu KU 18 tahun atau yang tertinggi kelompok uyang dipertandingkan karena banyak TDP tidak pertandingkan KU 18 tahun sehingga yang tertinggi KU 16 tahun. Sehingga kategori tersebut berlaku juga untuk kelompok umur dibawahnya.

Sabtu, 17 November 2018

Tidak Kenal Ketentuan TDP Maka Apa Yang Terjadi

Jakarta, 17 Nopember 2018. Saat Persatuan Tenis seluruh Indonesia (PELTI) tingkat Pengurus Cabang atau Pengcab selenggarakan Turnamen tenis maka seharusnya mengenal dulu akan tata cara pelaksanaannya baik dari peratutran tenisnya yang selama ini dikenal yaitu Rules of Tennis dan Tournament Regulations sebagai acuan dari International Tenis Federation (ITF).
Oleh Pelti Pusat telah diberikan petunjuk pelaksanaan dengan nama Ketentuan TDP (Turnamen Diakui Pelti) dengan berpegang juga kepada ITF Rules of Tennis maupun ITF Tournament Regulations yang wajib dilaksanakan.

Yang jadi masalah saat ini adalah pengetahuan terhadap ketentuan tenis tersebut diatas belum dikuasai oleh rekan rekan di tingkat cabang tersebut, bahkan ditingkat Daerah sekalipun tidak menjamin mengenal ketentuan yang sudah dibuat sejak tahun 1989 lalu
Dengan berjalannya waktu maka sering terjadi muka muka baru dikepengurusan baik tingkat Cabang, Daerah dan Pusat sekalipun,  yang ada berbekal sebagai petenis, pelatih dan bahkan ada yang baru belajar bermain tenis dimana dibutuhkan tenaganya untuk membantu pertenisan diwilayah masing masing. Bahkan sering terjadi wadah Pelti digunakan sebagai wadah penampung massa dikancah perpolitikan saat ini.

Ada Pengcab maupun Pengda baru terbentuk kemudian akibat kurang mengenal Ketentuan TDP tersebut sebagai gebrakan pertama agar terlihat ada kegiatan awalnya dengan menggelar turnamen tenis yang disebutnya Kejuaraan Nasional dengan label logo Pelti dicantukan sebagai bentuk keterlibatan Pelti setempat.

Prediksi Mundurnya Organizer TDP di Tahun 2019

Jakarta, 17 Nopember 2018. Masukan dari rekan rekan tenis di Jakarta cukup mengejutkan tetapi bisa juga diprediksi sebelumnya. Isu tersebut mengatakan rencana tahun 2019 beberapa pelaksana TDP yang mengikuti jejak AFR RemajaTenis akan berhenti beroperasi, khususnya di Jakarta. Berita ini sangat disayangkan sekali jika memang akan terjadi karena pembinaan tenis itu butuh turnamen turnamen lokal.
Awalnya keinginan AFR agar bisa muncul rekan rekan lainnya ikuti jejak AFR RemajaTenis dan dibeberapa tahun berhasil maka di Jakarta muncullah 2 pelaksana (organizer) kemudian berkembang menjadi  3 pelaksana baru  maka bisa disebutkan setiap minggu di Jakarta selalu ada kegiatan TDP 3 hari. Ini keuntungan atlet tenis yunior di Jakarta. Karena tidak butuh keluarkan dana besar jika keluar kota Jakarta maupun bolos sekolah sesuai dengan solusi TDP 3 hari terhadap kendala TDP 7 hari
Yang jadi pertanyaan adaah kenapa harus terjadi dimana sudah berjalan lancar selama setahun duatahun.

Memang menjalankan kegiatan TDP itu tidaklah mudah apalagi jika misinya sebelumnya itu tidak jelas sehingga kelanggengan TDP tidak bisa dipertahankan. Seperti semula jika bentuk dari pelaksana TDP tersebut merupakan badan hukum maka rumusnya adalah Profit oriented. Keuntungannya bisa mencari sponsor lebih banyak sebagai bentuk pertangung jawabannya kepada sponsor maka harus jelas pertangung jawabannya,

Harus diakui pada semester kedua 2017, kecendrungan jumlah peserta makin menurun dan harus diakui masalah ini akan membuat kerugian besar bagi pelaksana TDP tersebut,
Tetapi ada dugaan muncullah kekecewaan pelaksana TDP akibat perlakuan yang dilakukan oleh PP Pelti sendiri sebagai kendala. Ini bisa dipakai sebagai pemicu kekecewaan dari organizer TDP tersebut. Tetapi harus diakui kalau petinggi Pelti sendiri tidak menyadari betapa sulitnya rekan rekan kita ini dalam menjalankan salah satu program PP Pelti .

Kamis, 15 November 2018

Peranan Petenis Kawanua di Tingkat Nasional

Jakarta, 16 Nopember 2018. Ada satu anjuran dari salah satu rekan wartawan senior  yang juga sering membuat sejarah tentang Sulawesi Utara. Anjuran agar membuat tulisan mengenai peranan petenis Kawanua di pertenisan nasional. Idea yang cukup brilian, apalagi belum lama ini ada pernyataan dari rekan tenis di Jakarta tentang peranan orang Manado di tenis Indonesia.

Harus diakui kalau ditelesuri mulai dari sekarang kebelakang mudah mudahan bisa tercatat dalam tulisan ini. Pemegang medali emas Asian Games 2018 adalah Aldila Sutjiadi berpasangan dengan Christopher Rungkat. Sedangkan Christopher Rungkat sendiri ayahnya berdarah Manado sedangkan ibunya berdarah Padang. Ini disektor putra di tim nasional Indonesia. Disektor putri tim nasional  muncul nama Yessy Rompies yang juga ayahnya berdarah Manado sedangkan ibunya berdarah putri Jakarta,

Sebelum era Christopher Rungkat dan Yessy Rompies ada nama Andrian Raturandang yang juga telah membawa nama Indonesia dikancah Internasional seperti Davis Cup dan lain lainnya. Andrian dengan ayahnya berdarah Manado pula dengan ibunya berdarah campuran Jakarta dan Indo .

Kemudian ada nama Donald Wailan Walalangi yang juga menjadi petenis nasional cukup dikenal dalam kancah Davis Cup maupun multi event lainnya. Munculnya nama Donald Wailan Walalangi yang mulai berkiprah datang dari Papua kemudian hijrah ke Jakarta, dimana kedua orangtuanya berasal dari Tondano Sulawesi Utara.Begitu pula adik kandung Wailan Walalangi yaitu WAaya Walalangi.

Apakah Penyelenggara Turnamen Harus PELTI ?

Jakarta, 15 Nopember 2018. Ada satu pertanyaan muncul yaitu apakah penyelenggara turnamen tenis itu harus PELTI ? Ini pertanyaan yang menarik untuk diungkapkan karena banyak pihak yang tidak atau belum mengenal Ketentuan Turnamen Diakui Pelti atau TDP. Lahirnya Ketentuan TDP itu diera ketua umum PB Pelti Moerdiono (1986-1990).
Kenapa ketentuan yang sudah lama diperkenalkan itu masih banyak yang belum mengenalnya. Harus dimaklumi karena munculnya banyak muka muka baru didalam kepengurusan Pelti baik dari tingkat Pengcab kemudian Pengda maupun Pengurus Pusat sendiri. Tetapi seharusnya ketentuan ini bisa dibaca di website resmi Pelti sehingga tidak perlu lagi dipertanyakan. Ini salah satu kelemahan kepengurusan Pelti saat ini.

Intinya adalah dalam ketentuan tersebut dicantumkan adalah siapa saja bisa sebagai penyelengara mulai dari perorangan, klub, Pelti maupun badan hukum. Saat ini kita bisa lihat beberapa turnamen diselenggarakan oleh perorangan seperti AFR RemajaTenis, kemudian BNTP.dan AGS International Junior Champs. Jika klub sebagai penyelengara bisa dilihat seperti FIKS, Maesa Paskah . Kalau badan hukum seperti CBR Junior oleh CBR Foundataion, kemudian Sportama oleh Perusahaan Terbatas (PT) . Yang lainnya oleh Pelti baik itu Pengcab , Pengda dan PP Pelti 

Sebagai perseorangan bisa sebagai penyelenggara langsung tetapi tetap melalui jalur organisasi Pelti juga yang ikut menaunginya. Kalau untuk ITF baik Junior dan Pro Circuit maka semua yang daftarkan ke ITF harus Pelti. AFR sendiri dulu pernah sebagai penyelengara VOLVO Women's Open ($ 25,000) dimana yang daftarkan adalah Pelti. Tetapi untuk turnamen profesional diatas kurang lebih USD 100,000 bisa dilakukan langsung ke ITF oleh badan hukum dan diketahui oleh Pelti/

Rabu, 14 November 2018

Ketentuan Turnamen Beda dengan Ketentuan Seleknas

Jakarta, 15 Nopember 2018. Disuatu kesempatan so pasti selalu ada perbedaan persepsi dikepengurusan masalah PNP (Peringkat Nasional Pelti). dan Ketentuan TDP (Turnamen Diakui Pelti). Kenapa bisa terjadi demikian. Apalagi saat ini munculnya muka muka baru dengan semangat tinggi mau memajukan pertenisannya dengan cara masing masing. Inilah masalah yang akan timbul.
Satu sisi ada yang tidak bisa membedakan antara Ketentuan TDP dengan ketentuan Seleksi Nasional. Ini dua hal yang berbeda.
Ada pula yang mau merubah soal aturan PNP. Bisa saja terjadi tetapi yang lebih penting adalah masing masing pelaku tenis didalam kepengurusan Pelti harus mengerti juga mengenai kedua ketentuan tersebut.

Ada yang menghendaki agar PNP diperbaiki karena dianggap sudah tua. Ini cara pikir bisa benar dan bisa juga tidak benar. Kenapa. Karena saat ini yang paling penting adalah kehadiran PNP sendiri masih belum bisa dijamin TEPAT Waktu. Bahkan sering molor tidak sesuai dengan ketentuannya. Karena saat ini bisa dikatakan setiap bulan selalu ada TDP Nasional khususnya kelompok yunior. Tetapi karena ditangani semau gue(kesannya) sehingga dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal yaitu lagi sibuk dengan Asian Games atau Asian Paragames. Apa urusannya demikian Karena melupakan unsur pelayanan lebih penting sebagai induk organisasi harus dilakukan.

" Yang Bikin Ramai Tenis adalah Orang Manado "

Jakarta, 15 Nopember 2018. Dalam suatu kesempatan berjumpa dengan rekan tenis veteran di Jakarta, Husni Madjid dilapangan tenis UMS, ada satu pernyataan yang mengejutkan disampaikan olehnya. Karena dia sendiri mendapatkan pernyataan tersebut datang dari salah satu " pelatih " tenis di Jakarta.

" Yang bikin ramai tenis itu orang Manado ".: ujarnya yang tentunya tidak bisa dipungkiri . Katanya barusan dapat pernyatan tersbut dari rekan lainya Darminto. Lihat saja turnamen yang paling sering dilakukan di Indonesia itu datang dari orang Manado. Disebutkan pula keberadaan Baveti yang mengurusin turnamen tenis veteran di Indoneia dipimpin putra Kawanua Theo Sambuaga jug cukup semarak.

Baru kali ini dikatakan anggota pengurus PP Pelti tidak ada orang Manadonya. Ini statemen tambahanya. Memang faktanya demikian.

Coba ditelusuri kegiatan tenis di Indonesia kecuali dikota Manado. tetapi bisa dilihat di Jakarta ada AGS International yang merupakan gagasan dari rekan Aga Soemarno yang mengkhususkan diri di turnamen ITF Junior dalam setahun ada 2 event yang dibuatnya sejak 2013  sedangkan yang lainnya tambahan ada 2 ITF Junior Internasional yaitu Piala Thamrin diselengarakan oleh Pengda Pelti DKI Jakarta dan Piala Wodjojo Soejono oleh Pengda Pelti Jawa Timur.

Selasa, 13 November 2018

Pembinaan Bukan Pembinasaan

Jakarta, 14 Nopember 2018. Ketika PP Pelti edarkan undangan masalah National Junior Trainning Camp diakhir Nopember 2018 di Magelang, muncullah berbagai pertanyaan datang dari masyarakat tenis baik itu orangtua maupun pelatih. Bahkan dari kalangan pelatih sudah menganggap cara yang dilakukan oleh PP Pelti adalah bukan pembinaan tenis tetapi pembinasaan. Ini sangat ekstrim kesan tersebut.
Melihat surat edaran tersebut tanpa disebutkan kriteria pemilihan atlet maupun tujuannya maka dimaklumi saja muncullah berbagai tanggapan negatip. Ini perlu mendapatkan perhatian bagi pemangku jabatan pembinaan sebagai pelaksana program tersebut. Harus diakui kalau program tersebut cukup bagus kedepannya hanya saja tata cara atau kriteria atlet yang diundang itu yang tidak jelas bahkan pelatih siapa yang akan menanganainya. Kesannya akan dilakukan oleh pelatih asing asal Belanda Frank  tetapi andaikan tidak jadi oleh pelatih asal Belanda tersebut maka kekecewaan akan muncul,.
Sebagai organisasi tentunya diawali dengan pemberitahuan awal atau jauh hari sebelumnya tentang program tersebut dan dijelaskan tujuan program tersebut dan dilakukan oleh pelatihnya siapa saja.. 
Kesan yang muncul sangatlah memojokkan PP Pelti sendiri karena ketika ditanyakan kepada penanggung jawabnya maka akan muncul berbagai tanggapan yang berbeda beda jika yang bertanya berbeda orang pula.

Peranan Humas Pelti Sangatlah Lemah

Jakarta, 14 Nopember 2018. Jika menghendaki  pertenisan nasional menarik perhatian sponsor maka peranan Humas dari induk organisasi perlu mendapatkan perhatian serisu. Dalam dua era kepemimpinan PP Pelti akhir akhir ini peranan Humas induk organisasi sangatlah lemah bahkan dera 2012-2017 terjadilah tumpang tindih didalam humas tersbut karena lebih menonjol peranan humas panitia penyelenggara turnamen yang dikelola oleh PP Pelti dibandingkan dengan Humas PP Pelti.

PP Pelti telah memiliki website resmi tetapi sejak 2013 sampai saat ini sangatlah lemah. Bahkan sejak 2018, ada edikiti perubahan dalam menue website tersebut. Tetapi informasi yang diberikan masih sangat lemah. . Sehingga bagi masyarakat tenis jika menghendaki berita tenis Indonesia maka akan menghadapi menu yang sudah basi. Begitu juga program kerja PP Pelti tidak dihamparkan dalam website tersbut. Termasuk produk yang dikeluarkan PP Pelti yaitu Peringkat Nasional Pelti.
Entah dimana letak kelemahan ini tetapi jika dibiarkan maka tenis Indonesia hanya menungu prestasi atlet saja yang didambakan agar menarik investor dalam pertenisan Indonesia.

Sebenarnya keberadaan humas di PP Pelti juga harus bisa berperan didalam website Pelti tersbut. Tetapi saat ini masih belum kelihatan peranannya. Bahkan komunikasi dengan Pengda sekalipun sangat lemah. Salah satu tugas Humas juga selain external communication perlu juga menciptakan internal communication yang lebih kondusip.

Sabtu, 10 November 2018

Pembatalan Mendadak Mempunyai Dampak Positive juga

Jakarta, 11 Mopember 2018. Ketika sedang mempersiapkan kejurnas RemajaTenis Sumsel-XVII (16-18 Nopember 2018)  di Palembang sudah membuka pendaftaran peserta dan pula sudah terdaftar peserta dari Bengkulu, Pangkal Pinang, Pekanbaru  dan Manado, terima kabar kalau tanggal 11-18 Nopember 2018 diadakan Pekan Olahraga Kotamadya Palembang . Tentunya akan digunakan lapangan tenis Pemkot Palembang untuk cabang olahraga Tenis. Yang tidak habis pikir rencana RemajaTenis Sumsel XVII itu sudah beberapa minggu lalu diketahui oleh Pengkot Pelti Palembang, Anehnya kok diam diam saja ketika mendapatkan berita rencana RemajaTenis Sumsel XVII tersebut.
Sedangkan rekan kami yang juga ikut membantu rencana pelaksanaan tersebut baru ttahu hari Jumat 9 Nopember 2018 sedangkan dia anggota Pengkot Pelti Palembang.

Alasannya , kalau awalnya tenis dianggap tidak banyak pesertanya maka dianggap tidak jadi dilaksanakan, tetapi akhirnya diputuskan tetap dilaksanakan cabor Tenis. Andaikan tidak dilaksanakan tenis di PORKOT maka itu tanggung jawab Pengkot Peltio yang boleh dianggap gagal membina tenis di Palembang, Tetapi bersyukur akhirnya tenis tetap dipertandingkan.

Dengan pemberitahuan tersebut, akhirnya RemajaTenis Sumsel XVII diundurkan waktunya saja ke 23-25 Nopember 2018.

Kamis, 08 November 2018

Masalah Mudah Tidak Perlu Dipersulit

Jakarta, 9 Nopember 2018. Dalam dua hari berturut turut terima telon dari 2 petinggi induk organisasi Pelti dengan permasalahan berbeda. Yang pertama datang dari Wakil Ketua Umum yang juga Ketua Bidang Pembinaan PP Pelti. Ternyata setelah menerima masukan dari masyarakat tenis maupun wakilnya di Binpres, Wakil Ketua Umum menyampaikan secara organisasi Pelti tidak bisa berbuat apa apa atas kasus dugaan ketidak sportipan atlet ataupun  orangtua yang juga pelatih putrinya.

Disingung pula sudah berkoordinasi dengan bidang Legal diinduk organisasinya. Tetapi ketika didesak bahwa yang gampang tidak perlu dipersulit. Karena dugaan adanya pemalsuan usia atlet ini sudah ada buktinya. Diminta untuk sebagai pelapor atas kasus ini baru mau ditelusuri.

Saat itu juga disampaikan pengalaman AFR ketika 10 tahun silam dalam 6 bulan bisa membuktikan ada sekitar 30 atlet yunior yang memalsukan usia. Semua itu setelah ada konfirmasi dari Lembaga Negara yang sebagai tempat mengeluarkan surat dokumen negara yang asli. Dia katkan kalau sudah diminta kepada orangtuanya untuk berikan bukti, dimana diberikan fotocopy Kartu Keluarga. Yang diutamakan adalah Kartu Akte Kelahiran , bukan Kartu Keluarga sebagai peserta TDP dan ini ada ketentuannya.

Selasa, 06 November 2018

Dipertanyakan Tim Keabsahan PON

Jakarta, 17 Nopember 2018. Ada satu pertanyaan diberikan oleh salah satu anggota Pengurus Pelti didaerah masalah dibentuknya Tim Keabsahan oleh PP Pelti untuk persiapan Pekan Olahraga Nasional XX di Papua.
Alasannya saat ini dengan diberlakukan e-KTP maka dianggap tidak perlu ada tim keabsahan oleh PP Pelti. Disebutkan dalam e-KTP tersebut dicantumkan juga tanggal adanya e-KTP tersebut sehingga bisa dianggap tanggal tersebut sudah tidak bisa ditawar tawar lagi. Ini sebagai masukan karena dikuatirkan dalam tim keabsahan tersebut duduk person yang tidak menguasai masalah tersebut dalam bahasa tenis.

Harus diakui kalau KONI Pusat sebagai pemilik Pekan Olahraga Nasional atau PON telah mengeluarkan ketentuan persyaratan peserta PON yang selama ini selalu jadi biang keributan karena perpindahan atlet.
Aturan Mutasi tersebut jika belum ada perubahan maka tetap berlaku seperti yang sudah sudah yaitu minimal 2 (dua) tahun batas perpindahan domisili,

Sebenarnya e-KTP bisa dipakai sebagai acuan, tetapi yang jadi pertanyaan apakah setiap cabang olahraga itu selalu mematuhi ketentuan mutasi terebut. Kok bisa petinggi cabor melanggar ketentuan tersebut, ini akibat ada "oknum" petinggi cabor tersebut terlibat sebagai " makelar" jual beli atlet yang sudah dikenal dalam olahraga khususnya tenis. Jadi ada kepentingan pribadi.

Aneh Tapi Nyata dan Sudah Terjadi

Jakarta, 7 Nopember 2018. Ketika membuka foto foto lama maka terungkap kembali saat kejadian diundang ikuti kegiatan diluar rekomendasi induk organisasi tenis. Sewaktu itu sudah tidak duduk dalam organisasi tenis atau Pelti, tapi bisa ikuti kegiatan internasional yang biasanya undangan melalui induk organisasi tenis yaitu Pelti. Ini diluar kelaziman selama ini, tetapi bisa terjadi khususnya untuk AFR.

Suatu kebanggaan tersendiri walaupun tidak duduk dalam kepengurusan Pelti tetapi masih diperhatikan juga oleh dunia Internasional. 

Sekitar tahun 1993-1995, ada kegiatan internasional dilaksanakan oleh ITF (International Tennis Federation) di Singapore. Kegiatan Leadership Course.  PB  Pelti mengirim dua tenaga Pelti yatu rekan Benny Mailili (alm) dan Ny Tien Indradjit sebagai executive secretary PB Pelti. Dan AFR mendapatkan undangan langsung dari tuan rumah.

Kemudian kejadian ditahun 2016 bulan Nopember, diundang sebagai Technical Delegate Whelchair Tennis untuk ASEAN Paragames 2017 di Kuala Lumpur. Inipun tidak melalui mekanisme induk organisasi tenis (Pelti) ataupun National Paralympic Committee (NPC), sehingga bisa bertugas di Asean Paragames September 2017 di Kuala Lumpur.

Kamis, 01 November 2018

Kesibukan Lupa akan Tugas Utama

Jakarta, 1 Nopember 2018. Kesibukan besar untuk dua event akbar sehingga melupakan tugas utama . Inilah yang terjadi saat ini di Induk organisasi Tenis kita. Ada Asian Games kemudian Asian Paragames melibatkan petinggi Pelti dan juga tenaga administrasi sekretariatnya. Ini kebiasaan kurang baik sebagai petugas melayani masyarakat tenis. Karena pertenisan kita tidak bergantung kepada Asian Games dan Asian Paragames.

Keluhan muncul khususnya diturnamen nasional yang sedang giat giatnya berlangsung tiada hentinya. Setiap bulan selalu ada TDP Nasional maupun TDP Internasional di Indonesia. Hal ini dibiarkan tanpa kontrol jelas dari penanggung jawab sekretariat yaitu Sekjen.

Salah satu contoh adalah Peringkat Nasional Pelti sering terlambat di update. Jadi tidak heran jika PNP yang digunakan itu PNP yang beberapa bulan lalu punya. Padahal PNP itu harus dikeluarkan setiap awal bulan, Jadi bisa dibayangkan khususnya TDP Nasional Kelompok Yunior setiap minggu selalu ada kegiatan tersebut sehingga kadang kala para orangtua kecewa melihat website Pelti tidak terupdatenya PNP tersebut. Kenapa pelayanan PP Pelti sangat menyedihkan, hanya Pelti yang tahu jawabannya.