Minggu, 30 November 2008

Prayoga Akbar Keluar sebagai Juara

Jakarta, 30 Nopember 2008. Menyelenggarakan turnamen tenis Persami Piala Ferry Raturandang mempunyai keasyikan tersendiri bagi pelaksana maupun pelatih dan orangtua. Apalagi jika anak asuhnya keluar sebagai juara yang merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Bisa sebagai ajang promosi terhadap pelatih, sekolah tenis yang diikutinya. Kali ini dua petenis dari GFTC asuhan pelatih Gunawan tedjo yaitu Prayoga Akbar dan Alga keluar sebagai juara Piala Ferry Raturandang-58 yang hari ini ( 30/11) di lapangan tenis Gelora Bung Karno Jakarta.

Prayoga keluar sebagai juara tunggal kelompok umur 12 tahun yang difinal mengalahkan Handoyo asal Bogor 40 40 sedangkan disemifinal Prayoga mengalahkan Romano Simanuhuruk (DKI) 40 40. Sebelumnya juga Prayoga berhasil kalahkan Petef Alexander Widi dari Jakarta selatan 41 40 kemudian masuk semifinal. Begitu pula petenis asal Bogor Handoyo disemifinal mengalahkan Enrique Garcia (DKI) 42 42. Dibabak pertama Handoyo berhasil kalahkan Haekel Ramadhan (YBTA) juara Piala Ferry Raturandnag-56 kelompok 10 tahun yang kali ini naik ke kelas 12 tahun. Untuk tunggal putra 10 tahun, Alga asal GFTC keluar sebagai juara setelah difinal mengalahkan Andika Noor (Nortec TC) 42 53. Alga dibabak sebelumnya mengalahkan unggulan 1 Miguel Mangunpratomo asal Jakarta 41 41. Disemifinal Alga mengalahkan Aditya Noor (Nortec TC) 40 42. Andika mengalahkan Effiando Firmansyah asal KTC Jakarta 42 40. Perjalanan Andika dari babak pertama kalahkan Kenneth Legacy 40 41kemudian kalahkan Diego Garcia (DKI) 40 41. Pendatang baru Effiando Firmansyah berhasil kalahkanXavier Cornil 41 42 sebelu dikalahkan Andika Noor.


Untuk kelompok putri 12 tahun keluar sebagai juara Arjani dari VTC Bekasi, peringkat dua Diza , peringkat 3 Julien dan keempat Febe Ruth P. Untuk putri 10 tahun keluar sebagai juara Safhira Nadhila, peringkat dua Nadhira Tsara dan ketiga Zifra.

Turnamen tenis yunior Piala Ferry Raturandang-58 diselenggarakan tanggal 30 Nopember 2008 dilapangan tenis Gelora Bung Karno Jakarta. Untuk bulan Desember 2008 sedang dipersiapkan turnamen sejenis yang rencananya di Balikpapan tanggal 7 Desember 2008. Tempat pertandingan di Familiy Club Bukit Damai Indah jalan MT Haryono ringroad, Balikpapan.

Sabtu, 29 November 2008

`Kurang Paham Aturan TDP

29 Nopember 2008. Banyak pengurus Pelti baik ditingkat Provinsi maupun Kotamadya dan Kabupaten belum mengetahui tentang aturan aturan turnamen tenis. Karena oleh PP Pelti sejak bernama PB Pelti telah membuat ketentuan kalau siapapun bisa sebagai penyelenggara kegiatan tenis seperti turnamen khususnya. Hal ini sudah dibakukan dalam Ketentuan TDP. Akibatnya terjadi hubungan tidak harmonis antara klub tenis sebagai penyelenggara TDP dengan Pelti Kotamadya atau Kabupaten maupun Provinsi.
Ini benar benar terjadi. Ada klub tenis membuat TDP Nasional tetapi tidak melibatkan Pengkot Pelti (dulu Pengcab), membuat tambah runyam hubungannya. Bahkan sempat disebutkan kalau Pelti tersebut dibubarkan saja kalau Ketua Umum PP Pelti berhubungan langsung dengan Klub tersebut tanpa melalui Pengkot Pelti. Ini solusi emosional yang justru tidak memecahkan persoalannya. Tanpa melihat sejarah hubungan tersebut sampai terjadi.
Keinginan tersebut muncul langsung ke Pusat, ditampung dan ditembuskan komunikasi keduanya ke Pelti Provinsi dan Kotamadya. Turnamen berjalan terus tetapi justru sempat klub tersebut menanyakan masalah ketidak harmonisannya dengan Pelti setempat. Dan seolah olah ada penunjukkan TDP kepada Klub bukan ke Pelti setempat. Oleh Pelti disarankan agar tetap menjalin kerjasamanya dan minta agar Pelti setempat berbuat hal yang sama dengan selenggarakan turnamen nasional sendiri tidak mencaplok turnamen yang dibuat oleh klub tersebut.
Kembali kepada attitude perorangan jika berpikiran positip sebaiknya tetap merangkul Pelti setempat bukan memusuhinya dengan mengadu dombakan antar Pelti. Ini yang harus diwaspadai sekali karena selalu menggunakan nama Ketua Umum PP Pelti sebagai tameng menghadapi Pelti setempat. Hal ini tidak perlu terjadi. Karena seperti ini sangat sensitip didaerah daerah
Menurut pendapat pribadi August Ferry Raturandang melihat keinginan memajukan pertenisan nasional maka sesuai aturan yang sudah baku dibuat PP Pelti, siapapun yang berkeinginan selenggarakan salah satu program Pelti, sewajarnya Pelti harus berterima kasih kepada pihak luar tersebut.
Ditingkat nasional sudah dibuktikan seperti turnamen nasional Cigna Open, Sportama, Bintang Seri, PP Pelti tidak sebagai penyelenggara, cukup yang memberikan pengakuan saja dengan ketentuan harus memenuhi ketentuan TDP yang sudah jelas isinya.
Secara pribadi August Ferry Raturandang sudah pernah selenggarakan pelatihan pelatih ITF Level-1 di Jakarta dengan kerjasama dengan PP Pelti dan BP3(Badan Pengelola Pelatih Pelti).
Pernah kejadian muncul disaat August Ferry Raturandang mensosialisasikan program Mini Tenis, Persami di Pontianak didepan anggota Pengcab Pelti Pontianak dan Pengda Pelti Kalbar, pertanyaan datang dari anggota komite pertandingan Pengcab Pelti Pontianak masalah pelaksanaan Persami menurutnya harus oleh Pelti sendiri, tidak setuju kalau oleh pihak pihak lainnya. Dan ini dibantah langsung karena waktu itu August Ferry Raturandang sebagai PB Pelti dibidang pengembangan dan hubungan luar negeri. Dikatakan jika bukan Pelti dimana letak legalitasnya. Waduh , kalau begini cara berpikirnya rekan di daerah maka so pasti tenis didaerah tersebut akan melempen. Karena terjadi perdebatan sengit, saking emosinya August Ferry Raturandang sempat marah. "Saya jamin, mampus tenis di Pontianak." ini ungkapan emosi saat itu. Dan ternyata betul juga . Betul karena mulai saat itu tidak disenangi oleh rekan rekan di Pontianak (Pengcab). Bertambah tidak harmonis lagi sewaktu ketua Pengcab menjadi Ketua Pengda Pelti Kalbar dengan komposisi yang mirip sama. Jika beberapa tahun silam di Pontianak ada TDP Nasional Piala Khatulistiwa yang merupakan usaha August Ferry Raturandang mendapatkan sponsor langsung dari koleganya sebagai Walikota Pontianak Dr H. Buchary Abdoerahman, kemudian tidak di jaga hubungan baiknya maka TDP tersebut sudah masuk tahun ketiga hilang dari kalender TDP.

Teguran Yang Datang

29 Nopember 2008. Menghadiri resepsi pernikahan putri dari Soebronto Laras semalam, August Ferry Raturandang diberitahu rekan pengurus Pelti lainnya kalau ada keluhan dari Solo ke Ketua Umum PP Pelti karena merasa tidak diberitahu masalah hotel di fact sheet ITF Solo Open berbeda dengan hotel yang diatur oleh Panpel ITF Solo Junior Champs. Teringat pula sewaktu berada di Ternate mendapatkan SMS dari Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti Johannes Susanto. Yang isinya mengatakan masalah official hotel di Solo ribut dan sampai ke Ketua Umum PP Pelti. Sewaktu itu langsung dijawab kalau panpel sudah diberitahu tentang pengisian fact sheet turnamen yang akan dikirim ke ITF. Kejadian ini terjadi 4 bulan sebelum eventnya ( 10 Nop), karena pengalaman selama ini fact sheet diterima dari penyelenggara selalu sudah dekat waktu pelaksanaan turnamen.
Sedangkan oleh Tintus Wibowo telah menyampaikan kalau perubahan hotel di fact sheet sudah dilakukan dan diumumkan di Surabaya.
Karena ITF pernah beritahukan sebagai peringatan terakhir ke Pelti kalau kualitas peserta 2 turnamen ITF Junior di Indonesia kategori Grade 4 yaitu Surabaya dan Solo sama seperti tahun lalu maka akan diturunkan kategori turnamennya menjadi Grade 5.
Dari pengalaman selama ini komunikasi dengan ITF oleh August Ferry Raturandang mewakili PP Pelti, maka persiapan turnamen Thamrin Cup maupun Oneject Indonesia tahun 2008, publikasi turnamen keluar negeri melalu factsheet sudah 3=4 bulan sebelumnya dilakukan oleh August Ferry Raturandang. Dan hasilnya cukup bagus karena kedua turnamen tersebut bisa menarik peserta lebih dari 10 negara. Ini bisa menjamin status kategori turnamen bisa bertahan dan bahkan bisa meningkat. Hal yang sama dilakukan juga untuk turnamen Widjojo Soejono Semen Gresik di Surabaya dan Solo Open. Tetapi tidak ada respons dari pelaksana di Solo, maka atas inisiatip sendiri langsung melihat factsheet turnamen di Solo yaitu Solo Women Circuit dengan official hotel di Hotel Sunan lengkap dengan alamat nomor telpon dan fax maupun email dan room ratenya. Ini lebih praktis dan cepat dipublikasikan. Kok tiba tiba dapat laporan kacau masalah official hotel. 4 hari sebelum acara di Solo terima telpon dari pelaksana turnamen seorang ibu rumah tangga yang mengeluh masalah hotel. " Jangan salahkan saya, karena sudah diminta beberapa bulan lalu tetapi tidak pernah ditanggapi." ujar August Ferry Raturandang. Kemudian dikatakan sudah kirim fax ke PP Pelti dibulan Oktober. Karena merasa belum pernah terima dan langsung menanyakan ke sekretariat PP Pelti masalah diterima atau tidaknya fax dari Solo. Jawabannya tidak pernah.
Sewaktu ditanya tentang solusinya karena sudah banyak juga yang buat reservasi langsung ke hotel, oleh AF Raturandang dijawab tidak sulit, pindahkan saja ke hotel yang diinginkan. "Beres kan, gitu aja repot."
Tetapi sebelumnya, sewaktu kirimkan fact sheet turnamen ITF Junior Salonpas (Grade 2) bulan Maret 2009,dilakukan awal Nopember 2008 keseluruh dunia, justru terima email dari salah satu rekan di Singapore yang memuji karena baru pertama kali selama hidupnya menerima factsheet suatu turnamen internasional junior dari pelti 5 bulan sebelum event berlangsung. Dan saluut kepada August Ferry Raturandang. Ini suatu hiburan yang cukup menyegarkan dari rekan tenis Internasional yang sudah dikenal sejak tahun 1998 disaat Seminar Davis Cup di Pattaya Thailand.
Memang banyak pengalaman pahit selama ini dalam membantu panpel Solo Open yang berasal dari Sekolah Tenis Gelora Manahan Solo ini. Tetapi yang didapat justru fitnah maupun keluhan keluhan yang menjelek jelekan August Ferry Raturandang. Sebelumnya setelah selesai Munas Pelti 2007 di Jambi, rekan dari Kalimantan Barat Eddy Suryanto sempat menyampaikan hal hal yang didengar sendiri sewaktu acara penyerahan penghargaan Pelti ke sponsor2 atau masyarakat tenis yang ikut membantu pertenisan nasional selama ini.
"Saya duduk satu meja dengan salah satu Ibu dari Jawa Tengah yang menerima penghargaan Pelti. Ada apa dengan Pak Ferry, karena dia cerita jelek tentang Pak Ferry." pertanyaan itu langsung diberitahukan ke August Ferry Raturandang. Sayangnya rekan Eddy tidak mau ceritakan secara detail karena dianggap tidak enak didengar.
Dalam menanggapi hal ini August Ferry Raturandang katakan tidak usah ditanggapi karena banyak yang suka dan tidak suka terhadap dirinya merupakan hal yang biasa.
Sekarang terjadi juga hal yang sama, sehingga secara pribadi merasa juga marah terhadap dirinya. "Wah, lain kali saya tidak akan bantu dia. Biar dia tahu!." jawaban emosi disampaikan kepada rekan rekan lainnya. Tetapi selaku petinggi Pelti harus juga menyelamatkan turnamen turnamen yang ada di Indonesia, disaat ITF sendiri menunggu ada pembatalan turnamen internasional junior di Indonesia maka jatah Indonesia hanya 4 turnamen internasional junior sesuai keinginan ITF yang pernah disampaikan ke Pelti beberapa tahun silam.
Terjadilah pergulatan bathin dalam dirinya, antara kepentingan pribadi sesuai ego yang masih dimilikinya dan kepentingan tenis Indonesia sebagai petinggi Pelti.
Suka terima keluhan dari yang bersangkutan setelah eventnya di Solo masalah Referee yang ditugaskannya tidak sesuai seleranya, tetapi kepada Referee tersebut dia minta agar tahun depan bertugas di Solo.

3 kegiatan dalam sehari

28 Nopember 2008. Kesibukan hari ini cukup padat dengan acara acara mulai dari pukul 16.00 menghadiri pembukaan turnamen Gubernur DKI di Kelapa Gading mendampingi Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti Johannes Susanto. Biasanya tidak pernah meleset ada undangan dari Pengprov Pelti DKI Jakarta, tetapi kali ini sepertinya kelupaan karena yang diundang hanya Ketua Umum PP Pelti dan Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti. Ini bukan masalah karena ada keinginan bertemu rekan rekan dari pelti DKI Jakarta ataupu masyarakat tenis lainnya. Setelah itu ke Hotel Atlet Century menghadiri pelantikan Pengurus Besar Persatua Olahraga MAESA Indonesia oleh Badan Pembina POR Maesa Letjen (Purn) HBL Mantiri. Sebagai Ketua Umum PB POR Maesa Indonesia 2008-2011 adalah Letjen (Purn) EE Mangindaan. Ikut sebagai anggota pengurus dengan kedudukan Ketua Bidang Pembinaan August Ferry Raturandang bersama sama GA Pesik (Bid.Organisasi), Nico Sompotan (Bid.Pertandingan), Harmen Lukas Tompodung (Bid.Khusus), Juanita Suling (Bid.Kekeluargaan), Barry Manembu (Bid.Humas). Begitu juga Wakil Ketua terdiri Justian Sunadinata, Dr. James Tangkudung, Benny mamoto, Frits Wullur.
Hadir dalam acara ini adalah Peter Gontha selaku Penasehat PB POR Maesa, Barcelius Roeroe, Joost Mengko, Berthi Ekel , tokoh2 senior Maesa Gus Walangitang, dan juga Jan Paruntu bersama Betty Paruntu. Begitu juga tokoh tokoh olahraga nasional sepeti Ferry Moniaga.

Keinginan EE Mangindaan tugas PB POR Maesa bisa juga membina klub klub olahraga membuat sedikit kebingungan dalam menyusun program PB POR Maesa kedepan, tetapi hal ini akan dirumuskan karena POR Maesa membawahi banyak cabang cabang olahraga seperti Tenis, Bridge, Karate, Tinju, Anggar, Atletik, Sepakbola, Bulutangkis, Sport Dance, Bowling.

Setelah acara pelantikan , langsung menuju hotel Menara Peninsula untuk menghadiri resepsi pernikahan putri dari Soebronto Laras. Ada kekuatiran diresepsi ini karena melihat Soebronto Laras berdiri berjam jama sedangkan dia baru minggu lalu operasi jantung di Singapore. "Bagaimana mas sudah sehat." pertanyaan August Ferry Raturandang ke Soebronto Laras. " Alhamdulilah sudah sehat." jawabnya.
Malam ini ketemu rekan rekan lainnya dari Pelti seperti Christian Budiman, Zandra Dharmawan, Martina Widjaja dan Diko Moedono. Ternyata Diko Moerdono sehari sebelumnya baru selesai operasi batu ginjal di RS Pelni.

Jumat, 28 November 2008

Kebutuhan Referee di Indonesia

28 Nopember 2008. Turnamen tenis nasional maupun internasional di Indonesia cukup semarak, sehingga banyak tenaga trampil sangat dibutuhkan dalam menjalankan kegiatan turnamen. Sehingga ada peningkatan kebutuhan atas tenaga tenaga ofisial pertandingan. Seperti tenaga wasit , Referee, pelaksana turnamen dll. Jika tenaga wasit sudah beberapa tahun dilaksanakan baik diluar Jawa maupun Jawa sesuai dengan kebutuhan Turnamen tersebut. Tetapi yang sangat dibutuhkan segera adalah tenaga REFEREE.
Sempat bertemu dengan rekan pelaksana turnamen , yang menganggap tenaga Referee itu sangat mudah . Dan mengklaim dirinya bisa jadi Referee TDP. Tetapi August Ferry Raturandang masih menganggap tenaga Referee itu tidak semudah yang dipikirkannya . Bukan berarti belajar otodidak sekalipun belum bisa dipakai sebagai Referee. Setiap Referee sudah pasti dari Wasit.
Selama ini dalam 4 tahun terahir, oleh induk organisasi tenis (Pelti) telah diprogramkan setiap wasit internasional yang dimiliki Pelti diprogramkan menjadi Referee. Ada 15 tenaga Wasit internasional (White Badge) tetapi tidak semua bisa dan mampu menjadi Referee. Sedangkan tahun 2009 diperkirakan ada 80 turnamen nasional di Indonesia . Berarti dibutuhkan sekitar 80 tenaga Referee. Nah, yang menjadi persyaratan seorang Referee itu apa ?
Sepengetahuan August Ferry Raturandang, tugas seorang Referee sebagai penanggung jawab jalannya turnamen sudah harus fasih menguasai masalah Rules of Tennis. Dan juga peraturan peraturan ITF ataupun TDP (Turnamen Diakui Pelti). Kelihatannya gampang, setiap orang sudah bisa belajar sendiri. Pendapat ini bisa juga benar . Tetapi banyak kasus kasus yang sering terjadi didalam lapangan yang tidak tercantum dalam peraturan peraturan tersebut. Seringkali August Ferry Raturandang mendampingi ITF Referee asing selama bertugas di Indonesia, banyak diskusi terjadi dengan wasit wasit membicarakan kasus per kasus yang sering terjadi di lapangan tenis disuatu turnamen. Menyelesaikan masalah masalah setiap individu beda beda cara penanganannya. Ini butuh suatu komunikasi antara rekan rekan sesama Referee.
Contoh kasus yang terjadi di tahun 2008. Saat itu di Kemayoran (Women's Circuit) dan Balikpapan (Men's Futures). Ada kasus dalam penerimaan peserta di Balikpapan. Saat itu August Ferry Raturandang bertanya kepada Referee (Bronze badge) di Men's Futures, jawabannya adalah tidak boleh. Besoknya bertanya kepada Referee Women's Circuit di Kemayoran, jawabannya boleh. Saat itu terlihat ada komunikasi antara kedua Referee dimana Referee yang di Balikpapan bertanya kepada rekannya di Jakarta. Akhirnya Referee yang di Balikpapan membolehkan pertanyaan August Ferry Raturandang.
Intinya komunikasi dan saling membantu sesama rekan.
an
Bagaimana dengan perwasitan di Indonesia.
Suatu saat August Ferry Raturandang bertanya kepada salah satu rekan wasit white badge di Indonesia masalah keinginan agar ada peningkatan tenaga Referee yang sangat dibutuhkan di Indonesia. Biasa menatar Wasit bukan berarti ada keinginan lakukan penataran referee.
"Kami juga dulu belajar sendiri masalah menjadi Referee." ini jawabannya bukan solusinya.
Beberapa tahun lalu pernah menerima email dari salah seorang wasit white badge Indonesia. "Kenapa Pelti tidak mau menghargai dengan baik tenaga Referee Indonesia." Menerima pertanyaan yang bagus sekali waktu itu. Dan juga harus dihormati adalah keberanian bertanya karena selama ini ada kecendrungan takut takut bertanya seolah olah takut dimusuhi. Kecendrungan takut tidak diberikan tugas oleh PP Pelti juga ada.
Langsung dijawab email tersebut dengan mengatakan Pelti berani bayar honor Referee sesuai keinginannya asalkan benar benar kerjanya seperti yang dilakukan Referee asing. Ada sedikit kekaguman terhadap dirinya tersebut tetapi begitu mengetahui cara kerjanya maka luntur sudah atas kekaguman tersebut.
Perlu juga diketahui selama ini August Ferry Raturandang melayani Referee asing bertugas di Indonesia, bisa menceritakan apa saja yang dilakukan mereka. Begitu tiba di Airport ke hotel, ada yang langsung ke hotel untuk check-in bukan untuk istrahat tetapi meneruskan perjalanannya ke lapangan.Tetapi banyak juga yang langsung ke lapangan tenis untuk men cek persiapan fasilitas fasilita lapangan tersebut. Tidak ada yang langsung masuk check-in dan istrahat walaupun alami perjalanan cukup panjang ke Jakarta. Di cek perlengkapan lapangannya, mulai dari net, single's pool, kursi wasit, ukuran lapangan bagi yang untuk pertama kali datang. Sebagai persiapan acara undian, Referee tersebut selalu memeriksa ke website ITF karena pendaftaran melalui ITF, juga peringkat dunia ke situs ATP-Tour/WTA Tour. Ini berarti setiap Referee sangat familiar dengan IT dan punya laptop sebagai bagian dalam kehidupan bekerjanya. Ketelitian merupakan prioritas utama. Tetapi banyak juga Referee asing yang kurang teliti hanya prosendtasenya sedikit karena sudah terlatih. Tapi human error pasti ada juga. Melihat bobot kerja cukup besar mayoritas kedatangan Referee sehari sebelum acara sign-in (Sabtu) yaitu Jumat, kecuali jadwal kedatangannya tergantung penerbangan ke Indonesia.
Nah, berapa honor didapat mereka. Tidak terlalu besar yaitu sekitar US$ 800,00 - 1,000,00 untuk kerja selama 7-10 hari.
Pengamatan selama ini, mayoritas yang dilakukan oleh Referee Nasional tidak seperti yang dilakukan diatas. Bahkan pernah suatu saat August Ferry Raturandang di Bandung melihat suatu turnamen nasional. Jadwal sign-in adalah Sabtu mulai pkl 16.00-18.00. Tiba dilokasi sign-in tidak menemukan Referee yang bertugas saat itu. Ketika ditanyakan kemana perginya didapat jawaban adalah sedang ke keluarganya karena Referee tersebut berasal dari luar kota. Tetapi ada kecurigaan jawaban tersebut tidak jujur karena ada kemungkinannya belum hadir. Akibatnya acara undian berakhir pukul 23.00, dan order of play baru selesai larut malam.
Jadi setiap Referee sudah harus memiliki atau mahir menggunakan laptop dan printernya. Disini tidak semua Referee yang bertugas memilikinya. Tetapi mau jadi Referee. Dengan adanya laptop sangat membantu kerja Referee didalam suatu turnamen. Tetapi banyak yang telah memilikinya. Ada yang kerjanya bisa dikatakan malas dalam membuat laporan. Dalam melaksanakan tugas, Referee setelah lakukan undian kualifikasi diwajibkan mengirimkan hasil undian tersebut ke PP Pelti atau ITF untuk internasional. Begitu juga hasil hariannya. Dan setelah berakhirnya turnamen diwajibkan maksimal setelah 3 hari turnamen selesai sudah harus diterima laporan keseluruhannya di PP Pelti. Sedangkan turnamen internasional diwajibkan saat selesainya turnamen langsung kirimkan laporan ke ITF dengan email atau FAX
Indonesia beberapa kali ditegur akibat terlambatnya laporan hasil turnamen dikirimkan ke ITF oleh Referee Nasional dalam menangania turnamen internasional yunior. Hal hal seperti ini sudah seharusnya diperhatikan oleh Referee tersebut. Sudah lama August Ferry Raturandnag sampaikan kepada Bidang Pertandingan, siapa yang mengontrol kerja dari Referee , karena banyak kerja Referee dilapangan belum memenuhi syarat. Contoh kecil, adakah dari laporan laporan Referee mengenai pelanggaran pelanggaran code of conduct untuk TDP Nasional. Jawabannya adalah TIDAK. Kenapaaaaa?

Sibuk dengan Komentar

28 Nopember 2008. Keberadaan situs resmi Pelti sejak beberapa tahun silam membuat kesibukan tersendiri. Kesibukan khusus dari pagi dan malam sebelum tidur, August Ferry Raturandang menyempatkan diri memeriksa komentar2 yang masuk dalam situs tersebut. Dua hari lalu, sebelum tidur (pkl 24.00) sempat menghapus komentar2 dari situs porno sejumlah 50 dan esok pagi sebelum keluar rumah mencek kembali melalui ponsel, ternyata ada 80 komentar yang dihapus. Ini peningkatan komentar Porno yang terjadi.
Karena menggunakan ponsel yang sangat terbatas, baik ruang ketik sehingga tidak heran kalau ada komentar2 yang tidak sengaja dihapus, karena sebelumnya tidak dibaca tetapi langsung dibuka untuk dihapus.
Keprihatinan terhadap bentuk komentar telah terjadi karena banyak pihak yang tidak menggunakan nama sebenarnya. Ini berarti ada ketakutan terhadap komentar yang diciptakan sendiri. Tetapi sebenarnya tidak perlu ditakutkan kalau hanya masalah memberikan pendapatnya. Kebijakan suatu organisasi olahraga maupun Pemerintah sering tidak bisa diterima mayoritas masyarakat. Hal ini wajar wajar saja. Tetapi dalam menyampaikan aspirasi dalam bentuk apapun seharusnya tidak melupakan aturan aturan yang berlaku. Begitu juga masalah komentar di situs resmi Pelti.
Sportivitas hanya sebagai lips service saja karena banyak sekali pelaku pelaku ini justru memperlihatkan ketidak sportifannya. Mau dibawa kemana olahraga ini.

Selasa, 25 November 2008

Keluhan Orangtua Dari Tarakan

25 Nopember 2008. Disela sela turnamen Alfamart Cup yang sedang berlangsung di hotel Sultan Jakarta, August Ferry Raturandang menerima tilpon dari orangtua peserta turnamen nasional yunior Walikota Tarakan Cup di kota Tarakan Kalimantan Timur. Masalah yang dikemukakan adalah masalah usia peserta.
Kecendrungan catut umur sering terjadi di turnamen nasional yunior bukan hanya ada di pulau Jawa tetapi banyak juga diluar Jawa. Masalahnya adalah jumlah turnamen lebih banyak di pulau Jawa dibandingkan diluar pulau Jawa. Tahun 2008, kota Tarakan mewakili pulau Kalimantan memberanikan diri selenggarakan turnamen nasional khusus yunior. Ini akan teangkat ketika ada turnamen nasional diwilayah tersebut.

"Pak Fery, tolong dong agar catut umur ini di berantas di turnamen Walikota Tarakan Cup" ujar salah satu ibu. "Kami tetap mendukung masalah pemberantasan catut umur. Coba ajukan protes langsung ke Referee Irianto Rompas." ujar August Ferry Raturandang
"Apakah peraturan turnamen nasional hanya penunjukan akte kelahiran saja ? Kenapa tidak juga dengan disertakan buku rapor. Disini buat akte kelahiran bisa cepat." tanya ibu tersebut.
Oleh AF Raturandang dianjurkan melihat buku peraturan TDP yang dibawa Referee tersebut, kira kira apa bunyi aturan tersebut karena tidak hapal sekali. Ada kemungkinan disebut persyaratan peserta adalah akte kelahiran dan buku rapor. Tetapi oleh ibu tersebut mengatakan sudah dilihat kalau dalam buku tersebut disebutkan copy akte atau buku rapor.
"Tolonglah Pak Ferry, karena bapak yang bisa mengatasinya." ujarnya bersemangat sekali. Tetapi hal ini dibantah dan yang bisa mengatasi semua masalah ini adalah orangtua petenis sendiri, karena Raturandang hanya membantu memonitor dan menggiring pembuktian atas ketidak jujuran atlet yunior.

"Ibu janganlah frustasi masalah keikutsertaan atlet catut umur. Cobalah berpikir positip kalau selama masih yunior ikut serta di turnamen janganlah menargetkan harus juara. Selama yunior bukanlah target sebagai petenis, nanti disenior barulah jadikan target. Di yunior jadikanlah masa pembelajaran bagi putra/i Ibu." nasehat August Ferry Raturandang untuk memberikan semangat atau motivasi kepada orangtua yang kecewa atas ketidak jujuran atlet tenis.

Karena diminta agar juga menghubungi Referee di Tarakan, AF Raturandang tidak bisa mencampuri tugas Referee, hanya memghimbau membantu investigasi atlet bersangkutan dari data yang ada dimana kalau ada yang mencurigakan. Contoh konkrit seperti jika akte kelahiran dibuat setelah 8-10 tahun lahir, artinya sudah mengenal permainan tenis baru dibuat akte kelahiran. Disini bisa curiga walaupun belum tentu. Bisa dilihat postur tubuhnya jika mencurigakan dengan indikasi seperti itu bisa panggil atlet bersangkutan sendiri tanpa didampingi orangtua atau pelatihnya. Disini jika ditanyakan terus menerus siapa tahu atlet tersebut bisa mengaku. Ini salah satu cara, jika August Ferry Raturandang sebagai Referee.

Dari data 17 petenis yunior yang disimpan August Ferry Raturandang asal Kalimantan Timur hanya 10 akte kelahiran bukan pemutihan. Yang dimaksud dengan akte kelahiran pemutihan artinya dibuat lebih dari 2 bulan . Ada yang akte pemutihannya 1-4 tahun bukanlah masalah. Apakah ada unsur ketelodoran orangtua sehingga sampai 11 tahun kemudian baru dibuat akte kelahirannya, ini suatu pertanyaan tersendiri karena diera sekarang masih ada terjadi hal hal seperti ini. Contohnya atlet Deprianur yang lahir tahun 1995 dan akte dibuat tahun 2006 dari Kutai Kertanegara. Begitu juga Eric Okada Lanur akte kelahiran dibuat 8 tahun setelah kelahirannya, lahir tahun 1998 dan akte dibuat 2006 oleh Sekretaris Pemkota Bontang. Faisal Pratama Afandi lahir tahun 1993 dan akte dibuat tahun 2004. Reza Fahrial Anwar lahir tahun 1995 dan akte dibuat tahun 2005. Putri Purnama Sari lahir tahun 1997 dan akte dibuat tahun 2005 dari Balikpapan. Ini sekedar contoh usia petenis dalam akte kelahiran yang diberikan dalam turnamen nasional.

Kemungkinan ada indikasi catut umur sah sah saja tetapi bisa saja memang keterlambatan buat akte tersebut bukan karena berkeinginan mau menang di turnamen tenis yunior, tetapi benar benar keadaan tidak memungkinkan atau lupa.

"Bagaimana cara mencagah ketidak jujuran atlet tenis ? "
Selama turnamen menyediakan hadiah dalam bentuk UANG, maka pencatutan umur tetap terjadi. Dengan dalih butuh dana untuk membina atlet, dan juga bagi pelatih (curang) ingin agar namanya dipromosikan dari hasil turnamen, maka cara cara tidak halal dilakukannya.
Dalam pemantauan August Ferry Raturandang, sudah mulai beberapa TDP Kelompok yunior memberikan hadiah hanya dalam bentuk piala/medali dan piagam seperti Salonpas Internasional Junior Champs, Thanrim Cup, Oneject International, Widjojo Soejono emen Gresik, Solo International Open. Mungkin banyak lagi tidak berikan uang tetapi belum terpantau olehnya.

Ayunan Sapu lidi Bersihkan lapangan Tenis

25 Nopember 2008. Jika Anda melihat atau memperhatikan orang menyapu maka dasar dasar pukulan tenis jelas terlihat. Tetapi tanpa tangkai , cukup langsung sapu lidi dipegang tangan. Sewaktu di Ternate dalam rangka POPWIL V 2008, akibat turunnya hujan maka lapangan harus dikeringkan. Belum pernah terjadi selama ini August Ferry Raturandang melihat cara mengeringkan lapangan tenis dengan sapu lidi. Bisa dibayangkanlah. Ini karena lapangan tenis tersebut tidak punya alat untuk mengeringkan lapangan tenis (hard court).

Sewaktu membersihkan lapangan , terlihat dasar dasar pukulan tenis (forehand) dimana kaki kiri didepan kemudian kaki kanan dibelakang. Menyapu pelan pelan dan berjalan kedepan dimana posisi kaki kiri tetap didepan, diikuti gerakan kaki kanan mengikuti ayunan tersebut. Ada ayunan mulai backswing dan followthrough. Ada keseimbangan (balance) maupun movement. Bedanya hanya ayunannya kebawah saja.
" Bisakah melihat bakat dari cara mengayunkan sapu lidi tersebut? " Ini bisa dijawab oleh ahli ahli pertenisan yang bisa menjawabnya.

Coba renungkan semua ini.

Senin, 24 November 2008

Ada blogger pribadi di permasalahkan

25 Nopember 2008. Kalau mengikuti komentar komentar pembaca di situs Pelti yaitu www.pelti.or.id, banyak pertanyaan atas sepak terjang August Ferry Raturandang yang terlihat sudah tidak memperhatikan situs PP Pelti sendiri karena sibuk dengan blogger sendiri. Komentar komentar miringpun sering terjadi menimpa dirinya, tetapi kelihatan tidak terlalu ditanggapi. Banyak saran dari teman teman untuk tidak peduli atas komentar komentar miring sehubungan adanya blogger sendiri. Harus diakui keberadaan situs Pelti juga karena awalnya situs itu merupakan insiatipnya sehingga diusulkan ke Ketua Umum PB Pelti. Mengingat induk organisasi tenis ditingkat Pusat sudah memiliki anggota HUMAS yang cukup energik maka penugasan dialihkan kepada mereka sehingga bisa berfungsi dengan baik. Tapi tidaklah heran kesibukan rekan rekan Humas sendiri cukup padat sehingga situs Pelti belum ditata dengan baik dalam pengelolaannya. Pecinta tenispun tidak mau mengerti masalah ini. Selalu menuntut yang terbaik. Ini wajara wajar saja.

Tapi perlu diketahui, kisah munculnya idea terbitkan blogger ini diawal Februari 2008 sehingga semua pihak bisa mengetahuinya.Berkeinginan untuk menerbitkan buku harian atau kiprah August Ferry Raturandang di pertenisan Indonesia tetapi merasa belum waktunya. Sehingga ada keinginan mengumpulkan kisah kisah nyata dalam kehidupan dipertenisan Indonesia melalui blogger yang banyak sekali belum diketahui masyarakat tenis Indonesia. Karena tenis Indonesia ini banyak sekali masalah sehingga merupakan makanan empuk pemberitaan di media massa beberapa tahun silam. Menarik juga karena dibalik kisah semua ini August Ferry Raturandang banyak mengetahuinya dan juga banyak kejadian kejadian tersebut terjadi didepan matanya.Dimulai mengingat ingat masalah lalu, dan langsung mengambil laptop untuk segera dicatat agar tidak lupa. Akibatnya banyak tata bahasanya masih termasuk amburadul atau seadanya, tergantung situasi saat menulis ceritanya.

Keinginan menulis masalah tenis Indonesia sudah lama dilakukan selaku pengamat tenis dan bisa disalurkan melalui blogger ini disamping itu pula sudah banyak juga tulisan tulisan August Ferry Raturandang yang pernah dipublikasikan melalui media cetak. Awalnya pernah dimuat di Media Indonesia, Republika Suara Pembaruan, Sinar Harapan dan Tabloid Tennis.Sempat pula tulisan masalah tim tenis PON XVII Sulawesi Utara dimuat di Harian Komentar (Manado).

Ini semua dilakukan bukan sebagai Wakil Sekjen PP Pelti tetapi sebagai pribadi dan pengamat tenis. Suatu saat pernah pula oleh Martina Widjaja diawal kepengurusan PB Pelti ( 2002-2007)menegur atau lebih tepat menasehati August Ferry Raturandang yang harus bisa membedakan sebagai pengamat tenis dan selaku petinggi induk organisasi Pelti jika hendak menyalurkan aspirasinya melalui media massa.
Hal ini dipegang teguh sehingga jika menyampaikan pendapat sebagai petinggi Pelti tentunya berbeda dengan sebagai pengamat tenis.

Tetapi bisa terjadi jika tidak bisa membedakan posisi antar kedua ini. Pernah kejadian sewaktu dikantor PB Pelti ( 2007) ketika kedatangan rekan Tony Sangitan yang datang kekantor PB Pelti bertemu dengan Ketua Bidang Pertandingan PB Pelti Enggal Karjono. Sewaktu didalam ruang rapat, Tony Sangita menyampaikan keinginan PB Pelti membantu pelaksana turnamen tenis Bakrie Satellite dalam hal finansial. "Kalau beaya sebesar Rp 500juta sedangkan kami hanya punya Rp. 400 juta, berapa Pelti bisa bantu." Jawaban dari Pelti saat itu kalau ada standar honor pelaksana turnamen ( wasit, refereee ) yang tidak bisa ditawar lagi." Sehingga kesimpulannya beaya tersebut tidak bisa turun lagi,

Saat berada diluar kantor Pelti , sebelum pulang masih sempat Tony Sangitan dan August Ferry Raturandang berdiskusi masalah pelaksanaan turnamen tersbut. " Ya kalau you tanya saya , jawabannya bagi saya dengan uang Rp 300- 400 juta sudah cukup." Dan hal ini membuat Tony bingung karena sengaja dibuat bingung.
"Lo, kok tadi didalam you bilang tidak bisa, kok sekarang bisa ?" Dan langsung ditanggapi, karena tadi didalam gedung Pelti maka jawaban resmi Pelti yang diberikan sedangkan sekarang berada diluar gedung Pelti, jadi jawaban pribadi yang keluar. Hal ini sengaja dibuat ruwet oleh August Ferry Raturandang jika menghadapi rekan rekan yang terkenal sombong mengaku kaya (Bakrie) tapi ibaratnya minta discount . Ditanggapi dengan sombong pula.
Adanya blogger ini juga ditanggapi positif oleh rekan rekan lainnya selama masih obyektif. " Saya senang karena selama ini saya anggap masih netral dalam penulisannya. Dan memang fakta fakta tidak perlu ditutup tutupi." ujar Ferry Susanto dala percakapan pertilpon

Banyak keuntungan bagi August Ferry Raturandang dengan adanya blogger ini. Keuntungan tersebut adalah mulai rajin membaca buku buku ilmu pertenisan yang bisa dituliskan dalam blogger ini. Pernah menerima email maupu SMS dari pelatih daerah yang sangat berterima kasih bisa mendapatkan pelajaran tenis melalui blogger ini. "Bersyukurlah jika bermanfaat untuk semua."

Cara Menghadapi Tilang di Jalan

25 Nopember 2008. Ada suatu kejadian yang cukup bermanfaat bagi masyarakat tenis yang sering membawa kendaraan jika membuat kesalahan yang melanggar aturan lalu lintas, sehingga seharusnya kena tilang. Banyak pihak yang selama ini selalu mencari jalan pintas sehingga tidak mau berhubungan dengan proses pengadilan sehingga dicari cara lain dengan memberikan uang kepada petugas lalu lintas dijalan raya.

Ada adegan yang menarik ketika menumpang taksi , yaitu ketika sopir taksi hendak ditilang oleh polisi.

Polisi (P) : Selamat siang mas, bisa lihat Sim dan STNK?
Sopir (Sop) : Baik Pak…

P : Mas tau..kesalahannya apa?
Sop : Gak pak

P : Ini nomor polisinya gak seperti seharusnya (sambil nunjuk ke plat nomor taksi yg memang gak standar) sambil langsung mengeluarkan jurus sakti mengambil buku tilang…lalu menulis dengan sigap
Sop : Pak jangan ditilang deh… wong plat aslinya udah gak tau ilang kemana… kalo ada pasti saya pasang
P : Sudah…saya tilang saja…kamu tau gak banyak mobil curian sekarang… (dengan nada keras!! )
Sop : (Dengan nada keras juga ) Kok gitu! taksi saya kan Ada STNK nya pak, ini kan bukan mobil curian!

P : Kamu itu kalo di bilangin kok ngotot (dengan nada lebih tegas) kamu terima aja surat tilangnya (sambil menyodorkan surat tilang warna MERAH)
Sop : Maaf pak saya gak mau yang warna MERAH suratnya…Saya mau yg warna BIRU aja

P : Hey! (dengan nada tinggi) kamu tahu gak sudah 10 Hari ini form biru itu gak berlaku!
Sop : Sejak kapan pak form BIRU surat tilang gak berlaku?
P : Inikan dalam rangka OPERASI, kamu itu gak boleh minta form BIRU… Dulu kamu bisa minta form BIRU… tapi sekarang ini kamu Gak bisa… Kalo kamu gak kamu ngomong sama komandan saya (dengan nada keras dan ngotot)
Sop : Baik pak, kita ke komandan bapak aja sekalian (dengan nada nantangin tuh polisi)

P : (Dengan muka bingung) Kamu ini melawan petugas!?
Sop : Siapa yg melawan!? Saya kan cuman minta form BIRU… Bapak kan yang gak mau ngasih
P : Kamu jangan macam-macam yah… saya bisa kenakan pasal melawan petugas!
Sop : Saya gak melawan!? Kenapa bapak bilang form BIRU udah gak berlaku? Gini aja pak saya foto bapak aja deh… kan bapak yg bilang form BIRU gak berlaku (sambil ngambil HP)

Wah … wah hebat betul nih sopir …. berani, cerdas dan trendy … (terbukti dia mengeluarkan hpnya yang ada berkamera.
P : Hey! Kamu bukan wartawankan! ? Kalo kamu foto saya, saya bisa kandangin (sambil berlalu)
Kemudian si sopir taksi itupun mengejar itu polisi dan sudah siap melepaskan "shoot pertama" (tiba-tiba dihalau oleh seorang anggota polisi lagi )

P 2 : Mas, anda gak bisa foto petugas sepeti itu
Sop : Si bapak itu yg bilang form BIRU gak bisa dikasih (sambil tunjuk polisi yg menilangnya)

Lalu si polisi ke 2 itu menghampiri polisi yang menilang tadi, ada pembicaraan singkat terjadi antara polisi yang menghalau si sopir dan polisi yang menilang. Akhirnya polisi yg menghalau tadi menghampiri si sopir taksi
P 2 : Mas mana surat tilang yang merah nya? (sambil meminta)
Sop: Gak sama saya pak…. Masih sama temen bapak tuh (polisi ke 2 memanggil polisi yang menilang)
P : Sini tak kasih surat yang biru (dengan nada kesal)
Lalu polisi yang nilang tadi menulis nominal denda sebesar Rp.30.600 sambil berkata "nih kamu bayar sekarang ke BRI … lalu kamu ambil lagi SIM kamu disini, saya tunggu".
S : (Yes!!) Ok pak..gitu dong kalo gini dari tadi kan enak…

Kemudian si sopir taksi segera menjalnkan kembali taksinya sambil berkata "Pak.. maaf kita ke ATM sebentar ya.. mau transfer uang tilang.
Sopir taksipun langsung ke ATM sambil berkata, … "Hatiku senang banget pak, walaupun di tilang, bisa ngasih pelajaran berharga ke polisi itu." "Untung saya paham macam2 surat tilang."

Tambahnya, "Pak kalo ditilang kita berhak minta form Biru, gak perlu nunggu 2 minggu untuk sidang Jangan pernah pikir mau ngasih DUIT DAMAI…. Mending bayar mahal ke negara sekalian daripada buat oknum!"

Ada yang perlu diketahui mengenai formulir Tilang tersebut terdiri dari:

SLIP MERAH, berarti kita menyangkal kalau melanggar aturan Dan mau membela diri secara hukum (ikut sidang) di pengadilan setempat.. Itupun di pengadilan nanti masih banyak calo, antrian panjang, Dan oknum pengadilan yang melakukan pungutan liar berupa pembengkakan nilai tilai tilang. Kalau kita tidak mengikuti sidang, dokumen tilang dititipkan di kejaksaan setempat, disinipun banyak calo dan oknum kejaksaan yang melakukan pungutan liar berupa pembengkakan nilai tilang.

SLIP BIRU, berarti kita mengakui kesalahan kita dan bersedia membayar denda. Kita tinggal transfer dana via ATM ke nomer rekening tertentu (kalo gak salah norek Bank BUMN). Sesudah itu kita tinggal bawa bukti transfer untuk di tukar dengan SIM/STNK kita di kapolsek terdekat dimana kita ditilang. You know what!? Denda yang tercantum dalam KUHP Pengguna Jalan Raya tidak melebihi 50ribu! dan dananya RESMI MASUK KE KAS NEGARA.

Rabu, 19 November 2008

Moral Petenis Muda Dipertanyakan

Jakarta, 19 Nopember 2008. Kekesalan muncul dari orang tua terhadap perilaku anak anak muda sudah sering terjadi didalam suatu rumah tangga atau keluarga. Tetapi hari ini August Ferry Raturandang mendengar keluhan dari seorang tua yang lebih tua setahun diatas usianya menceritakan apa yang terjadi dari perlakuan seorang petenis nasional terhadap dirinya. “ Kalau menurut loe Fer, apa yang harus dilakukan?” tanya orangtua tersebut kepada August Ferry Raturandnag. “ Oh , gue gampar.” Ujarnya langsung semua yang ikut mendengarkan tertawa termasuk Christian Budiman yang lebih muda darinya.
Sebagai seorang manajer tim nasional, telah berikan hal yang terbaik bagi petenis nasional khususnya yang dipersiapkan untuk tim nasional maupun program Menegpora yaitu PAL (program atlit andalan). Orangtua tersebut yang juga sebagai penanggung jawab bidang pembinaan senior diinduk organisasi tenis, telah mengajukan nama nama petenis muda kedalam program PAL tersebut. Begitu juga nama nama pelatih yang dinominasikan bersama atlet2 tersebut.

Kejadian yang mencuat sehingga sang orangtua tersebut naik darah, sewaktu diadakan Lokakarya “Team Building” 9-13 Nopember 2008 di Resort Gunung Geulis Bogor. Kehadiran kedua Ayah dan Ibu petenis top Indonesia tanpa sepengetahuan induk organisasi mengikuti lokakarya resmi diadakan oleh Kantor Menegpora. “Yang dipertanyakan kehadirannya sebagai apa? Seorang Ibu bukan pelatih dan Bapak sebagai pelatih. Sedangkan pelatih resmi bukan Ayah dan Ibu tersebut. Kok diterima dan mendapatkan fasilitas2 seperti peserta resmi.”

Disamping itu pula selama berada ditempat tersebut, orangtua ini dilecehkan sekali oleh ulah keluarga ini mulai Ayah, Ibu dan anak petenis top Indonesia. “Gua tidak disapa sama sekali oleh mereka ini. Gila nggak. Gue sebagai orangtua bukan sebagai manajer tim merasa tersinggung berat. Apa salah gue ? “

Tetapi dikatakan pula petenis tersebut tetap dinominasikan dalam tim Davis Cup 2009.
Yang menjadi pertanyaan saat ini, dimana tata krama sebagai bangsa Indonesia telah diremehkan oleh keluarga tenis pula. Sediih rasanya. Tapi tidak heran kalau yang lakukan adalah Warga Negara Asing, karena sebagai WNI tentunya masih punya moral

Selasa, 18 November 2008

Petenis Muda Mulai Terangkat di Nasional

19 Nopember 2008. Pergeseran kedudukan peringkat nasional tenis Indonesia sudah mulai terlihat oleh petenis muda usia, khususnya putra. Peringkat Nasional Pelti akhir tahun 2007 susunan tertinggi untuk putra terdiri dari nomer 1 sampai 10 yaitu Elbert Sie (21 th), Prima Simpatiaji ( 27 th), Christopher Rungkat ( 18 th), Hendri Susilo Pramono (29 th), Suwandi ( 32 th), Sebastian Dacosta ( 31 th), Bonit Wiryawan ( 40 th), Andery Setyawanto ( 25 th), Sunu Wahyu Trijati ( 21 th) dan Andrian Raturandang ( 32 th). Dari kesepuluh petenis ini hanya 3 petenis dengan usia 18-21 th, sedangkan 7 petenis lainnya usia 25 – 40 th.
Sedangkan peringkat yang dikeluarkan tanggal 15 Nopember 2008, komposisi berubah dengan memunculkan muka muka muda di 4 besar terdiri dari Elbert Sie (21 th) , Christopher Rungkat (18 th) , Sunu Wahyu Trijati (21 th), Ayrton Wibowo ( 20 th). Komposisi yang muda bertambah dari 3 menjadi 5 dengan masuknya M.Faisal Aidil ( 20 th) peringkat 8 dan Ayrton Wibowo peringkat 4.
Keluar masuk mewarnai komposisi peringkat nasional . Masuknya Nesa Arta ( 26 th) dan Surya Wijaya ( 31 th) kedalam jajaran 10 besar dan naiknya peringkat Andrian Raturandang ( 32 th) dari peringkat 10 menjadi peringkat 6 di akhir tahun 2008, dan keluarnya Bonit Wiryawan ( 40 th), Hendri Susilo Pramono ( 29 th) dan Andery Setyawanto ( 25 th) dari jajaran 10 besar.

Sedangkan di putri, akhir tahun 2007 kedudukan 10 besar terdiri dari Sandy Gumulya ( 22 th), Jessy Rompies ( 18 th), Ayu Fani Damayanti ( 20 th), Lavinia Tananta ( 21 th), Vivien Silfany ( 19 th), Lutfiana Aris Budiarto ( 18 th), Angelique Widjaja ( 24 th), Wukirasih Sawondari ( 28 th), Angelina Jogasuria ( 17 th) dan Septi Mende ( 22 th). Hanya Wukirasih Sawondari paling tua dengan usia 28 tahun, dan Angelique Widjaja ( 24 th) yang lainnya masih tergolong muda dengan usia antara 17 – 22 tahun.
Di akhir tahun 2008, kedudukan masih sama dimana 2 usia diatas 24 tahun dan 8 yang muda usia tetap bertahan . Ada pergantian petenis muda dengan masuknya muka baru Grace Sari Ysidora ( 15 th), Beatrice Gumulya ( 17 th) dan keluarnya Angelina Jogasuria ( 17 th) dan Septi Mende ( 22 th). Begitu pula keluarnya Angelique Widjaja digantikan oleh Liza Andriyani ( 29 th).
Kedudukan 10 besar diakhir tahun 2008 dari 8 besar dikuasai usia muda dan peringkat 9 dan 10 oleh usia diatas 27 tahun. Komposisi 10 besar peringkat nasional terdiri Sandy Gumulya ( 22 th), Ayu Fani Damayanti ( 20 th), Lavinia Tananta ( 21 th), Beatrice Gumulya ( 17 th), Lutfiana AB ( 18 th), Jessy Rompies ( 18 th), Grace Sari Ysidora ( 15 th), Vivien Silfany ( 19 th), Liza Andriyani ( 29 th) dan Wukirasih Sawondari ( 28 th)
Diperkirakan di tahun 2009, makin banyak muncul petenis muda usia khususnya di putri karena banyak petenis putri usia muda mulai berdatangan. Seperti Laili Rahmawati ( 16 th) Pricilla Anggreni ( 18 th), Karyn Emeralda ( 16 th), Cynthia Melita Setyawan ( 15 th), Meutia Sabrina ( 16 th), Dwi Aryana ( 18 th), Angelina Jogasuria ( 17 th), Tria Rizki Amalia ( 14 th), Dina Karina ( 14 th), Aldila Sutjiadi (13 th ), Nadia Ravita ( 14 th) .
Untuk putra agak berbeda, persediaan petenis putra lebih sedikit dibandingkan dengan putri. Sedikit dalam arti persaingan dengan kakak kakaknya lebih senior. Munculnya David Agung Susanto ( 18 th), Seno Hartono, Tito Parulian Hutauruk ( 18 th), Michael Christian ( 16 th), Anshari Nursida, Ega Uneputty ( 15 th), Jason Joei Wiranata ( 15 th), Louis Theodor ( 15 th), Yosua Adiyas ( 15 th) masih membutuhkan waktu pematangan lebih dalam jika ingin mendongkrak kedudukan dalam percaturan tenis nasional. Kesempatan masih ada dengan makin meningkatnya turnamen turnamennya ditahun 2008 dan 2009. Tapi semua ini merupakan tantangan jika ingin ada kemajuan pesat dan dibutuhkan komitmen yang tinggi jika ingin menjadi petenis elit. Karena tenis sudah merupakan profesi bagi atlet tenis.
Ini meurut pengamatan August Ferry Raturandang selaku pribadi melihat prospek tenis Indonesia.

Minggu, 16 November 2008

Tanpa Prize Money di Surabaya

Surabaya, 16 Nopember 2008. Pelaksana turnamen tenis yunior Widjojo Soejono Semen Gresik di Surabaya menyadari akan aturan aturan yang sedang digalakkan oleh induk organisasi tenis yaitu PELTI. Pemantauan August Ferry Raturandang bisa melihat langsung final yang berlangsung di lapangan tenis Brawijaya Surabaya.
"Apa panpel sediakan hadiah uang ke pemenang? " pertanyaan ditujukan kepada Humas PengProv Pelti Indro Sulistyo yang juga hadir di lapangan Brawijaya. " Tidak." jawabnya. Begitu ketemu Irmantara Soebagyo sebagai Tournament Director dan juga Sekretaris Pengprov Pelti Jawa Timur, pertanyaan yang sama ditujukan kepadanya. " "Kan tidak boleh oleh PP Pelti." ujarnya.
Langsung oleh August Ferry Raturandang disambut dengan guyonan cara khas Surabaya. "Nek kei duit, tak pateni sisan." Demikian pembicaraan sambil bercanda dilapangan tenis Brawijaya disaat final tunggal putra maupun putri.
Sewaktu itu terlihat acara pemberian hadiah kepada pemenang kelompok nasional. Pemenang diberikan medali, piagam dan sovenir. Karena tidak sopan kalau mau cek kebenaran dari obrolan dengan anggota Pelti Jawa Timur, maka August Ferry Raturandang mencek ke peserta yang dari luar kota yaitu dari Bali. "Hanya terima medali, piagam dan lain lain." jawabnya pelatih Wayan Sadar dari Bangli. "Apa diberi uang ?" Ternyata dapat jawaban bahwa dari panitia tidak boleh beri uang sesuai peraturan. Wah, lega juga kalau turnamen ini yang jauh dari Jakarta mau mengikuti aturan aturan yang sudah baku selama ini.
Menurut August Ferry Raturandang ada satu kesalahan fatal dilakukan pelaku pelaku tenis di Tanah Air. Yaitu turnamen yunior digunakan sebagai TARGET atau sasaran dalam pembinaan. Seharusnya selama masih yunior maka harus digunakan sebagai tempat pembelajaran. Target baru dilakukan disaat senior atau diatas 18 tahun. Akibatnya banyak cara cara diluar norma norma untuk mengejar target tersebut. Apa jadinya, banyak petenis memalsukan usianya untuk menjadi juara dikelompok umur dibawahnya.
"Janganlah diwajibkan anak anak menjadi juara. Mereka seharusnya menikmati dulu pertandingan tenis ini. Tekanan orang tua ataupun pelatih sebenarnya suatu bumerang bagi pembinaan atletnya sendiri." ujar August Ferry Raturandang kepada rekan rekan di Surabaya.
"Nanti diakhir Nopember 2008, di Surabaya diadakan turnamen yunior KONI Surabaya." demikian informasi ini disamopaikan kepada August ferry Raturandang. "Kenapa tidak jadi TDP saja." tanya August Ferry Raturandang.
Tepat pukul 20.00 August Ferry Raturandang kembali ke Jakarta bersama istri dengan Mandala. Sudah lama tidak pernah bepergian bersama keluar kota dengan istri. Biasanya selama ini baik pergi maupun kembali ke Jakarta berbeda penerbangan. Waktu berangkat ke Surabaya, istri sudah berangkat tanggal 13 Nopember 2008, sedangkan August Ferry Raturandang Sabtu siang. Kedatangan ke Surabaya untuk menghadiri pernikahan keponakan dari istri di Surabaya, putri dari Johannes Ferdinand Raintung. Dan kesempatan ini pula digunakan melihat final turnamen tenis yunior.
Badan terasa capek, karena perjalanan padat keluar kota. Dari Ternate tiba Jumat 14 Nopember 2008, besoknya terbang lagi ke Surabaya. Sebenarnya dijadwalkan pula tanggal 17 Nopember 2008 ke Bengkulu, tapi dibatalkan. Capeek deh.

Bertemu Widjojo Soejono di Lapangan tenis Brawijaya

16 Nopember 2008. Momen yang indah Minggu pagi di lapangan tenis Brawijaya Surabaya August Ferry Raturandang bertemu langsung dengan Jenderal (Purn) Widjojo Soejono dan mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat Warsito. Menikmati final turnamen tenis yunior internasional. Walaupun usia sudah lanjut 82 tahun, daya ingat Widjojo Soejono masih tetap tinggi, yang berbeda hanyalah pendengarannya saja.
"Saya dulu pernah ketemu di final pertandingan di Manado. Pak Widjojo berpasangan dengan Eddy Baculu melawan Djaelani (alm) berpasangan dengan saya." ujar August Ferry Raturandang. "Oh itu turnamen Panglima Cup." ujar Widjojo Soejono mengingat masa lalu yang saat itu sebagai Pangdam Kodam Merdeka di Manado yang waktu itu masih berpangkat Brigjen TNI.
Menurut August Ferry Raturandang ditahun 1970, membentuk MYTC (Manado Youth Tennis Club) di lapangan tenis Sario dengan anggota 20 putri dan 5 putra muda usia. Dukungan dari Pangdam Merdeka Brigjen Widjojo Soejono diberikan melalui salah satu anggotanya Kapten Rivai (sekarang Mayjen Purn).
Ada saat dimana kekaguman August Ferry Raturandang saat iru kepada Widjojo Soejon seorang pejabat tinggi didaerah . Dipertandingan final tersebut ada satu pukulan forehand drive dari August Ferry Raturandang dilakukan kearah Widjojo Soejono yang berdiri didepan net. Arah bola tepat kebadannya cukup keras. Dengan gaya karate , Widjojo Soejono menghindar dengan berteriak "ciaat" dan bola terhindar kebadannya. "Maaf pak," ujar August Ferry Raturandang. " Tidak apa anak muda." ujarnya sambil tertawa.
"Bagaimana dengan lapangan tenis Sario." tanya Widjojo Soejono. "Sekarang ada 8 lapangan. Dulu masih 4 saja." jawab AF Raturandang. Selanjutnya dikatakan sewaktu masih menjabat Pangdam Brawijaya di Surabaya, Widjojo Soejono mengumpulkan atlet tenis berprestasi Surabaya dan mengirimkan kebeberapa turnamen dengan beaya dari Korem. Ini contoh yang diminta agar sekarangpun masih ada pembina pembina tenis di Indonesia.
Turnamen tenis Widjojo Soejono awalnya di lapangan tenis WUNI Surabaya , masih sebagai turnamen nasional. Saat ini sudah memasuki tahun ke 27 dan berubah nama menjadi Widjojo Soejono Semen Gresik International Junior Champs. Komitmen dari seorang tokoh olahraga Widjojo Soejono masih perlu ditiru oleh semua tokoh tokoh olahraga.
"Apa Bapak masih main tenis ? " pertanyaan dari August Ferry Raturandang. "ah sekarang sudah berat." jawabnya

Indahnya Ternate

Ternate, 14 Nopember 2008. Ternate, sebagai ibukota Provinsi Maluku Utara yang sebenarnya punya nama Maluku Kie Raha (artinya 4 gunung) penuh kenangan baik dalam POPWIL V 2008. Provinsi Maluku Utara terdiri dari 4 gunung (Kie) yaitu Kie Gamalama, Kie Matubu, Kie Sibela, Kie Maitara. Bagi yang senang menikmati indahnya pantai, Ternate tempatnya. Kesempatan mengelilingi jalan jalan sepanjang pulau Ternate mengelilingi Gunung Gamalama tidak disia siakan sebelum meninggalkan kota Ternate ke Jakarta.
Mulai dari perjalanan keluar kota Ternate mengitari landasan Bandara Sultan Babulah, nenerapa kilometer didapatkan pantai pantai yang airnya cukup tenang, dan tidak terlihat kotor a;ias cukup bersih. Jika dari pesawat terbang sebelum mendarat, terlihat jepas warna lautnya biru dan tepi pantainya tidak terlihat warna coklat seperti yang terlihat sewaktu mau mendarat di Bandara Balikpapan. Sepanjang pantai Kalimantan Timur terlihat dari udara warna coklat ditepi pantainya.
Beda dengan pulau Ternate, sepanjang pantai tidak telihat warna coklat tersebut. Seluruhnya warna biru. Indah sekali bagi pecinta pantai.
Hanya sayangnya kurang diurus dengan baik. Kalau melihat pulau Bali yang sangat mengandalkan objek pariwisata, kenapa hal ini tidak dilakukan oleh Pemda Provinsi Maluku Utara ataupun Pemkot Ternate.
Duduk ditepi pantai tidak terlihat adanya aktivitas jual ikan laut seperti ditempat tempat lainnya diluar Ternate. Jika ada pengelolaan yang baik , tentunya akan menarik minat pecinta lautan.
Sempat berhenti sejenak di 3 lokasi , menghilangkan pikiran ditepi pantai. Jikalau ada yang menjual ikan laut tentunya akan membuat betah menunggu ditepi pantai. Ikan laut segar merupakan ciri khas makanan di Ternate. Berbeda dengan di Jakarta, rasa ikan lebih manis seperti juga di Manado.
"Ikan di Jakarta itu beda rasanya karena matinya 3 kali. kalau disini mati cukup sekali." begitulah perbedaannya sehingga berbeda pula rasanya.
Ada satu obyek wisata yaitu danau TOLIRE dibawah gunung Gamalama. Disini ada satu keajaiban. Cobalah lempar batu sekuat kuatnya, maka batu itu akan jatuh didepan (tidak jauh). Ini bukan mistik tetapi suatu hal yang ilmiah sebenarnya.
Setelah itu berjalan terus mengitari gunung Gamalama, sampailah kesuatu tempat ditepi pantai melihat kekanan akan terlihat 2 gunung yang terdapat di uang Rp. 1.000 . Gambar Gunung Maitara yang terletak didepan kota Ternate.
Ada keinginan ke Tidore dengan speed boat tetapi belum sempat, karena waktu tersita di Ternate sampai kembali ke Jakarta. Keinginan ini tersimpan dan mudah mudahan suatu saat bisa kembali lagi ke Ternate.

Jumat, 14 November 2008

Kualitas Petenis POPWIL V di Ternate

Ternate, 14 Nopember 2008. Bagaimana prestasi olahraga daerah, di Pekan Olahraga Pelajar Wilayah (POPWIL) V bisa digunakan sebagai cermin olahraga daerah. POPWIL V yang meliputi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara. Kejadian aneh tapi nyata, dipertandingan antar pelajar bisa terjadi perkelahian peserta Sepakbola. Sepertinya dicabang olahraga sepakbola sudah merupakan trade mark harus ada perkelahian. Bisa dibayangkan ditingkat pelajar sudah mulai terjadi hal hal yang jelas jelas menyalahi kaidah olahraga yaitu Sportivitas. Untungnya di tenis tidak terjadi karena bukan kontak langsung. Ini akibat dari ulah ofisial tim yang tidak faham atas peraturan peraturan olahraga tersebut.

Pertandingan tenis hanya diikuti oleh tim dari Papua (Putra), Maluku (Putri), Maluku Utara (Putra dan Putri), Gorontalo (Putra dan Putri), Sulawesi Tengah (Putra dan Putri) dan Sulawesi Utara (Putra dan Putri). Disayangka sekali Sulawesi Tengah hanya membawa 2 atlet putrid sehingga tidak bisa ikuti pertandingan beregu yang sesuai aturan minimla peserta dalam tim adalah 3 atlet. Sulawesi Tengah masih diterima di pertandingan perorangan. Untung ada perorangan, sehingga datang ke Ternate bukan sebagai turis.

Materi pemain Papua, terlihat satu putra ada potensi untuk maju yaitu Simon K. Hanya kurang pengalaman bertanding saja yang terlihat. Kecepatan dan tenaga sudah dimilikinya. Sedangkan tuan rumah Iksan Rahman memiliki pukulan cukup baik, sama seperti petenis Papua, minim pengalaman bertanding. Dari Gorontalo, masih sangat jauh dari harapan baik putra dan putrinya. Maluku turun dengan putri, kualitas permainan masih jauh dari harapan. Putri Maluku Utara juga sama nasibnya. Sulawesi Utara dengan petenis Gregory Sondakh, Daniel Sanger dan Julia Sanger yang sering ikuti Turamen nasional di Jawa. Sulawesi Tengah juga masih dibawah kualitas petenis Sulawesi Utara.
Bagaimana caranya agar daerah daerah tersebut bisa menaikkan prestasinya. Ada beberapa cara. Yaitu karena tenis adalah olahraga individu, maka sebaiknya orangtua masing masing petenis berusaha mengikuti turnamen diluar provinsinya dengan beaya sendiri atau mengirimkan putra dan putrinya berlatih diluar provinsinya. Cara lainnya adalah Pelti setempat mendatangkan pelatih nasional untuk lakukan kepelatiah atau coaching clinic didaerahnya. Cara lain adalah kualitas pelatih didaerah ditingkatkan. Ini kalau mau maju tenis didaerah daerah. Kembali kepada niat masing masing individu

Panpel POPWIL V Sangat Mengecewakan

13 Nopember 2008. Hujan turun dengan deras dikota Ternate membuat badan tidak nyaman ditambah dengan situasi kepanitiaan POPWIL V yang minim pengalaman. Akibatnya harus kerja keras untuk mensukseskan POPWIL V di Ternate, tapi dampak lainnya hati kesal dengan ketidak pastian diberikan kepada August Ferry Raturandang oleh Panpel POPWIL V di Ternate. Ingin marah tetapi merasa sebagai bagian dari resiko pekerjaan, sehingga bisa menahan kemarahan selama ini.
Rencana kembali ke Jakarta hari ini karena sudah selesai tugas , ditunda sesuai dengan permintan dari Sekretaris Panpel Achmad Ismail yang meminta agar ditunda ke 14 Nopember 2008 karena ada pesanan dari Kepala Dispora Provinsi Maluku Utara Drs. Jaffar Umar yang ingin bertemu sambil makan malam sebelum August Ferry Raturandang kembali ke Jakarta sebagai bentuk terima kasih. Ini juga sekedar janji yang akhirnya berlalu seperti tidak ada apa apa.
Angin segar disampaikan karena bantuan August Ferry Raturandang sehingga dana alokasi untuk panpel tenis bisa dihemat. Dari Rp 50 juta yang disetujui ternyata bisa hemat diperkirakan sekitar Rp. 30 juta, bahkan bisa lebih penghematannya. Hal itu diakui oleh Kepala Dispora Provinsi Malut melalui Achmad Ismail.

Setelah selesai pertandingan beregu sehingga sudah ada 2 tim putra (Papua dan Sulut) dan 2 tim putri (Sulut dan Gorontalo) yang dipastikan lolos ke POPNAS 2009 di Yogyakarta, August Ferry Raturandang merencanakan kembali ke Jakarta secepatnya dan sudah disetujuinya.
Semalam (12/11) sempat bertemu Sekretaris Panpel sambil menunggu Bendahara Panpel yang dijanjikan datang membawa tiket August Ferry Raturandang , ternyata sampai pukul 24.00 belum juga muncul. Banyak janji janji yang sebenarnya tidak perlu dilakukan oleh Panpel kepada August Ferry Raturandang, yang ternyata tidak bisa dipenuhinya, sehingga menambah ketidak percayaan terhadap Panpel. Mulailah kesabaran diuji terhadap janji janji tersebut. Mulai dari tiket yang sangat ditunggu tunggu ditambah dengan janji janji lainnya.
Kaget juga, malam ini juga sampai pukul 22.00 belum ada kepastian tiket kembali ke Jakarta yang direncanakan besok pagi dengan Batavia pukul 07.00. Bisa dibayangkan sampai pukul 22.00 belum ada kepastian. Ini pengalaman pertama berhubungan dengan Panitia didaerah membuat hati tidak tenang, padahal mata sudah ingin tidur karena kecapekan. Capek, karena setiap turun hujan harus turun membersihkan lapangan. Ibarat olahraga saja.
Kontak dengan telepon seluler tidak diangkat, begitu juga kirim SMS berkali kali tidak ada respons. Ini tambah membuat ketidak pastian.
Kontak langsung ke Bendahara Panpel Rahmat, ternyata dapat jawaban akan di pesan untuk besok. “ Lho, kok baru mau booking. Berarti tambah tidak pasti. Ketika ditanyakan kembali yang bersangkutan langsung menjawab akan datang ketemu.” Puyeng sudah kepala dibuat . Ini menunjukkan kinerja Panpel masih jauh dari harapan."

Tenis, sudah berhasil berjalan tanpa didampingi Panpel lainnya, bahkan August Ferry Raturandang bersama dengan Irianto Rompas selaku Referee bekerja sendiri mengatur pertandingan. Jabatan rangkap sebagai tournament desk tanpa dilengkapi computer dan printer tetap dijalankan tanpa ada gangguan.
Bahkan Irianto Rompas sempat nyeletuk. “ Baru kali ini kerja merangkap dengan tournament desk. Seharusnya dapat bonus kita ini.” Ujarnya. Pengalaman August Ferry Raturandang disetiap multi event mulai POPNAS , PON maupun SEA Games, baru kali ini terjadi seperti ini. Sangat pahit sekali.

Berbagai pikiran jelek mulai menghantui August Ferry Raturandang terhadap cara kerja Panpel POPWIL V. Ditambah lagi masukan dari rekan rekan di Ternate termasuk sopir yang selalu mengantar Technical Delegate bersama Referee menyampaikan kebiasaan buruk di Ternate. “ Orang sini yang pertama dipikirkan adalah untuk diri sendiri, baru orang lain.”

Wah, mulai bertambah besar ketidak percayaan terhadap masalah dana yang akan diberikan. Betul juga, awalnya diberitahukan sesuai standar dari Ktr Menegpora, tetapi kenyataannya berbeda. Seharusnya dalam penyelesaian administrasi keuangan sudah harus jelas termasuk bukti bukti yang telah dilampirkan. Karena masih ada yang ganjil , langsung saja ditanyakan. “Mana uang tiket saya yang dari Jakarta ke Ternate.” Pertanyaan August Ferry Raturandang kepada Bendahara Panpel Rahmat. Padahal sudah beberapa hari lalu bukti tiket sudah diberikan ke Sekretaris Panpel. Kenapa masih ditanyakan nilainya berapa. Waduh, begini cara kerja mereka . Kalau tidak ditanya tentu tidak diberikan.

Sebelum kedatangan Bendahara Panpel yang dihubungi langsung oleh August Ferry Raturandang, kamar August Ferry Raturandang kedatangan salah satu anggota Panpel. “Tolong saya dibantu, saya menanyakan kepastian tiket saya. Saya bukan mengemis kesini. Tapi tolong diperhatikan. Bukan dengan cara begini kami diperlakukan Panpel POPWIL V . Cukup sudah bantuan selama ini saya berikan tetapi apa yang kami terima seperti ini sangat tidak layak. Bisa saja waktu itu saya stop seluruh pertandingan, tetapi saya selamatkan tenisnya." ujar August Ferry Raturandang.

Akhirnya disaat mata sudah tidak tahan untuk menunggu janji janji mereka, tiba tiba telpon kamarpun berdering. Ternyata tiket yang diminta sudah ada. Berarti besok sudah bisa kembali ke Jakarta, karena masih banyak lagi yang akan dikerjakan, termasuk persiapan Davis Cup by BNP Paribas antara Indonesia dan Kuwait tangal 6-8 Maret 2009.

Rabu, 12 November 2008

Ciri khas Tenis Ternate

Ternate, 12 Nopember 2008. Kota Ternate punya ciri khas , khususnya tenis Ternate. Ada 3 lapangan dalam satu lokasi dengan nama Lapangan Pengda Pelti Maluku Utara. Yang dua lapangan dikelola PELTI sedangkan yang satu oleh TNI AD. Mau gunakan lapangan tersebut untuk POPWIL V harus mintaijin ke KOREM.

Saat hujan turun dengan deras mewarnai hampir tiap hari membuat jalannya pertandingan tidak mulus seperti rencana. Air bukan hanya tergenang didalam lapangan tetapi mengalir juga ketempat panitia.
Begitu hujan berhenti, rekan rekan petugas baik wasit , ballboys seperti tidak tahu berbuat apa, menunggu perintah agar dikeringkan. Cara mengeringkan lapangan dengan sapu lidi, karena tidak ada alat untuk mengeringkan.
Melihat hal seperti ini, August Ferry Raturandang meminta agar dicarikan busa untuk mengeringkan. Karena belum bergerak, August Ferry Raturandang ambil inisiatip mencari super market yang dekat lapangan yaitu Ternate Mall. Kurang lengkap penjualan alat alat mengeringkan lapangan, terpaksa beli saja yang ada yaitu keset kaki dari kain.

Minimnya pengalaman bagi wasit wasit Ternate, membuat bagi yang sering ikuti turnamen nasional maupun internasional merasa janggal cara ucapan wasit wasit dalam memimpin pertandingan. Contohnya jika bola servis salah maupun keluar lapangan disebutnya outside, begitu juga jika servis kedua salah disebutnya double fault seharusnya cukup sebutkan salah (fault).
Begitu pula jika wasit salah dalam menyebutkan angka, maka keluarlah kata MAAF, seharusnya cukup dengan correction (koreksi) saja.

Disaat pertandingan pelatih Papua memprotes Referee karena saat petenis Papau unggul 6-5 maka sudah dianggap selesai set tersebut, seharusnya berbeda 2 menjadi 7-5.

Minimnya pengetahuan pertenisan sangat terasa didaerah daerah, disamping belum berpengalaman, di POPWIL V sering setiap daerah tidak berkoordinasi dengan Pelti setempat sehingga yang dikirimkan pelatih ke POPWIL V adalah Guru sekolah atau pegawai Dispora Provinsi masing masing yang jelas belum mengenal tennis secara keseluruhan baik aturan dan cara cara bermainnya.

Belum lagi Pengurus Provinsi Pelti Maluku Utara yang sudah habis masa tugasnya tahun 2006, sudah waktunya untuk lakukan Musyawarah Provisni Pelti Maluku Utara. Dengan adanya POPWIL V disayangkan Pelti Malut ikut ikutan mendukung apa yang dilakukan oleh koordinator tennis yang ditunjuk Pengprov Pelti dalam POPWIL V.

“Pelti Malut salah memilih koordinator, seharusnya ikut bertanggung jawab dengan pelaksanaan POPWIL V ini.” Ujar August Ferry Raturandang kepada Sekretaris Pelti Malut (demisioner) Asri di lapangan tenis Pengda Pelti Malut.

Belum lagi di Provinsi Maluku Utara setiap tahun selenggarakan Liga Antar PenKot/Kab Pelti. Bisa dibayangkan setiap Pengkota/Kab membawa atlet nasional seperti Prima Simpatiaji, Sunu Wahyu, Hendri Susilo Pramono dll. Hadiahnya berpuluh puluh juta . Ini ladang empuk bagi petenis nasional yang sering ikut turnamen Tarkam.

Di POPWIL V, hanya satu lapangan yang memiliki lampu, dan bisa digunakan karena lampunya masih baru, khusus adanya POPWIL sehingga dianggarkan oleh Pengprov Malut melalui Dispora. Sudah dua hari bertanding sampai malam, tetapi setiap sampai pukul 21.00, maka lampu mati. Bubarlah pertandingan.
Technical Delegate dan Referee bekerja sendiri tanpa petugas meja, hanya dibantu petugas kebersihan.
" Enakkan kerja tidak dibantu tournament desk lainnya. " ujar August Ferry Raturandang kepada Irianto Rompas selaku Referee. Yang penting pertandingan bisa berjalan mulus.

Ayo, bangkitkan Tenis di Daerah Anda

Ternate, 12 Nopember 2008. “Saya bisa adakan turnamen nasional dikota Anda.Asalkan ada petenisnya. Daripada buang buang uang ke Jawa yang ada turnamen nasional, lebih baik bikin dikota Anda.” ujar August Ferry Raturandang kepada pelatih, orangtua ataupun manajer tim peserta POPWIL V di Ternate disaat menunggu hujan berhenti.

Bisa dibayangkan, menurut AF Raturandang, setiap kirimkan petenis ke Jawa untuk ikuti turnamen nasional, menghabiskan puluhan juta rupiah untuk beberapa petenis. Dengan dana sebesar itu bisa dibuat ditempatnya sendiri. Keuntungannya adalah banyak petenis lokal yang bisa menikmatinya. Disamping itu pula masyarakatpun bisa menimatinya seperti hotel, kantin/restoran, travel dll. Begitu pula akan menrik minat orangtua membawa anak anaknya bermain atau berlatih tennis. Ini tugas seluruh masyarakat tenis begitu juga anggota Pengurus Pelti didaerah daerah. Tidak perlu menggantungkan dirinya ke Pelti karena banyak pengurus Pelti didaerah belum bekerja maksimal. Kumpulkan saja beberapa orangtua untuk bersama sama mencari dana untuk selenggarakan turnamen. " Kalau sudah ada maka silahkan hubungi saya. Pasti ada turnamen nasional yunior. " ujar August Ferry Raturandnag yang melihat betapa seriusnya orangtua membina putra dan putrinya.
Hal ini sering dikumandangkan kesetiap orangtua, pelatih ataupun anggota Pelti dimana August Ferry Raturandang bertemu muka.

"Ayo, mari bangkitkan tenis didaerah Anda."
Menurut manajer Maluku, dikota Ambon ada 4 lapangan tenis dalam satu lokasi. Ini satu tantangan lagi agar dikota Ambon bisa ada turnamen nasional. Masalahnya rekan rekan di Pelti Maluku masih sering bertentangan satu sama lain, khusunya Ketua dengan Sekretaris. Ini masalah yang seharusnya diselesaikan terlebih dulu.

Masyarakat Tenis Ternate Berteriak teriak

Ternate,10 Nopember 2008. Masuk ke lapangan tenis Pelti Maluku Utara dalam keadaan kotor, sehingga August Ferry Raturandang bersama Irianto Rompas berinisiatip untuk membersihkan termasuk mengatur kursi dan meja untuk kerja. Ini akibat dari pemboikotan oleh coordinator Tenis Panpel POPWIL V karena keinginannya tidak dipenuhi. Keinginannya adalah minta anggaran Rp 61 juta tetapi yang disetujui hanya Rp 50 juta. Permintaannya dengan ancaman jika tidak diterima maka akan menarik diri termasuk anggota anggotanya wasit dari Korem. Begitu mendengar masalah ini August Ferry Raturandang secara bercanad sampaikan ke Achmad Ismail Sekretaris Panpel POPWIL V. " Beri saya saja Rp 50 juta so pasti pertandingan jalkan. Uang Rp. 30 juta masuk kantong saya dan sisasnya untuk pertandingan. Ha ha ha."

Langsung seluruh pelatih dan manajer tim peserta ikut beramai ramai membersihkan ruang peserta dan panpel. Tanpa sound system maupun perangkat lainnya, pertandingan harus tetap berjalan. “Kami kemari untuk bertanding.” ujar pelatih Sulawesi Utara Dr.Marneks Berhimpong.
Karena pemboikotan ini menyertakan wasit wasit local, dimana seluruh wasit yang terdaftar tidak ada satupun yang muncul. “Tapi saya yakin mereka ada diluar mau melihat apa jadinya pertandingan tanpa mereka.” Kata August Ferry Raturandang kepada Irianto Rompas Referee. Seluruh pelatih dan manajer tim dari Sulut, Sulteng, Gorontalo, Maluku , Papua dan Maluku Utara dikumpulkan untuk menjelaskan permasalahanannya.

“Karena tidak ada wasit akibat diboikot,.maka kami minta pengertian Saudara pertandingan POPWIL V tidak menggunakan wasir. Pemain yang akan menghitung sendiri. Ini tidak bertentangan dengan peraturan.” Ujar August Ferry Raturandang. Kemudian diusulkan oleh pelatih Sulteng Abdul Radjab, menawarkan pelatih yang ada sebagai wasit saja. Karena pelatih tidak berklasifikasi wasit maka ditolaknya. “Biarlah pelatih membantu menghitung saja, bukan bertindak sebagai wasit. Bola keluar dan masuk biarlah ditentukan oleh petenisnya.”

Kemudian pertandingan langsung dimainkan Maluku Utara melawan Sulawesi Tengah (putra). Ditengah pertandingan , tiba tiba masuklah penotnon ke tempat pertandingan dengan kerasnya memprotes pertandingan tanpa wasit.” Ini pertandingan apa tanpa wasit. Bikin malu tuan rumah. Tidak boleh begitu. Siapa yang bertanggung jawab disini, saya dari Pelti.” kata Arif Karim salah satu pegawai Kantor Prov Maluku Utara dengan seragam dinasnya.
Langsung August Ferry Raturandang menemuinya. “ Saya yang bertanggung jawab disini. Ini pertandingan memenuhi syarat. Saya dari Pelti Pusat.” Kemudian Arif langsung minta maaf dan berjabat tangan. Tetapi tetap bertanya tentang aturan yang dipakai ini. “Kalau mau lihat aturannya silahkan difoto copy sama Referee ada bukunya.Jangan Tanya kenapa Anda tidak tahu, tetapi musti tanya kenapa tidak tahu kalau sebagai orang Pelti.Karena ini peraturan sudah lama diedarkan ke Pengprov Pelti seluruh Indonesia.
Akhirnya petenis yang sedang bertanding sempat ketakutan melihat masyarakat yang menonton dari luar berteriak teriak memaki maki panitia dan Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Maluku Utara (Malut) sebagai penanggung jawab POPWIL V 2008.
Kemudia pertandingan dilanjutkan dan setelah itu beberapa lama kemudian ada penonton yang berteriak teriak mengusir ballboys agar tidak bertugas. Memang rada aneh, tapi semua ini karena akibat dari ulah oknum koordinator tenis yaitu Kapten Suprianto.

“Om Fer, bikin seperti Persami FR saja.” Kata Dr Marneks Berhimpong sambil bercanda.
Pertandingan tanpa wasit bagi masyarakat tenis didaerah masih erupakan hal yang aneh, karena pengetahuan pertenisan masih belum seberapa.Sewaktu selenggarakan Piala Ferry Raturandang-57 di Singaraja, masyarakat tennis di Bali juga belum tahu masalah pertandingan tanpa wasit dan ballboys, tetapi tidak protes sepereti di Ternate, berteriak teriak diluar pagar bahkan masuk ketempat pertandingan.
August Ferry Raturandang mengatakan masalah pelayanan panitia POPWIL V masih jauh sekali dari kesempurnaan , karena minim pengalaman. Ada hal hal non teknis yang harus diperhatikan dalam setiap multi event adalah akomodasi, transportasi dan konsumsi. Diawal pertandingan, keluhan dari kontingen peserta adalah masalah transportasi kelapangan dari tempat penginapan. Begitu juga hari ini makan siang terlambat dikirimkan kelapangan.
August Ferry Raturandang dan Irianto Rompas menuju ke lapangan tennis dari tempat penginapan menggunakan motor alias ojek

Selasa, 11 November 2008

Masalah Komunikasi dengan Panpel

9 Nopember 2008. Ketidak sepahaman antara koordinator tenis dengan Panpel POPWIL V baru terungkap penyebabnya setelah dikemukakan oleh Kepala Dispora Provinsi Maluku Utara Drs. Jaffar Uamr setelah bertemu dengan August Ferry Raturandang di acara welcome party.
"Saya disodorin anggaran Rp 61 juta dengan ancaman jika tidak dipenuhi maka akan menarik anggota wasit. Mana bisa cara cara begitu diterapkan di olahraga. Kami setuju dengan Rp 50 juta tapi dia tak mau. Saya ini mantan Sekretaris KONI Provinsi Maluku Utara. Saya tidak terima cara begitu ” Ujar Jaffar dengan kesal.
Mengetahui permasalahan sebenarnya kama August ferry Raturandang selaku penanggung jawab Technical Delegate menjanjikan akan terlaksana pertandingan tanpa wasit.
“Tidak perlu kuatir, karena akan saya jalankan tanpa mereka. Saya tidak setuju dengan cara demikian.

Dalam hal ini koordinator tenis yang masuk dalam kepanitian ditunjuk oleh Pengprov Pelti Maluku Utara. Menurut Auigust Ferry Raturandang, Pengprov Pelti Maluku Utara yang salah tunjuk koordinator tersebut. Kelihatannya Sekretaris Pengprov Pelti Maluku Utara mendukung cara cara koordinator Tenis tersebut, karena pernah diungkapkan sebelumnya.

"Oh ya sudah setuju Rp 50 juta tidak mau terima. Memang dari anggaran yang diajukan tersebut ternyata terlalu berlebihan. Beri sama saya Rp 50 juta, terus terang Rp. 30 juta bisa untuk saya pribadi dan sisanya untuk pelaksanaan." ujar August Ferry Raturandang sambil tertawa melihat kelakuan pelaku tenis di Ternate.

Sabtu, 08 November 2008

POPWIL di Ternate Belum Siap

8 Nopember 2008. Kunjungan kali ini ke Ternate dalam persiapan pelaksanaan POPWIL (Pekan Olahraga Pelajar Wilayah). Persiapan panitia masih banyak kekurangannya baik dalam penjemputan maupun pelayanan kamar hotel. Masuk hotel Corner Palace (bintang 3) terletak dibelakang kantor DPRD, samping stadion Gelora Kie Raha. Menunggu giliran kamar cukup membosankan . Maklum belum pengalaman mengatur multi event yang sebenarnya tidak mudah.

Pergi kelapangan melihat persiapannya, ternyata lapangan masih berantakan sedangkan pertandingan dimulai 10 Nopember 2008. Ruangan pemain maupun tempat kerja panitia masih berantakan karena kotor atau tidak pernah digunakan. Bingung, mau berhubungan dengan siapa.
Saat di hotel, ingin ketemu dengan Kepala Dispora sebagai tuan rumah sangat sulit sekali, dilemparnya ke sekretaris panitia.

"Kami tidak tahu bilang apa, karena semua usulan kami dalam anggaran tidak ada beritanya," ujar koordinator cabang olahraga tenis Suprianto kepada August Ferry Raturandang dan Iraianto Rompas. Dikatakan pula sampai saat ini belum ada dana yang turun. "Bagaimana dengan bola tenis yang akan digunakan." tanya AF Raturandang . Selanjutnya dikatakan jika semua ini tidak tuntas maka panitia yang bertugas akan segera mengundurkan diri.

Peserta sudah mulai latihan dilapangan tenis Pelti, seperti dari Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku, Papua. Peserta seluruhnya datang dari Papua Barat, Papua, Maluku , Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan Gorontalo. Rencana pembukaan 10 Nopemebr 2008.

Kota Ternate Yang Indah

8 Nopember 2008. Nama Ternate cukup hangat beberapa bulan silam karena munculnya konflik akibat korban dari PILKADA. Kalau beberapa hari lalu, semua mata dan telinga melihat dan mendengar melalui layar kaca pemilihan orang nomor satu di Amerika Serika, berjalan cukup tertib dan tanpa ada ekses keributan tidak seperti di negeri tercinta OIndonesia. Akibat PilGub Maluku Utara dikota Ternate sempat diwarnai dengan munculnya bom dikantor DPRD Provinsi Malukua Utara yang sampai hari ini masih dilingkari dengan Police Line. "Kok berani ke Ternate yang lagi konflik." Ini pertanyaan datang setelah mengetahui akan ke Ternate hari ini.
Masalah konflik pasca PILKADA sering terjadi dinegeri tercinta ini akibat banyak pihak yang masih belum bisa menerima kekalahan. Sebelum berangkat di Jakarta suka terima SMS yang menganjurkan tidak pergi ke mal karena merupakan incaran bom karena akan dieksekusinya Amrozi dan Imam Samudra selaku pelaku bom Bali. Ketika terima SMS datangnya dari pelatih tenis, langsung dibalas oleh August Ferry Raturandang. "Makanya jangan ke Mal , pergilah main tenis, Enakkkkann."

Hari ini tepatnya pukul 13.05 waktu Indoensia Timur, mendarat di bandara Sultan Babullah setelah melakukan perjalanan cukup panjnag dari Jakarta dan transit di Bandara Sam Ratulangi Manado. Menggunakan pesawat Wingsair yang ternyata menggunakan pesawat baling baling bukannya pesawat jet. Terakhir kali terbang dengan pesawat baling baling pada tahun 1972.

Come back to Ternate, bisa dikatakan demikian karena untuk pertama kali masuk kota Ternate di tahun 1970 dan setiap 2 bulan sekali berkunjung ke Ternate sampai tahun 1972. Ini berarti sudah 36 tahun tidak melihat kota Ternate yang sebenarnya cukup indah, terutama jika dengan pesawat terbang mau mendarat di bandara Sultan Babullah. Mendarat disamping kanan terlihat jelas Gunung Gamalama yang ternyata masih aktip (saat ini siaga 1). Terakhir kali meletus tahun 2005 cukup mengegerkan kota Ternate.

Tempat pendaratan dengan bandara cukup unik karena posisi ruang kedatangan dan keberangkatan terletak diatas bukit. Bisa dicapai dengan mobil atau mau menaiki tangga yag lumayan juga buat dengkul kaki yang sudah tua ini.

Ada kesan khusus selama bertugas ke Ternate di tahun 1970-1972. Dengan pesawat Bouraq dari Manado suatu saat didalam pesawat jenis HS turun di Ternate dan August Ferry Raturandang satu satunya penumpang didalamnya. "Bangga juga seperti tuan tanah yang menyewa pesawat sendiri."

Banyak perubahan didalam kota Ternate. Jika Manado memiliki boulevardnya dimalam hari cukup padat dikunjungi masyarakat Manado menikmati indahnya pantai Manado. Di Ternate tidak kalah juga dengan reklamasi pantainya Namanya pantai swering tapak dua, tempat duduk sore dan malam hari makan jagung bakar dengan air jahenya. Sore ini menikmati pantai swering bersama rekan dari Pelti Provinsi Maluku Utara Asri dan Irianto Rompas salah satu wasit tenis dari Luwuk Sulawesi Tengah. Sepanjang jalan pinggir pantai ini terlihat pula jualan durian yang mulai banyak pengunjungnya. Ini durian dari Jailolo Halmahera Barat.

Sore hari menerima SMS dari Enggal Karjono, mengabari Soebronto Laras Sekjen PP Pelti sedang berada di Singapore untuk menjalani operasi bypass jantung. Semoga cepat sembuh.

Rabu, 05 November 2008

Bertambah Turnamen Berhadiah

6 Nopember 2008. Makin hangatnya tenis di Indonesia diwarnai dengan makin banyaknya turnamen turnamen diluar TDP. Dari kalender TDP 2008 sudah cukup banyak peningkatan belum lagi diluar TDP. Banyak lagi yang masih malu malu beritahu ke Jakarta sehingga lebih cenderung ditujukan kepeserta langsung. Biasanya mantan petenis nasional lebih mengetahuinya karena ini merupakan ladang mendapatkan income lagi.

Mulai di Jakarta, tanggal 7-9 Nopember 2008, oleh Tenis MAESA diselenggarakan turnamen beregu yang secara rutin setiap tahun diselenggarakan di Klub Rasuna Jakarta

Di Ciamis, tanggal 3-7 Desember 2008, Piala Bupati Ciamis VIII untuk beregu putra. Ini terbuka dengan persyaratan petenis yang boleh ikuti adalah yang memiliki PNP 20 kebawah. Artinya petenis nasional 1 - 20 tidak boleh ikut. Begitu juga putri bebas usia Ini memperebutkan hadiah Rp 25 juta.

Tidak kalah pula dari pulau Madura, di kota Sampang, tanggal 4-7 Desember 2008 denganhadiah total Rp. 60 juta Jenis pertandingannya Ganda Putra. Pendaftaran Rp 150 ribu, bia hubungi nomer tilp 0817339990 (Didik) atau Gagat (0818509697)
Sedangkan di Singaraja Bali sudah ada rencana selenggarakan turnamen yunior oleh klub tenis Armada Singaraja yang waktunya bersamaan dengan TDP FIKS Bandung. Informasi bisa hubungi Chandra Widhiarta ( 0817352728)

Ketentuan TDP Yunior Belum Dipahami

6 Nopember 2008. Terima telpon pagi pagi dari Serui Provinsi Papua. Pelatih Jeffry Tanod bertanya masalah peraturan TDP. Menceritakan pengalaman ikuti turnamen tenis Piala Gubernur di Jayapura Papua.
“Mau tanya , apakah peraturan TDP 2006 ada perubahan?” ujarnya. Oleh August Ferry Raturandang, belum ada perubahan perubahan. Kemungkinan perubahan dilakukan tahun 2009 mendatang, tapi belum pasti.
Dalam peraturan pertandingan Piala Gubernur disebutkan mengacu kepada peraturan TDP (Turnamen Diakui Pelti). Jeffry sendiri sudah membaca peraturan TDP tersebut khususnya kelompok yunior.
Oleh panitia disebutkan kalau umur atlet ditentukan oleh tanggal dan bulan/tahun kelahiran, sedangkan ketentuan TDP Kelompok Yunior menyatakan berdasarkan tahun kelahiran.
Jeffry merasa dirugikan Karena anak asuhnya di KU 16 tahun tidak boleh bertanding karena tanggal lahirnya sebelum turnamen berlangsung, sehingga dianggap sudah lewat umur 16 tahun.
Masih banyak masyarakat tenis tidak memahami masalah ketentuan tersebut. Sangat disayangkan jika petinggi Pelti didaerah juga tidak mengetahuinya. “ Ini lumrah, seharusnya petugas Referee yang harus lebih tahu. Tapi ini bukan TDP maka tentunya refereenya ditunjuk oleh Pelti setempat tidak berkualifikasi Wasit Nasional/Referee. Kenapa tidak protes dan tunjukkan masalah ketentuan tersebut. Kalau belum puas tilpon saja PP Pelti.” Anjuran kepada Jeffry Tanod.

Perang SMS lagi

6 Nopember 2008. Jika mendengar makanan yang disebut RAWON, maka akan berpaling ke kota SURABAYA. Begitu pula jika ke Surabaya maka akan dicari makanan RAWON tersebut. Semalam sedang asyik asyiknya makan rawon dikaki lima , August Ferry Raturandang menerima SMS di telpon selulernya. Datangnya dari rekan Sunoto SK salah satu petinggi Pelti di Jawa Tengah. “Maaf p.Fery/Wk.Sekjen PP PELTI, bpk jngn ngawur dan jngn ingin sll buat masalah aja. PP menuduh Piala TM sdh beberapa tahun absent. Bagi org yg normal, tahu bhw th 2005, 2006dan 2007 dilaks.Jgn sll nganggap org daerah/deso itu smua bodo.Knp TM 2008 tdk kt adakan,pasti ada sebabnya,diantaranya PP tdk nguwongke Pengprov.” Waduh ada angin apa nih, kok sedang asyik asyiknya menikmati rawon diganggu dengan SMS tersebut.

Memang sehari sebelumnya August Ferry Raturandang kirim SMS menanyakan soal pelaksanaan Tugu Muda di Semarang. “ Jd th 2008 tdk ada piala tugu muda, artinya sdh beberapa tahun absent.” Ini sebagai sindiran saja karena turnamen yang merupakan kebanggaan masyarakat tenis Jawa Tengah tidak diperhatikan dan tidak diselenggarakan dengan alasan tertentu. Karena sering menerima pertanyaan dari masyarakat tenis masalah jadi tidaknya pelaksanan Piala Tugu Muda di Semarang, sehingga coba tanyakan ke Wakil Ketua Pengprov Pelti Jawa Tengah Sunoto SK yang selama ini paling rajin menjawab pertanyaan melalui SMS kepada August Ferry Raturandang.

Karena konsentraasi sedang menimati hangatnya RAWON , sehingga tidak terlalu memperhatikan dengan membaca seluruh isi SMS karena sudah kenal watak sipengirim yang suka ngeritik. Kirim balasan saja. “Kira2 brp tahun udh absent.” Begitulah tanggapan August Ferry Raturandang seadanya.. Ternyata dijawab sbb . “ Knp p.fery Tanya kr2 brp thn. Itu berarti PP tdk tertib org/admtr, Musda Pelti JTNG itu kpn ? ka nada di PP dan yg memberi SK jug PP. Apa PP udah sama bingung?” Ini baru seru, sedang asyik makan rawon disuruh ingat ingatin adminstrasi organisasi. Tapi masih sopan melayani orang seperti ini. “ Sy udh lupa. Apa sampeyan msh ingat. Tlg britau.” SMS singkat biar bikin penasaran. Konsentrasi menikmati rawon bisa hilang gara gara orang aneh dari Kudus ini. Memang selama ini August Ferry Raturandang mengenal yang bersangkutan , yang merasa lebih tahu masalah organisasi . Istilah sok paling tahu , menurut Albert Wuysang salah satu rekan yang menangani organisasi Pelti.
Kemudian dapat jawaban yang cukup aneh. “ Sy jng disamakan dg TOPAN. Ini ur orgns.” Waduh mulai menyerembet orang lain. Datang lagi SMS berikut. “ Apapun, komentar mu/ocehanmu, sy udah tahu track recordmu. Skt lagi sdy jngn dismkn dg TOPAN. “

Astaga, kok jadi ribet begini. Biar tambah penasaran, August Ferry Raturandang kirim SMS .” Sy ingin tahu jg udh brp x absent. Jgn2 sampeyan tdk tahu juga.” Ini hanya memancing agar yang bersangkutan mau tetap ngoceh. Padahal dia sudah beri tahu di SMS pertama kalau th 2005, 2006, 2007 TM tetap jalan.

Teringat juga cara menghadapi orang seperti ini. Kalau kita bergaul dengan orang gila, maka orang gila tersebut menganggap orang waras adalah orang gila. Jadi sebaiknya sebagai bentuk adaptasi bertindak sebagai orang waras menghadapi orang gila maka harus berkelakuan seperti orang gila. Coba lihat apa yang dilakukan oleh dokter dokternya di RS Jiwa.

Biar tambah seru, August Ferry Raturandang kirim SMS.” Mau koreksi org lain tp lupa diri sendiri. Emangnya sy mikirin ANDA. Coba jawab dulu. Udh brp x absent tugu muda. Ternyata sama aja tdk tahu.” Ini pancingan karena tidak mau menjawab SMS sebelumnya.
Dan terus kirimkan SMS kepadanya.” Ngaca dulu, blg tdk tertib organisasi.Anda saja tdk tertib.udh ajukan mundur resmi jd ketua pengcab kudus kok msh ngaku2. Maluuuu saya hanya tau skrg wkl ketua pengprov bukan pengkab kudus. NGERTI !

Dan jawabannya tambah seru. “Brti anda tdk tahu org. Mengajukan mundur,klo ada kepts oleih yg berwnng, I tu namanya apa ? Org mengajukan pinj.klo blm diputus olh yg berwnng,itu namanya apa ? Yg brwnng memutus /buat SK/srt pengundurn itu kan Pengprov. Lho anda itu tahu apa tdk ? Apa ada srt pengund ke Pengprov? Berarti pp terjebak.” Ha ha ha, makin seru saja adu argumentasi SMS ini dengan orang "sok tahu" berorganiosasi.

Langsung gayung berambut. Kirim balasan.” Secara etika udh minta mundur tdk ngaku, bukti ada. Dasar tdk punya etika. APA KATA DUNIA. Capek deh urusan sama org tdp punya etika.

Kemudian berkomunikasi dengan Albert Wuysang di Manado sebagai orang yang menangani masalah organisasi di PP Pelti. “Apa dia itu yang di Kudus ?” tanya Albert Wuysang. Karena selama ini Sunoto ini yang paling rajin kirim SMS koreksi masalah organisasi Pelti. Disampaikan juga untuk beritahu kepada Sunoto, suruh Sunoto datang ke Manado atau saya ke Kudus saja nanti untuk menjelaskan masalah oragnisasi Pelti.

Sial apa malam ini, disaat menikmati makan malam dengan rawon khas Jawa Timur, masuk SMS yang justru mengganggu konsentrasi. Lanjutan SMS muncul lagi. ”Biar smua org tahu ttg organisasi. Dlm org itu ada HAK DAN KEWAJIBAN dan aturan2 yg tlh diputuskan. PP tdk memp.hak un memberhentikan Ket.Pengkab.” Waduh heibat juga, siapa yang mau berhentikan Ketua Pengkab. Dianggapnya di Pusat tidak tahu berorganisasi.

Memang dalam pemilihan ketua Pengkab/Kota ditentukan oleh Musyawarah Pelti Kabupaten/Kotamadya yang pesertanya dari klub klub. Pengukuhannya dibuat oleh SK Ketua Pengprov Pelti, begitu aturan mainnya. Berarti dianggapnya anggota pengurus ditingkat pusat tidak tahu tata cara demikian. Kemudian terima SMS lanjutannya yaitu “ Srt pengunduran diri itu ditujukan kpd siapa ? Dan sehrsnya kpd siapa srt itu/ditujukan? Itulah tadi sy ktkn PP terjebak? Nanti org mengjukan pinj ke bank, blm dipts bag kredit/yg berwnng sudah dianggap pinj. Lucu kan ?”
Setelah membaca SMS ini, August Ferry Raturandang menganggap lucu dirinya, terlihat kalau pensiunan Bank, semua dipakai contoh dari perbankan..

Mengingat SMS ini masih berjalan sedangkan waktu mulai malam, August Ferry Raturandang memanaskan suasana saja. “Yg goblok siapa ya, kami trima srt Dari Sunoto SK ketua pengcab kudus yg nyatakan minta mundur. Pintar tp goblok juga ya.” Ini SMS terakhir karena sudah harus kembali istrahat malam. Tapi datang juga 2 SMS yang dibacanya esok pagi saja.
Ternyata SMS tersebut berbunyi. “ Hayo jwb lagi,baru jam 21.30 WIB. Apa sudah tdk ada alas an lagi? “ Dan satu lagi SMS berbunyi.” Aku kan udah bilang, sy jngn disamakanTOPAN, Sy ngomong, sy berbuat itu hrs pakai dasar/aturan dan sudah sy pertimbangkan.”
Tidak diteruskannya jawaban atas SMS tersebut sudah cukup menutup adu argumentasi dengan SMS. "Selama masih adu SMS tidak masalah, tekanan darah tetap normal saja "

Senin, 03 November 2008

Samarinda Ditantang adakan Turnamen Tenis

3 Nopember 2008. Keinginan ada turnamen tenis yunior di Samarinda disampaikan oleh August Ferry Raturandang kepada rekan anggota PengProv Pelti Kaltim Ir. Rudy N yang dipanggil dengan Dede. Ketemu disaat final turnamen tenis internasional Asia Oceania di Balikpapan Tennis Stadium.

"Saya sangat berkeinginan ada turnamen Piala Ferry Raturandang atau TDP di Samarinda." ujar August Ferry Raturandang kepada Dede didampingi oleh Rohadi salah satu wasit nasional di Kaltim dan Lily Haryanto dari Tarakan.
Selanjutnya dikatakan sangat disayangkan sekali Samarinda memiliki stadion tenis yang mewah setelah Balikpapan tetapi tidak ada kegiatan turnamen tenis. "Janganlah hanya turnamen hura hura. Sebagai anggota pengurus Pelti wajib hukumnya memperhatikan yunior. Tanpa turnamen maka pembinaan akan jadi tidak ada artinya. Ayo Dede coba bangunkan Samarinda dari tidurnya." ujar AF Raturandang yang sangat menyayangkan keberadaan satdion tenis Palarang tidak dimanfaatkan oleh Pelti setempat.

"Saya mau merintis di Samarinda asalkan Anda yang mengurus ijin penggunaan lapangan di Stadion Palarang. Anda tidak perlu pikirkan beayanya. Semua itu tanggung jawab saya".

Oleh August Ferry Raturandang dikatakan rekan rekan didaerah banyak yang belum tahu atau belum ada waktu untuk selenggarakan turnamen tenis terutama turnamen nasional, sehingga sudah sewajarnya August Ferry Raturandang mau terjun langsung kedaerah daerah terutama yang memiliki sarana yang memadai. Masalah klasik yang menghantuinya adalah dana yang selama ini ditakuti oleh rekan rekan didaerah sehingga kurang bisa mengembangkan suatu turnamen tenis. "Yang penting adalah NIAT, bukan dana. Ada Dana tidak ada niat sama saja. Tapi kalau ada Niat tentunya akan berupaya sebagaimana mungkin agar turnamen bisa berjalan. Termasuk mencari dananya."

Evaluasi Pelaksanaan Turnamen internasional di Balikpapan

3 Nopember 2008. Ada satu pertanyaan datang dari salah satu wartawan kepada August Ferry Raturandang setelah acara penyerahan hadiah kepada pemenang turnamen tenis internasional Asia Oceania (closed) di Balikpapan Tennis Stadium kemarin. "Bagaimana evaluasi Anda setelah selesainya turnamen ini di Balikpapan?"

Harus diakui Pengkot Pelti Balikpapan belum pernah menjadi tuan rumah turnamen internasional yunior. Tetapi sudah berkali kali sebagai pelaksanan turnamen Women's Circuit, yaitu turnamen profesional. Bedanya dengan turnamen yunior ini adalah, tuan rumah harus menanggung hospitality peserta yang masuk babak utama. Disini dibutuhkan ketelitian karena yang diberikan free hospitality adalah peserta yang masuk babak utama sampai kalah baik di tunggal maupun ganda. Begitu pula pelatih yang telah mendapatkan mandat dari National Association-nya. Tanpa surat resmi tetap harus bayar sendiri.

Sebagai persiapan dari awal August Ferry Raturandang diminta untuk membimbing panitia setempat dari Jakarta dan juga sampai pelaksanaan diminta untuk hadir di Balikpapan. Mulai dari komunikasi dengan ATF (Asian Tennis Federation) maupun cara pendaftarannya yang agak berbeda dengan turnamen internasional yunior lainnya. Berbeda dalam system of merrit.
Tidak sia sia ikut membantu dalam mengatur hospitality karena atlet atlet banyak yang suka nakal.

Evaluasi terhadap pelaksanaan , cukup membanggakan karena tuan rumah berhasil
Hal yang sama keberhasilan dalam prestasi atletnya. Buktinya petenis tuan rumah berhasil lolos ke final tunggal putri (Jessy Rompies) dan juara ganda putri (Jessy Rompies/Beatrice Gumulya). Kalau putra baru sampai di semfinalis ganda putra ( David Agung Susanto yang berpasangan dengan petenis Malaysia Juan Santos).

Kesempatan wasit asal Kaltim menjalankan tugasnya suatu keberhasilan tersendiri. Awalnya ada keragu raguan atas wasit asal Kaltim sendiri, tetapi karena sudah diberi kesempatan ternyata bisa dijalankan dengan baik. Ini juga suatu prestasi.
Keragu raguan juga datang dari wasit nasional terhadap kemampuan wasit setempat. Untungnya Pengkot Pelti Balikpapan menyadari maksud dan tujuan PP Pelti agar tidak menggunakan wasit luar Kaltim. Sebenarnya ada 1 wasit nasional di Samarinda, tetapi wasit ini lebih memilih bertugas di Bulungan dalam Pekan Olahraga Pelajar Provinsi Kaltim.

Kesabaran, Perencanaan, Disiplin dan Melibatkan diri

3 Nopember 2008. Sukses yang benar makan waktu, dukungan, disiplin dan ketekunan. Ini juga membutuhkan investasi diri sendiri. Menyita waktu ratusan jam di lapangan sebagai perjalanan seorang atlet untuk mencapai puncak dan semua atlet yang mencapai puncak dari permainannya akan menceritakan Anda bahwa akan memakan waktu lama untuk meningkatkan kemampuan tetapi banyak butuh dana sepanjang perjalanannya.

Disamping habiskan waktu , bagaimana menanamkan penampilan sendiri. Banyak caranya, sebagai contoh setiap hari membaca buku, berarti menanamkan pengetahuan. Setiap buku yang dibaca akan membuka pandangan informasi baru, memperbaiki kemampuan belajar, meningkatkan pengetahuan. Sudah sering membaca buku selama berbulan bulan, sehingga merasakan buku tersebut hanya menghabiskan waktu saja. Tetapi setelah membaca , katakan saja 100 buku , maka akan terasa ada yang baru dari buku tersebut. Sebagai pelatih seharusnya mencari sebanyak informasi baru untuk kepentingan atlet sendiri.

Bagaimana dengan Kesabaran ?
Bisa dipercaya sebagai mantan atlet dan sekarang sebagai pelatih, kesabaran salah satu yang tersulit dan tantangan untuk menjadi atlet profesional. Semua menginginkan kesuksesan dan diinginkannya sekarang juga. Setiap waktu melengkapi semua pekerjaan tanpa melihat kondisi tubuh berubah atau penampilannya telah berubah. Kenyataannya, tidak ada perubahan. Tetapi ketika mulai konsisten dalam waktu panjang dan efort dalam pekerjaan ini akan membuat perubahan dalam penampilan ditahun mendatang. Strength, endurance, power, felxibilty dan speed akan datang sebagai micro improvement saat itu.

Ketika ada cidera, bukan karena obat, rehab, atau perubahan jadwal yang sangat sulit, tetapi kesabaran dan membiarkan waktu dari cidera sehingga sembuh. Cidera, sangat disayangkan adalah bagian dalam karir atlet profesional. Setiap atlet akan alami cidera dalam kariernya, bisa cepat atau lambat . Kuncinya adalah kesabaran.

Bagaimana dengan Nutrisi ?
Disini terlihat bagaimana kita makan dan menjaga diri sendiri. Disini pula harus ada disiplin diri sendiri. Disamping disiplin tentunya dituntut adalah kesabaran

Tahap berikutnya adalah Perencanaan.
Mulai dari mencatat 2 goals yang mudah saja yang bisa dicapai dalam 3 area performance :
1. Mindset ( self improvement like self-talk or reading)
2. Nutrition
3. Movement (exercise)

Ketika anda mengambil kesempatan sejenak untuk merencanakan dan mulai bekerja di performance area yang sudah diidentifikasi seperti memperbaiki dalam berbicara (self talk) atau kebiasaan makan, juga ada kemungkinana tidak terlihat sesuatu perubahan dalam penampilan jika area ini secara kosisten sepanjang waktu. Dengan perlahan maka confidence akan meningkat, konsentrasi akan ada perbaikan dan midsetser akan menjadi kuat dan lebih disiplin.

Jika untuk menjadi besar , lebih baik melihat kedepan, mulailah dengan beberapa small daily investment dalam diri sendiri hari ini dengan sedikit kesabaran
(Diambil dari Medicine and science in tennis, karangan Allistarir McCaw)