Minggu, 29 April 2012

Usulan positip bisa diterima

Jakarta,29 April 2012. Saya terima pertanyaan atau sebagai usulan dari salah satu pembina tenis di Samarinda melaui facebook. Pertanyan sebagai usulan ini bukan suatu yang baru saya terima didalam menjalankan turnamen tenis di Indonesia. Usulan ataupun pertanyaan ini menyangkut entry fee turnamen Remajatenis yang besarnya Rp 200.000. Harus diakui nilai tersebut cukup relatif mahal khususnya bagi yangnberkemampuan terbatas. Diberikan contoh ada petenis yunior yang dikenal sebagai anak ballboys yang tentunya belum sa nggup membayarnyaberdasarkan turnamen di Balikpapan· Memang betul sekali kalau ada yang katakan nilai 200 ribu tidak mahal tapi ada juga yang katakan mahal.Ini kenyataannya. Menanggapi masalah ini saya katakan jika ada permintaan tentunya mendapatkan perhatian dari pelaksana karena bagi RemajaTenis bukan tujuannya komersial sehingga masih mau menerima permintaan seperti itu.Dan sudah sering dilakukan selama ini berdasarkan permintaan dan so pasti dilihat juga atau diteliti sebelumnya. Jadi hal seperti ini sering terjadi apalagi kalau selama ini pelaksana turnamen banyak yang berikan entry fee lebih kecil berbeda denagn konsep RemajaTenis yang bisa selenggarakan setiap bulan secara rutin

Jumat, 27 April 2012

Apa yg bisa saya berikan untuk Singaraja

Jakarta, 27 April 2012. Ada satu kebanggaan bisa terjadi dalam diri siapa saja, termasuk saya sendiri. Teringat akan ungkapan John F Kennedy " Janganlah bertanya, apa yang negara berikan kepadamu tetapi apa yang bisa kuberikan kepada negaraku." Begitulah yang terjadi saya bisa lakukan untu pertenisan di daerah ini dimana saya dibesarkan. Mulai dari sekolah di Singaraja, kemudian pindah ke Mataram (SMP), dan sempat SMA di Bogor dan kembali lulus SMA di Mataram Lombok. Niat berbuat untuk kota kota tersebut sudah saya lakukan beberapa tahun ini. Sebagai ungkapan terima kasih kepada Singaraja dimana saya mengenal tenis , saya sudah pernah adakan turnamen Persami Piala Ferry Raturandang. Nah sekarang saya berusaha agar di Singaraja bisa terangkat dengan turnamen nasional yaitu Sirkuit Tenis Nasional ( 14-20 Mei 2012) . Dan berhasil walaupun alami cobaan untuk mengalihkan kekota lainnya. Muncul pertanyaan kenapa disana kenapa tidak tempat lainnya. Karena dengan rekan rekan lainnya yang sangat buta masalah kota Singaraja maka sayapun bisa berhasil mempertahankannya. Kemudian sambutan dari rekan2 tenis di Singaraja melalui Chandra Widhiarta dan difasilitasi melalui Ketua Pengkab Pelti Buleleng. Setelah itu timbul inisiatip agar dilakukan juga penataran pelatih ITF Level-1 bersamaan waktu dengan Sirkuit Tenis Nasional yaitu 13-20 Mei 2012. Kemudian niat ini saya lontarkan kepada Ketua Pengkab Pelti Buleleng Made Sumadnyana. Awalnya saya sampaikan niat tersebut. Tentunya bagi orang awam tentunya sangat kuatir akan beaya yang cukup besar. Tetapi saya yakin dengan prinsip apa yang saya lakukan dengan Persami atau RemajaTenis maka so pasti bisa dilakukan di Singaraja dengan ITF Level-1 Coaches Coursenya. Dan saya sendiri sudah 3 kali selenggarakan ITF Level-1 Coaches course di Jakarta dan menarik minat cukup besar dari pelatih2 Indonesia. Karena muncul kekuatiran maka saya langsung katakan bahwa yang saya butuhkan adalah dukungannya saja bukan dananya. "Ini sebagai bentuk kepedulian saya pribadi untuk kota Singaraja. Kalau rugi akan saya tanggung secara pribadi." ujar saya memberikan semangat. Dan saya sampaikan kalau saya pribadi sebagai orang yang menjalani kehidupan masa anak2 di Singaraja mau memberikan kepada pertenisan Singaraja. Dan ini kesempatan yang masih bisa saya lakukan Maka setelah itu mereka mau menerimanya. Mudah mudahan jalan kesuksesan niat saya ini bisa terealiser dengan baik, Semoga ya !

Minggu, 22 April 2012

Minta tidak dibentrokkan

Jakarta, 22 April 2012. Pertemuan dengan rekan rekan di suatu turnamen sering dapat masukan atau bahan diskusi saya tentang pertenisan kita. Menarik sekali karena ini di Jakarta yang jarang saya terjun ke lapangan kecuali turnamen yunior.
Berbeda pendapat itu sah sah saja menurut saya, dan sayapun bisa melihat dalam kapasitas apa sehingga bisa berbeda pendapat. Biasanya jika petugas di tingkat provinsi tentunay lebih mementingkan kepentingan provinsinya tersebut, sedangkan jiak saya ditingkat pusat tentunya sesuai kepentingan seluruh provinsi. Disinilah perbedaan pendapat tersebut sehingga terjadi suatu diskusi kecil disela sela turnamen nasional.

Permintaan rekan saya ini agar turnamen nasionalnya itu dijadwalkan tidak bentrok dengan turnamen sejenis didaerah lainnya. Ini sebenarnya sudah lama saya dengar selalu dari rekan rekan didaerah. Repotnya kalau berbicara turnamen nasional yunior yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan senior.
Kebetulan disaat yang sama di Balikpapan diselenggarakan Sirkuit Tenis Nasional dengan prize money hanya Rp. 60 juta sedangkan di Jakarta prize moneynya dua kali lipat. Bedanya lagi turnamen di Balikpapan itu untuk pertama kali sedangkan di Jakarta itu sudah berpuluh puluh kalinya. Jadi lebih prestisius.
Kemudian sayapun ikut menjelaskan kalau tujuan Sirkuit Tenis Nasional di Balikapan itu tujuannya memberikan sarana pertandingan untuk petenis daerah menghadapi Pekan Olahraga Nasional 2012 di iau.
Jadi disini sudah berbeda kelas pemain karena prize money tersebut. Disamping itu letaknya cukup jauh. Dan kenyataannya peserta di Balikpapan itu diikuti petenis Kalimantan Timur, Selatan dan sekitarnya yang terbanyak.

Memang dicoba diatur tetapi permintaan pelaksana juga kita perhatikan dimana sudah dicoba agar tidak dibentrokkan, tapi perbedaan pendapat ini yang bisa membuat semua itu bisa terjadi. Ini juga terjadi di kelompok yunior.

Mundur di Tunggal apa bisa main diganda?

Jakarta, 22 April 2012. Ada yang menarik lagi untuk diketahui didalam suatu turnamen nasional tenis yang sedang berlangsung di Balikpapan. Yaitu babak final Sirkuit Tenis Nasional antara petenis setempat yaitu Faisal Aidil melawan Arief Rahman dimana keduanya berasal dari Kalimantan Timur. Setelah diset pertama kalah kemudian diset kedua sedang berlangsung Faisal Aidil mantan petenis nasional itu langsung memberikan salam kepada wasit menyatakn mundur.Alias kalah.
Sayapun membaca berita tersebut cukup kaget juga karena tidak diberikan alasannya. Mau kontak Referee sebagai penanggung ajwab jalannya pertandingan belum saya lakukan.
Memang mundur ditenagh jalan itu harus ada alasannya.
Dalam hal ini kalau baca diberita, seolah olah Referee juga tidak tahu alasan mundur. Ini masalah, seharusnya Referee bertanya ke wasit ataupun pemainnya langsung.
Setekah itu saya juga kaget karena Faisal bisa bertanding di ganda putra yang dipertandingkan setelah final tunggal. Ini aneh. Jika karena sakit sehingga tidak bisa selesaiakan partai final maka tentunya tidak diperkenankan ikut main lagi dihari yang sama dipertandingan ganda. Nah sekarang alasan apa yang membuat bisa terjadi semua ini.
Nah, ini kok bisa terjadi. Tentunya kita harus mendengar atau membaca laporan refereenya. Sehingga bisa menyimpulkan salah siapa.

Langgar Aturan

Jakarta, 22 Apruil 2012. Ada yang menarik sewaktu menyaksikan babak final ganda suatu TDP Nasional. Menarik karena apa karena biasanya babak final itu suatu hal yang biasa saja. Menarik saya angkat karena ada contoh tidak baik dilakukan oleh petenisnya maupun wasit ataupun Referee nya sendiri.

Dalam pertandingan ini terlihat satu pasangan memenuhi aturan turnamen sedangkan lawannya yang justru lebih senior memberikan contoh yang tidak baik terhadap lawannya yang notabene masih masuk dalam kategori yunior.

Ternyata yang senior itu mantan petenis nasional dan petenis nasional berpakaian yang tidak sama warna yang dominan, berbeda warna. Sewaktu saya duduk menyaksikan sayapun tertarik melihat ketidak beneran terhadap aturan pertandingan. Harusnya diketahui semua pihak kalau dalam aturan nasional maupun internasional ada ketentuan dalam pertandingan ganda kedua pemain harus menggunakan baju/T-shirt yang warna . Hal ini so pasti tidak akan terjadi kalau Refereenya orag asing diturnamen internasional.

Ternyata setelah saya tanyakan kepada yang berwenang diturnamen tersebut, dapat jawaban klasik sekali karena terlalu banyak toleransi dari penyelenggara. Timbul pertanyaan apakah wasitnya tidak menegur ataupun Refereenya paling tidak yang berhak melarang mereka bertanding. Saya sendiri sudah merasa kalau wasit yang notabene wasit nasional sudah tahu masalah ini dan sudah lakukan tugasnya.

Mau tahu jawaban yang saya terima dari petugas yang berwenang tersebut.? Ternyata jawaban ini yang selalu diberikan oleh petenis kita, sebagai senjata pamungkasnya melecehkan turnamen. Sudah tidak ada lagi baju lainnya.
Mau tahu juga kalau jawaban ini dikeluarkan diturnamen internasional lhususnya referee orang asing? Maka Refereenya so pasti tidak mau terima jawaban tersebut, alias pemainnya disuruh beli baju yang sama. Kalau tidak, maka tidak boleh main. Selesai sudah, karena aturan harus dipatuhi . Selesai.

Jumat, 20 April 2012

Sempat melihat ex kamp pengungsi Vietnam di P.Galang

Jakarta, 20 April 2012. Teringat pula sewaktu saya jalan jalan ke Batam bulan lalu. Menyempatkan diri melihat bekas penampungan pengungsi Vietnam di Pulau Galang. Lumayan juga jarak perjalanan dengan kendaraan ke Pulau Galang. Berangkat dari Jakarta bersama rekan Bunge Nahor ke Batam.
Perjalanan cukup lama juga tetapi keindahan di Kepri yang dihadapan mata terliat nanyak laut laut karena Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari pulau pulau kecil.
Melewati jembatan yang sudah dikenal , saya lupa nama jembatan tersebut. Jembatan ini merupakan idea dari mantan Presiden RI BJ Habibie. Tetapi yang saya perhatian perjalanan sekitar 2 jam itu minim terlihat SPBU alias pom bensin. "Waduh gimana ya kalau lupa isi bensin."

Memasuki kompleks ex pengunsi yang dibangun dengan dana dari PBB, terlihat banyak monyet monyet berkeliaran. Ada Gereja, ada penjara dan perahu yang digunakan pengunsi masih terpajang disana. Kemudian masuk ke kantornya terlihat foto2 kegiatan mereka sewaktu itu cukup banyak.
Cukup menarik juga mendengar cerita petugas yang bisa menceritakan kisah kisah didalam kamp pengungsian tersebut.

Kunjungan singkat ke Pekanbaru

Pekanbaru, 20 April 2012. Kunjungan singkat ke Pekanbaru kali ini untuk melihat perkembangan pembangunan lapangan tenis yang disiapkan untuk Pekan Olahraga Nasional yang akan berlangsung 9-20 September 2012. Pekerjaan seperti ini juga saya lakukan sewaktu persiapan pembangunan lapangan tenis di Balikpapan tahun 2008 yangdisiapkan untuk PON 2008 Kaltim. Sebenarnya sudah sering ditanyakan juga masalah kehadiran di Pekanbaru sebagai persiapan pelaksanaan PON tersebut, agar sering sering melihat kemajuan pembangunannya.

Kekhawatiran terhadap selesai tidaknya lapangan tenis ini sering saya dengar sebelumnya. Hal yang sama juga sewaktu pembangunan lapangan tenis Jakabaring di Palembang tahun 2011 sebagai venue dari SEA Games 2011 di Palembang. Dari sekian banyak rekan rekan saya sewaktu dari awal perencanaan hanya saja saya rasanya cukup yakin kalau pembangunannya akan selesai tepat waktunya. Hal ini juga terjadi persiapan PON di Pekanbaru.
Saya sendiri sewaktu di Palembang maupun Pekanbaru memberikan dorongan terhadap rekan rekan lainnya kalau tidak perlu kuatir karena kedua venue tersebut menggunakan dana bukan APBD ataupu APBN artinya tidak perlu kuatir akan turunnya dana tersebut melalui Pemerintah. Kedua venue tersebut menggunakan dana pihak ketiga yaitu BUMN. Kalau di Palembang menggunakan dana dari sponsor PT Bukit Asam dan di Pekanbaru dana dari PTP V. Jadi kalau sudah dianggarkan oleh kedua BUMN tersebut maka kita tidak perlu kuatir terhadap tersendat sendatnya kucuran dana tersebut.

Terakhir datang ke Pekanbaru, lihat lapangan tenis tersebut masih rata alias baru ada pemancangan tiang saja. Tapi kali ini tepatnya tanggal 20 April 2012, sudah terlihat bangunan stadionnya dan untuk lapangannya baru 3 lapangan yang sudah dibeton. Laporan yang saya terima kalau minggu depan sudah akan ditambah lapangan lainnya cor coran betonnya. Dijanjika oleh pelaksana pembangunannya bahwa dalam 2 bulan kedepan sudah selesai.Mudah mudahan saja bisa selesai cepat.
Selama di Pekanbaru saya sempatkan diri melihat lapangan tenis milik Chevron ( ex Caltex) di Rumbai ada 6 lapangan tenis.Dan juga lapangan tenis dibelakan kediaman rumah dinas Gubernur Riau. Tetapi tidak bisa masuk karena pintumasuk dikunci.

Sabtu, 14 April 2012

Kritik kritik muncul

Jakarta, 14 April 2012. Ada yang menarik saya perlu angkat selama saya jalankan turnamen RemajaTenis selama tiga tahun ini. Memang konsep ini keluar berdasarkan pengalaman baik sebagai mantan atlet yunior maupun pengurus tenis baik ditingkat daerah maupun pusat. Mulai dari pelaksana turnamen Persami (pertandingan sabtu minggu) kemudian meningkat ke RemajaTenis. Ada perbedaan antara kedua jenis turnamen ini tetapi satu yang sama yaitu TANPA SPONSOR dan tambahan tanpa ballboys. Bedanya yaitu RemajaTenis minimal 3 hari, sedangkan Persami hanya 2 hari. Kemudian RemajaTenis harus ada wasit, Referee dan tenaga medis sesuai ketentuan TDP. Artinya dalam beaya Remajatenis lebih besar dibandingkan Persami.Dengan modal NIAT kemudian NEKAT maka kedua turnamen tersebut bisa berjalan lancar. Bisa jalan jalan ke Sumbawa Besar (NTB), Mataram, Medan, Payakumbuh, Jogja, Solo, Surabaya, Bandung, Pontianak, Banjarmasin, Palu. Dan kesenangan saya untuk traveling bisa terpenuhi.

Tetapi dalam perjalanannya saya alami beberapa kecaman baik langsung maupun melalui SMS tetapi karena niat positip maka semua itu bisa saya atasi juga. Seperti sebelumnya saya terima SMS dari salah satu pembina dikota Padang. Dikatakan RemajaTenis tidak menarik atlit yunior karena tidak ada hadiah uang, tidak ada Kaos. Tetapi saya tetap dengan tenang sampaikan dengan sms tentang visi dan misi dari RemajaTenis. Karena semua ini bertujuan yang sangat positip untuk tenis yunior maka sewaktu diadakan Remajatenis di Payakumbuh ternyata responsnya cukup besar. Artinya alasan yang diberikan rekan saya itu tidaklah benar. Karena turnamen itu kebutuhan atlet yunior.

Begitu juga sewaktu saya selenggarakan RemajaTenis di Surabaya bulan April ini saya terima sms dari salah satu ortu atau pelatih dari kota Batu Malang. Dia sampaikan kalau dengar2 dari teman2nya kalau tidak tertarik dengan RemajaTenis, alasannya yaitu tidak ada Ballboys, wasit, hadiah dan lain lain. Tetapi kemudian saya jelaskan semua alasan tersebut ada jawabannya.
Tapi sewaktu saya sedang nyetir mobil mana udara panas saya terima telpon dari salah satu orangtua dari Surabaya yang sampaikan hal yang sama tetapi caranya sepertinya dia tidak mau saya tersinggung. Ketika saya jelaskan semua permasalahannya malah dia adu argumen mau bela pendapatnya sendiri. Tapi karena udara panas dan waktu itu saya lagi kesal maka saya jawabnya juga ketus. " Ya, tidak usah ikut saja , kok gitu aja repot repot." ujar saya cukup ketus dan dia juga bilang anaknya tidak ikut. Ya sudah enteng kan daripada hanya bisa keritik dan tidak mau terima penjelasan saya. Ha ha.
Bagi saya semua kriti itu saya anggap positip saja asalkan juga mau kerjasama menerima pandangan saya juga. Bukan hanya sepihak. Kalau dulu saya dikritik atau dikecam saya hanya diam saja tetapi sekarang saya anggap perlu juga kita mengecam yang kritik yang tidak kooperatip.
.

Selasa, 10 April 2012

Bisa kena Sangsi dari ITF

Jakarta, 10 April 2012. Sebelum pelaksanaan Davis Cup by BNP Paribas 2nd Round Asia ceania antara Indonesia dan Thailand ada beberapa kejadian yang cukup mendebarkan hati saya. Kenapa demikian, tetapi saya menghadapi dengan tennag saja, karena prinsip saya setiap masalah so pasti ada solusinya.
Masalah itu adalah masalah lapangan Stadion Gelora Bung Karno yang nota bene bukan milik PP Pelti. Ada yang punya.
Memang Pelti sudah kirimkan surat ke pengelola lapangan bahkan bertemu langsung dengan peimpinannya yang baru menjabat sebulan lalu. Jadi bisa dibayangkan kesulitannya. Begitu juga dialami oleh manajer lapangan tersebut.
Awalnya diminta untuk renovasi lapangan tersebut karena daa beberapa lubang dan bercak bercaka kotor mewarnai lapisan lapanga. Kesanggupan untuk merenovasi sudah diungkapkan tetapi tidak semudah membalikkan tangan karena birokrasinya masih kental karena stadion tenis milik Pemerintah juga.
Bisa dibayangkan sampai hari Sabtu 31 Maret 2012 lapangan tersebut baru dicuci berkali kali, sehingga kami hanya bisa menerima kenyataan, tapi beberapa lokasi masih perlu penambalan atas lubang2nya belum tertangani. Begitu juga sewaktu kedatangan Referee ( 3 April) lubang tersebut belm 100 prosedn teratasi. Masih ditambaltapi belum keras sehinggas ewaktu dipegang oleh Referee ternyata terkelupas. Oleh Referee langsung sampaikan ancaman kepada saya kalua sampai tgl 5 siang belum juga maka lapangan harus dipindah keluar dari stadion. Waduh ini dia masalah baru. Disamping malu PP Pelti juga akan terima sangsi. Sangsi dikatakan kalau ternyata sewaktu digunakan maka lubang tersebut terkelupas maka ototmatis Indoesia dinyatakan kalah.
Mujur seklai sewaktu 5 April dipakai latihan peserta lapangan tersebut tidak terkelupas karena sepatu atlet. Wah, bersyukurlan saya selaku penanggung ajwab (Tournament Director)

Pilih Davis Cup atau PON

Jakarta, 10 April 2012. Setelah menang dari Thailand 3-2 dalam 2nd Round Asia Oceania zone Davis Cup by BNP Paribas maka lawan berikutnya adalah Filipina. Gembira karena menang karean sepengetahuan saya selama 7 kali pertemuan Indonesia lawan Thailand baru dua kali Indonesia menang di Stadion tenis Gelora Bung Karno. Saya masih ingat karena dalam kedua kali tersebut saya juga ikut terlibat didalam panpelnya. Tahun 1988 saya hanya sebagai Sekretaris Panpel sedangkan tahun 2012 sebagai Tournament Director.

Kita boleh gembira karena menang, hanya saya sedikit gelisah juga karena jadwal Davis Cup 2012 berikutnya di final adalah di bulan September 2012. Memang jadwal ITF sudah tetap tidak berubah. Yang jadi masalah adalah pelaksanaan berikutnya di babak final lawan Filipina karena berbenturan dengan pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional 2012 di Pekanbaru Riau yaitu Davis Cup jatuhnya tanggal 14-16 September 2012 sedangkan PON 10-20 September 2012.
Ada beberapa masalah menurut saya akan muncul dimana kita harus cepat mencari solusinya. ITF ataupun Davis Cup ini sangat kaku dalam aturannya. Masalah pertama adalah pemain dan masalah kedua adalah pelaksanaannya.
Kalau masalah pemain karena 2 petenis anggota tim Davis Cup Indonesia itu ikut PON 2012. Yang satu ikut membela Riau dan yang satu lagi membela Jawa Tengah.
Masalah lain adalah petugas pelaksana Davis Cup dan PON juga akan muncul. Wasit yang bertugas di PON ikut tugas di Davis Cup. Tapi ini masalah agak ringan bisa diatasi.

Ada gagasan diajukan rekan saya kalau Davis Cup by BNP Paribas dilaksanakan di Pekanbaru saja bersamaan dengan PON 2012. Ini menurut saya tidak bisa dilakukan, walaupun dengan enteng oleh rekan saya katakan kalau yang ngatur PON kita kita juga atau sesama petugas dari Pelti. Tapi saya katakn tidak semudah itu pendangannya tersebut.
Sayapun belum sampaikan problem dan solusinya karena sebaiknya saya tunggu rapat resmi internal PP Pelti saja.

Ingin ada Wasit Bronze Badge

Jakarta, 10 April 2012. Dalam bincang bincang dengan salah satu rekan Referee ITF selama avis Cup berlangsung di Jakarta, saya mencoba menambah pengetahuan dalam pertenisan kita. Memang selama ini saya ditugaskan mendampingi Referee selama bertugas. Sayapun memanfaatkan didalam menambah pengetahuan.
Saya tertarik dengan perwasitan kita yang sampai saat ini hanya sampai tingkat White Badge saja, sehingga jika butuhkan wasit setingkat bronze badge maka harus import dari luar. Ini sangat menyedihkan sekali, karena kegiatan turnamen internasional di Indonesia cukup banyak. Ini baru tingkat wasit apalagi tingkat Refereenya. Wasit HWhite Badge kita yang jumlahnya 14 wasit baru naik jadi Referee untuk turnamen nasional atau Junior international saja.

Sewaktu saya ungkapkan keinginan ada wasit bronze badge melalui diadakan ITF Level-3 Officiating di Jakarta, Nitin K (ITF Referee) ini malah bertanya, apakah sudah ada kandidatnya. Aneh juga ya muncul pertanyaan tersebut. Ternyata dia ini sudah sering lihat wasit kita bertugas baik di Indonesia maupundi event luar negeri.
Ternyata sewaktu saya tanya baklik kepadanya kira2 siapa yang menurut penglihataannya calon dari wasit Indonesia. Ternyata hanya 1 saja dan disebutkan namanya, karena masih muda usia dan cakap dalam menjalankan tugas sebagai wasit maupun berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Harus diakui kelemahan mendasar wasit Indonesia adalah bahasa Inggris. Padahal Menpora pernah menjanjikan jika ada masalah soal bahasa, akan dibantu dengan adakan kursus bahasa Inggris..
Ya, kalau cuma satu sulit juga.
Tetapi diapun anjurkan kalau bisa bikin juga pre coursenya sebagai latihan menghadapi ITF Level-3 tersebut

AFR mau dibunuh

Jakarta, 10 April 2012. Berita baru terhadap diri saya yang ingin dibunuh oleh salah satu "pelatih" terungkap setelah saya berbincang bincang dengan salah satu pendatang baru di pertenisan Indonesia. Rekan saya ini mengatakan sangat kaget juga atas perilaku teman teman di tenis yang ternyata bermuka dua terhadap diri saya. Sayapun tidaklah heran jika dalam kehidupan tenis Indonesia ada yang like and dislike terhadap diri saya. Kemungkinan ini terjadi akibat kedudukan saya di induk organisasi tenis dibandingkan pribadi saya sendiri. Karena banyak yang kenal saya setelah saya dukduk dalam kepngerusan Pelti ini.
Rekan saya ini cerita kalau dalam kepengurusan tenis ini ada yang bermuka dua, atau dikatakan sebagai Dorna dipewayangan. Didepan saya cukup manis tetapi begitu dibelakang saya justru menghina saya.

Rekan saya ini diajaklah ke Plasa Senayan untuk diperkenalkan dengan teman2 yang musuh saya , begitulah istilah yang diberikan kepadanya. Kumpulan ini terdiri dari anggota pengurus Pelti juga dan pelatih maupun orangtua petenis sedng ngobrol ngobrol atau ngopi istilahnya.
Tiba tiba ada salah satu "pelatih" yang nyeletuk kepadanya disaat itu. " Kalau saya ketemu AFR akan saya bunuh." ujarnya dengan muka yang tidak simpatik walaupun dalam keadaan normal sekalipun. Ketika saya tanya kenapa demikian.Karena rekan saya ini tidak tahu permasalahannya hanya katakan dikaitkan dengan anaknya atau putrinya petenis yang tidak diterima. Sayapun katakan itu karena putrinya tidak diterima dalam seleksi nasional yunior KU 14 tahun diawal tahun 2012 ini.Karena yang diundang adalah 8 atlit saja. Padahal penanggung jawab seleknas bukan saya tetapi rekan saya Christian Budiman, saya hanya kena getahnya. Kemungkinan "pelatih" tersebut mau tunjukkan keberpihakannya kepada sekumpulan orang yang hadir (mungkin yg antipati kepada saya) dalam pertemuan di Plasa Senayan tersebut.
Setelah ungkapan tersebut saya suka ketemu yang bersangkutan di turnamen turnamen di Kemayoran (Sirkuit Tenis Nasional) tetapi memang tidak saya tegur walaupun disampingnya ada rekan yang saya kenal, karena sebelumnya saya tidak simpatik kepadanya. Itu lebih enteng bagi saya berlagak tidak kenal daripada beri hati seolah olah saya perlu kepadanya. Kenapa saya tidak simpatik kepadanya karena pernah adik saya pelatih juga Alfred Henry Raturandang bercerita tentang "pelatih" yang berasal dari Jawa Timur (Kediri?) tersebut kalau Alfred disebutnya bukan pelatih. Ini jeruk makan jeruk namanya. Padahal Alfred itu ITF Tutor resmi.
Kemudian saya ceritakan masalahnya sehingga dia berkeinginan membunuh saya. Kronologis ceritanya adalah sewaktu putrinya hanya masuk dalam kategori cadangan maka datanglah dia ke sekretariat PP Pelti berbicara dengan rekan penanggung jawab seleknas. Saya dari jauh hanya mendengar coleteh-coletehnya. Salah satu yang saya dengar adalah dia akan berkoar koar ke media massa kalau anaknya tidak dipangil ke seleknas. Dalam hati saya kelas piro sih anaknya.
Kemudian saya undang masuk ke ruang rapat daripada berbicara keras dengan rekan saya Christian karena akan menggangu karyawan sekretariat Pelti.
Sewaktu di ruang rapat saya langsung sampaikan apa masalahnya dan saya hanya mendengar didampingi rekan saya Christian. Dia protes katakan kalau anaknya lebih kuat dibandngkan yang diundang lainnya. Diungkapkannya kalau anaknya diturnamen turnamen suka kalahkan lawannya. Tapi karena datanya hanya berupa ungkapan dari mulutnya sayapun hanya tersenyum melihat ulah yang tidak rasional karena emosi belaka. "Anda sebaiknya tidak usah emosi, karena kalau emosi pikiran sehat anda hilang." ujar saya menasehatinya karena saya lihat ini seorang pensionan juga tapi saya yakin saya lebih tua darinya. Waktu itu saya tanyakan prestasi anaknya ditahun 2011. Dia katakan anaknya itu sudah ikut di KU 16 tahun untuk meingkatkan prestasinya sehingga peringkat KU 14 tahunnya melorot. Disebutkannya kalau anaknya hanya Juara 3 Ganda di FIKS Bandung. Tenis tidak mengenal JUARA 3 karena JUARA hanya 1 saja. Sayapun dalam hati ketawa, bukan juara sudah katakan hebat dan cuma di ganda sedangkan di Tunggal dia tidak ngomong. Untuk tidak bikin malu saya tidak tanya prestasi di Tunggalnya. Jangan2 hanya 1st round loser.
"Saya jamin kalau anak saya diikut sertakan di seleknas akan terpilih 3 besar." ujarnya dengan semangat bukan 45 tapi semangat kampungan menurut saya.
Saya teringat sayapun pernah berjanji atau meyakinkan pendapat saya terhadap orangtua atlit waktu itu dalam seleknas tahun 2010 di Kemayoran. Kejadiannya salah satu atlit putri itu diragukan usianya. Dan sewaktu saya ditunjukkan akte kelahiran yang asli yang sebenarnya ASPAL, saya katakan kalau ankanya lolos seleksi (artinya masuk 3 besar) maka saya katakan potong telor saya. Dan memang benar dihari terakhir saya lihat anak tersebut masuk 4 besar saja alias tidak lolos seleksi.
Coba "pelatih" yang ngoceh ini berani lakukan seperti itu saya bisa tertawa lebar lebar.
Dalam pertemuan tersebut saya katakan Anda buat surat keberatan kepada PP Pelti dengan disertai data lengkap.
Rekan saya waktu itu cukup resah hadapi "pelatih" dan juga orangtua atlet tenis. Saya hanya meyainkan rekan saya ini agar menghadapi masalah pertenisan ini tidak perlu kuatir karena kita semua ini volunteer saja. Saya katakan biarkan saja walaupun sudah buat surat keberatan dan tidak perlu ditanggapi karena feeling kita terhadap prestasi anak tersbut kurang meyakinkan. Sehingga Andrian Raturandang yang mantan petenis nomor stau sempat neyeletuk. "Kalau mau terpilih jadilah nomor satu." Karena anak itu PNPnya diluar 8 besar.

DAVIS CUP..Ini baru Gambling

Jakarta, 8 April 2012. Sewaktu hari ketiga Davis Cup by BNP Paribas antara Indoesia melawan Thailand keadaan Indonesia 1-2 dari Thailand, disamakan oleh Christopher Rungkat menjadi 2-2, maka berbagai spekulasi muncul dikalangan baik wartawan, rekan rekan pelatih maupun pngurus tenis, yaitu siapa yang akan turun di tunggal kedua disaat penentuan untuk menang lawan Thailand.
Dari peringkat maka nama David Agung Susanto yang bakal menjadi petenis kedua yang diharapkan bisa mengalahkan Thailand menggantikan Aditya Hari Sasongko yang didaftarkan sebelumnya. Mayoritas mengatakan kalau David Agung Susanto yang akan turun. Saya sendiri masih mengatakan kalauDavid AgungSusanto bakal yang diturunkan. Sepuluh menit sebelu dimainkan maka saya diberitahu oleh Sekjen PP Pelti Soebronto Laras bahwa keputusan oleh Ketua Umum PP Pelti Martina Widjaja dan disetujui oleh non playing captain Bonit Wiryawan adalah Wisnu Adi Nugroho petenis muda asal Tegal."Ini untuk regenerasi.:" begitu ungkapan Soebronto Laras kepada saya. Langsung saya katakan kalau itu kita gambling dengan keputusan tersebut. Dan saya katakan pula memang ada 2 kemungkinan yaitu gagal alias kalah total karena beda kelas ibaratnya atau Wisnu bermain tanpa beban sehingga bisa termotivasi baginya yang ternyata baru pertama kali masuk dalam tim Davis Cup Indonesia. begitu jugarekan rekan dari panpel yang ermasuk dalam kepanitiaan kaget dengan keputusan tersebut.
Bahkan rekan saya ada yang katakan kita harus terima resiko karena tidak siapkan ambulans (ini kelupaan atau bagiamana). Kurang lebih dua minggu sebelumnya Wisnu sewaktu latihan 5 set bertandingan ternyata alami dehidrasi dan bahkan sempat dikirim ke rumah sakit. Jadi tidak heran kalau kekuatiran ini muncul.
Kemudian saya sampaikan kepada rekan2 kita kalau sampai kalah maka siap siap saja kita dicaci maki masyarakat tenis kita ini..Apalagi tahun terakhir masa kepngurusan PP Pelti yang akan berakhir 24-25 Nopember 2012 di Manado a\diadakan MUNAS
Tetapi ternyata kemungkinan kedua yang terjadi, dimana Wisnu bertanding tanpa beban dan termotivasi mengalahkan lawannya, dan berhasil... salut !!

Sabtu, 07 April 2012

Pengalaman Davis Cup

Jakarta, 7 April 2012. Saat ini di Gelora Bung Karno Senayan tepatnya di stadion tenis sedang berlangsung Davis Cup by BNP Paribas Asia Oceania Zone Group 2 antara Indonesia melawan Thailand. Yang saya mau angkat bukan hasilnya pertandingan atau siapa yang menang ataupun kalah. Tetapi dari sisi pelaksana kegiatan tersebut.
Sudah berkali kali saya ikuti sebagai panitia pelaksana kalau diselenggarakan di Tanah Air.Karena selama ini sudah dilaksanakan bukan hanya di Jakarta saja, tetapi di Balikpapan, Surabaya dan Solo. Tetapi saya terlibat hanya di Jakarta, Balikpapan dan Solo sedangkan Surabaya tidak ikut karena dianggap penyelenggara sudah punya pengalaman cukup baik karena adanya Wismilak International.
Saya sendiri sudah pernah ikuti ITF Davis Cup Seminar di Pattaya Thailand bulan Oktober 1988.
Memang harus diakui ada sedikit berbeda jika selenggarakan turnamen tenis Davis Cup jika dibandngkan multi event seperti SEA Games ataupun single event seperti Turnamen internasional selama ini.
Terlalu banyak aturan yang mengekang pelaksana, dan untuk mengatasi hal seperti itu ITF keluarkan buku Operational Manual sehingga pelaksana tidak bisa keluar dari aturan baku dari ITF.
Masalah aturan turnamen sih tidak jadi masalah karena tidak lari dari aturan baku yang ada kecuali ada beberapa tambahan khusus berlaku diDavis Cup by BNP Paribas.Kenapa ada embel2 BNP Paribas karena sebagai sponsor utama kegiatan kejuaraan dunia beregu memperebutka Piala DAVIS.
Yang jadi sedikit jelimet adalah masalah non turnamennya yang sangat bear pengarushnya. Mulai dari aturan acara pembukaan semua diatur tanpa ada sambutan sambutan sama sekali. Cukup dengan masuk berbaris, menyanyikanlagu kebangsaan dan menghormati bendera negara peserta dan perkenalan mulai dari petugas ITF dan wasitnyatermasuk pula nama peserta. Dan disini dibatasi peserta yang boleh ikut defile hanya 4 pemain yang terdaftar dan 1 non playing captaint.
Jika melanggar aturan ini maka akan kena denda. Dan sewaktu saya pertama kali jadi panpel Davis Cup by NEC tahun 1988 di stadion tenis Gelora Bung Karno yang waktu itu masih dalam bentuk lapangan gravel (red clay). Indonesia turun dengan 4 pemain, 1 non playing captaint fan 1 offisial (team manager). Akibatnya Indonesia kena denda sekitar USD 250.00. Kok bisa tahu, karena kewajiban penyelenggara membuat laporan dan bersama sama foto2nya.Dari foto yang dikirim langsung bisa diketahui ada pelanggaran. Sejan itu diadakan Seminar Davis Cup di Pataya Thailand, dan saya salah satu peserta yang dikirim oleh PB Pelti saat itu.
Begitu juga acara Drawing minimal 12 jam sebelum pertandingan. Dan yang juga paling jelimet adalah spanduk didalam lapangan, distadion maupun diluar stadion.
Sebagai tuan rumah ada kesulitan dana karena hanya bisa mencari sponsor domestik satu sponsor yang diletakkan dalam lapangan dengan 2 buah spanduknya yang ukurannyapu ditentukan 3 m x 0,75 m. Ditambah bisa cari sponsor dispanduk didalam stadionnya. ITF sudah mendapatkan sponsor2 sendiri yang disebut International sponsor, dan ini tidak bisa digugat. Haknya milik ITF. Sebagai penyelenggara pun harus hati2 dalam memilih sponsor dimana tidak diperkenankan ada yang sama dengan sponsor ITF. Misalnya tidak bolehada sponsor bank dll.
Warna spanduk juga diatur . Sering kami alami kesulitan dengan membuat warna dari spanduk yang sama dengan warna spanduk ITF tersebut. Penempatan spandukpun sudah ditentukan, bahkan jika pertandingan tunggal dan ganda ada perubahan penempatan spanduk di backdropnya. Begitulah liku2nya sebagai penyelenggara Davis Cup by BNP Paribas.

Senin, 02 April 2012

Tanpa KTA akan dihapus di PNP

Jakarta, 2 April 2012. Dalam satu pertemuan dengan rekan rekan yang bertugas masalah PNP, saya juga diminta sebagai narasumber jika bisa dikatakan demikian. Karena bulan lalu saya sempat kirim SMS kepada rekan sendiri dan salah satu petugas yang ikut membantu membuat PNP. Informasi yang saya terima dari salah satu masyarakat tenis saya teruskan kepada mereka ini.Karena saya paling banyak terima keluhan lansgung dari masyarakat tenis. Apalagi masalah PNP (Peringkat Nasional Pelti)sehingga sayapun langsung layangkan SMS ke mereka, dan mungkin agak kasar cara saya menyampaikan sehingga ada sedikit ketegangan dalam komunikasi SMS tersebut.

Dalam pertemuan tersebut saya sampaikan beberapa masalah yang perlu diperhatikan. Pengisian PNP itu seharusnya ada cek and ri cek dengan KTA karena dalam PNP itu sering terjadi nama atlet tidak ada tanggal lahir dan KTAnya. Itu yng terjadi. Begitu juga ada nama atlet tapi tidak ada nama daerahnya. Hal ini sudah pernah saya sampaikan keluhannya tetapi tidak dalam forum rapat seperti ini karena hanya langsung mengur kedua petugas yang menanganai PNP dan KTA. Memang dalam pembicaraan dikemukakan kalau data hasil pertandingan dibuat oleh Referee Turnamen kemudian seharusnya petugas perwasitan yang mencek semua laporannya. Jika ada yang kurang seharusnya langsung ditegur.
Kemudian sayapun usul agar PNP berikutnya bagi atlet yang tidak ada KTAnya maka dihapus saja, karena belum punya KTA Pelti. Ternyata usul ini bisa diterima, sehingga jangan kaget PNP berikutnya tidak ada lagi atlet yang tercantum tidak ada nama daerahnya dan KTA dan tanggal lahirnya.

Ada satu lagi yang saya kemukakan agar didalam penulisan daerah asal atlet digunakan data KTA walaupun sewaktu mendaftar ataupun sign-in atletnya menulis nama daerah asalnya bukan berdasarkan KTA Pelti. Nah kita tunggu saja PNP berikutnya.

KTA Pelti sangat membantu

Jakarta, 1 April 2012. Dengan adanya Kartu Tanda Anggota PELTI sebenarnya sangat membantu jalannya turnamen khusunya mengatasi masalah keabsahan usianya. Terlepas dari kejujuran pengisian data oleh atlit yang bersangkutan. Dengan adanya KTA Pelti ini Referee sudah bisa atasi masalah protes. Karena punya data yang resmi dibuat Pelti.

Tetapi tidak semua penyelenggara turnamen menyadari betapa pentingnya KTA tersebut sehingga suka terjadi juga atlet yang kebanyakan dalam mendaftar turnamen dilakukan oleh pelatihnya, jadi bukan oleh atlet sendiri. Akibatnya akan bisa mengundang protes dari petenis lainnya.
Dalam hal ini jika Referee merasa bukan masalahnya tetapi itu masalah penyelenggara maka akan terjadilah protes tersebut.

Setiap turnamen sebelum diundi, tugas Referee sendiri untuk mengetahui kebenaran status peserta dikelompo umurnya tersebut. Jadi jangan lepas tangan, sehingga bisa selamatkan turnamen tersebut.
Kesalahan Referee dalam jalankan tugasnya bisa terjadi, namanya saja human error. Apalagi kalau Referee yang minim pengalaman.