Minggu, 27 Maret 2011

Ngobrol ngobrol Miring di Kemayoran

Jakarta,26 Maret 2011. Disela sela turnamen ITF Jubilee School 14 U Asian Champs yang berlangsung di Pusat Tenis Kemayoran, saya sempat berbincang bincang dengan teman teman dari pecinta maupun pngurus tenis salah satucabang olahraga yang saya cintai. Pertanyaan ini sebenarnya ditujukan kepada Ketua Bidang Pembinaan senior PP Pelti Kresno Merdiko, tetapi yang bersangkutan tidak ada. Kebetulan pertanyaan ini bisa saya jawab karena saya sendiri mengetahui walaupun mungkin tidak 100 %.

Dikatakan Pelti mau adakan regenerasi didalam pembinaan tetapi kenyataannya bertentangan. Sebagai contoh dikatakan kalau di tim nasional tercatat nama petenis muda seperti christopher Rungkat, Elbert Sie, sunu Wahyu Trijati, Aditya Haris Sasongko dan juga David Agung Susanto. Dari nama tersebut dinominasikan ke tim nasional Davis Cup. Dipertanyakannya adalah kenapa tim Davis Cup sewaktu lawan Iran di Teheran, Bonit Wiryawan masuk dalam ti Davis Cup. Karena pertanyaan ini terlihat sangat serius dan disebutkan merupakan ruor diluar cukup ramai sedangkan saya belum mendengarnya. Maka sayapun ikut semangat menetraliser maslah ini.
Akhirnya saya ikut bernafsu menjawab pertanyaan ini karena sudah sangat menyudutkan induk organisasi Pelti. Ini sebenarnya tugas Humas PP Pelti tetapi karena tidak berada ditempat sehingga saya ikut terbebani mau menjawabnya. Saya sebenarnya tidak mau ikut campur jika ada kebijakan bidang lainnya sehingga muncul penafsiran negatip terhadap PP Pelti maupun bidang tersebut Ini selalu saya jaga, walaupun hati nurani saya mengatakan kebijakan itu bertentangan dengan keingian pribadi saya.
Karena pertanyaan ini didepan wartawan Kompas yang ikut hadir, maka saya dengan gamblang langsung memberikan informasi yang saya tahu.
Waktu itu pendaftaran nama peserta Davis Cup sudah ditutup dan PP Pelti sudah kirim nama tim DC Indonesia terdiri dari Christopher Rungkat, Elbert Sie, Sunu Wahyu Trijati, Aditya Haris Sasongko, dengan NPC(Non Playing captain) Bonit Wiryawan. Prosedur PP pelti waktu itu setiap pemain diminta isi surat kesediaan ikut tim Davis cup. Dan pemain harus ikuti program Batujajar (ini kehausan dari PRIMA). Kedua pemain Christopher Rungkat dan Elbert Sie sedang ikuti Batujajar. Kalau Sunu Wahyu dan Aditya maupun Bonit sudah pernah ikut ditahun 2010.
Tiba tiba saya melihat ada percakapan dari Kresno Merdiko dan Bonit Wiryawan, kesimpulan saya ada salah satu pemain menyatakan tidak bersedia ikut ke Iran untuk Piala Davis. Nah, mau masuk nama lainnya tidak mungkin karena sudah ditutup pendaftarannya oleh ITF. Timbul pertanyaan lagi siapa yang harus menggantikannya. Tidak mungkin masuk nama baru,artinya harus gunakan nama yang sudah ada. Timbullah pemikiran salah satu caranya dengan merubah status Bonit dari NPC menjadi Playing captain saja sehingga tidak ada perubahan mendasar, dan nama Captain menjadi Surya Wijaya.

Kemudian saya sedikit disalahkan kenapa tidak dimasukkan kedalam cerita di website Pelti masalah ini. Langsung saya sampaikan saya tidak mau angkat masalah ini di website, karena kasihan petenis yang mundur. Kemudian ditanggapi pula itu hak pemain yang tidak siap bertanding, jangan dipaksakan, Maka sayapun menyimpan jawaban dalam hati saya. Kalau sebagai pemain sudah masuk dalam nama pemain nasional maka sudah harus siap dong. Kecuali sakit harus ada surat dokter, bukan hanya dengan menyampaikan secara lisan tidak siap. Dimana pertanggung jawaban sebagai atlet nasional. Ini pertanyaan dalam hati saya saja. Inilah nasib jika duduk dalam kepengurusan induk organisasi olahraga di Indonesia.

Minggu, 20 Maret 2011

Usulan untuk Pra PON

Jakarta, 20 Maret 2011. Dalam kunjungan ke Manokwari Kota Injil di Papua Barat saya sempat berbincang bincang dengan rekan dari KONI Provinsi Papua Barat Yan Renwarin, Setelah diberitahu kalau PP Pelti telah menetapkan PraPON di Jakarta mulai tanggal 16 Februari 2011, diapun memberikan masukan kalau bulan Februari itu tidak tepat bagi KONI Provinsi kirimkan atlet ikuti Pra PON, karena APBD baru dikuncurkan bulan Maret 2012. Dikatakan pula kalau buat Pra PON sesuai kesepakatan KONI Provinsi adalah tahun 2011 dimana bisa menggunakan dana APBD tahun 2011. Ternyata batas akhir dana APBD tahun 2011 itu turun 15 Desember 2011.
Saya sewaktu di Makassar sampaikan masalah ini ke Ketua Umum PP Pelti dan Sekjen PP Pelti. Pada prinsipnya Ketua Umum PP Pelti tidak keberatan dilaksanakan awal Desember 2011, asalkan pelaksana siap kerjakan. Memang sebelumnya sudah diputuskan dalam rapat PP Pelti awal Desember 2011 di Kemayoran.

Setiba di Jakarta, saya langsung SMS ke Pengprov Pelti seluruh Indonesia dan juga beberapa rekan Ketua ataupun sekretaris KONI Provinsi seperti Bali, Sumatra Barat, NAD, Sumatra Utara, minta pendapat mereka. Dan benar juga saya langsung dapat tanggapan dari KONI Provinsi agar dilaksanakan Desember 2011.
Kalau dari rekan rekan Pelti Provinsi ternyata menyerahkan semua keputusan ke PP Pelti saja.
Kalau melihat tanggapan ini maka saya berkesimpulan jika ingin mendapat dana dari KONI Provinsi bagi Pelti Provinsi maka lebih baik dilaksanakan Desember 2011

Sabtu, 19 Maret 2011

Kampanye Adakan TDP Nasional DI Papua Barat

Jakarta, 19 Maret 2011. PON XVIII tahun 2012 di Riau khusus tenis persyaratan pesertanya adalah kelahiran tahun 1991 atau ditahun 2012 berusia 21 tahun. Perubahan ini sesuai dengan permintaan KONI Pusat adanya pembatasan usia peserta, selaku pemilik PON agar pembinaan olahraga itu bisa berkembang dan meningkat. Saya sudah tidak mau membahas masalah ini karena ada yang pro dan tentunya ada yang kontra dengan alasan masing masing, karena bicara masalah pembinaan itu tidak akan habis habisnya karena semua orang ahli didalamnya.

Sewaktu berada di Manokwari setelah pelantikan Pengprov Pelti Papua Barat, saya menyempatkan diri bertukar pikiran dengan rekan2 pengurus tetapi sayangnya saya tidak lihat rekan yang memegang bidang pembinaan. Timbul dugaan saya yang negatip, karena saya sempat menyindir dalam pidato saya agar Papua Barat tidak lakukan hal yang tidak dikehendaki atlet daerahnya, yaitu untuk PON membeli atlet dari daerah lain.Alasan saya karena saya merasakan sebagai atlet daerah sewaktu ikuti PON V Bandung , dampaknya adalah atlet daerah akan demotivasi.

PON 2012 dilaksanakn tanggal 11 September 2012, kemudian rencana Pra PON oleh PP Pelti 16 Februari 2012. Apa yang bisa dilakukan oleh Pengprov Pelti Papua Barat yaitu persiapan PON melalui Pra PON. Karena usia 21 tahun membuka peluang petenis yunior daerah ikut serta. Walaupun kenyataan sudah mulai terlihat daerah2 gerilia membeli atlet yunior dari daerah lain. Ini tidak bisa dihindari. Tapi yang penting anggota PP Pelti dilarang terlibat dalam transaksi jual beli atlet ini.

Sayapun memberikan jalan keluar kepada Pelti Provinsi yaitu dengan selenggarakan TDP Nasional Kelompok Umum dikota masing masing. Daripada kirim atletnya bertanding keluar provinsinya yang jelas sekali membutuhkan beaya cukup besar. Dana yang besar itu bisa digunakan dengan adakan TDP nasional didaerahnya. Cukup sediakan prize money Rp. 10 juta saja, sudah akan mendapatkan PNP. Dengan prize money rendah, turunnya atlet dari Jawa kedaerah ini sangat kecil karena beayanya cukup besar. Harus diakui kalau daerah mau bikin TDP Nasional maunya berikan prize money aduhai seperti Rp 100 juta agar banyak atlet nasional yang datang. Akibatnya atlet daerah hanya bisa ikut kualifikasi atau babak utama dengan fasilitas wild card saja.
Kemudian timbul pertanyaan kalau lapangan didaerahnya tidak memenuhi syarat. Sayapun bercerita sewaktu pertama kali saya mendapatkan TDP Nasional Khatulistiwa beberapa tahun silam. Waktu itu saya membawa tim untuk eksibisi di Pontianak. Tanpa disangka sehari sebelum eksibisi saya sedang berada dilapangan tenis Sutera Pontianak melihat petenis nasional sedang latihan, masuklah Walikota Pontianak Dr Buchary Abd.SpKK yang merupakan teman saya sebelum menjadi Walikota, bahkan masih sebagai dokter umum sedangkan sekarang sudah menajdi dokter spesialis Kulit Kelamin.
Dia mendengar saya datang bersama petenis nasional,langsung sorenya dicari dilapangan tenis. Dia juga hobi main tenis. Waktu dia sanggupi mau sponsori TDP Nasional, ada pertanyaan yang sama. "Apakah lapangan ini memenuhi syarat?" Saya beritahukan kepada Walikota tersebut bahwa kalau banyak turnamen nasional di Jawa juga lapangannya tidak memenuhi syarat. Padahal ini hanya tipuan saya agar niatnya jangan sampai lepas gara2 lapangan tidak memenuhi syarat. Saya katakan sama walikota karena dia seorang dokter, maka saya cenderung kearah kesehatan. " Yang penting adalah toiletnya harus bersih." So pasti beresin toilet tidak butuh dana besar.
Dan saya sampaikan kepada rekan2 di Papua Barat. Ibaratnya anda mau hajatan dirumah, sedangkan rumah anda kumuh, tentunya sebelumnya rumah itu akan dirapi rapikan karena akan ada tamu. Sama juga dengan lapangan tenis. Begitu hari H nya saya datang ternyata lapangannya sudah di cat rapi. Ini contohnya saya berikan untu memotivasi kepada rekan rekan didaerah. Papua Barat memiliki kota Sorong yang ada klub yang aktif dan sarana memadai dibandingkan Manokwari.

Jika ingin adakan TDP Nasional kelompok Umum, ajukan dan isi formulir TDP dan PP Pelti akan tunjuk tenaga Referee dari luar Papua Barat. Tenaga Wasit dari setempat sudah cukup digunakan walaupun minim atau belum berpengalaman. Satu dua hari sebelumnya bisa dilakukan penataran wasit oleh Referee Nasional yang ditunjuk. That's All !

Tenaga Referee di Tanah Air sangat dibutuhkan

Jakarta, 19 Maret 2011. Tenis di Tanah Air sebenarnya sudah sangat membutuhkan tenaga pelaksana turnamen, karena menurut saya, turnamen nasional atau dikenal dengan TDP itu makin meningkat, sehingga sudah sangat dibutuhkan tenaga pelaksana TDP. Untuk menunjang gagasan saya dalam bentuk pelaksana TDP Nasional RemajaTenis saya sudah menyerahkan pelaksanaan TDP ini ke satu tim, sehingga saya tidak perlu lagi terlibat langsung, cukup mengawasinya sehingga jika ada kesalahan lebih mudah mengetahuinya.
Memang mulai tahun 2009 saya perkenalkan RemajaTenis di Jakarta kemudian di Jogja, Cirebon dan Medan. Ini terjun langsung mulai perencanaan dan pelaksanaan dari hari pertama sampai selesai. Yang terasa adalah capek fisik dan pikiran. Ada nikmatnya adalah bisa jalan jalan keluar Jakarta.
Di tahun 2010 , tanpa disangka bisa selenggarakan di Mataram, Sumbawa Besar, Palu, Solo, Pontianak, Banjarmasin, Bandung dan Jakarta yang seluruhanya 12 kali. Hal yang sama akan saya kembangkan, tetapi saya sempat mau mengundurkan diri saja dengan membatalkan keinginan adanya RemajaTenis akibat dari cemohan dari dalam.
Karena permintaan datang dari rekan2 di pelaksana RemajaTenis dan melihat dukungan dari orangtua petenis maka keinginan mundur itu saya tunda, hanya sepenuhnya seluruh pelaksanaan diserahkan kepada tim yang dibentuk RemajaTenis. Untungnya gagasan saya mau dijalankan oleh mereka dengan tujuan agar memberikan contoh kepada pelaksana TDP Nasional lainnya agar bisa memberikan pelayanan terbaik kepada peserta. Tapi ini tidak mudah, karena saya sendiri sampai capek memberikan masukan kepada rekan Referee yang bertugas di RemajaTenis. Kenapa susah sekali, karena mereka ini sudah terbiasa dengan pola kerja yang lama. Merubah ke cara baru masih sulit dilakukan.
Bisa dibayangkan saya kontrol setiap hari dari jauh bahkan ketika saya berada diluar Jakarta sekalipun. Bisa dibayangkan jam 04.00 saya terbangun karena menerima SMS dari Referee tentang order of play baru selesai. Ternyata ketahuan Refereenya itu pergi mancing dulu baru buat order of play.
Saya sendiri sudah wanti wanti, setiap hari kalau sudah selesai turnamen, buat order of play atau laporannya harus langsung dilapangan, jangan dibawa pulang baru dikerjakan dirumah. Ini butuh waktu agar bisa lancar tetapi mereka harus bisa lakukan ini demi RemajaTenis. Tapi satu saat akan bisa dan lancar sesuai dengan gagasan saya ini dan keinginan saya ini cukup besar. Dulu setiap kesalahan Referee saya tidak ambil pusing tetapi demi nama RemajaTenis maka saya harus pusing juga alias harus ikut bertanggung jawab. Hal ini langsung saya sampaikan kepada tim RemajaTenis agar merasa memilikinya dengan ikut bertanggung jawab.

Siapa yang seharusnya mendidik tenaga Referee, karena selama ini Referee di Indonesia itu otodidak alias belajar sendiri. Sebenarnya saya juga bisa jadi Referee tetapi saya bukan type orang serakah mau ambil porsi orang lain. Ini sebenarnya PR bidang yang membawahinya.
Selama RemajaTenis terus terang ada 2 rekan yang ikut membantu saya paksakan jadi Referee yaitu Eko Supriatna dan Pardjan. Mereka terpaku dengan cara kerja mereka sendiri. Tetapi akhirnya mereka dengan kesadaran sendiri mau merubahnya. Tapi terus terang butuh waktu.
Ada lagi yang lucu, tahun 2009 saya pernah terima telpon dari orangtua peserta yang minta agar si A jangan ditunjuk jadi Referee RemajaTenis karena caranya berikan informasi atau menjawab pertanyaan kepada anak2 tidak mendidik. Hal seperti ini langsung saya sampaikan kepada Referee tersebut atas kekurangannya.

Ada satu keinginan saya dalam mencetuskan gagasan TDP RemajaTenis yaitu dalam waktu yang sama bisa gelar 3 turnamen di 3 kota/provinsi yang berbeda. Tapi baru 2 kota berbeda yang sudah terlaksana yaitu tahun 2009 di Cirebon dan Medan, tahun 2010 di Palu dan Solo. Andaikan 3 kota bisa tercapai tentunya saya ingin 4 kota/provinsi. Ini bukan serakah keinginan seperti ini karena saya tahu atlet khususnya diluar Jawa sangat menbutuhkan sekali kehadiran TDP Nasional didaerahnya.

Tahun 2010, sudah tercatat 30 TDP kelompok yunior artinya terserap 30 tenaga Referee, dan 12 itu RemajaTenis. Boleh bangga dong andilnya RemajaTenis di tahun 2010. Andaikan keinginan saya di tahun 2011 ada RemajaTenis sebanyak 20 kali maka suatu tantangan sediakan tenaga Referee. Tapi saya pernah diberi masukan ketika saya lemparkan kekurangan2 Referee yang bertugas di RemajaTenis yang sudah saya mati. Dianjurkan mencoba yang lain saja agar ketahuan mana yang lebih baik daripada kedua Referee yang sudah jalankan RemajaTenis.

Referee buat kekeliruan

Jakarta, 19 Maret 2011. Sewaktu berada di Makassar, saya menerima SMS dari rekan tenis di Manado Asiano Lontoh. Ternyata ada kejadian yang merupakan kekeliruan dibuat oleh Referee turnamen RemajaTenis di Jakarta. Putrinya masuk semifinal tunggal putri KU 16 tahun. Ini prestasi tersendiri setelah saya amati perjalanan putrinya Angelica Irena Lontoh selama ini belum pernah masuk semifinal KU 16 tahun di RemajaTenis.
Disampaikan kalau Referee sudah menjadwalkan pertandingan semifinal pukul 10.00 (Minggu 13 Maret)dan Angel sudah hadir pukul 09.00 mempersiapkan diri mau tanding. Lawannya Suryaningsih (DKI) yang juga unggulan 1 belum muncul sampai pukul 11.15. Ini kekeliruan yang dibuat oleh Referee yang sayapun tidak bisa intervensi. Mungkin banyak pertimbangan yang dipikirkan oleh Referee RemajaTenis saat itu, tetapi pertimbangannya itu sebenarnya tidak perlu dilakukan. Suryaningsih baru muncul kurang lebih 11.30 dan akhirnya dipertandingkan. Sayapun forward SMS tersebut kepada Referee yang bertugas. Dan mendapatkan jawaban yang membela diri. Tapi saya tidak tanggapi jawabannya karena saya menganggap ini jawaban membela diri.Dan tidak bisa merubah keputusannya.

Setelah tiba di Jakarta, tepatnya 18 Maret 2011, Referee Pardjan datang kepada saya melaporkan kedjaian tersebut dan menceritakan kekeliruannya dengan memberikan pertimbangan pertimbangannya sehingga memutuskan demikian. Kelihatannya dia merasa sudah disemifinal sangat jelek kesannya kalau ada yang kalah w.o. Dan sebagainya alasan lainnya. Tetapi saya tekankan itu suatu kesalahan yang seharusnya tidak perlu memikirkan pertimbangan seperti yang dikemukakannya. Seharusnya Suryaningsih tidak berhak melanjutkan pertandingan tersebut. Dan harus mendapatkan hukuman karena kalah w.o.
Tetapi ini sudah terjadi, dan sulit untuk merubahnya lagi. Hanya bisa dilakukan adalah sebagai pelajaran dimasa depan. Inilah dia karena tidak ada pendidikan khusus tentang Referee dilakukan oleh PP Pelti. Saya sendiri sudah pernah mengemukakan kepada PP Pelti masalah seperti ini. " Siapa yang kontrol kerja Referee? Dan siapa yang harus mendidik Referee."
Tetapi saya sendiri menyadari kalau melihat perkembangan TDP Nasional cukup pesat maka PP Pelti sangat membutuhkan tenaga Referee bukan hanya wasit. Saya cukup bangga kalau RemajaTenis di tahun 2010 bisa digelar sebanyak 12 TDP Nasional.Ini sebagai sumbangan saya sebagai penggagas pelaksanaan TDP tersebut.
Tapi yang tidak diketahui kalau dengan aktipnya saya galakkan TDP Nasional khususnya yunior dengan galakkan daerah melalui TDP Nasional RemajaTenis, justru dikalangan sendiri dimunculkan beberapa rumor yang sangat menyedihkan. Seperti dikatakan kalau saya memberikan angka PNP cukup besar untuk turnamen RemajaTenis. Seolah olah saya tidak transparan. Padahal saya sendiri melalui RemajaTenis selalu menyebutkan kalau kategori turnamen RemajaTenis itu paling rendah yaitu J-5. Ini kategori berlaku untuk semua TDP Nasional Yunior yang baru pertama kali diselenggarakan seperti RemajaTenis, Bakrie Series dll. Kalau dikatakan kategori J-5, maka juaranya hanya mendapatkan poin 6 saja. Tetapi sayapun sudah harus bersabar saja dengan tegar menghadapi rumor rumor yang tentunya sangat negatip. Hanya saya sayangkan munculnya rumor tersebut datang dari teman teman sendiri. Yang seharusnya berterima kasih kalau saya mau menjadi gila dengan selenggarakan turnamen turnamen yunior bukan hanya di Jakarta tetapi bahkan keluar kota maupun pulau Jawa. Bisa dibayangkan RemajaTenis sampai sempat dikatakan bukan TDP padahal Surat Keputusan PP Pelti yang ditanda tangani Ketua Umum PP Pelti itu ada. Kalau orang luar yang mengatakan demikian maka saya tidak ambil pusing. Mungkin kalau orang lain maka sudah akan mundur. Tapi saya tetap akan maju terus selama dukungan itu justru datang dari masyarakat tenis yang menyadari kalau turnamen itu adalah kebutuhan atlet tenis.
Tetapi saya sempat emosi juga waktu itu, sehingga pulang rumah saya menubruk motor dan motor itu menabrak mobil Mercy. Apes deh....

Kekuatiran karena Tsunami

Jakarta, 18 Maret 2011. Sebelum ke Manokwari saya sempat juga kuatir karena sore harinya mengikuti siaran TV tentang Tsunami melanda Jepang. Kekuatiran ini bukan hanya saya sendiri tetapi juga Ketua Umum PP Pelti Martina Widjaja. Memang soe hari sebelum ke bandara Soekarno Hatta, saya ketemu dirumah kediamannya untuk melaporkan persiapan ke Papua Barat dan Sulawesi Selatan.
"Nanti jam 20.00 coba telpon ke Manokwari cek situasi disana." ujar Martina Widjaja kepada saya. Kekuatiran dia selaku wanita cukup besar, dan kelihatan tidak ingin akan terjadi sesuatu ke saya.
Menurut saya sendiri dan waktu itu saya sampaikan kepadanya, kalau nanti di bandara Soekarno Hatta andaikan Tsunami melanda Manokwari tentunya counter Batavia akan menyampaikan kepada penumpangnya kalau penerbangan itu batal.Itu prisip saya waktu. tetapi Martina Widjaja masih belum tenang mengikuti berita di TV.

Sewaktu didalam taxi ke bandara, saya sempat terima telpon darinya dan menyampaikan jika saya mempunyai perasaan kurang enak, maka jangan paksakan berangkat. Karena kepergian saya ini ke Manokwari dalam rangka tugas melantik kepengurusan Pelti Papua Barat menggantikan Ketua Umum dan Sekjen PP Pelti yang berhalangan, maka tidak heranlah kalau Ketua Umum PP pelti sangat kuatir juga.

Pertama kali menginjakkan kaki ditanah Papua

Jakarta, 18 Maret 2011. Mengingat kembali perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta ke Manokwari tanggal 11 Maret 2011 pkl 22.45 WIB. Udara Jakarta cukup cerah saat itu dan karena sudah mengantuk, dipaksakan untuk tidur. Tetapi tidurnya so pasti tidak nyaman. Soalnya saya pikir penerbangan ini langsung ke Manokwari tetapi sewaktu boarding dikatakan melalui Makassar. Berarti tidak bisa tidur nyenyak.
Betul juga tiba di bandara Hasanudin yang baru dan terbesar di Indonesia Bagian Timur, hanya ada waktu 20 menit tetapi seluruh penumpang ikut keluar dari pesawat.
Karena sudah larut malam yaitu pkl.02.00 waktu setempat, semua sepi sekali di bandara Hasanudin. Akhirnya pesawat berangkat ke Manokwari langsung.
Mencoba tidur tetapi apa boleh buat seadanya saja, untuk mencobakan diri beristrahat diudara.
Yang menarik adalah sewaktu menjelang masuk Manokwari. Dijadwalkan tiba pukul 07.30 waktu Indonesia Timur artinya beda 2 jam dengan Jakarta. Jam waktu Jakarta adalah 05.30. Terlihat dari jendela udara diluar masih gelap sewaktu terbangun. Tetapi begitu melihat kearah depan pesawat terlihat dari jauh udara sudah terang. Berarti ada yang gelap dan ada yang putih. Dibelakang gelap tetapi didepan terang. Wow fantastik sekali. Suatu poemandangan yang indah sekali. Mau ambil kamera ternyata tidak terbawa, justru yang terbawa chargernya saja. Waduh rugi besar.

Kemudian setelah memasuki udara terang berarti sudah memasuki tanah Papua atau Papua Barat. Saya mencoba melihat kebawah, kelihatan daratan Papua ini penuh dengan pegunungan atau bukit bukit tetapi tidak kelihatan adanya rumah rumah. Setelah itu terlihat adanya landasan pesawat terbang. Oh ini lapangan perintis diarea pegunungan atau bukit bukit yang selama ini saya baca di media massa. Kok tidak kelihatan rumah rumahnya.
Kemudian disaat mau mendarat saya melihat pesawat terbang itu memasuki bandara Manokwari berputar dari arah laut sehingga tidak kelihatan adanya perumahan lazimnya suatu kota. Langsung terpikirkan kalau kota Manokwari itu sangat kecil. Begitu sudah mau menginjakkan rodanya kelandasan baru terlihat adanya perumahan.
Ternyata area bandara itu tidak ada batas batas sebagai lazimnya landasan pesawat terbang. Sehingga terlihat begitu mudahnya penduduk melewati landasan dan terlihat juga beberapa masyarakat Papua Barat menikmati turunnya pesawat diudara pagi ini.

Setelah tiba sayapun turun dan dijemput oleh rekan rekan dari Pelti Provinsi Papua Barat. Muncul pertama Willem Wamaty SH dan Ferry Manoppo. Langsung masuk ruang VIP. Sayapun teringat selama ini kalau berkunjung kedaerah disambut ke ruang VIP yaitu di Banda Aceh, kemudian Surakarta sewaktu diundang oleh Kombes Pol Yoce Mende selaku Kapolwil Surakarta dan ini yang ketiga. Menunggu kehadiran Ketua Pengprov Pelti Papua Barat yang baru Sius Dowansiba SE yang merupakan putra asli Manokwari.
Setelah itu berangkat ke Swiss-BelHotel di Manokwari. Inilah pertama kali saya menginjakkan kaki ke daratan Papua di Manokwari.
Setelah check in langsung sarapan pagi bersama dihotel tersebut, dan setelah itu saya minta acara siang ini yaitu rencana gladi resik pelantikan. Dan menanyakan siapa yang hadir dari KONI Provinsi Papua Barat. Sayapun sampaikan jika yang datang Ketua Umum KONI Papua Barat maka naskah pelantikan dibacakan oleh Ketua Umum KONI Prov Papua Barat. Tetapi dapat laporan diwakilkan oleh Wakil Ketua KONI Prov Papua Barat Yan Renwarin yang saya kenal karena sering ikuti Rapat KONI Pusat di Jakarta.

Setelah selesai acara gladi resik dalam waktu singkat, maka saya diberi kesempatan pergi melihat lihat koya Manokwari yang saya baru tahu disebut kota Injil. Bersama salah satu rekan pengurus Pelti saya dibawanya melihat pantai yang saya perhatikan ada ombak dan angin kencang yang merupakan imbas dari Tsunami di Jepang

Jumat, 18 Maret 2011

Mendapat Tugas ke Papua Barat

Jakarta, 17 Maret 2011. Setelah selesai lakukan perjalanan ke Papua Barat , baru bisa mengisi blogger ini. Ketika mendapatkan tugas mewakili Ketua Umum PP Pelti ke Manokwari yang saya baru tahu dikenal sebagai kota Injil di Papua, sayapun merasa bangga juga karena belum pernah saya lakukan ataupun rekan rekan lainnya di PP Pelti bisa melantik Pengprov Pelti tanggal 12 Maret 2011.

Tanggal 11 Maret 2011, saya diminta datang kerumah kediaman Martina Widjaja di Ragunan oleh Zandra karena mau mendapatkan laporan persiapan pelantikan Pengprov Pelti Papua Barat dan Sulawesi Selatan. Sayapun siap pukul 16.00. Pikiran sudah tidak tenang karena saya malam itu berangkat ke Papua Barat jam 22.30.Pikiran tidak tenang karena melihat macetnya Jakarta jika mau ke bandara.
Tunggu punya tunggu Zandra yang juga mau datang, saya diberitahu Martina agar nonton TV aja dulu melihat kejadian Tsunami di Jepang. Dalam hati saya katakanapa hubungannya dengan materi rapat sore ini. Ternyata di TV disebutkan kalau dampaknya akan datang juga ke Papua. Sayapun diminta hubungi Pengprov Pelti Papua Barat jika terjadi sesuatu di Manokwari. Karena ini untuk pertama kali bagi saya menginjakkan kaki ke tanah Papua, sayapun belum tahu dimana letaknya Papua, apakah diutara atau selatan kepala burung tanah Papua. Sayapun diminta agar hubungi rekan di Manokwari jam 20.00 karena diperkirakan dampat Tsunami sampai disana sekitar jam itu.

Setelah selesai jam 18.00 sayapun kembali menuju Senayan untuk simpan kendaraan dan langsung naik taksi ke bandara. Setelah sampai Senayan, jam 20.30 sayapun ke bandara naik taksi tetapi tidak lewat tol dari Senayan , tetapi menuju kebon jeruk dan masuk tol Puri Kembangan, ternyata perkiraan saya tepat karena jalan lancar berbeda dengan tol dalam kota yang macet.
Akhirnya berangkat pukul 22.45 dengan Batavia. Saya pikir pesawat ini langsung ke Manokwari sesuai dengan tiketnya tetapi ternyata transit ke Makassar dulu. Waduh, kapan bisa tidur. Tempat duduk di Batavia Air kurang nyaman sehingga pasti akan alami kesulitan tidur. Akhirnya pesawat bisa berangkat juga

Senin, 07 Maret 2011

Talk Show AYO INDONESIA di Hard Rock FM

Jakarta, 7 Maret 2011. Kalau mendengar Talk Show, tentunya semua pihak sudah mengenalnya sebagai salah satu upaya dilakukan dengan mengundang komentar dari pendengarnya. Saya hari ini mengikuti acara Talk Show yang dilakukan oleh Radio Hard Rock FM di Gedung Sarinah Thamrin. Bersama dengan petenis nasional Ayu Fani Damayanti sebagai bintangnya sedang saya diminta sebagai nara sumbernya.
Ikut dalam acara talk show ini di media massa bukan untuk pertama kali. Pertama kali sewaktu acara di ANTEVE beberapapuluh tahun silam dengan materi yang tidak berhubungan dengan olahraga. Waktu itu topiknya adalah Istri bekerja, dengan pembawa acaranya Tika Bisono.
Kali ini dalam rangka PR campaign dari program Ayo Indonesia, maka dengan bintang tenis yang digunakan adalah Ayu Fani Damayanti maka program Ayo Indonesia yang sebenarnya dengan tujuan membantu olahraga Indonesia yang selama ini alami kesulitan didalam menggalang sponsor. Ini program dilakukan oleh swasta bukan oleh KONI ataupun Pemerintah.
Program ini pertama kali diperkenalkan kepada saya tahun lalu dimana dimintakan satu petenis top yang akan dimasukkan kedalam program Ayo Indonesia. Jika atlet tersebut sudah masuk dalam program Ayo Indonesia maka atlet tersebut akan mendapatkan dana rutin setiap bulannya kerekening langsung ke atlet. Waktu itu saya menyodorkan petenis nasional putra dan putri . Tetapi karena yang dipilih baru satu atlet maka dipilihlah oleh mereka Ayu Fani Damayanti karena saat itu Ayu sebagai peringkat tertinggi dari petenis nasional putri.

Jadi dalam hal ini kendala atlet dalam financialnya sudah bisa diatasi dengan bantuan ini.Sebagai kompemsasinya atlet tersebut harus bersedia digunakan sebagai icon produk sponsor yang digalang oleh penggagas Ayo Indonesia yaitu Densko Sport Indonesia. Tahun lalu sebenarnya Ayo Indonesia ditargetkan untuk persiapan SEA Games 2011 di Jakarta dan Palembang.
Sebenarnya dengan adanya pihak swasta yang peduli terhadap olahraga ini dimanfaatkan baik baik oleh masyarakat olahraga. Tetapi dalam perjalanannya tidak semudah yang kita perkirakan. Karena apa, seperti yang saya ungkapkan karena si pelaku olahraga ini bukanlah seorang profesional sejati didunia olahraga. Akibatnya persetujuan dicapai ditingkat tinggi tetapi dalam pelaksanaan tidak dijalankan oleh pelaku dibawahnya. Inilah dunia olahraga kita.
Saya sendiri salam percakapan dengan rekan2 penggagas Ayo Indonesia ini sampaikan kalau gaungnya Ayo Indonesia itu jalan ditempat bahkan tidak terdengar kecuali beberapa kali di iklan TV saja.

Sabtu, 05 Maret 2011

Masalah Training camp 2011

Jakarta, 5 Maret 2011. Memasuki tahun 2011 seperti tahun lalu ada satu program yang menarik yaitu training camp untuk KU 10 tahun dan 12 tahun. Kalau tahun lalu idea ini oleh Ketua Umum PP Pelti Martina Widjaja disampaikan langsung kepada saya. Waktu itu ada keinginan petenis luar Jakarta atau Jawa, karena saya sering buat turnamen RemajaTenis diluar Jawa seperti Cirebon, Medan, Mataram, Sumbawa Besar (Des 2009-April 2010). Dari kota kota tersebut memang saya sempat memperhatikan bakat bakat petenis daerah dikelompok uur tersebut. Masalah terpenting didaerah tersebut adalah minimnya pengetahuan pelatih daerah tersebut atas perkembangan tenis ini. Contohnya, saya lihat anak di KU 10 tahun menggunakan raket dewasa seperti yang dilihat di televisi atau gambar gambar petenis dunia.
Langsung saat itu saya buat daftar dari petenis daerah, saya melirik ke Mataram, Sumbawa Besar. Maka saya temukan sekitar 10 nama petenis daerah Nusa Tenggara Barat tersebut. Dibutuhkan KU 10 sebanyak 10 petenis demikian pula KU 12 butuh 10 petenis. Tetapi setelah saya komunikasikan ke pelatih didaerah tersebut ternyata yang dari Selong, Lombok Timur berhalangan hadir. Sayang, peluang dilepas. Karena petenis putri dari Lombok Timur cukup bagus dan waktu itu di Sumbawa Besar, saya dan adik Alfred Henry Raturandang selaku pelatih melihat sendiri atlet2 tersebut. Jadi ada rekomendasi dari pelatih Alfred maka sayapun mengundang mereka. Begitu juga saya melihat di Banjarmasin ada petenis kidal sewaktu ikuti Piala Ferry Raturandang di Palangka Raya Kalimantan Tengah. Begitulah sekilar gambaran mempersiapkan petenis yang diundang ke Training camp.Disampig itu saya konsultasikan juga dengan rekan Aga Soemarno dan Terry Soegiyanti (Semarang) karena mereka juga orang tua yang sering ikuti turnamen turnamen diluar Jakarta. Maka muncullah nama nama tersebut.

Tahun 2011, program ini masih ada. Setelah berkonsultasi dengan Ketua Umum PP Pelti, maka saya ada gambaran yaitu sama seperti tahun lalu. Tetapi yang diundang adalah yang belum pernah ikut training camp tahun 2010. Disini tujuannya adalah hanya membedah kekurangan kekurangan petenis usia dini, dimana kekurangan ini akan disampaikan tertulis kepada pelatihnya sendiri setelah kembali ke daerah masing masing.
Diawali dengan lakukan pertandingan antara mereka sendiri selama 3 hari disaksikan oleh pelatih ITF Suresh Menon, sehingga hasilnya sekitar 15-20 anak diundang masuk training camp di Rumah Kediaman Ketua Umum PP Pelti di Ragunan. Sebelum masuk camp, maka semua beaya merupakan tanggungan sendiri. Tetapi jika sudah masuk camp, maka selama 10-12 hari dalam camp disediakan penginapan atlet dirumah Ketua umum PP Pelti yang memiliki fasilitas [penginapan memadai. Tetapi yang harus diingat kalau orangtua pendamping tidak boleh ikut menginap disana.
Nah, siapakah saja yang kira kira akan diundang, tetapi saya sudah memilikinya berdasarkan pengamatan saya dibeberapa turnamen. Nama nama ini dinominasikan kebeberapa teman lainnya sehingga tidak menimbulkan kecemburuan dari masyarakat tenis. Memang ada email yang saya terima dari daerah daerah yang sayangnya petenis yang diminta itu sudah pernah ikuti training camp tahun lalu.
Untuk tahun 2011, saya harus konsultasi dengan Suresh Menon tetang waktunya di Jakarta. Rencana sebenarnya 1-3 April 2011 seleksi tanding untuk dilihat langsung oleh Suresh Menon dan 4 April langsung masuk camp di Ragunan. Masalah waktu ini perlu dibicarakan dengan Suresh Menon sendiri. Tanggal tersbut bisa saja berubah.

Program ini sebenarnya ada yang menganggap negatip saja tetapi lupakalau tujuan sebenarnya hanya mau membedah kekurangan dan kelebihan talit tenis usia dini. Saya sendiri awalnya sama seperti mereka kurang sepakat dengan training camp ini tetapi setelah melihat jalannya training camp yang pertama ternyata saya melihat positipnya.

Selasa, 01 Maret 2011

Ngobrol tentang status Turnamen

Jakarta, 1 Maret 2011. Pertanyaan masalah status suatu turnamen selalu datang kepada saya. Karena ada kebimbangan masyarakat terhadap promosi turnamen yang mengklaim merupakan TDP (Turnamen Dakui Pelti). Untuk tidak menjatuhkan turnamen tersebut saya lebih baik bersikap netral saja dengan tujuan agar turnamen tersebut bisa berjalan dengan baik sehingga salah satu kebutuhan atlet terhadap turnamen bisa dipenuhi.
Hal ini saya sampaikan kepada rekan rekan yang datang kepada saya di Senayan. Rekan2 tersebut adalah Goenawan Tedjo dan Satria Negara.
"Untuk mendapatkan pengakuan sebagai Turnamen Diakui Pelti itu sangat mudah, cukup dengan mengisi formulir Pendaftaran TDP yang disediakan oleh PP Pelti, kemudian akan dikeluarka oleh PP Pelti surat pengakuan dalam bentuk Surat Keputusan PP Pelti yang akan ditanda tangani oleh Ketua Umum." ujar saya kepada mereka.
Memang saya diberitahu kalau Satria belum lama ini sudah mengirim surat kepada PP Pelti minta pengakuannya dan juga oleh Bidang Pertandingan melalui Slamet Widodo selaku administrator Pertandingan telah kirimkan formulir pendaftaran TDP melalui email. Ternyata email tersebut tidak diterima oleh Satria Negara karena dikirimkan ke rekannya Satria Negara.

Nah, jika bulan Maret mau adakan turnamen maka ajukan sekarang saja dan isi formulirnya. Fee hanya Rp. 750.000 setiap TDP Nasional Yunior. Dan persyaratan lainnya adalah harus ada Referee dan wasit yang digunakan setiap matches babak final saja." demikian penjelasan saya kepada mereka berdua. Disamping itu juga saya sampaikan agar memberikan pelayanan yang terbaik kepada peserta. Kalau mau hanya statusnya Persami maka tidak diperlukan minta ijin, cukup saja kirimkan laporan hasil pertandingannya yang lengkap artinya kirim juga bagan undiannya, bukan hanya hasil akhir saja. Persami ada poin juga dikonversikan ke PNP yang nilainya sangat rendah. S"Sebagai contoh juara di Persami dapat angka 16, maka dikonversikan ke PNP nilainya menjadi 1,6. "
Kemudian saya beritahukan kepada mereka selama saya kirimkan SMS tentang piala FR selalu saya sebutkan Persami FR bukan TDP FR. Hal ini diakui mereka berdua yang sudah mengenal turnamen Persami Piala Ferry Raturandang beberapa tahun silam.