Selasa, 27 September 2011

Wani Piro ?

Jakarta, 27 September 2011. Ada kejadian menarik dalam pelaksanaan RemajaTenis dikota Surabaya. Dalam minggu yang sama bisa digelar RemajaTenis di dua kota berbeda yaitu olo dan Surabaya. Memang hall ini sudah pernah dilakukan tetapi yang belum pernah berhasiljika 3 kota bersamaan karena kekurangan tenaga pelaksana. Dalam satu pertemuan dengan rekan rekan wasit nasional , saya kemukakan agar belajar komputer jika ingin maju kariernya. Karena induk organisasi Pelti tidak membuat penataran Referee. Jika sudah banyak tenaga Referee maka saya akn terpacu selenggarakan turnamen RemajaTenis sebanyak mungkin. Saat ini ada 2 tenaga Referee yangsaya bina agar bisa jalankan turnamen RemajaTenis. Perlu ketabahan mendidik mereka yang sedikit dipaksakan agar bisa menjalankan RemajaTenis.
Kemudian saya ceritakan bagaimana sampai Eko Supriyatna asal Bandung bisa jadi Referee RemajaTenis. Mulai dari Medan diakhir tahun 2019 sewaktu digelar RemajaTenis di Medan dan sampai sekarang sudah berlangsung di tahun 2011.

Dikala RemajaTenis digelar di Surabaya saya menggunakan Referee setempat yang termasuk wasit White Badge. Saya mengamati sudah lama atas cara kerja Referee tersebut. Sewaktu saya di Solo saya mendapatkan laporan kalau Referee dihari pertama baru datang jam 12.00 sedangkan pertandingan sudah mulai jam 09.00. Saya langsung kirim SMS ke Refere tersebut dan dapat jawaban yang sedikit aneh. "Yang penting lancar, dan sudah ada asisten yang ditunjuk dia dan dibayar olehnya." begitulah jawabannya. Tapi ada buntut diakhir SMS tersbur yatu Wani piro. Karena saya tidak mau ribut saya hanya katakan kalau komitmen awal sudah disetujui maka harus konsukuen. Bahkan diapun bertanya ada masalah apa sebenarnya. Dan saya hanya sampaikan ada keluhan dari orangtua yang mau bertemu Referee taoi tidak ditempat.
Rupanya Referee ini sudah dikenal konditenya tidak baik karena suka datang terlambat. Sayapun teringat sewaktu diundang panpel UFO di Surabaya dihari pertama saya ingin ketemu Refereenya tapi tidak ada, tapi masih ditutupi oleh asistennya kalau ada padahal belum datang.

RemajaTenis Masuk Solo

Jakarta, 26 September 2011. Selama tiga hari berada dikota Solo dengan dua kegiatan bersamaan yaitu Rapat Koordinasi Asean Para Games 2011 di Hotel Lor-Inn dan turnamen RemajaTenis dilapangan Manahan Solo. Memang nasib cukup bagus karena dengan dua kegiatan itu saya bisa melihat animo masyarakat Jawa Tengah ikut Turnamen RemajaTenis. Sambutan cukup bagus sekali karena tanpa diduga pesertanya cukup baik. Tahun lalu disaat diadakan di Solo peserta tidak mencapai 100 peserta tetapi kali ini sewaktu terima pendaftaran mencapai 156 peserta tetapi setelah hari pelaksanaan hanya 142 peserta karen aada yang batal tanpa beritahu.

Ada yang menarik disini karena RemajaTenis mencoba membuat cara baru didalam pendaftarannya yaitu tidak ada sign-in yang merupakan kebiasaan selama ini di Turnamen Diakui Pelti.RemajaTenis lakukan adalah daftar dan entry fee ditransfer ke rekening bank. Ada satu pertanyaan dari salah satu orangtua yang mengatakan kalau kebiasan\aannya adalah bayar ditempat, ddan saya beritahukan kalau aturanRemajaTenis adalh trnasfer. Akhirnya dia mau ikuti karena dijelaskan kenapa dilakukan transfer entry fee yang diluar kebiasaan. Saya langsung sampaikan kalau bayar ditempat disaat yang sama misalnya ada 100 peserta maka berapa menit waktu terbuang hanya melayani pendaftaran kembali. Jika dilakuka sign-in sehari sebelumnya, juga merugikan peserta dari luar kota yang harus menginap semalam. Kalau di Solo bisa ditempuh bagi peserta dari Jawa Tengah dihari pertama langsung dari kotanya berangkat. Berarti ada penghematan waktu dan dana. Akhirnya mereka mau mengerti juga atas itikad baik RemajaTenis.

Sayapun dihari Sabtu sempat bertemu dengan Wakil Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo dilapangan tenis Manahan, karena dia aktif juga latihan tenis. Berbincang pertama kali saya singgung masalah sepakboal karena dia itu Ketua Persis Solo.
Sambutan rekan Pelti Solo cukup baik termasuk Pengelola GOR Manahan. Setelah dijelaskan masalah maksud dan tujuan selenggarakan RemajaTenis utnuk meriahkan kota Solo yang memiliki 9 lapangan dalam satu lokasi tapi sepi kegiatan, maka merekapun setuju memberikan kesempatan RemajaTenis digelar di GOR Manahan.
Sayapun berjanji kalau akan memriahkan lapangan Manahan dengan kegiatan tenis. Setelah RemajaTenis, saya akan bawa BII Indonesia Open Wheelchair Tennis Champs yang untuk pertamakali di Indonesia karena merupakan turnamen ITF Futures untuk wheelchair tennis. Setelah itu langsung saya sampaikan kalau sudah direncanakan 4-6 Nopember 2011RemajaTenis kembali ke Solo.

Jumat, 02 September 2011

Pesimis membuat kepala jadi Pusing

Jakarta, 2 September 2011. Semangat begitu kencang tetapi akhirnya jadi lemes sendiri begitu mendapatkan masukan dengan rekan rekan tenis kursi roda yang hadir dalam pertemuan tersebut. Yang hadir Henny Santoso dari Komite Tenis Kursi Roda, Drg Hesti dari Pusrehabcat Kemhan dan Yasin Onasie dmanajer tim pelatnas Asean Para Games.
Awalnya saya ceritakan kepada mereka kalau mimpi kita semua ada turnamen internasional Indonesia Open sudah bisa direaliser. Tetapi kemudian mereka menyampaikan kekuatiran atas waktu yang singkat ini bisa menjalankan misi ini. Waduh, inilah dia saya coba sampaikan bahwa jangan lepaskan momen ini karena kalau lepas saya kuatir akan hilang.
Tetapi keinginan mereka berbeda karena Henny dan Yasin itu atlet tenis kursi roda dan sudah pernah aktip ikuti turnamen Malaysian Open. Mereka ceritakan pula bagaimana Malaysia bisa selenggarakan Malaysian Open dengan menghadirkan istri PM Mahatir. Waduh, saya terus terang belum sanggup kalau mau datangkan Pimpinan Pemerintahan, kecuali Walikota Solo yang kita coba sampaikan.
Sayapun sampaikan ada keuntungan bagi atlet kita kalau petenis luar negeri tidak datang karena saya maklumi juga waktu singkat ini, berrati atlet kita akan mendpatkan ITF point. Ini salah satu keuntungannya. Mereka kemukakan kepada saya kalau waktu pelaksanaan 28-30 Oktober dengan Asean Para Games tgl 14-20 Des 2011 itu sangat dekat sehingga mereka tidak akan datang.
Disinilah perbedan pendapat dengan merka tetapi saya tetap tidak mau kalah karena bagi saya persiapkan turnamen internasional sudah bukan barang baru. Walauun ada perbedaan dengan tenis kursi roda.
Akhirnya saya sampaikan kalau saya paling suka dengan tantangan. disamping itu pula langsung saya minta kepada mereka yang pesimis apakah mau mendukung apa tidak. Merekapun sampaikan kalau akan mendukung. Sayapun minta semua harus kerja keras, karena waktu saya juga sangat sempit selama 3-4 bulan ini, tetapi saya masih mau berikan waktu untuk tenis kursi roda.
Sayapun sampaikan sorenya saya akan kirimkan formulir pendaftaran ke ITF Wheelchair Tennis. Langkah awal adalah membentukan kepanitiaan yang akan melibatkan unsur Pelti, NPC (National Paralympic Committee = BPOC) dan BII. Dan esok harinya saya bertemu dengan Dr. Bob Syahrudin dari Komite Tenis Kursi Rada

Kedatangan Sponsor Turnamen Tenis Kursi Roda

Jakarta, 1 September 2011. Beberapa hari lalu saya terima tilpon datang dari salah satu rekan dari BII yang saya kenal tahun lalu sewaktu menjalankan turnamen tenis kursi roda. Yudi, mantan wartawan yang sekarang bertugas di BII di Jakarta. Muncul keinginan mau sponsor turnamen tenis kursi roda. Keinginan ini saya tampung dan berusaha niat baik ini jangan dilepas. Keinginannya agar tiap tahun masih bisa eksis di turnamen tenis kursi roda.
Agar tidak lepas maka saya usahakan agar beaya tidak besar. " Saya usahakan dibawah Rp. 100 juta untuk beaya pelaksanaannya." janji saya kepadanya ditengah tengah kesibukan mempersiapkan SEA Games 2011 di Palembang.

Sayapun melihat ada satu momen sejak saya ditunjuk selaku Ketua Panpel Cabang olahraga Tenis Asean Para Games 2011 di Solo. Kenapa tidak dibuat internasional saja sesuai juga dengan mimpi petenis kursi roda agar di Indonesia juga ada turnamen Indonesia Open yang kelas Futures dari ITF.
Begitu juga keinginan agar diselenggarakan di Solo yang juga digunakan sebagai tempat Asean Para Games 2011 bulan Desember mendatang.
Kemudian saya kemukakan kepada Pak Yudi (Pramono Yudi) idea saya agar ditingkatkan menjadi event internasional dengan konsukuensi budget akan meningkat. Oleh karena itu saya coba kontak rekan dari ITF Wheelchair melalui Facebook yaitu Mark Bullock, dan kemudian saya terima email dari Valentina C dari ITF Whelchair Tennis. Saya minta formulir pendafataran turnamen. Saya tahu tidaklah mudah karena waktu yang saya sepakati yaitu 28-30 Oktober 2011 di Solo. Mana mungkin dalam waktu 2 bulan ITF mau terima. Tapi tekad saya cukup besar dimana kepentingan atlet pelatnas Asean Para Games bisa bertanding dan juga mendapatkan ITF point untuk peringkat dunianya, maka niat ini harus berhasil.
Saya sadari ada kendala yang akan muncul baik keluar maupun kedalam, tetapi saya prioritaskan dulu yang keluar artinya ke ITF dulu adakah bisa diterima. Begitu baca formulir pendaftaran ITF maka tercantum soal sponsor yang tidak berhubungan dengan financial artinya BII sudah tertutup sebagai sponsor. Waduh, ini yang mengahmabt keinginan tersebut. Apakah dibuat turnamen nasional saja agar BII tidak kecewa.?
Mulailah saya negosiasi dengan ITF. Ini makan waktu sekitar 1 minggu. Saya diminta soal nama sponsornya. Sayapun kemukakan kalau ini adalah bank yang jelas jelas bertentangan dengan aturan diatas, karena ITF ada sponsor BNP Paribas. Pengalaman saya di Davis up maupun Fed Cup yang juga disponsori BNP paribas, tentuany ITF sangat ketat soal in. Kemudian ada celah dari komunikasi saya dengan Valentina dari ITF Wheelchair. Ditanyakan juga apa saja yang saya berikan kepada BII selaku sponsor utama. Nah inilah yang akhirnya saya kemukakan kalau BII akan mendapatkan judul turnamen yaitu BII Indonesia Open atau Indonesia Open by BII, kemudian saya sebutkan pemasangan spanduk, umbul umbul dan stand promosi juga yang saya janjikan.
Akhirnya, ITF berikan jawaban keesokkan harinya. Lega sudah, dan saya komunikasikan dengan BII masalah ijin ini. Waktu itu saya bertemu dengan Pak Pramono Yudi di Resto Bakmi Gajah Mada di samping Sarinah Thamrin. Langsung saya sampaikan kalau BII sudah OK, saya akan kirimkan formulir pendaftarannya ke ITF. Ternyata diberitahu, jangan dulu karena dia mau lapor dulu ke atasannya. Waduh lemes lagi, bakalan gagal lagi.
Tetapi sorenya saya langsung dapat SMS yang beri kepastian. Langsung sore itu saya siapkan formulir pendaftarannya. tetapi karena ada yang kurang jelas terpaksa saya tunda dulu, karena mau konsultasi dengan rekan rekan dari Komite Tenis Kusi Roda yat rekan Dr. Bob Syahrudin dan Henny Santoso maupu rekan Yasin Onasie Manajer tim Pelatnas Asean Para Games 2011. Sayapun undang mereka besoknya rapat untuk berikan masukan. Maka saypu undang mereka ditambah dari Pusrehabcat Kemhan RI.
ITF pu kirim email menanyakan formulir yang harus segera diterima, tetapi saya katakan berikan satu hari karena saya mau ketemu dulu dengan rekan rekan ini.