Rabu, 31 Agustus 2011

Pra-PON tgl 2-12 Desember 2011

RemajaTenis, 31 Agustus 2011. Saya ini paling suka kirim SMS melalui Ponsel kemasyarakat tenis untuk berikan informasi dengan cepat dibandingkan surat. Karena pengalaman selama ini sering kirim surat ke Pengprov Pelti diseluruh Indonesia yang alamatnya berbeda beda sehingga mayoritas banyak pengurus yang tidak tahu. Bahkan dikirimkan kealamatnya saja juga suka tidak tahu.

Bulan ini saya kirimkan SMS tentang Pra PON (Pekan Olahraga Nasional) yang telah dikeluarkan surat pemberitahuan ke Pengprov Pelti diseluruh 33 provinsi. Untk percapat sayapun minta no fax nya sehingga bisa dikirim langsung.
Saya mengemukakan masalah ini karena tidak semua masyarakat tenis mengerti atas istilah dipertenisan ini. Buktinya baik itu pelatih ataupun orangtua belum mengerti dengan istilah entry by number dan entry by name. Kedua istilah ini belum diketahui mulai terungkap sewaktu saya ditanyakan kembali masalah tersebut.

Kedua istilah ini tidak ada di single event, tetapi berlaku di multi event. Disini muli event seperti POPNAS, POMNAS, PON, SEA Games, Asian Games, Olimpiade.
Nah, dimaksud dengan enry by number adalah pendaftaran ikut serta tanpa menyebutkan nama pemainnya. Disini ditekankan kalau daerah tersebut mau ikut even tersebut.
Dan Entry by name, artinya pendaftaran peserta dengan menyebutkan nama pemainya.
Nah, kapan digunakan PNP untuk kegiatan tersebut. Nah, kalau untuk PRA-PON maka PNP digunakan setelah Entry by Name , baru digunakan PNP terbaru. Kalau sudah ada ditentukan provinsi mana yang langsung masuk babak utama PON ( ada 8 provinsi termasuk tuan rumah). Dasarnya adalah peringkat tertinggi 2 petenis disetiap provinsi.
Nah , kalau undian Pra-PON untuk undian maka digunakan PNP terbaru. Jika Pra-PON tanggal 2 - 12 Desember 2011 maka PNP digunakan per tgl 1 Desember 2011
.

Like and Dislike RemajaTenis

Jakarta, 31 Agustus 2011. Disuasana Ramadhan yang fitri saya mulai mendapatkan masukan soal like and dislike terhadap apa yang saya lakukan selama ini didalam membantu pertenisan yang tercinta. Memang sebelumnya saya sudah menduga dan melihat, mendengar sendiri komentar miring terhadap apa yang saya sudah maupun sedang lakukan selama ini.
Memang salah satu hobi saya ini adalah selenggarakan turnamen tenis mulai dari turnamen terendah yaitu Persami ( Piala Ferry Raturandang ) yang jumlahnya hampir mencapai 300 turnamen karena sejak tahun 1996.
Selama ini saya cuek saja karena yang penting tujuan saya adalah membantu dengan memberikan sarana turnamen bagi petenis yunior mulai dari tingkat pemula maupun prestasi. Bahkan ada pelatih yang mencemohkan turnamen tersebut tetapi karena saya cuek dan secara rutin tetap saya jalankan setiap bulannya (bahkan Puasapun tetap diselenggarakan), akhirnya pelatih tersebut tetap kirimkan juga atletnya. Karena sudah sadar kalau turnamen itu adalah kebutuhan atlet.

Sejak tahun 2009, saya mulai tingkatkan turnamen dari Persami ke RemajaTenis sehingga Persami terhenti dengan label Piala Ferry Raturandang telah mencapai ke 67 sebagai pengganti nama Persami, dan dengan label Persami sudah 200 an.
Hal yang sama ada yang suka dan tidak suka terhadap RemajaTenis. Kalau Persami ketidak sukaan datang dari rekan rekan tenis diluar induk organisasi Pelti. Tetapi kalau RemajaTenis terbalik , hambatan datang dari internal organisasi. Ini tentunya buat saya kaget dan sempat shock juga , karena datang dari rekan sendiri. Sayapun hanya bisa berdoa agar rekan saya itu sadar apa yang saya lakukan untuk pertenisan kita.
Tetapi karena saya tetap cuek dan konsisten dengan komitmen awal maka rekan rekan internal mulai menyadari kalau langkah saya lakukan itu sudah betul. Karena saya sendiri dalam menjalankan RemajaTenis melalui satu tim tetap mengacu kepada Ketentuan TDP Nasional yang dibuat PP Pelti. Yang lebuh hebat lagi sewaktu saya diberikan tugas untuk selenggarakan TDP Nasional diberikan komentar asal tidak menyalahi ketentuan TDP. Waktu saya baca memo tersebut saya tertawa sendiri. Artinya dipikir kalau saya jalankan RemajaTenis telah melanggar aturan atau ketentuan TDP Nasiboal.
Kalau rekan rekan eksternal yang kurang senang dan sempat dilontarkan kepada rekan saya akibat ketidak tahuan atau karena solidaritas saja terhadap rekan saya yang kurang sepaham dengan saya.Setelah dijelaskan sebagai pelatih apakah tidak butuh turnamen maka jawabannya "perlu sekali". Nah, setelah dibalikkan oleh rekan saya itu kalau saya buat turnamen itu tidak salah dan dibutuhkan sekali oleh petenis yunior, baru pelatih tersebut sadar. Tapi masih ada pelati lain akibat solidaritas saja sehingga masih berpola pikir yang keliru. Bagi saya bukan masalah, karena saya tahu pelatih tersebut berpihak kepada solidaritas saja. Hebatnya pelatih ini pernah memberikan sponsor dana sebesar Rp 3 juta kepada RemajaTenis karena mau membantu.

Inilah suka dukanya dipertenisan Indonesia. Tetapi bagi saya yang penting tujuannya baik sekali dan saya tidak melanggar ketentuan TDP Nasional. Saya pernah ditegur sama teman lainnya yang simpati kepada saya. "Apakah tidak kuatir?" Kenapa muncul pertanyaan ini. Akibat suasana saat itu ada kecendrungan kalau RemajaTenis tidak didukung petinggi Pelti. Dan itu saya lihat dan dengar sendiri. Dan saya langsung jawab. "Selama tidak melanggar ketentuan TDP Nasional, kenapa takut?"
Begitulah sedikit suka dukanya selaku penggagas turnamen RemajaTenis yang sudah dijalankan sejak th 2009 ( 5 turnamen ), tahun 2010 12 Turnamen) dan tahun 2011 sudah mencapai 12 turnamen, dan target saya 20 turnamen.

Senin, 29 Agustus 2011

Target RemajaTenis di tahun ini hanya 20 turnamen

Jakarta, 29 September 2011. Ada satu keinginan besar dalam diri saya yang mungkin bagi orang lain itu hanyalah mimpi. Tetapi karena saya beranggapan kita harus mulai dengan mimpi baru bisa terealiser keinginan tersebut. Mau tahun mimpi saya. Tidak lain adalah bikin turnamen nasional yunior dengan label RemajaTenis selama tahun 2011 adalah 20 turnamen. Karena tahun lalu sudah mencapai 12 turnamen di berbagai kota seperti Mataram, sumbawa Besar, Solo, Palu, Bandung,Pontianak, Banjarmasin dan Jakarta.

Mungkin atau tidak mungkin tergantung dari mana kita melihat. Karena sejak Januari 2011 ternyata sudah mencapai angka 12 turnamen terdiri dari 11 turnamen dengan label RemajaTenis sedangkan 1 lagi sebagai pelaksana saja yatu Piala Bupati Bogor. Mencapai angka 20 sedangkan sekarang sudah memasuki bulan Agustus dan bahkan sebentar lagi sudah ke September. Berarti mencari 8 kali lagi. Secara matematika masih mungkin disisa waktu 4 bulan masing masing 2 turnamen setiap bulannya.

Bagaimana mengatasinya semua itu. Saat ini sudah dibenak saya pelaksanaan di Jakarta ( 15-18 Sept), Solo dan Surabaya tanggal 23-25 September 2011. Ini sudah pasti berarti mencapai angka 15 turnamen. Tetapi akan ada lagi yaitu di Palembang tanggal 7-9 Oktober 2011. Tunggu kepastian lapangan yang akan digunakan yaitu lapangan Pemkot atau Pusri. Yang pasti bukan lapangan Bukit Asam Jakabaring ynng masih baru alias anyar. Masih tunggu konfirmasi dari rekan rekan di Palembang yang mau membantunya.Setelah itu akan membantu mengambil alih turnamen Detec Internasional yang batal dilaksanakan oleh club Detec seperti athun lalu dan sudah dikembalikan ke PP Pelti. Ternyata PP Pelti melalui Komite Pertandingan yaitu Aga Soemarno serahkan kepada saya untuk selenggarakan KU 10 th, 12 th dan 14 tahun. Aga akan jalankan KU 18 tahun dan 16 tahun di Senayan.
Yang jadi pertanyaan adalah bulan Nopember 2011 mulai tanggal 11-22 Nopember 2011 kegiatan saya maupun rekan2 wasit berada di Palembang sehingga saya kehilangan armada pelaksana. Tetapi akan saya isi ditanggal 3-6 Nop 2011 di Jakarta dan 24-28 Nopember 2011 di Surabaya atau dan Solo. Kendalanya, kekurangan tenaga pelaksana saja. Keluhan ini sudah lama saya sampaikan kepada rekan di Pelti juga beberapa tahun silam, mengingat mimpiku cukup mendasar.

Keyakinan saya cukup tinggi akan terealiser target 20 turnamen ditahun ini ahkan bisa lebih. Niat baik tentunya akan didukung semua pihak. Mudah mudahan saja ya!

Minggu, 21 Agustus 2011

Lupakan Tenis sejenak

Jakarta, 21 Agustus 2011. Saya mencoba melupakan soal tenis yang selama ini selalu ada dalam pikiran saya. Ada saja idea saya terhadap tenis, dan saya mencoa selama 2 hari ini yaitu Sabtu 20 Agustus 2011 sore dan Minggu 21 Agustus 2011 saya bebas dari tenis setelah saya mematikan ponsel saya, karena saya paling sering terima telpon ataupun SMS dari rekan rekan tenis. Setiap saya mengingat atau mau bicara soal tenis langsung saya alihkan pembicaraan ataupun pikiran tentang tenis. Dan sayapun bersyukur kalau bisa menghilangkan sejenak masalah tenis yang cukuppadat bagi saya. Masih banyak tugas yang harus dilakukan, mulai dari persiapan turnamen internasional dibulan September dan Oktober baik di Jakarta maupun Palembang. Bukan hanya tenis tetapi juga persiapan soft tenis untuk SEA Games. Soft Tennis yang dihantui batal akibat peraturan yang berlaku di SEA Games yaitu minimal peserta 4 negara. Memang setelah entry by Nymber ditutup ternyata Soft tennis yang daftar untuk putra sdh memenuhi persyaratan ada 4 negara yaitu Thailand, Filipina, Indonesia dan Laos. Tetapi masalah muncuk di putri dimana Laos tidak mau mengirimnya. Waduh, soal ini saya lemparkan ke Sekjen Soft Tenis Asean di Manila yaitu Giovani Mamawal untuk memecahkan permasalahannya dan cari solusi terbaik agar soft tennis tidak gagal. Memang momen penting bagi Soft Tennis karena untuk SEA Games untuk pertama kali diselenggarakan Soft Tennis. Jika gagal maka yang agagal adalah Soft tennis sendiri di Asean.

Padat dengan acara keluar kota

Jakarta, 21 Agustus 2011. Kegiatan saya cukup padat dibulan Puasa ini, dan tidak saya sangka sangka. Banyak terbang keluar kota yang frekuensinya cukup meningkat.
Tepatnya tanggal 6-10 Agustus 2011 saya sudah berada di Manado. Kemudian 11 Agustus 2011 kembali ke Jakarta. Hanya satu hari di Jakarta, saya terima undangan harus ke Solo, tepatnya tanggal 13-14 Agustus 2011. Menghadiri rapat koordinasi pelaksana The 6th Asean Para Games 2011. Padahal saya baru ditunjuk seminggu yang lalu sebagai Ketua Panpel Tenis untuk the 6th Asean Para Games yaitu SEA Games untuk penyandang cacat.

Setelah itu kembali ke Jakarta 15 Agustus pagi, ternyata saya diundang kembali ke Palembang bersama Chef de Mission peserta SEA Games 2011. Berangkat ke Palembang tanggal 17 Agustus 2011 dan kembali ke Jakarta 18 Agustus 201 dan ikuti Welcome Dinner 18 Agustus di hotel Sultan Jakarta. esoknya 19 Agustus 2011 undangan rapat Chef de Mission Seminar di hotel yang sama mulai pagi sampai sore dan sorenya ada acara buka bersama di hotel Menara Peninsula.

Tapi dari perjalanan ke Palembang tanggal 17 Agustus lalu, disaat acara kunjungan venue dipimpin oleh Gubernur Sumsel Alex Nurdin ada beberapa kejadian lucu. Yang pertama disaat kunjungan ke stadion utama Jakabaring saya sempat berdiri dibelakan Chef de Mission dari Filipina dan satu LO yang menemani mereka. " What's name of your Governor ? " . Ini pertanyaan muncul karena terlihat dukungan petinggi daerah cukup besar terhadap SEA Games menarik perhatian Chef de Mission lainnya. Saya melihat LO yang tinggi badannya cukup cantik bertanya kepada rekan LO lainnya sambil berbisik. Setelah mendapat nama tersbut baru LO tersebut menyampaikan nama tersebut kepada yang bertanya. Saya persisi berdiri dibelakan keduanya, sehingga menarik perhatian saya. Setelah itu saya tepuk pundaknya LO yang cantik itu dari belakang. " Dari mana ?" Ternyata dapat jawaban kalau dia dari Jakarta, bukan dari Palembang. Rupanya Panpel (INASOC) merekrut LO bukan hanya dari Palembang saja tetapi dari Jakarta juga. Kok aneh yang mendidik yang salah atau LOnya yang salah.
Peristiwa kedua, sewaktu meninjau Wisma Atlet yang cukup populer dipemberitaan nasional akibat peristiwa Nazarudin akhir akhirnya, wisma tersebut cukup populer didunia jurnalis. Saya keluar dari dalam kamar yang disiapkan bertemu Gubernur Sumsle dengan topi dikepalanya. Langsung saya ditanya beliau. " What's you comment?" Langsung saya pikir , dia kira saya dari Luar Negeri, sedangkan saya jelas jelas gunakan T-shirt RemajaTenis yang cukup besar.
Setelah itu saya mulai berguyon dengan rekan2 lainnya, kalau Wisma Atle itu belum ganti nama. " Apa namanya bang? " Begitulah pertanyaannya. Langsung saya sebutkan Wisma Nazarudin, biar dia sumbangkan dananya ke pembangunan wisma atlet tersebut, karena panitia INASOC Palembang belum terima dana sepeserpun dari Pemerintah seperti dikemukakan oleh Katua Umum KONI Sumsel.

Pelanggaran terjadi di Turnamen Yunior

Jakarta, 20 Agustus 2011. Ada satu kekeliruan yang dilakukan oleh pelaksana turnamen nasional yunior selama ini karena sudah menyimpang dari ketentuan yang sudah baku baik di kelompok umum dan khususnya yunior yang paling sering terjadi. Tepatnya kekeliruan itu dilakukan oleh petugas REFEREE.
Ada kejadian di final turnamen nasional di Jogja bulan lalu, dimana pemain dilarang menggunakan baju kaos yang ada tulisan nama sekolah atau klubnya berlatih. Yang melarang adalah wasit dan setelah dibawa ke Referee ternyata diperbolehkan. Atlet tersebut sudah
Disini masalah sebenarnya yang mengacu kepada aturan yang telah dikeluarkan oleh ITF maupun Pelti. Ada pembatasan ukuran sponsor yang diletakkan dipakaian pemain yaitu tidak boleh lebih dari 13 cm2 baik di T-shirt dan juga di celana. Penempatannya pula juga diatur bukan semaunya. Bahkan logo pabrik pembuat kaos juga ada pembatasannya yaitu seperti Adidas, Reebeok, Nike, Fila dll itu ukurannya tidak lebih dari 18 cm2.

Pernah kejadian diturnamen internasional yunior, tim Indonesia waktu itu menggunakan jaket Adidas yang terkenal dengan 3 garisnya itu memanjang dari atas kelengannya. Dilarang atau disuruh diganti karena sudah melanggar aturannya.

Nah, ini sangat penting bagi orangtua, adanya ketentuan ini agar dilain kesempatan sudah harus menyiapkan pakaian yang memenuhi ketentuan tersebut, jangan sampai sudah tidak ada persediaan pakaian akan mengganggu konsentrasi atletnya. Hal yang sama juga bagi T-shirt yang diberikan oleh Turnamen turnamen lainnya sebagai sovenir. Ini jelas juga sudah melanggar. Ketentuan ini berlaku jika digunakan sewaktu didalam lapangan waktu mau bertanding saja, dan jika diluar pertandingan menggunakannya masih diperkenankan.
Ini sebagai masukan kepada masyarakat tenis yang terbiasa dengan pelaksana turnamen yang kurang teliti (Referee) bisa berdampak lebih besar disaat ketemu petugas yang benar benar menjalankan aturan tersebut.

Begitu juga harapan saya kepada petugas Referee agar menjalankan tugas dengan menertibkan aturan aturan yang sudah baku ini. Karena turnamen yunior adalah turnamen pembinaan. Turnamen merupakan esensi penting untuk mendapatkan peningkatan kemampuan teknis dan mental. Karena akibat pelanggaran akan mempengaruhi mental atlet.

Selasa, 16 Agustus 2011

Dibilang PNP RemajaTenis

Jakarta, 16 Agustus 2011. Beberapa kali saya terima SMS ataupun email dari masyarakat tenis mengenai Peringkat Nasional Pelti atau PNP yang terbaru. Yang saya anggap lucu ada yang bertanya PNP atau PNP RemajaTenis. Jadi dianggap PNP yang dikeluarkan oleh RemajaTenis. Memang selama ini ada keinginan buat peringkat nasional RemajaTenis berdasarkan hasil dari turnamen RemajaTenis, tetapi saya tidak mau bikin ribet karena ada 2 macam Peringkat nasional. Yang satau versi Pelti dan satu lagi versi RemajaTenis. Ini tidak mau saya lakukan.

PP Pelti bulan Mei keluarkan PNP Kelompok Yunior, dimana dari hasil 9 turnamen nasional itu 7 adalah hasil RemajaTenis. Maka dari itu suka disebut ini PNP RemajaTenis. Bangga tapi sedih karena nada yang keluar rada sinis sehingga saya prihatin. Belum lagi ocehan ocehan dari teman teman pelaku tenis daerah, seolah olah PNP itu milik pribadi saja. Dari sistem baru PNP yang dikeluarkan PP Pelti ada perubahan yaitu dulu ada PNP single dan ganda, tetapi sekarang digabung jadi satau. Caranya hasil pertandingan Tunggal di jumlah dengan hasil ganda dimana nilai ganda itu hanya 25 % saja. Dan aturan baru mulai 1 Januari 2011 semua hasil tahun 2010 dihapus. Artinya mulai dari nol, dan juga kalau dulu jika ikuti minimal 2 TDP maka hasilnya PNP baru kelihatan, tetapi sekarang 1 TDPpun bisa keluar hasilnya. Maka dari itu terlihat petenis yang memiliki PNP cukup banyak.

Bagi saya kekeliruanpun yang dari rekan pembuat PNP saya minta dikoreksi karena ada 1 turnamen New Armada belum dimasukkan. Maka dari itu saya mintakan jangan dulu keluarkan PNP Kelompo Yunior sebelum data tersebut itu tepat. Waktu dikeluarkan PNP itu sampai dengan 21 Mei.
Menjelang Puasa sayapun minta segera semua Turnamen nasional yunior diedit hasilnya dan bulan September sudah selesai. Kecuali ada turnamen yang belum kirimkan hasilnya. Ternyata memang ada, sehingga sayapun katakan coba tegur Refereenya kenapa sampai terlambat.

Selesaikan Technical Handbook di Solo

Solo, 14 Agustus 2011. Ikuti acara rapat koordinasi Panpel The 6th Asean Para Games 2011 di hotel Sunan , ada perbedaan antara panitia SEA Games Palembang dengan SEA Games penyandang cacat. Kalau saya bandingkan antara kedua event ini dimana saya ikuti, maka terlihat kalau di INASPOC (Panpel Para Games) yang belum siap adalah Ketua Panpel dari masing masing cabang olahraga sedangkan di INASOC yang tidak siap adalah INASOCnya sendiri karena beberapa kali saya ikuti rapat ada perubahan personalianya yang sedikit membingungkan ketua panpel. Sering kali diminta data yang sudah pernah dikirimkan sebelumnya, ternyata ada pergantian persoanalia sehingga datanya tidak ada. Aneh juga.

Langsung saya ajukan konsep Technical Handbook setelah menerima data datanya, dan malam inpun saya kirimkan dengan email dari laptop saya ke panpelnya. Kalau di INASOC keperluan perlengkapan sudah ditenderkan oleh Kantor Kemengpora sedangkan kami belum ajukan, tetapi di INASPOC saya ajukan kebutuhannya tetapi tidak menyebutkan harga satuannya, sehingga saat itu juga diminta untuk membuat harga satuannya. Pusing juga.
Bisa dibayangkan kebutuhan meja dan kursi harus cek harganya dulu.

Jalan jalan ke Manahan, Solo

Solo, 13 Agustus 2011. Tiba di Solo langsung menuju ke Hotel Sunan tempat istrahat selama di Solo. Karena acara rapatnya setelah buka puasa maka saya menyempatkan diri langsung ke lapangan tenis Manahan. Melihat lapangan Manahan sayapun teringat akan beberapa tahun lalu diadakan event Davis Cup antara Indonesia melawan Kuwait dimana saya terlibat langsung sebagai pelaksana. Begitu juga tahun lalu saya adakan turnamen nasional RemajaTenis dilapangan tersebut.
Kendala yang muncul datang dari rekan sendiri diinduk organisasi tenis Solo, tetapi semua bisa diselesaiakan dengan baik
Sayapun ketemu rekan Freddy Pakaya yang sudah saya kenal selama ini sebagai pelatih dan orangtua salah satu petenis yunior. Memang nama Pakaya itu saya kenal datang dari Gorontalo. Tetapi kalau mendengar cara bicaranya sangat medok Jawa, maka sayapun selama ini tidak mau singgung masalah asal usulnya.
Sewaktu bertemu dilapangan Manahan setelah saya coba telpon dan dia mau datang bersama putrinya petenis Jesica Pakaya, dalam perbincangan tersebut terungkap dari dirinya kalau ayahnya itu Polisi asal dari Gorontalo. Benar juga dugaan saya, dan dia mengaku belum pernah ke Gorontalo.
Setelah itu ketemu juga dengan Bu Wahyuning orangtua dari salah satu petenis yunior Solo. Sayapun minta bantuan keduanya ikut serta dalam kepanitiaan Asean Para Games 2011 di Solo. Ternyata mendapatkan sambutan baik dari keduanya.
Sayapun ungkapkan kalau saya berkeinginan adakan turnamen Remaja Tenia karena saya lihat lapangan Manahan cukup banyak ada 9 lapangan merupakan kompleks terbesar setelah Jakarta. Idea ini disambut oleh keduanya dan terungkap sekali kalau minat petenis yunior di Solo sudah menurun karena tidak ada turnamen tersbut.

Ditunjuk sebagai Ketua Panpel Asean Para Games 2011

Jakarta, 12 Agustus 2011. Kembali ke Jakarta dari Manado tanggal 11 Agustus 2011, sayapun membaca surat dari National Paralympic Committee ex BPOC yang meminta saya sebagai Ketua Panpel Tenis Kursi Roda The 6th Asean Para Games 2011 yang akan berlangsung 12-20 Desember 2011 di Solo.
Sebenarnya persiapan sudah dilakukan sejak Maret 2011 tetapi saya belum dilibatkan karena saya sudah mengerti cara kerja dari BPOC selama ini. NPC atau BPOC sudah meminta ke Pengurus Cabang Pelti Solo untuk menjadi Ketua Panpel. Saya sendiri cukup heran dengan cara demikian karena event ini adalah event SEA Games penye\andang cacat maka sebaiknya dikoordinasikan dengan induk organisasi cabang olahraga tersebut di tingkat Pusat sepeeti dilakukan oleh Komite Olimpiade Indonesia untuk SEA games di Palembang. Saya sendiri dilibatkan di SEA Games tetapi sebagai Ketua anpel Soft Tennis cabang olahraga yang pertama kali diselenggarakan di SEA Games.

Hari ini saya mencoba kontak ke BPOC atau NPC tersebut dan sempat berbicara dengan Sejkjen BPC yaitu Pribadi yang juga sudah saya kenal selama ini. Tujuannya hanya meminta Technical Handbook yang sudah dibuat, kaena sebagai Ketua anpel agak aneh kalau tidak membaca dulu Technical Handbook tersebut. Sebenarnya Technical Handbook itu dibuat oleh Ketua Panpel seperti yang sudah saya lakukan dengan SEA Games di Palembang untuk Soft Tennis. Kemudian konsep Technical Handbook diminta persetujua dari Technical Delegate yang ditunjuk dari luar negeri.

Ketika itu juga saya diminta hadir dalam rapat koordinasi panitia di Solo untuk tanggal 13-14 Agustus 2011. Wow, belum strahat di Jakarta sudah harus keluar kota lagi. Setelah itu saya terima dengan email Technical Handbook yang sudah dibuat. Ternyata yang saya terima masih kosong, artinya belum dikerjakan dengan sempurna. Ya, dapat kerjaan lagi. Ya, sayapun harus baca dulu laporan Technical Delegate dari Malaysia karena sudah sempat datang meninjau lapangan Manahan. Bahan2 tersebut saya tidak punya, dengan harapan ketika ke Solo sudah bisa didapatkan.
Ketika saya bertanya kenapa diganti Ketua Panpelnya, ternyata dapat jawaban yaitu rekan yang telah ditunjuk kesan mereka tidak mengerti jobnya, sehingga panitia kebingunagan juga.

Bertemu teman lama di Tondano

Jakarta, 11 Agustus 2011. Sewaktu berkunjung ke Tondano, saya menyempatkan diri bertemu dengan rekan sewaktu bersekolah di Singaraja Bali. Pertemuan yang cukup mengesankan karena saya sudah lama tidak berjumpa dengan rekan satu ini yaitu Robby Senduk sekarang pensiunan perwira TNI Angkatan Laut yang mau kembali ke tanah leluhurnya di Tondano. Menempati rumah diatas tanah seluas 1 hetar, dia mau pindah dari kota besar ketempat yang sunyi.
Letaknya tidka jauh dari sekolah tenis di Sasaran. Diantar oleh rekan Eddy Baculu sayapun kerumah Robby Senduk yang beberapa hari lalu telah kehilangan salah satu kakaknya Henny Senduk. Dihalaman masih banyak saya lihat karangan bunga beduka cita.
Setelah bercerita ngalur ngidul mulai dari pertemuan terakhir di Jakarta setelah dia menamatkan penddikan di Akademi Angkatan Laut. Cerita tentang rekan di Sekolah Rakyat Singaraja yaitu Hendrik Pangemanan yang terakhir kali bersama Robby bertemu saya di Jakarta. Sayapun tidak ketemu lagi dengan Hendrik Pangemanan yang kerja di Teh SOSRO Jakarta.
Sayapun diminta menunggu kakaknya Tutje Senduk (tinggal di Bandung) dan Vonny Senduk yang ada di Tondano. Akhirnya tunggu juga. Puas ngobrol sayapun pamit kembali ke Manado, tetapi diminta ketemu juga dengan Jeanne Katoppo yang juga ada di Tondano. Dan kamipun berangkat kerumah Jeanne Katoppo-Mambu.

Kamis, 11 Agustus 2011

Kunjungan ke Sekolah Tenis Tumou Tou di Tondano

Jakarta, 11 Agustus 2011. Kunjungan ke Tondano tanggal 8 Agustus 2011 dengan tujuan melihat langsung klub tenis Tumou Tou di Sasaran Tondano dilakukan hari ini pukul 13.00 dari Manado. Perjalanan cukup lancar sambil melihat lihat Gunung Lokon ditepi kota Tomohon Pergi berdua dengan Sinyo Mosal, sayapun menyetir sendiri kendaraan ke Tondano.
Tiba di Tondano masih terlalu pagi karena latihan anak anak mulai opkl. 15.00, sayapun mencari warung kopi untuk merasakan kopi susu Tondano yang cukup dingi udaranya.
Sayapun iseng SMS ke Eddy Baculu dan Rexy Raturandang.Keduanya lagi tunggu kedatangan saya di Tondano. Untuk mempercepat sayapun sms. Waktu ditanya kembali sama Eddy, saya sama siapa datangnya, sayapun katakan sama wewene (cewek). Maksudnya supaya mereka cepat datang. Kemudian ditanya juga cewek mana, langsung saya katakan keke Tondano biar tambah penasaran. Betul juga setelah itu lima menit kemudian keduanya muncul diwarung Esa Mokan Tondano.
" Kena deh." dipikirnya cewek beneran bersama saya.
Setelah itu langsung ke Sasaran melihat anak anak berlatih. Begitu tioba saya liha sedang latihan pemanasan dan hadir pelatih Eddy Pandelaki yang sudah lama saya kenal di Jakarta.
Ternyata ada 20 petenis cilik. dan sayapun sempat bertanya kepada mereka satu persatu. So berapa lama ngana main tenis." begitulah pertanyaan saya kepada mereka. Ada yang baru 1 bulan dan lainnya 1,5 tahun sesuai dengan berdirinya sekolah tenis ini. Ada 3 petenis yang pernah ikuti Turnamen RemajaTenis di Palu tahun 2010.
Sewaktu saya bertanyakepada mereka apa lagi yang dibutuhkan setelah ada 2 lapangan indoor, pelatih dan bola, maka jawaban yang saya terima adalah TURNAMEN. Inilah kebutuhan atlet yang sangat diharapkan dimana mana. Di Sulawesi Utara praktis tidak ada turnamen nasional. Sayapun minta kepada Eddy Baculu dan Eddy Pandelaki agar buat saja Persami.

Ulang tahun disaat Berduka di Manado

Jakarta, 10 Agustus 2011. Berada di Manado disaat ulangtahun merupakan peristiwa keempat kalinya dalam kehidupan saya. Tanggal 7 Agustus 2011 saya berada di Manado dalam rangak meninggalnya mertua perempuan. Jadi untuk kali ini untuk pertamakalinya disaat berduka saya berulang tahun.
Tiba di Manado Sabtu malam 6 Agustus 2011, sebagaimana kebiasaan di Manado disaat menunggu jenazah pemuda pemuda dikota tersbut berkumpul sambil menyanyi dan bermain kartu. Ya, biasanya ada yang mulai mabuk kecil kecilan. Sayapun tidak bisa tidur, dan saya paksakan masuk tempat tidur jam 04.00 pagi. Kemudian sudah bangun pkl 07.00.
Waduh ini saya kuatirkan sekali yaitu kurang tidur diusia senja ini. Tetapi ap boleh buat harus menerima kenyataan, padahal kalau mau enak bisa saja saya pulang kerumah sendiri di Manado tetapi tidak saya lakukan.
Menginat banyak juga teman teman yang mau datang melayat maka hari Minggu 7 Agustus 2011 saya tidak keluar rumah.
Sore hari datanglah teman lama Ken Baculu yang dulu sewaktu berada di Manado membentuk club tenis dengan nama Manado Youth Tennis Club dibawah asuhan Panglima Kodam Merdeka Brigjen Widjojo Soejono (sekarang Purnawirawan Jendral TNI) Dan akhirnya datang juga rekan Eddy Baculu dari Tondano.Dalam pembicaraan diundang untuk keTondano melihat klub tenis asuhannya di Sasaran Tondano. Keinginan memenuhi undangan besar sekali dengan tujuan berikan motivasi kepada petenis yunior jika dikunjungi petinggi Pelti Pusat.
Malam hari ada kebaktian penghiburan dilakukan oleh Gereja GMIMPerka Sorong Manado sampai jam 22.00 dan setelah itu dilanjutkan juga dengan acara pemuda pemuda setempat menyanyi sambil main kartu. Sayapun paksakan diri tidur jam 01.00, dan esok harinya sayapun baru bangun pukul 07.00

Berangkat ke Manado

Jakarta, 10 Agustus 2011. Beberapa hari lalu, tetapyna Santu 6 Agustus 2011 terima berita dari Manado kalau mertua perempuan baru meninggal, dan langsung saya pesan tiket pesawat untuk istri ke Manado. Waktu itu belum ada pikiran mau ke Manado bersama sama. Tetapi akhirnya saya memutuskan ikut serta karena sewaktu mertua laki meninggal beberapa tahun silam saya tidak ikut ke Manado. Jadi kesimpulan saya waktu itu harus ikut juga ke Manado.
Ternyata mendapatkan pesawat sore hari dengan Batavia Air. Yang berangkatnya juga tertunda dari jam 15.30 diundur 45 menit kemudian.
Sewaktu check-in masih ada waktu 2 jam, dan saya mencoba buka laptop untuk internet connection dengan modem IM2. Periksa tas laptop ternyata modemnya ketinggalan. Lihat jam masih ada waktu maka saya nekat kembali ke Jakarta untuk spesial ambil modem tersebut.
Karena selama ini saya harus selalu mengikuti perkembangan melalui internet dan mengirimkan email2 yang masuk begitu banyak. Jadi sangat ketergantunga dengan internet membuat saya haru membawa laptop dan modemnya.
Ternyata cukup waktu untuk kembali kebandara. Tiba di Manado cukup larust malam pkl. 21.30 dan bersamaan pula kakak ipar dari Surabaya juga tiba lebih awal.
Ada kejadian lucu, sewaktu ambil bagasi kakak ipar saya ini masih menunggu bagasinya belum ketemu, sedangkan bagasi saya sudah lebih dulu. Sampai semua bagasi pesawat Lion yang digunakan sudah habis, maka saya anjurkan pergi ke bagian lost and found Lion Air saja. Petugas sangat ertbatas, maka waktu habis menunggu. Tetapi sayapun minta dia lihat koper yang ada disana.Dia katakan tidak ada.
Saat petugasnya datang diapun tunjukkan resi bagasi maka diketemukan tas itu. Dia katakan bukan miliknya sedangkan nomer resinya sama. Akhirnya petugasnya bingung juga maka dilihat nama penumpanya didapatlah namanya tetapi diapun katakan bukan miliknya. Akhirnya dibukalah tas tersebut baru dia sadar kalau itu tasnya.." Memang so tua ngana sayang."

Kamis, 04 Agustus 2011

Remaja Sumut bangkit dibuka Gubernur Sumut

Jakarta, 4 Agustus 2011. Kegiatan dibulan Juli 2011 ditambah dengan pelaksanaan turnamen nasional RemajaTenis di kota Medan, tepatnya tanggal 22-24 Juli 2011 dengan label Remaja Sumut Bangkit. Yang saya tidak duga adalah acara pembukaan turnamen bisa dilakukan oleh Plt Gubernur Sumut. Kepastian Gubernur Sumut bisa hadir ternyata baru disampaikan malam harinya, tetapi dikatakan Gubernur akan main tenis 22 Juli 2011 pagi.
Karena sistem kali ini tanpa sign-in maka pembagian kaos peserta baru dilakukan 22 Juli 2011 pagi.
Bisa dibayangkan Gubernur sudah selesai main dilapangan yang akan digunakan sebagai acara pembukaan, maka saat itu peserta yang datang belum banyak.
Karena sudah ada Gubernur maka dipaksakan siapa yang sudah hadir untuk masuk kedalam lapangan untuk upacara.
Selama ini turnamen Remaja Tenis dibuka oleh pejabat setempat seperti di Jogja (2009) oleh Ketua Pengprov Pelti DIY, di Mataram NTB ( 2010) dibuka oleh Ketua Umum KONI NTB, di Sumbawa Besar (2010) dibuka oleh Bupati Sumbawa Besar, di Palu ( 2010) dibuka oleh Gubernur Sulteng, di Pontianak (2010) dibuka oleh Ketua Pengprov Pelti Kalbar (2010), di Banjarmasin (2010) dibuka oleh Ketua Umum KONI Provinsi Kalsel.
Bertambahnya pejabat negara setempat membuka turnamen RemajaTenis merupakan salah satu kebanggaan kami dan juga penerimaan daerah atas keberadan RemajaTenis.

Terlambat check-in

Jakarta, 4 Agustus 2011. Ada satu kejadian yang tidak bisa dilupakan saat berangkat ke Medan , tepatnya tanggal 21 Juli 2011 sebagai persiapan pelaksanaan Turnamen Remaja Sumut Bangkit di lapangan tenis Kebon Bunga Medan.
Memang sebelumnya saya diingatkan agar berangkat dari rumah pukul 04.30 karena kuatir macet, sedangkan pesawat Lion jadwalnya pukul 07.00. Karena saya pikir pagi pagi tidak macet sayapun baru bangun pukul 04.30 dan siap berangkat pukul 05.15. Tiba di bandara pukul 06.00, dan karena barang yang dibawa cukup banyak ada 90 kg isinya bola, spanduk2 untuk turnamen. Ternyata dibandara salah turun dari kendaraan , seharusnya di terminal 1 B , saya turun di terminal 1 A. Bertiga kami jalan pindah ke terminal 1 B.
Di counter cukup ramai sekali, dan kamipun antre seperti biasanya. Begitu sudah dekat counter, baru dibilang sama penumpang lainnya kalau counter ini untuk yang tanpa bagasi. Maka pindahlah kecounter lainnya yang juga cukup ramai sekali. Antre kembali, dan begitu tiba didepan counter sudah tinggal 5 menit lagi boarding. Dipindah kecounter ujung. Ikutlah pindah dan sampai dicounter, dikatakn sudah tutup. Bisa dibayangkan dengan bagasi 90 kg terpaksa batal berangkat karena dianggap terlambat. Apapun argumentasinya tetap penumpang salah. Tiket dianggap hangus atau dinilai hanya 10 % saja. Artinya harus beli tiket baru lagi, dengan harga Rp. 1.400.000 perorang. Sedangkan kami bertiga. Karena harus berangkat juga , maka sayapun menerima penawaran ke jam 09.00 karena yang jam 08.00 sudah penuh. Ya, nasib harus bisa menerima, yang penting harus berangkat ke Medan.

New Armada mau dipindah waktunya

Jakarta, 4 Agustus 2011. Beberapa hari lalu saya terima telpon dari rekan di Magelang. Ada keinginan untuk memindahkan jadwal turnamen New Armada yang semula diawal tahun ,ingin diakhir tahun. Tetapi keinginan itu dijawab sendiri, artinya tahun 2011 jika dipenuhi akan diselenggarakan dua kali yaitu awal Januari dan akhir Desember 2011.
Saya sendiri mengatakan bukan masalah mau selenggarakan beberapa kali turnamen justru akan membantu pertenisan kita.
Dikatakan pula keinginan ini setelah berkonsultasi dengan rekan pelatih FIKS dari Bandung, sehingga dikatakan jika diselenggarakan setelah pelaksanaan FIKS Bandung, karena musim liburan sekolah. Jadi idea ini muncul setelah berkonsultasi dengan rekan dari Bandung.

Tetapi saya bertanya kembali, tentang jumlah pesertanya awal tahun 2011, karena jika pesertanya sangat minim maka alasan diubah jadwalnya dari anuari ke Desember masuk akal alasannya karena liburan sekolah. Ketika dijaab mencapai angka 300 pesertanya maka saya katakan sekarang petenis yunior itu tidak mengenal waktu liburan atau sekolah. Bahkan sering minta ijin bolos sekolah.
Saya katakan pula, masyarakat tenis sudah mengenal Piala New Armada itu diawal tahun sehingga petenis yunior sudah dijadwalkan ikut pertandingan diawal Januari setiap tahunnya.
Jadi kesimpulan saya waktu itu tidak perlu dipindahkan keakhir tahun karena sudah populer diawal tahun