Sabtu, 31 Agustus 2019

Mau Bertanding Lupa Perpanjang Passport

Jakarta, 31 Agustus 2019. Cukup menarik kalau karena keteledoran atlit Pelatnas passport nya lupa diurus. Akibatnya sulit mendapatkan Accreditasi. Apalagi waktu sudah dekat sehingga untuk mengganti pemain tersebut sulit rasanya. 

Timbul pertanyaan tugas siapa sebenarnya . Andaikan pemula atau belum pernah ikut pertandingan keluar negeri maka sudah sewajarnya induk organisasi membantu mengurusnya. Timbul pertanyaan jika pemain tersebut sudah sering keluar negeri , maka tugasnya mengurus dirinya sendiri.

Tapi tidak heran kalau terjadi dicabor Tenis karena atletnya khusus nya putra itu maunya disuapi  kasarnya. Mau enaknya sendiri seharusmya bisa mandiri padahal olahraga mandiri. Inilah kendalanya sehingga sulit berkembang. Makanya tidak heran kalau dibilang harus dirubah total adalah mind- setnya, baru bisa berkembang tenis kita. Kasihan Pelti dibuatnya, atau Pelti harus berkorban sesuai tugasnya. Kirimkan mereka camp keluar negeri selama minimal setahun. Dilatih disiplin sebagai dasar.

Kalau datang pelatih asing ke Indonesia, pelatih asing awalnya pola pikirnya masih asli tetapi lama-lama  terkontamimasi. Main save.
Itu yang terjadi selama ini, Ini faktanya. Seharusnya sebagai induk organisasi tugasnya fasilitator  salah satunya bukannya executor

Rabu, 28 Agustus 2019

Siapa Yang Mengurus Tenis Veteran

Jakarta, 29 Agustus 2019 . Semaraknya tenis veteran didaerah mengimbangi turnamen junior sehingga tenis berkembang dengan baik, Tiap bulan ada saja turnamen veteran didaerah daerah oleh Pelti daerah daerah, Kelihatan lebih liar sudah keluar dari aturan ITF. Sebenarnya sudah sejak dari dulu kegiatan tenis veteran semarak hanya saja sekarang mudah nya komunikasi melalui media social membuat semau pihak mengetahuinya dan istimewanya pasti ramai,

Sejak 2012 , tepatnya sejak periode 2012-2017 telah terjadi perubahan yaitu keluarnya komite Veteran atau saat itu bernama BAVETI ( Badan Veteran Tenis Indonesia)  hanya karena Baveti membutuhkan ruangan sebagai salah atau badan resmi PP Pelti tetapi tidak diberikan bahkan diminta membayar karena Pelti juga menyewa dari GBK. Ulah ini menyebabkan Baveti keluar dari PP PELTI. Faktu gengsi atau harga diri saja.  Maklum merasa sanggup berdiri sendiri, diperlakukan tidak adil oleh induknya. Itulah awal muasal berdirinya Baveti bahkan yang awal namanya Badan Veteran Tenis Indonesia menjadi BARISAN ATLIT VETERAN TENIS INDONESIA.

Kemudian tentunya karena merasa sudah berdiri sendiri dibentuklah tim perumus AD Dan ART Baveti, Kebetulan AFR diminta duduk didalamnya. Tetapi AFR tunggu sampai dapat membaca AD ART Pelti 2012-2017. Kemudian setelah melihat AD ART Pelti 2012-2019 karena sepengetahuan AFR pada AD ART 2008-2012 Pelti masih tercantum Badan Veteran Tenis Indonesia. Memang sudah dihilangkan nama Baveti diganti dengan badan badan yang bisa diartikan juga badan badan yang lain sehingga mengecilkan artinya Baveti. Padahal veteran itu program pengembangan

Selasa, 27 Agustus 2019

PON XX Papua :Tenis Terancam Batal

Jakarta, 28 Agustus 2919. Tenis terancam tidak dipertandingkan. Kalau membaca koran Kompas hari ini diputuskan oleh Pemerintah ada 10 cabang olahraga yang dicoret. Ini sudah harga mati karena kesulitan biaya. Akhirnya Pemerintah memutuskan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX tahun 2020 tetap dilaksanakan tetapi Perpanas dan POPNAS yang diadaan 2019 dipindah ke Jakarta. Apalagi saat ini tujuan PON kembali keawalnya yaitu untuk Pemersatu Bangsa, bukan lagi untuk Prestasi. Kenapa begitu karena situasi negara, jadi harus tetap dilaksanakan hanya harus mengurangi cabang olahraga

Dikatakan yang jadi prioritas diberikan kapada cabang yang dipertandingkan di Olimpiade, Kalau melihat kriteria ini Tenis lolos dipertandingkan. 

Kemudian kriteria berikutnya sudah selesai dan mulai pembangunannya. Ini berat bagi tenis karena kalau lihat pembangunannya belum kelihatan bahkan dengar2 baru mau dilelang.

Kemudian kriteria cabang yang diperioritaskan cabang yang potensi mendapatkan medali. Kalau dilihat disini maka medali emas pupus harapan tuan rumah bisa mendapatkan medali karena kelihatan Jawa Timur akan memborong.

Senin, 26 Agustus 2019

Ada Yang Salah Pembinaan Putra

JAKARTA, 26 Agustus 2019. Baru selesai turnamen international baik yunior maupun kelompok umum , selama  3 minggu berturut turut Combiphar dan MedcoEnergi Junior International, Jadi setelah 8 bulan ternyata hasil dari yunior belum ada satupun keluar juara kecuali putri demikian putra untuk kelompok umumnya . Padahal untuk putranya sudah masuk pelatnas SEA Games 2020.

Ada yang salah pembinaan putranya. Kenapa bisa begitu sedangkan yang putri kita ketahui putri putri kita sedang sibuk ikut try out diluar negeri baik yang yunior seperti Priska Nugroho.

Bahkan kita pernah dikagetkan berita kalau pemain yunior pernah meninggalkan babak final turnamen international yunior di Jakarta demi membela PORPROV didaerahnya. Inilah masalah skala prioritas dan tanggung jawab , Kenapa yunior tidak ditanamkan soal tanggung jawab sebagai atlet tenis . Komitmen terhadap karier tenis dinomor duakan.
Kalau melihat gejala gejala ini justru tidak ditanamkan tanggung jawab. Saat kita butuh turnamen internasional betapa mudahnya ditinggalkan. Kalau bergini terus mentalnya sulit maju.

Rabu, 21 Agustus 2019

Siapa Kontrol Kerja Referee Kita

Jakarta , 20 Agustus 2019 , Siapa yang kontrol kerja Referee ? Itu suatu pertanyaan baik sekali . Karena terus terang PP Pelti sebenarnya ada namanya Komite Wasit. Yang seharusnya disitulah jawabannya pertanyaan itu. Kenapa sampai ada pertanyaan itu tentunya ada sebab  musababnya.
Berdasarkan adanya kasus bagi yang tahu telah ada manipulasi laporan kepada induk organisasi nya, Tetapi lucunya kepada induk organisasi international dilakukannya. Pernah terjadi kasus seperti ini dilakukan oleh ITF Referee asal Singapore langsung dipacat oleh ITF.
Sekali dilakukan pada ITF Junior kemudian belakangan ITF Seniors.

Bagaimana proses menjadi Referee di Indonesia. Apakah langsung begitu saja. Kalau Referre untuk Turnamen Diaku Pelti diawali oleh para wasit nasional kemdian dilakukan Wasit internasioanl White Badge. Karena menjadi masalah belum pernah ada sekolah Referee dilakukan oleh Pelti. Tetapi  2012-2017 yang ada adalah sekali oleh Kemenpora yang kebetulan disana tenaga pegawai Kemenpora adalah Wasit yang sudah mempunyai brevet Wasit White Badge. Dulu pernah ada tawaran ITF yaitu untuk mejadi referee yaitu White Badge Referee. Tidak ada yang mau karena  membeayai sendiri, sehingga wasit yang ada disini belajar otodidak sambil learning by doing. Buktinya wasit kita bertahan terus menjadi White Badge karena kelemahan naya bahasa Inggris. Ada tahapan tahapan yaitu Silver Badge dan Gold Badge.

Kenapa masalah ini sangat penting ?  Karena kelemahan Referee kita sering ditutupin, Kalau ITF telah menunjuk seorang koordinator Referee wilayah Asia yaitu dari India, maka kebutuhan Referee selalu ditanyakan kepada nya. Dan kebutuhan Referee khususnya turnamen Pro Circuit yang selama ini untuk putra keatas tidak pernah dipegang oleh Referee Indonesia, kecuali kejuraaan junior sehingga persyaratannya lebih mudah agar supaya dapat berlagsung dengan baik. Tetapi tidak semua white badge yang dimiliki boleh menjadi referre, Tapi oleh Pelti waktu itu bandel selalu minta prioritas agar beri kesempatan White Badge  wasit bisa bekera dengan alasan yang disetujui waktu itu adalah hanya 2 saja adalah kedua White Badge wasit adalah Pegawai Negeri sehingga saat itu disetujui.

Senin, 19 Agustus 2019

Tak Punya IPIN tidak bisa Ikut Turnamen Internasional

Jakarta, 19 Agustus 2019 , Maksud bikin turnamen adalah untuk kepetingan petenis tuan rumah. Apalagi kalau turnamen internasional, Karena kesempatan merasakan turnamen internasional sehingga sayang sekali tidak dimanfatkan. 
Kalau lihat Christiphor Rungkat prestasi nya mendunia karena rajin ikut turnamen, Begitu juga petenis putri nasional Aldila Sutjiadi , Beatrice Gumulya dan Jessy Rompies kita aktif mengikuti turnamen ineternasional keluar negeri karena didalam negeri minim turnamen. Tujuan turnamen sebagai etalase pembinaan , mau mundur tampak hasilnya.

Saat ini untuk pertama kali diadakan di luar Jawa, yaitu Palembang sedang berlangsung turnamen internasioanl yunior sedang berlagsung. Terlihat dari daftar peserta atlet tuan rumah tidak hadir karena tidak punya IPIN (Internatinal Player Identification Number) Apakah karena tidak tahu ada kegiatan tersebut, inilah masalah lainnya. Memang  sedang digalakkan nya kegiatan turnamen yunior dimana Palembang sudah terlihat adal bibit bibit mulai kelihatan, 

Dalam 2 tahun ini mulai muncul nama atlet mewakili Sumatra yaitu tim U14 tahun yaitu Azmi Januarsyah dari Jambi, kemudian tim nasional U12  kekejuaraan unia beregu adalah Wong Ara Dewantara dari Lahat, Semua itu prestasi yang dicapai atlet melalui turnamen tunrmane di Jambi, Babel dan Sumsel.

Kamis, 15 Agustus 2019

Kacaunya Turnament Karena Ditinggal Referee karena Berduka

Jakarta, 15 Agustus 2019. Suatu alasan dengan menyatakan sudah ada izin dari ITF  didepan rapat merupakan senjata ampuh sehingga mempertahankan argumentasi belaka membuat hati penasaran, Seolah olah itu cara memotong argumentasi belaka.  Kebetulan tidak suka berdebat kusir membuat lebih baik diam karena asalan kesehatan. Tetapi secara logika tetap tidak masuk akal. Apakah sudah ada perubahan karena selama ini baru satu kali menangani sebagai tournament Director ITF Seniors. 

Memang harus diakui pelaksanan Turnamen SENIOR ITF kali ini agak kacau bahkan keluhan datang dari peserta yang kebetulan dikenal. Mulai pemain veteran dari Medan,  SH, keluhan klasik sempat mengatakan '\" turnamen  paling berengsek" Akibat sudah menunggu dari pagi baru dipanggil siang atau sore. Padahal ada order of play. Kebetulan AFR datang memang mereka pada ngedumel. Salah satu pemain IT, juga menyampaikan hal yang sama. Sedangkan ini internationalah event. 

Setelah pelajari ternyata Referee tidak berada ditempat. Memang saat itu Referee sedang berduka  Kemudian saya  melihat susunan panitia ada tercantum Assisten Referee, Sudah waktunya assisten Referee yang melakukan tugas sementara. Tapi apa lacur, ternyata asistan Referee bukan lah tenaga expert sebagaimana seorang Assisten Referee , yang lebih dikenal sebagai pelatih tenis. Sehingga tugas itu tidak bisa diselesiakan apalagi Tournamnet Director bukan lah wewenangnya.  Kok bisa.

Saat itu kesimpulan kacaunya  bahkan diperkirakan petenis dari luar negeri so pasti ada yang kesal sekali bahkan akan pulang kerumahnya. Karena kacaunya, Akan timbul pertanyaan kenapa bisa bisa kalah w.o , apalagi unggulan pertama. 

Selasa, 13 Agustus 2019

TENIS : Sudah Saatnya Sumsel Bangkit

Jakarta, 13 Agustus 2019. Akhirnya tim tenis Sumatra Selatan berhasil lolos ke PON 2020 Papua. 
Setelah itu sudah harus lebih cerdik menghadapinya, karena waktu persiapan hanya 12 bulan untuk mengejar prestasi mengejar medali . Persiapan PON butuh beaya , tugas  bersama KONI Provinsi Sumatera Selatan dan Dispora Provinsi bersama Pengprov Pelti Sumatra Selatan

Tenis, walaupun olahraga tak terukur tapi bisa dicari patokan ukuran untuk mengejar ponit peringkatnya untuk undiannya. Dari Referee untuk memakai undian adalah Peringkat Nasional Pelti  (PNP), Yang bisa didapat melalui turnamen nasional (TDP) Kelompok Umumnya, Makin sering ikuti TDP Kel Umum maka makin tinggi pointnya.

Kesempatan ikuti TDP Kel Umum hanya sedikit karena saat ini justru makin galak kelompok yunior bisa bayang kan ada sekitar 60 an TDP Kelimpok Yunior dalam kalender PP Pelti.
Nah , untuk Kelompok Umum ternyata hanya 6 TDP untuk tahun 2019. Dan mayoritas diluar Sumatra. 

Tapi dalam hal ini bisa dibuat sendiri dengan status TDP Kelompok Umum. Kenapa Pelti Sumatra Selatan tidak menbuat TDP Kelompok Umum sejak dilantik Pengprov Pelti Sumatra Selatan, belum pernah bikin turnamen TDP Kelompok Umum, justru menonjol buat kelompok Veteran/.

Sudah waktunya Pengprov Pelti Sumsel selenggarakan TDP Kelompok Umum dengan prize money Rp 50 juta saja, Biasanya ada pemikiran prestise belaka buat dengan prize money Rp 100 juta, Akibatnya petenis dari Jawa datang berbondong bondong sehingga petenis tuan rumah yang praktis memiliki peringkat yang lebih rendah tidak bisa ikut karena tida memiliki PNP . 
Andaikan dibagi dua setiap turnamen Rp 50 juta maka bisa selenggarakan 2 kali. Coba selenggarakan TDP Kelompok Umum prize money Rp 50 juta sedangkan putri cukup prize money Rp 10 juta. Bagaimana dengan beaya pelaksana, tentunya juga bisa dibuat seminimal mungkin , tidak perlu anggota panitya seabrek abrek, cukup tenaga Referee, Direktur Turnamen dan Tournament desk atau turnament staf. Paling banyak 6 ( enam ) orang Dan wasit 9 orang saja, Beaya tidak lebih dari prize money, bahkan lebih rendah, Buatlah Panitya seminimal mungkin karena kalau Panitya besar sekali beayanya. Kendala selama ini adalah panitya sebesar mungkin yang pasti kurang efisien ,

Senin, 12 Agustus 2019

Pra PON munculkan bintang baru Sumsel

Palembang, 12 Agustus 2019. Setelah MedcoEnergi Junior Tennis Champs-2 telah hadir salah satu bintang tenis junior dari Sekayu, Muba Sumatera Selatan, yaitu Jones Pratama.

Putra kelahiran 7 Januari 2003 Dengan  tinggi badan yang ideal untuk petenis 188 cm dan berat badan 68 kg, cukup garang kalau tampil didepan net. Hanya saja minim pengalaman  membuat kurang konsisten

Keuntungan daerah yang sering adakan turnamen bisa menghasilkan petenis petenis potensial. Disinilah terbukti sudah kemujuran Sumsel disamping memiliki fasilitas mamadai skala Internasional Stadiun Bukit Asam Jakabaring Sport City, dan pula cukup aggresivnya Sumsel rajin mengejar turnamen diluar Sumsel,

Memang harus diakui daerah Sumatra kelihatan Sumatera Selatan mempunyai kelebihan dibandingkan daerah daerah lainnya. Petenis daerah lain boleh iri melihat keberuntungan petenis Sumatra Selatan.

Saat Pra PON yang baru berakhir 11 Agustus 2019, sempat bertemu antar Sumatra yaitu dengan Sumatra Barat terlihat kematangan masih menjadi milik Sumatra Selatan. Sempat Sumsel leading 2-1. Sedangkan Sumatra Barat  juga memiliki atlet potensial seperti dimiliki Sumsel hanya saja kurang berani untuk ikut Turnamen diluar daerah. Jika diikuti sering kali ikut serta keluar daerah ternyata atlet Sumbar belum bisa mengikuti jejak Sumsel

Mulai kelihatan permainan Jonas Pratama diawal tahun tahun. Waklu ketika Jones Pramata muncul dalam pertandingan final RemajaTenis Sumsel awal tahun 2019, terlihat perbedaan pola main Jones Pratama yaitu service and volley . Semula tidak terbayangkan kalau ada pola main yang beda ditunjukkan sebagai pola main yang berbeda . Sejak itu mulai tertarik menonton Jones Pratama. Teringat John McEnroe petenis legendaris Amerika Serikat, Sudah lama tidak lihat pola main tersebut. Jones Pratama mempunya kelebihan tinggi badan yang ideal yaitu 188. Kaki panjang dan tentunya modal bagus bagi dirinya

Tentunya permainan ini butuh stamina, sehingga sudah sewaktunya dipikirkan pelatihnya. Dan juga pola makan atau gizi juga perlu perhatian khusus. Apalagi didaerah , kemungkinan hal ini sangat tidak mendukung. Apalagi sempat melihat makan anak2 petenis Pelatda Pra PON Sumsel hanyalah nasi  bungkus, Bukan hanya asal kenyang bagi atlet tenis.  

Sabtu, 10 Agustus 2019

Pra PON , Apa Kelanjutannya ?

Jakarta, 10 Agustus 2019. Pekan Olahraga Nasional ( PON ) sebagai tolak ukur keberhasilan pembinaan Pelti didaerah. Begitulah harapan pembinaan kita selama ini. Tetapi apa lacur yang  terjadi selama ini , ternyata selama ini makin rusak pembinaan tenis khusus didaerah. 
Kalau dulu orang berlomba lomba pindah ke DKI Jakarta karena fasilitas yang dimiliki. Orang boleh iri melihat fasilitas lapangan tenis GBK kemudian ada Kemayoran disamping adanya lapangan tenis Rasuna , disamping itu pelatih yang dimiliki kebanyakan berdomisili di DKI Jakarta. Tetapi sekarang justru tidak ada kebanggaan jadi petenis DKI Jakarta. Coba lihat sejak PON XVIII ke PON XX perlahan lahan atlet tenis DKI Jakarta hijrah keluar DKI Jakarta.

Sah sah saja tidak ada yang boleh melarang. Justru atlet atlet nasional yang hijrah ke daerah memafaatkan fasilitas try out yang didapatkan, Hanya saja cara berpikir demikian tidak dimiliki oleh petenis putra kita kecuali Christoper Rungkat.

Dulu gudang atlet Jawa Barat, sempat ternodai pada saat jadi tuan rumah PON XIX dimana menggunakan atlet atlet bukan sendiri akibatnya tidak satu pun mendapat medali emas, sungguh  terpukulnya sebagai daerah tuan rumah yang tidak mendapatkan medali emas  satupun.

Setelah melihat hasil Pra PON ternyata ada juga daerah yang tetap konsisten sejak dahulu kala seperti Bali yang tetap konsisten , Demikian juga ada Sumatra Selatan dengan tetap membina atlet atlet sendiri. Jawa Tengah walaupun tetap menggunakan tenaga old crack belum terkalah tetap dengan tenaga lokal.

Kamis, 08 Agustus 2019

Perubahan Acara Pra PON Tidak Dikomunkasikan

Jakarta, 10 Agustus 2019, Suatu pelajaran bagi membuat event tanpa program yang jelas dan tertulis akan memakan korban bagi sesama anggota Pengurus Pelti. Nah kalau dilihat dari kasus ini maka terjadi salah urus kesannya  dari luar,

AFR menerima laporan kalau Ketua Bidang Hubungan Daerah PP Pelti akan membuka acara Pembukaan Pra PON tgl 5 Agustus 2019. Ditambah berita oleh tuan rumah, Sekretaris Pengprov Pelti Sumsel akan ada rencana Pembukaan Pra-PON pada tanggal 5 Agustus 2019. Rencana cukup jelas ketika dikemukakan yaitu acara defile peserta Pra PON dengan pakaian daerah nya , kesan nya begitu hebat walaupun timbul kesan apa mungkin. Kenapa timbul kesana demikian. Karena mendatangkan ketua Pengprov Pelti Sumsel yang notabene atasan langsung tentunya tidak mudah melihat cara kerjanya.
Sempat AFR melaporkan kepada Kabid Hub Daerah PP Pelti, agar siap siap menghadapi tata cara kerja , dengan pengalaman seperti dialami. Prediksi sudah ada indikasi demikian.

Apa lacur, Ternyata acara Pembukaan telah dilakukan pada welcome dinner, yaitu Minggu 4 Agustus 2019 malam langsung sudah dilakukan Pembukaan . Lucunya Kabid Hub Daerah tidak ada pemberitahuan kepada yang bersangkutan. Sehingga ketika Kabid Hub Daerah tiba Senin 6 Agustus 2019 datang dengan pengharapan ada acara Pembukaan Pra PON ternyata tidak ada , Begitu datang langsung ke Stadium Bukit Asam Jakabaring, jadi bengong . Entah ketua Penpel Pra PON telah memberitahukan kepada yang bersangkutan apa tidak . Betapa kecewanya   

Selasa, 06 Agustus 2019

Teringat test event Asian Games 2018

Jakarta, 7 Agustus 2019 , Semenjak tidak duduk dalam kepengurusan PP Pelti ( 2012), AFR sudah berkomitmen tetap konsisten menjalankan turnamen khususnya junior, sehingga beberapa Pengurus Pusat Pelti bisa melihat kenyataan dilapangan tetap menggunakan tenaga AFR untuk bisa membantu. Bahkan dari Singapore yaitu SEA ParaGames Federatian juga tertarik menggunakan tenaga AFR sehingga mengundang sebagai Technical Delegate dalam acara Asean Paragames 2017 di Malaysia khusus nya Tennis.

Kemudian timbul pro dan kontra bisa mencul dari Pelti maupaun instansi terkait. bahkan Organizing Commmitte Tennis Asean Paragames 2017 Kuala Lumpur juga bertanya tanya kenapa Technical Delegate dari Indonesia tapi Indonesia tidak kirim team.

Kemudian awal tahun 2017 turut diundang duduk dalam kepanitiaan INASGOC oleh PP Pelti. Inipun muncul pro dan kontra dan berachir dengan diganti pada 15 Desember 2017 oleh PP Pelti yang baru baru terpilih karena diisukan termasuk  tim sukses kandidat lawan nya.

Teringat kembali Jakaring Sport City. Disini ada 2 masalah yang muncul yaitu test event Asian Games 2018  dan kedua MedcoEnergi Junir Champs-2 yang lalu.

Dalam persiapan test event Asian Games 2018 pada awal November 2019. Selaku Ketua Panpel adalah Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti. Muncul lah masalah, tetapi AFR disuruh mengatasi nya dengan datang duluan ke Palembang, Sehari sebelum ke Palembang saya terima WA dari Wakil Sekretaris Pengprov Pelti Sumsel yaitu tagihan sewa lapangan Stadion Bukit Asam Jakabaring Sport City sebesar Rp 200 jutaan. Wow kok dikirim ke AFR karena mengetahui Direktur Turnamen adalah AFR. Urusan Pengprov Pelti Sumsel, dikembalikan keoada Pengprov Pelti Sumsel.

Ditunjuk Oleh PP Pelti Jadi Direktur Turnamen Tidak didukung Tuan Ruanh


Palembang, 24 Juli 2019. Untuk pertama kali dalam kehidupan kami menjalankan pertandingan justru mendapatkan tantangan cukup besar, Dengan penugasan cukup besar diberikan oleh PP Pelti kepada kami dengan tim AFR Remaja Tenis untuk menjalankan MedcoEnergi Tennis Junior Champs - 2 tanggal 24 - 28 Juli 2019.

Gejala gejala akan mendapatkan hambatan sudah mulai kelihatan . Kerjasama dengan Pengprov Pelti Sumsel sudah mulai terasa dari awal. Ini akibat titik awal justru diperlihatkan oleh PP Pelti dimana tidak professional.

Suatu hari  terima WA dari Kabid Pertandingan PP Pelti yang menyatakan bahwa disetujui oleh Wakil Ketua Umum PP Pelti sebagai Direktur Turnamen dan dipersilahkan hubungi Sekretaris Pengprov Pelti Sumatra Selatan, karena dia sudah menghubunginya pertilpon Dari kata kata ini terlihat tidak tahu berorganisasi. Karena ketika diminta agar dibuat surat penujukan AFR sebagai Direktur Turnamen, dijawab tidak perlu cukup dengan tilpon saja. Mereka tidak mengerti betapa pentingnya surat penunjukkannya. Betul juga ketika info AFR ditunjuk sebagai Direktur Turnamen disampsaikan AFR kepada Sekretaris Pengprov Sumsel maka didapat jawaban, " Kami belum dapat surat penunjukan sebagai host"

Dari peristiwa MedcoEnergi Junior Tennis Champs-2 ini terima side effectnya kurang mendapatkan sambutan positip. antara lain kenapa AFR yang justru banyak mengkritik PP PELTI justru diberi kepercayaan oleh PP Pelti. Ini tidak masuk akal, Kira kira begitu, Pro kontra di Jakarta maupun Palembang sudah bermunculan.

Ini AFR anggap saja tatangan , soal ini masalah kecil karena membawa armada pelaksana sehingga tidak ada kekuatiran sama sekali hanya makan perasaan saja berdampak terhadap kesehatan, Apalagi setir mobil sendiri yang diperkirakan jalan tol sudah selesai semua Bakaeuhuni ke Palembang, ternyata belum