Kamis, 30 April 2009

Ketentuan Age Eligibility di Turnamen Internasional Putri


Jakarta, 30 April 2009. Perlu diketahui semua pelaku tenis khususnya petenis mauun pelatih masalah ketentuan yang dibuat oleh ITF tentang batasan usia disetiap turnamen profesional. Karena saat ini harus dikaui pula banyak petenis potensial berusia muda didunia bahkan di Indonesia. Peranan petenis muda usia sudah terlihat dikancah pertenisan nasional maupun internasional. ITF mengatur ketentuan tentunya untuk kepentingan petenis sendiri, dan menyadari kalau banyak petenis berusia muda cukup berprestasi di turnamen internasional.

Bagi petenis yang belum berulang tahun ke 14 maka tidak diperkenankan ikuti turnamen internasional putri baik ITF Women’s Circuit maupun WTA-Tour events maupun Fed Cup.

Jika telah berusia 14 tahun dan sebelum berusia 15 tahun (belum HUT) , maka diperkenankan ikuti turnamen maksimum 8 ITF Women’s Circuit ( $ 10,000-25,000) dan tidak lebih dari 3 Women’s Circuit dengan prize money $ 50,000 atau lebih. Boleh ikuti juga mewakili Negara dalam Fed Cup.
Jumlah keikut sertaannya akan berkurang jika menerima wild card di turnamen WTA-Tour tidak lebih dari 2 WTA-Tour event level.
Jatah wild cardpun diatur , dimana bisa terima maksimum 3 wild cards yaitu wild card babak utama atau Kualifikasi di ITF Women’s Circuit ataupun WTA-Tour events.

Jika telah berusia 15 tahun (sebelum 16 tahun) maka pemain bisa ikuti maksimum 10 profesional turnamen, dan WTA –Tour (jika diterima) dan juga bisa ikuti Fed Cup. Jatah wild cardnya hanya diperkenankan maksimum 3 wild cards, baik 1 wild card di babak utama atau kualifikasi semua event dan 2 wild cards eksklusif untu babak utama atau kualifikasi dari WTA-Tour International Tournament atau ITF Women’s Circuit.

Jika berusia 16 tahun, maka diperkenankan ikuti maksimum 12 profesional turnamen dan WTA Tour Champsionships (jika diterima) dan Fed Cup. Jatah wild cards bisa menerima wild card maksimum 4 di WTA Tour International Tournament dan atau ITF Women’s Circuit Dimana tidak melupakan ketentuan maksimum keikutsertaan di single dan doubles baik babak utama maupun kualifikasi.
Jika berusia 17 tahun, maka diperkenankan ikuti 16 Profesional turnamen dan WTA Tour Championhips (jika diterima)

Jika berusia 18 tahun, maka tidak dibatasi

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi petenis Indonesia yang sudah berani Go International

Rabu, 29 April 2009

Panduan Ikuti Turnamen internasional Putri

Jakarta, 29 April 2009. Saya coba berikan panduan untuk petenis putri jika ingin ikuti turnamen tenis internasional. Karena saat ini petenis putri mulai bergairah ikuti turnamen internasional baik di Indonesia maupun luar negeri.

Kapan batas waktu pendaftaran turnamen ?
Kamis 18 (delapan belas ) hari sebelum turnamen dimulai (dalam kalender turnamen selalu mulai Senin walaupun kualifikasi itu Minggu mulainya)

Bagaimana caranya mendaftar ?
Melalui internet ke www.itftennis.com, dan harus memiliki IPIN (International Players Identification Number). Jadi daftarkan dulu IPIN kemudian baru daftar turnamennya. Tentunya harus bayar IPIN fee sekitar US$ 45.00 setahun.Tetapi masih bisa juga dengan kirimkan fax ke ITF dengan mengisi Formulir Pendaftarannya. Pendaftaran dengan email tidak diperkenankan. Peserta harus memiliki IPIN tersebut.

Bisakah saya daftar hanya Babak Utama (Main Draw) ?So pasti bisa asalkan memiliki peringkat dunia (WTA-Tour). Dimana status di terima dibabak utama setiap turnamen akan berbeda tergantung besar kecilnya peringkat peserta yang ikut. Jika belum punya peringkat, bukan berarti tidak bisa ikut. Datang saja ke tempat turnamen dan harus lakukan sign-in babak kualifikasi didepan Referee (biasanya Sabtu sore), dan saat itu juga setelah waktu sign-in ditutup bisa diketahui status diterima atau tidaknya dibabak kualifikasi. Jadi kalau sduah punya peringkat tinggi , bisa saja daftar dengan permintaan babak utama saja. Biasanya petenis yang minta status seperti ini karena mendaftarkan dibeberapa turnamen yang kelasnya berbeda. Tapi jangan lupa harus punya IPIN.

Bolehkah mendaftar lebih dari satu turnamen ?Boleh saja, asalkan dicantumkan prioritas turnamennya dan juga saat waktu pembatalannya (withdrawal deadline) segera lakukan pembatalannya.

Bolehkan bertanding di lebih satu turnamen dalam minggu yang sama ?Tentunya tidak boleh, dan harus dibatalkan turnamen lainnya.

Bagaimana mengetaahui status diterima di babak utama atau kualifikasi?
Semua bisa dilihat di internet , buka www.itftennis.com kemudian klik women circuit dan cari turnamen, dan jika sudah ketemu jadwal turnamennya maka klik saja entry bisa dilihat daftar peserta yang sudah diterima mulai dari Babak Utama, Kualifikasi dan Alternate (cadangan).

Kapan batas waktu pembatalan ikut serta turnamen ?
Bagi peserta yang diterima di babak utama dan kualifikasi wajib hukumnya kalau tidak ikut harus kirimkan pembatalannya. Waktunya adalah Kamis 13 hari sebelum turnamen dimulai (tidak boleh kurang dari jam 14.00 GMT atau 20.00 WIB). Pembatalan bisa dilakukan dengan online ke www.itftennis.com ,tetapi tidak bisa dengan email saja. Boleh lakukan dengan kirimkan fax ke ITF dengan Formulir Pembatakannya.

Jika pemain diterima di babak utama atau kualifikasi dibeberapa turnamen yang didaftarkannya maka apa yang harus dilakukan ?
Harus segera batalkan turnamen yang tidak dikehendakinya, karena harus memilih satu turnamen saja dalam minggu yang sama. Tentunya sebagai prioritas adalah turnamen yang menerimanya di babak utama.

Semoga bermanfaat !

Usia Belum Memungkinkan Ikut Turnamen Internasional

Jakarta, 29 April 2009. Permintaan wild card oleh tuan rumah Tarakan kepada saya hari ini belum bisa dipenuhi. Kenapa, sedangkan sebagai tuan rumah mempunyai hak wild card. Tentunya ada alasan tidak bisa, karena terbentur dengan peraturan yang dikeluarkanoleh International Tennis Federation (ITF). Turnamen internasional putri mempunyai peraturan yang bisa berbeda dengan turnamen putri. Sehingga selaku pelaksna sudah seharusnya memenuhi ketentuan yang dibuat oleh ITF. Nanti dilapangan juga ada yang kontrol yaitu ITF Referee yang telah ditentukan oleh ITF.

Masalah minimal usia sebagai hambatan. Ternyata atlet tuan rumah itu tanggal lahirnya 4 Oktober 1995, berarti belum berulangtahun ke 14.Ketentuan ITF menyatakan minimal usia adalah sudah berulangtahun ke 14. Nah disinilah masalahnya.

Tahun 1990-91 saya pernah buat kesalahan karena tidak mencek umur petenis Women’s Circuit di Semarang. Yaitu petenis Veronica W, yang salah satu orangtuanya anggota pengurus Pelti setempat. ITF langsung beri teguran kepada saya karena sebagai penanggung jawab turnamennya.
Sekarang agar tida terjadi hal seperti ini, pendaftaran langsung ke ITF dengan internet dimana selalu dimintakan biodatanya. Ini kelemahan petenis kita jika mendaftarkan ke turnamen tidak menyantumkan tanggal dan tahun kelahirannya.
Peraturan peserta ITF turnamen baik putra dan putri tentang persyaratan pesertanya minimal telah berusia 14 tahun, dilihat dari tanggal dan bulan kelahirannya.
Saat ini sedang berlangsung turnamen internasional putri $ 25,000 di Balikpapan ( 27 April-3 Mei), kemudian di Tarakan dengan $ 10,000 (4-10 Mei) dan Tanjung Selor Bulungan $ 25,000( 11-17 Mei 2009)

Selasa, 28 April 2009

Menjawab Komentar di Situs Pelti

Jakarta, 29 April 2009. Ada satu komentar di situs resmi Pelti yang menarik bagi saya untuk menjawabnya. Karena melihat komentar ini menunjukkan keingin tahuan dari sepak terjang saya di tenis Indonesia melalui Turnamen Sabtu Minggu atau PERSAMI dengan bendera Piala Ferry Raturandang. Sebenarnya kalau yang bertanya ini membaca blogger ini, saya kira sudah bisa terjawab keseluruhannya. Mulai kapan dan dimana dan bagaimana saya selenggarakan Persami awalnya kemudian berubah menjadi Piala Ferry Raturandang.

Apakah itu Piala Ferry Raturandang (PERSAMI) ?
Piala FR adalah turnamen tenis yunior yang diselenggarakan pada waktu waktu dimana tidak mengganggu jadwal sekolah anak anak. Dan turnamen ini merupakan salah satu turnamen yang menjawab atas kesulitan sponsor. Jadi merupakan solusi atas kesulitan dana dari sponsor.
Inisiatip muncul karena merasakan kebutuhan atlet tenis terhadap turnamen. Turnamen merupakan bagian dari pembinaan. Saya sendiri pernah merasakan saat masih menjadi petenis yunior berada di Singaraja (Bali) dan Ampenan Lombok , dimana turnamen tenis yunior hanya ada sekali setahun, dan sering ikuti turnamen nasional di Malang, Bandung, Jakarta. Begitu juga merasakan sebagai orangtua yang selalu membawa putra dan putrinya ikuti turnamen nasional (TDP) di Malang, Semarang, Bandung. Menyadari pula kalau banyak keuntungan bagi orangtua jikalau dikotanya ada turnamen tenis. Tidak buang buang uang dan waktu haru keluar kota. Saat masih yunior jikalau ikuti turnamen di Malang, Bandung dan Jakarta, seluruh keluarga mulai dari Ayah, Ibu, adik2 diboyong keluar kota. Dan otomatis orangtua yang PNS waktu itu harus ambil cuti minimal seminggu. Bia dibayangkan betapa pengorbanan orangtua saat itu dan sekarangpun demikian.

Persami termasuk salah satu program induk organisasi Pelti dibidang pengembangan. Sering keliru pandangan banyak pihak, Persami itu jelas bukan TDP (Turnamen Diakui Pelti), sehingga tidak langsung mendapatkan poin. Yang ada konversi poin dengan Peringkat Nasional Pelti yang nilainya sangat sedikit. Khususnya kelompok umur 14 tahun, 16 tahun dan 18 tahun. Bahkan kalau dibuat kelompok umumpun juga bisa dapatkan poin PNP yang nilainya sangat dan amat kecil. Karena PP Pelti sampai saat ini tidak keluarkan PNP KU 10 tahun dan 12 tahun. Tujuannya adalah memberikan sarana latihan tanding, bukan cari PNP.

Bagaimana caranya selenggarakan PERSAMI ?Sangat simpel tidak butuh tenaga banyak (makan ongkos), tanpa wasit, ballboys, Referee. Bukan kewajiban untuk melapor ke Pelti, cukup beritahukan sudah sangat bagus karena Pelti akan berterima kasih ada yang mau bantu salah satu program Pelti. Kalau mau dapat PNP, maka dari itu hasil pertandingan dilaporkan ke PP Pelti, tetapi hasil lengkapnya bukan hanya hasil pemenang sampai semifinal saja.
Memang ada permintaan dari rekan rekan didaerah baik orangtua maupun rekan Pelti setempat untuk diadakan Piala Ferry Raturandang.
Tentunya karena ini masalah pribadi maka tentunya harus ada keuntungan bagi saya pribadi. Karena pelaksanaan turnamen ini merupakan swasembada maka harus ada keuntungan, tidak boleh rugi. Bagi saya, bukan jamannya lagi harus rugi atau istilah keren berkorban. SPORT IS BUSINESS atau TENNIS IS BUSINESS !
Karena ada UNTUNG maka bisa langgeng. Bisa dibayangkan sejak tahun 1996 saya sudah selenggarakan turnamen PERSAMI setiap bulannya di Jakarta kemudian dikembangkan didaerah daerah sejak saya ikut kembali duduk di PB Pelti sampai berubah namanya jadi PP Pelti. Karena ada usulan dari salah satu orangtua peserta Sandra Sondakh agar diubah namanya menjadi Piala Ferry Raturandang. Awalnya tidak bergeming tetapi lama lama sayapun mulai berpikir dari diri August Ferry Raturandang.
Memang awalnya ada saja cemohan yang muncul baik dari teman2 maupun lainnya. Tetapi karena tujuan saya adalah positip maka saya tinggalkan pikiran negatip tersebut. Sayapun tidak perlu kuatir atas cemohan yang muncul. Jangan pikir saat itu tidak ada yang menghina Persami atau Piala FR. Bahkan disebut sebut tujuan saya adalah cari uang di Piala FR, sayapun tidak akan menampiknya. Dengan tegarpun saya katakan memang cari untung, karena resep cari untung ini yang membuat LANGGENG. Saya ini bukan sinterklas. Saya tahu sekali rasa iri hati dengan melemparkan rumor rumor negatip terhadap diri saya dengan Piala FR-nya, bahkan dengar sendiri baik dari pelatih maupun orangtua. Tapi keyakinan saya kalau Turnamen Adalah Kebutuhan Atlet maka sayapun tidak akan mundur. Apalagi disuruh berhenti dengan imbalan uang sayapun tidak akan berhenti.
Karena ketegaran saya saja sehingga bisa selenggarakan Persami/Piala FR samapi melebihi 200 kali dilaksanakan sendiri. Mulai dari Jakarta, Bandung, Cilegon, Palembang, Pontianak, Manado, Balikpapan, Palangka Raya. Sebenarnya di Sidoarjo pernah ada tapi saya kena tipu oleh rekan di Sidoarjo. Awalnya menggunakan nama Piala FR. Promosi dilakukan oleh saya melalui email ke media massa dll. Tapi saat saya muncul dilapangan nama sudah berubah menjadi Piala Bupati atau Walikota Sidoarjo. Ini kurang etisnya reklan di Sidoarjo.

Ada pertanyaan tentang status saya , apakah dalam kapasitas sebagai Wakil Sekjen PP Pelti atau pribadi. Memang bagi yang baru kenal saya, sebenarnya awalnya saya selenggarakan Persami masih duduk di Komite Pertandingan Pengda Pelti DKI Jakarta, kemudian setelah tidak duduk lagi dikepengurusan Pengda Pelti DKI, sayapun masih tetap jalankan Persami di Jakarta kemudian ke Bandung sampai tahun 2000 masuk ke PP Pelti sehingga masuk dalam program PP Pelti sampai sekarang. Jadi jawabannya adalah PRIBADI.
Saya menyadari sekali kalau dinegeri kita ini khususnya didaerah nilai Piagam merupakan Primadona sekali. Tetapi ada beberapa pelaksanaan Piala FR bukan saya saja yang memberikan tanda tangan dan bukan juga masalah bagi pesertanya.
Bagi saya pribadi piagam tersebut bukan hal PENTING, karena prestasi lah yang lebih penting. Dalam hal ini menurut pendapat pribadi saya (sekali lagi pendapat pribadi) prestasi tenis bukan dilihat dari Piagamnya. Dilihat dari pertandingannya. Ini bukan untuk mengecilkan pihak pihak yang masih mendambakan Piagam sebagai priorotas. Kalau mau Maju.

Mana ada petenis di klaim sebagai hasil dari satu Turnamen. Prestasi atlet itu datangnya dari berbagai turnamen. Makin banyak dan seringnya ikuti turnamen maka kemungkinan makin meningkat prestasinya. Jangan harapkan ada petenis tidak pernah ikuti Turnamen bisa keluar sebagai juara. Sayapun tidak pernah sama sekali katakan petenis A atau si B, C sebagai hasil dari Persami atau Piala FR. Biarkan saja petenis maupun orangtua yang merasakan manfaatnya Persami (Piala FR). Tetapi saya tahu atlet nasional mana yang sudah pernah ikuti Persami yang saya selenggarakan sendiri. Tetapi inipun tidak perlu saya bangga banggakan. Yang penting hasilnya dirasakan semua pihak.
Begitu juga pertanyaan aneh muncul, apakah Piala FR ini sudah terdaftar ataupun diakui oleh ITF. Tapi saya mengerti karena ini menunjukkan pelaku baru di tenis Indonesia. Yang pasti Persami itu merupakan salah satu Program PELTI. Banyak Persami di Indonesia dengan berbagai nama, salah satunya adalah Piala Ferry Raturandang.
Pelaksanaan Persami ataupun Piala FR bisa diselenggarakan oleh Pribadi, klub, Pelti maupun badan usaha , seperti dalam petunjuk induk organisasi tenis PELTI

Senin, 27 April 2009

Masalah Peringkat Masih Dipertanyakan

Jakarta, 27 April 2009. Berbagai pertanyaan selalu mucul dari masyarakat tenis tentang Peringkat Nasional Pelti (PNP). Ada ketidak puasan terhadap PNP membuat alasan tertentu untuk menghujat induk organisasi Pelti datang dengan berbagai cara. Hari ini sayapun masih terima SMS dari salah satu pelatih Bunge Nahor. Yang kelihatannya masih belum mengerti permasalahan Peringkat Nasional Pelti (PNP). Dipertanyakan tentang belum ada progres dari bulan Januari sampai saat ini tentang PNP Kelompok Yunior. Kenapa yunior yang dipermasalahkan.Karena punya kepentingan yaitu salah satu putranya justru aktip di kelompok umur 14 tahun. Dengan mewakili para orangtua muridnya dia mengclaim, minta penjelasan dari PP Pelti kepada saya. Secara guyon karena saya kenal dianya dekat, membuat dia penasaran. tapi akhirnya saya katakan kalau mewakili orangtua tentunya ada forum nya sendiri yaitu Forum Komunikasi Orangtua Petenis Indonesia (FORKOPI). Silahkan saja kontak kepada Forkopi karena kami tidak mau melayani satu persatu para orangtua. Capek deeh !
Tetapi justru jawabannya cukup aneh, tidak mengakui keberadaan Forkopi sedangkan sepengetahuan saya dia termasuk juga dalam kelahiran Forkopi di Cilacap 1-2 tahun lalu.

Yang harus diketahui kenapa sampai munculnya Peringkat, termasuk PNP tersebut.
Beberapa puluh tahun silam diturnamen tenis internasional maupun nasional belum dikenal peringkat. Kebutuhan peringkat itu sebenarnya kebutuhan dari tournament officials, bukan kebutuhan pelatih ataupun para orangtua.
Bagi tournament officials akan alami kesulitan jika dalam setiap turnamen menentukan drawing atau undiannya. Awalnya digunakan secara manual dengan mencatat hasil turnamen tahun sebelumnya sehingga dibuatlah seedingya. Maksudnya agar kualitas turnamen terjamin. Jangan sampai yang seharusnya masuk final sudah terjadi dibabak pertama.
Di Indonesia hal yang sama terjadi, dimana oleh tournament official dibuat catatan sendiri di turnamen tertentu hasil rangkaian turnamen, Tetapi yang dicatat hanyalah hasil sampai 4 besar atau semifinal saja sehingga mudah tentukan unggulannya.

Dalam perjalanannya ternyata PERINGKAT mulai berkembang kepentingannya. Mulai dari kepentingan Tournament Officials kemudian menjadi nilai jual atlet (sales value) untuk mendapatkan sponsor bagi atletnya sendiri maupun turnamen.
Jadi sekarang yang menonjol sekali adalah nilai jual atlet sehingga betapa ngototnya para orangtua maupun pelatih mengikuti PERINGKAT petenisnya.

Pelti selaku induk organisasi mulai perkenalkan PNP yaitu tahun 1989,yang mulai digodok sejak tahun 1987-88 khusus dibuat PNP Kelompok Umum, Kelompok Yunior ( hanya KU 14 tahun, 16 tahun dan 18 tahun)
Diawal tahun 2000, diawali insiatip dari Referee yang bertugas membuat suatu peringkat tersendiri khusus KU 10 tahun dan 12 tahun karena turnamen yunior makin banyak dengan mempertandingkan kedua kelompok umur tersebut.
Sampai saat ini sistem PNP belum berubah sehingga timbul inisiatip kepengurusan PP Pelti sekarang untuk merevisi PNP agar lebih up todate.
Hanya waktunya saja belum bisa cepat selesai, karena ada perbedaan pandangan terhadap sistem PNP tersebut. Pihak luar menghendaki agar petenis usia 14 tahun jika ikut bertanding di kelompok umur 18 tahun dikonversikan juga di PNP KU 14 tahun dan 16 tahun walaupun tidak pernah bertanding dikelompok tersebut. Dengan sistem prosentasi ini saya sendiri masih belum bisa menerimanya. Sedangkan ITF sebagai induk dari Pelti tidak menggunakannya, walaupun dikatakan ketinggalan jaman tetapi Pelti harus menghormatinya. Ini olahraga tak terukur, beda dengan olahraga terukur seperti atletik, renang dll. Tetapi semua ini masih belum final karena terlihat ada kepentingan luar ikut masuk dalam sistem tersebut, apalagi dikaitkan dengan Referee on line. Inilah masalahnya ! Kenapa saya katakan demikian, karena rencana ini sudah diclaim pihak luar dengan membuat website sendiri dengan memakai nama nama PP Pelti.Sedangkan PP Pelti punya website resmi yaitu www.pelti.or.id. yang sedang di upgrade juga. Terlalu pre-mature ! Untung saja webiste itu cepat cepat dihapus, kalau tidak tahu sendiri, karena induk organisasi bukan pihak yang bodoh dan mau dibodohin. Ya, kita tunggu saja hasilnya.

Lagu Buat Pengendara Mobil

Jakarta, 27 April 2009. Buat para teman-teman yang suka nyetir mobil atau motor. ini ada beberapa lagu yang tepat sambil didengerin...

Tolong di nyanyikan berdasar kecepatan berkendara saat itu

-> 75 km/jam : God Will Take Care of You ( Tuhan Akan Memelihara Engkau )

-> 85 km/jam : Guide Me, O Thou Great Jehovah (Tuntun Aku,O Tuhan)

-> 95 km/jam : Nearer My God to Thee ( Makin Dekat KepadaMu, Tuhan )

-> 105 km/jam : The World is not My Home ( Dunia Bukan Rumahku )

-> 115 km/jam : Lord, I'm Coming Home ( Tuhan, Aku Pulang )

-> di atas 125km/jam : Precious Memories ( Kenangan Indah )

Atlet Kudus Diragukan Statusnya

Jakarta, 27 April 2009. Ketidak puasan terhadap masalah pencatutan umur masih sering terjadi, so pasti tidak akan henti hentinya terjadi. Selama ini saya sering terima SMS dari orangtua petenis yunior yang kecewa dengan status petenis yunior yang ikuti TDP. Hari ini terima surat dari wakil orangtua atlet dari Jawa Barat dan Yogyakarta tentang salah satu petenis nama ALIF NAFIAH / ALIF NAFILAH. Timbul masalah di turnamen ATP Bakrie yang berlangsung di Cilacap Open belum lama ini. Hal ini diungkapkan dengan surat ke PP Pelti yang ditujukan kepada Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti.
Atlet ini didaftarkan dengan tahun kelahiran 1997 sesuai dengan Kartu Tanda Anggota Pelti. Sedangkan dalam surat tersebut dikatakan di turnamen tahun 2008 ( New Armada, Solo Open ) sudah bermain di KU 14 tahun dan sign-in dengan tahun kelahiran 1996.
Informasi seperti ini cukup baik, berarti ada kepedulian dengan berikan data data yang dimaksud. Dengan berikan data sekilas membuat ketertarikan saya untyuk mengungkapkan ketidak sportipan atlet yunior.

Langsung saya buka data atlet yang ada copy akte kelahirannya, ternyata tercatat lahir tanggal 6 September tahun 1997 lahir di Kudus. Nah , dimana letak salahnya. Dari surat tersebut dikirimkannya copy data dari website www.indotennis.com yang menyebutkan tahun kelahirannya 1996, tidak sebutkan tanggal lahirnya.
Waduh Kudus lagi , yang selama ini sering saya ketemui atlet bermasalah dari Kudus juga asalnya. Bukan berarti saya apriori terhadap atlet Kudus. Ini hanya masalah oknum saja di Kudus apakah itu pelatihnya atau orangtuanya.

Dari laporan TDP 2008 tercatat namanya di Turnamen Solo Open 2008. memang ada keanehan di sign-in KU 12 tahun nama Allif Nafiiah asal Kudus tanggal lahir 6 Juni. Tahunnya tidak jelas seperti tahun 97, tapi ini ada keanehannya.
Dari kedua data ini yang berbeda adalah bulan kelahiran. Di TDP Solo Open dicatat dengan tulisan tangan bulan 6 atau Juni sedangkan copy aktenya bulan 9 atau September. Tetapi dalam laporan TDP Solo Open tahun 2007 yang bersangkutan ikut terdaftar di KU 14 tahun, dan dicatat tanggal 6 September 1997.
Ini memang suatu kejanggalan yang terjadi. Andaikan bisa menemukan copy akte lainnya maka tentunya bisa langsung disebar luaskan permainannya. Kecurigaan so pasti ada. Apakah bisa terjadi salah tulis bulan kelahirannya ? Ini juga suatu pertanyaan.

Harapan saya kepada siapa lagi.Setahu saya ada satu forum yang mengatasnamakan Forum Komunikasi Orangtua Petenis Indonesia yang kalau tidak salah idea munculnya gagasan ini justri di Cilacap. Nah ini dia, kenapa Forkopi ini tidak disuruh kerja untuk mengusut masalah ini. kenapa harus Pelti. Lebih gampang telusuri ke internal baru keluarnya. Silahkan peduli !

Sudut Pandang Pria dan Wanita

Jakarta, 27 April 2009. Sebagai bahan selingan terima milis dari tetangga yang perlu juga diketahui mengenai Sudut Pandang Pria dan Sudut Pandang Wanita.

Sudut Pandang Pria
WANITA MEMANG SUSAH DIBUAT "BAHAGIA" !!
Jika dikatakan cantik dikira menggoda ,
jika dibilang jelek di sangka menghina..
Bila dibilang lemah dia protes,
bila dibilang perkasa dia nangis .

Maunya emansipasi, tapi disuruh benerin genteng, nolak
(sambil ngomel masa disamakan dengan cowok)

Maunya emansipasi, tapi disuruh berdiri di bis malah cemberut
(sambil ngomel,Egois amat sih cowok ini tidak punya perasaan)

Jika di tanyakan siapa yang paling di banggakan, kebanyakan bilang Ibunya ,
tapi kenapa ya ..... lebih bangga jadi wanita karir,
padahal ibunya adalah ibu rumah tangga

Bila kesalahannya diingatkankan,
mukanya merah..
bila di ajari mukanya merah,
bila di sanjung mukanya merah
jika marah mukanya merah,kok sama
semua ? bingung !!

Di tanya ya atau tidak, jawabnya diam;
ditanya tidak atau ya, jawabnya diam;
ditanya ya atau ya, jawabnya :diam,
ditanya tidak atau tidak, jawabnya ; diam,
ketika didiamkan malah marah
(repot kita disuruh jadi dukun yang bisa nebak jawabannya).

Di bilang ceriwis marah,
dibilang berisik ngambek,
dibilang banyak mulut tersinggung,

tapi kalau dibilang S u p e l
wadow seneng banget...padahal sama saja maksudnya.
Dibilang gemuk engga senang
padahal maksud kita sehat gitu lho
dibilang kurus malah senang
padahal maksud kita "kenapa elo jadi begini !!!"

Itulah WANITA makin kita bingung makin senang DIA !

Sudut Pandang Wanita

Jika kamu memperlakukannya dengan baik, dia pikir kamu jatuh cinta
padanya..... .... Jika tidak, kamu akan dibilang sombong.

Jika kamu berpakaian bagus, dia pikir kamu sedang mencoba untuk
menggodanya. Jika tidak, dia bilang kamu kampungan.

Jika kamu berdebat dengannya, dia bilang kamu keras kepala.
Jika kamu tetap diam, dia bilang kamu nggak punya otak.

Jika kamu lebih pintar dari pada dia, dia akan kehilangan muka..
Jika dia yang lebih pintar, dia bilang dia paling hebat.

Jika kamu tidak cinta padanya, dia akan mencoba mendapatkanmu.
Jika kamu mencintainya, dia akan mencoba untuk meninggalkanmu.

Jika kamu beritahu dia masalah mu, dia bilang kamu menyusahkan.
Jika tidak, dia bilang kamu tidak mempercayai mereka.

Jika kamu cerewet pada dia, kamu dibilang seperti seorang pengasuh
baginya. Tapi jika dia yang cerewet ke kamu, itu karena dia perhatian.

Jika kamu langgar janji kamu, kamu tidak bisa dipercaya.
Jika dia yang ingkari janjinya, dia melakukannya karena terpaksa.

Jika kamu merokok, kamu adalah cewek liar !
Tapi kalo dia yang merokok, dia adalah seorang gentleman, wuiihh..!

Jika kamu menyakitinya, kamu dibilang perempuan kejam..
Tapi jika dia yang menyakitimu, itu karena kamu terlalu sensitif dan
terlalu sulit untuk dibuat bahagia !!!!!

Jika kamu mengirimkan ini pada cowok-cowok, mereka pasti bersumpah kalau
ini tidak benar. Tapi jika kamu tidak mengirimkan ini pada mereka, mereka akan bilangkamu egois.

Well.... it's true..!!!!

Minggu, 26 April 2009

Kepulauan Riau Butuh Turnamen

Jakarta,26 April 2009. Menikmati hari libur sampai sore bisa dilaksanakan dengan baik karena tanpa gangguan pertelpon akan datang kepada saya. Perasaan bersalah muncul jika sepanjang hari ada yang memerlukan tidak bisa dihubungi. Apalagi saat ini di Balikpapan ada turnamen internasional BanKaltim Women's Open ($ 25,000).
Sore hari disaat telpon seluler diaktikan ternyata memang benar ada beberapa telpon yang tercatat masuk termasuk dari Balikpapan. Bebeberapa saat kemudian terima telpon dari Tanjung Pinang, dari rekan lama yaitu Sofyan Samsir. Kenal dia sewaktu masih bersatunya Riau dengan Kepulauan Riau. Karena dia pula saya diberi kesempatan ketemu Gubernur Riau saat itu sehingga berhasil menggelar 2 TDP yaitu TDP Kelompok Yunior dan Kelompok Umum dengan nama Gubernur Riau Cup. Saat itu Sofyan duduk dikepengurusan Pengda Pelti Riau sebagai Humas.
Sudah beberapa tahun lalu Sofyan sudah pindah ke Kepulauan Riau, dan duduk sebagai anggota DPRP Kepri. Tahun lalupun Sofyan sering bekomunikasi dengan saya masalah tenis di Kepri. Keinginannya agar saya meninjau fasilitas lapangan tenis di Kepri khususnya Batam, tetapi belum sempat saya penuhi. Entah kenapa, karena menurut saya Batam sudah pernah di selenggarakan TDP Yunior saat masih bernaung dibawah Provinsi Riau sebelum pisah menjadi Kepri.
Kali ini juga Sofyan mengharapkan saya datang ke Tanjung Pinang (Ibukota Provinsi Kepri) melihat fasilitas lapangan tenis yang ada.

"Mau selenggarakan TDP yunior atau seniro." itu pertanyaan saya kepadanya. "Yang senior saja Pak." ujar Sofyan menjaab pertanyaan saya ini.
Kemudian dijelaskan kepadanya masalah TDP Kelompok Umum dengan sediakan prize money Rp. 60 juta agar menarik perhatian petenis nasional. "Harus dipikirkan juga atlet setempat, jangan hanya jadi penonton saja." ujar saya kepadanya.

Setelah itu sayapun mulai berpikir kembali, karena ada kekuatiran dalam diri saya karena kedudukan selaku Wakil Sekjen PP Pelti bisa dimulti tafsirkan oleh segelintir pelaku tenis. Apalagi rekan dari Tanjung Pinang ini tidak duduk dalam kepengurusan Pelti Kepri, tetapi sebagai pertimbangan pula kepedulian Sofyan sendiri terhadap tenis di Kepri perlu mendapatkan perhatian serius.
Teringat pula sewaktu beberpa tahun silam Sofyan Samsir duduk dalam kepengurusan Pengda Pelti Riau sebagau Humas yang kebetulan juga dekat dengan Gubernur Riau saat itu sehingga bisa mempertemuakan saya dengan Gubernu Riau saat itu di Jakarta untuk mencetuskan TDP Gubernur Riau Cup, dan berhasil.
Melihat catatan lalu pula sehingga sayapun tergerak melayani masyarakat tenis yang sangat peduli dengan turnamen tenis didaerahnya. Ini lebih penting karena tanpa turnamen tenis maka pembinaan daerah akan jalan ditempat. Besok akan saya konsultasikan dengan Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti Johannes Susanto.

Pelanggaran TDP

Jakarta, 26 April 2009. Menikmati hari libur melupakan tenis kelihatannya belum bisa dilakukan sepenuhnya. Hari Minggu 26 April 2009 semua telpon seluler di off maupun laptop tidak digunakan dengan tujuan mau istrahat. Menikmati istrahat dari kegiatan rutin sangat diperlukan tetapi selama ini banyak kegiatan turnamen justru jatuh dihari libur sehingga ada keinginan untuk memanfaatkan waktu libur Minggu semaksimal mungkin. Ada acara final turnamen nasional di Gold's Gym Elite Rasuna Club Jakarta tidak menarik perhatian saya untuk menontonnya. Karena ada pelanggaran dilakukan oleh pelaksana turnamen itu , dan sangat disayangkan sekali petugas Referee yang berwenang untuk melarangnya tetap berdiam diri atau sengaja membiarkannya.
Selama turnamenpun saya tidak berkeinginan menontonnya, entah karena apa, walaupun sempat diingatkan oleh Rita Tobing (Ibu dari Grace Sari Ysidora). Mungkin mulai timbul kebosanan dalam diri saya.
Tanpa disengaja saya menonton Metro TV acara olahraga, ada liputan pertandingan di Rasuna Jakarta. Kaget dan cukup terkejut karena terlihat ada pelanggaran di turnamen tersebut. Kalau di berita media cetak sempat turnamen ini diramaikan dengan pertandingan tanpa wasit. Ini tidak menarik untuk saya kemukakan pendapat pribadi saya karena bukan hal yang istimewa dan aneh diturnamen tenis internasional.
Tetapi yang mencolok mata adalah pelanggaran di backdrop turnamen. Di ketentuan TDP maupun ITF ada larangan warna di suatu turnamen yaitu warna KUNING dan PUTIH. Kenapa kedua warna tersebut tidak diperkenankan disuatu turnamen , karena kedua warna itu meruapakn warna bola (KUNING) dan baju pemain(PUTIH). Dan juga warna mensilaukan mata tidak diperkenankan.
Aneh sekali , kenapa masih tetap dilanggar. Padahal tahun 2009 pelaksana TDP sudah diberikan Panduan pelaksanaan TDP dimana ketentuan earna backdrop itu disebutkna. Begitu juga secara lisan sudah disampaikan kepelaksana TDP.

Sore hari disaat telpon seluler diaktikan terima telpon dari Tanjung Pinang, dari rekan lama yaitu Sofyan Samsir. Kenal dia sewaktu masih bersatunya Riau dengan Kepulauan Riau. Karena dia pula saya diberi kesempatan ketemu Gubernur Riau saat itu sehingga berhasil menggelar 2 TDP yaitu TDP Kelompok Yunior dan Kelompok Umum dengan nama Gubernur Riau Cup. Saat itu Sofyan duduk dikepengurusan Pengda Pelti Riau sebagai Humas.
Saat ini Sofyan sudah pindah ke Kepulauan Riau, dan duduk sebagai anggota DPRP Kepri. Tahun lalupun Sofyan sering bekomunikasi dengan saya masalah tenis di Kepri. Keinginannya agar saya meninjau fasilitas lapangan tenis di Kepri khususnya Batam, tetapi belu sempat saya penuhi. Entah kenapa, karena menurut saya Batam sudah pernah di selenggarakan TDP Yunior saat masih bernaung dibawah Provinsi Riau sebelum pisah menjadi Kepri.
Kali ini juga Sofyan mengharapkan saya datang ke Tanjung Pinang (Ibukota Provinsi Kepri) melihat fasilitas lapangan tenis yang ada.
"Mau selenggarakan TDP yunior atau seniro." itu pertanyaan saya kepadanya. "Yang senior saja Pak." ujar Sofyan menjaab pertanyaan saya ini.
Kemudian dijelaskan kepadanya masalah TDP Kelompok Umum dengan sediakan prize money Rp. 60 juta agar menarik perhatian petenis nasional. "Harus dipikirkan juga atlet setempat, jangan hanya jadi penonton saja." ujar saya kepadanya.

Selama ini jika melihat ada kejanggalan dalam pelaksanaan Turnamen saya menyempatkan diri memberitahukan kepada pelaksana Turnamen tersebut dalam rangka pembelajaran sehingga jikalau sudah meningkat ketingkat internasional tidak akan mengecewakan sponsor turnamen karena di turnamen internasional dengan Referee dari luar negeri yang tidak kenal kompromi maka akan terjadi kekecewaan sponsor jadinya karena spanduk yang melanggar akan diturunkan juga. Ini perbedaan Referee dari luar negeri tidak kenal kompromi jika menyangkut pelanggarana ketentuan ITF.

Ujian bagi Sentra Pembinaan Daerah

Jakarta, 25 April 2009. Inisiatip PELTI selenggarakan Pekan Olahraga Tenis Nasional 2009 pada tanggal 27 Juni -5 Juli 2009 kemudian diimbangi pula dengan program pembinaan daerah melalui sentra sentra didaerah merupakan suatu indikasi pertenisan kedepan butuh perhatian cukup serius dari para pelaku tenis di daerah daerah yang sebenarnya sudah sejalan dengan otonomi daerah.
Tetapi disatu sisi ada peluang dilihat oleh pelaku pelaku tenis didaerah maupun di Jakarta sehingga momen ini dimanfaat kepentingan pribadi semata tanpa memikirkan program yang sudah dicanangkan oleh Pelti.
Peluang seperti ini sudah merupakan makanan empuk dilakukan segelintir pelaku tenis di Jakarta dengan memanfaatkan kekuranagn dari rekan rekan didaerah.
Melihat hal ini seharusnya semua pihak baik didaerah maupun di pusat agar lebih jauh melihat kedepan demi olahraga tenis. Jika pola pikir ini tidak segera dirubah maka pertenisan Indonesia akan jalan ditempat. Sedangkan satu sisi pula induk organisasi Pelti yang merencanakan program pembinaan akan lebih sulit lagi jika hambatan datangnya dari daerah maupun rekan rekan di Jakarta yang lebih prioritaskan kepentingan pribadi semata.

Walaupun Pekan Olahraga Nasional 2012 di Riau ini masih lama tetapi pergerakan pelaku tenis didaerah maupun di Jakarta sudah mulai terlihat. Hal ini sudah diketahui August Ferry Raturandang yang selama ini mengamatinya.
Yang bisa dilakukan adalah menghimbau agar pelaku tenis didaerah maupun di Jakarta menyadari kalau pertenisan didaerah mempunyai potensi besar baik dalam hal SDM (petenis) maupun finansialnya. Melihat potenis finansialnya cukup besar sehingga membuat semua pihak jadi buta atau membutakan diri. Ini yang harus dihindarkan.
Keberhasilan sentra sentra ini merupakan ujian bagi pelaku pelaku tenis didaerah maupun Jakarta. Masih ada waktu 4 tahun kedepan untuk membina atlet daerah yang ikuti sentra (usia dibawah 14 tahun) untuk menunjukan keberhasilan pembinaan yang kelihatannya cukup elit asal dilakukan dengan motivasi peningkatan prestasi pertenisan didaerah.
Tahun 2009 dimulai dengan pelaksanaan Sentra pembinaan di Sumatra Barat dan Riau. Diharapkan daerah daerah lain juga mengikutinya. Caranya sebenarnya tidak sulit. Persyaratannya adalah menyiapkan 2 lapangan tenis, akomodasi, pelatih lokal (National ITF Level-1) dan sekolah atletnya. Ini semacam dengan Pusat Latihan Daerah (Pelatda), bedanya adalah pesertanya adalah petenis dibawah usia 14 tahun. Program dibuat oleh PP Pelti, demikian pula akan didatangkan selama 2 minggu pertama pelatih nasional melatih sentra tersebut dimana akan ada transfer pengetahuan oleh pelatih nasional kepada pelatih lokal. Tentunya diminta pelatih lokal yang telah memiliki pelatih bersetifikat National ITF Level-1. Begitu juga atlet calon ikuti sentra akan diuji atau ditest baik kesehatan maupun tehnik permainannya untuk mengetahui level permainan mereka. Akomodasi pelatih dan atletnya dalam satu tempat sehingga pelatih bisa memantau kegiatan sehari hari atletnya.
Kalau Sumtra sudah ada bagaimana dengan Kalimantan, Sulawesi ataupun Indonesia bagian Timur lainnya. Ini kesempatan mulai sekarang membangkitkan tenis didaerah masing masing.

Kamis, 23 April 2009

Trial and Error

Jakarta, 23 April 2009. Beberapa kota di Indonesia seharusnya memiliki turnamen nasional maupun internasional. Saya coba menginventariser setelah melihat sendiri lapangan tenis yang ada dalam satu lokasi sehingga bisa dikatakan layak dalam jumlah lapangannya untuk suatu turnamen nasional maupun internasional. Belum kalau kita lihat layak apa tidaknya untuk turnamen internasional yang lebih ketat aturannya.

Selain Jakarta, kita coba terbang ke Medan, ada 10 lapangan di Kebon Bunga. Ada 6 lapangan di UNIMED (Universitas Negeri Medan). Memang harus diakui kondisi lapangan Kebon Bunga perlu diperhatikan. Perlu renovasi karena kondisi permukaan lapangannya perlu mendapatkan perhatian pengelolanya. Menurut saya sendiri, jika direnovasi tetapi tidak ada kegiatan juga disayangkan. Lebih baik buat kegiatan dulu secara rutin, tentunya akan ada perhatian pengelola ataupun Pemerintah setempat.
Padang atau Indarung,sudah sering digunakan untuk TDP Semen Padang Open baik kelompok yunior maupun kelompok umum.
Ke Palembang, ada 6 lapangan di Kompleks Pupuk Sriwijaya (PUSRI) pernah digunakan untuk PON XV tahun 2004, setelah itu hanya sekali ada turnamen nasional yunior. Setelah itu hilang lagi.

Pontianak, ada 5 lapangan Sutera, pernah ada TDP Nasional selama 3 - 4 tahun setelah itu hilang lagi. TDP Khatulistiwa Open hasil pendekatan August Ferry Raturandang dengan Walikota Pontianak saat itu Dr. H.Buchary Abdurrahman yang cukup dekat dengannya. Ke Kalteng, di Palangka Raya ada 6 lapangan satu lokasi. Hanya sayang kondisi lapangan kurang layak karena permukaannya menyedihkan kecuali direnovasi lagi 4 lapangannya. Tetapi kalau ada kegiatan tentunya Pemerintah daerah akan perhatikan. Waktu saya laksanakan Piala Ferry Raturandang di Palangka Raya awal Januari 2009, sudah ada perhatian dari Pengprov Pelti Kalteng yang juga pejabat Pemerintah Daerah Kalteng.

Kaltim, ada 3 kota yang sangat bagus stadionnya. Yaitu Samarinda ada 1 stadion dan 6 lapangan. Balikpapan 1 stadion dan 7 lapangan . Tarakan dengan stadion indoornya. Kota Balikpapan paling aktip diadakan turnamen internasional dan ditambah tahun ini turnamen nasional yunior. Tarakan, ada 5 lapangan indoor dan sudah digunakan untuk turnamen internasional.

Makassar, lapangan Karebosi ada 6 lapangan. Sudah pernah diselenggarakan turnamen internasional dan nasional. Manado, ada 8 lapangan.

Sebenarnya beberapa kota diluar Jawa memiliki 4 lapangan dalam satu lokasi, seperti Bandar Lampung. Pernah diadakan TDP , kurang lebih 10 tahun silam. saat ini kosong.
Riau, juga ada baik di Pekanbaru dan kompleks Caltex dulu.
Bali, di Canggu ada 2 lapangan outdoor dan 2 lapangan indoor, pernah digunakan untuk turnamen internasional disamping di Nusa Dua. Selain dihotel hotel ada juga di Nusa Dua 4 lapangan BDTC. Denpasar ada 4 lapangan KONI Prov.Bali yang kondisi lapangan perlu perbaikan. Ada lagi lapangan Lumintang.

Sebenarnya saya akan terjun langsung kedaerah daerah tersebut, karena sangat yakin rekan rekan didaerah tersebut belum tahu harus mulai dari mana, walaupun sudah diterangkan langsung cara caranya. Kemungkinan besar kurang percaya diri karena minim pengalaman sehingga belum berani. Melihat hal ini tentunya saya jika diberi kesempatan akan terjun langsung memberikan solusi dengan sekalian contoh.

" Trial and error ", begitulah yang diperkirakan. Tapi jika tidak dicoba tentunya tidak akan bisa bisa. Nah, siapa mau ikut, mari jangan segan segan kontak saya, jika ingin memajukan tenis didaerah tersebut. Mereka lupa kalau saya bikin turnamen itu untuk mencari keuntungan. Kalau tidak menguntungkan bagaimana bisa ada kelanjutannya. Dan saya sendiri bukan Sinterklas yang bagi bagi hadiah. "Ini resepnya AFR". Sayapun tidak malu malu ungkap demikian walaupun ada saja pihak lain berkoar dengan arogan dengan dalih untuk pembinaan tetapi tujuan sebenarnya untuk cari UNTUNG juga. Ini namanya Munafik, ya fik !

Banyak Perhatian dengan PON Tenis

Jakarta,23 April 2009. Rencana Pelti selenggarakan Pekan Olahraga Tenis Nasional 2009 pada tanggal 27 Juni - 5 Juli 2009 di lapangan tenis Gelora Bung Karno Jakarta mendapatkan respons dari pecinta tenis. Ada keinginan ikut khususnya kalangan veteran yang sangat minim turnamen sehingga banyak pertanyaan datang langsung ke August Ferry Raturandang. Namanya Pekan Olahraga Tenis Nasional, beda beda tipis dengan Pekan Olahraga Nasional yang dikenal sebagai multi event 4 tahun sekali.
Tujuan diadakannya Pekan Olahraga Tenis Nasional 2009 ini sebagai antisipasi agar daerah tidak lakukan lagi pola lama yang sangat menghambat pembinaan tenis didaerah. Yaitu pembinaan secara instant saja. 1-2 tahun menjelang PON baru sibuk cari atlet, tetapi yang sduah siap dananya begitu PON XVII selesi langsung cari atlet baru untuk PON XVIII Riau .

Kegiatan Pekan Olahraga Tenis Nasional ini melibatkan kelompok yunior, umum dan veteran. Khusus yunior ada 2 kelompok umur yaitu 14 tahun dan 16 tahun. dan dipertandingkan beregu ( 2 Tunggal dan 1 Ganda) dan perorangan terdiri dari Tunggal dan ganda baik putra dan putri. Kelompok Umum ( 2 Tunggal dan 1 Ganda) mempertandingkan beregu, perorangan tunggal , ganda dan ganda campuran. Kelompok Veteran Beregu ( 2 Ganda dgn jumlah usia 110 tahun dimana minimal usia 45 tahun , 1 Tunggal KU 45+) baik putra dan putri bersama perorangan mempertandingkan Tunggal KU 45+, Ganda putra dan putri (jumlah usia 110 tahun dengan minimal usia 45 tahun) dan Ganda Campuran dgn jumlah usia 110 tahun dengan minimal usia 45 tahun.

Melihat banyaknya jenis pertandingan , akan membawa dampak bagi setiap provinsi dalam kaitan dengan dana yang harus disiapkan. Kelihatan tidak semua pengrpov Pelti sanggup kirimkan timnya semua jenis pertandingan. Ada jalan keluarnya yaitu berikan kesempatan bagi Pengkot/Kab Pelti setempat untuk kirikan timnya mewakili Pengprov Pelti. Ataupun klub yang berminat tetapi tetap memakai nama Provinsi setempat. Bagi yang berkeinginan ikut oleh Pengkot/Kab ataupun klub tentunya akan sanggup membeayai sendiri, sehingga Pengprov Pelti tidak terlalu berat bebannya.

Adanya kegiatan ini bisa menunjukkan situasi pertenisan didaerah , apakah termasuk daerah yang Pelti setempat ada aktivitasnya apa tidak. Selama ini keluhan selalu muncul dari masyarakat tenis kepada August Ferry Raturandang. Kinerja Pelti daerah masing masing dipertanyakan.
Kalau dari luar bisa dibaca aktivitas mereka ini, dari kalender TDP saja ternyata hanya separuh dari 33 Provinsi yang memilikinya. Nah yang lainnya kemana ?

Tentunya Pekan Olahraga Tenis Nasional bisa digunakan untuk memecut pertenisan di daerah daerah. August Ferry Raturandang sendiri sering berdialog dengan rekan rekan didaerah daerah, memberikan solusi masalah pendanaan kegiatan turnamen. Ada yang berikan respons dengan kenyataan langsung ada kegiatan turnamen nasional maupun Persaminya. tetapi yang lainnya masih adem adem saja. Melihat situasi seperti ini August Ferry Raturandang tidak bisa diam begitu saja, terjun langsung kedaera daerah setelah mempunyai contact person masyarakat yang peduli akan tenis didaerahnya. Tetapi cara ini sering diartikan lain dimana rasa ketersinggungan tanpa melibatkan mereka didaerah yang merasa seperti Penguasa bukannya sebagai Pelayan masyarakat tenis. Sedangkan August Ferry Raturandang merasa sebagai Pelayan Masyarakat sehingga mau terjun langsung. Ini sering terjadi setiap ada Turnamen Baru yang tidak disadari sekali akibat ulah dan perbuatan August Ferry Raturandang menimbulkan ketersinggungan rekan rekan di daerah karena merasa tidak dilibatkan. Bahkan ada yang sampai menyampaikan kepada August Ferry Raturandang, kalau Pengprov tidak mau bertanggung jawab. Aneh sekali, bukannya cepat tanggap untuk mendekati pihak pihak yang ingin membantu pertenisan didaerahnya. Ini yang harus dipahami andaikan ada keinginan memajukan tenis didaerah masing masing.
"Saya sedih kalau lihat daerah punya sarana memadai, ada petenisnya tapi kagak ada turnamen nasional. Mau tahu contohnya yaitu Medan ada lapangan tenis Kebon Bunga memiliki 10 lapangan gravel atau clay court seperti dengan lapangan Gelora Bung Karno (red clay)." ujar August Ferry Raturandang. Selanjutnya dikatakan sedih juga dengan kota Manado ada 8 lapangan satu lokasi tetapi 2 turnamen internasional dibatalkan.

Piala Ferry Raturandang Mau masuk Solo

Jakarta,22 April 2009. Keasyikan ciptakan turnamen tenis didaerah daerah bisa melupakan turnamen sendiri yaitu Piala Ferry Raturandang. Untung saat ini sadar kalau keduanya harus bisa berjalan terus bersamaan, sehingga tenis di Indonesia tetap bergairah. Siapa yang untung. Tentunya yang untung adalah tenis sendiri. Begitu juga atlet tenis menikmatinya.
Lihat kalender Mei 2009 ada hari libur ditanggal 9 Mei dan 21 Mei. Kalau tanggal 21 Mei sudah diplot buat TDP RemajaTenis-2 di Gold's Gym Elite Rasuna Club Jakarta. Kesempatan tanggal 9 Mei 2009 untuk Piala Ferry Raturandang. tetapi mau kemana bikinnya. Karena bulan April-Mei-Juni penuh dengan ujian sekolah. Minggu ini di Jakarta Ujian Nasional SMU. Karena tidak punya anak sekolah lagi, maka tidak tahu persis kapan waktu juian maupun ulangannya.

SMS ke Solo, karena ada keinginan buat Persami Piala Ferry Raturandang. SMS ke pengelola lapangan GOR Manahan, tapi tercatat SMS itu belum diterima alias pending dilayar telpon seluler. SMS ke salah satu klub langsung dapat respons. Minta agar usahakan lapangan GOR Manahan, tetapi dijanjikan besok saja dihubungi pengelola lapangan.
Pagi ini ternyata terima telpon dari pengelola lapangan Ir Tjeng Haedar MSi. Sambutan cukup baik dan sangat didukung jika saya mau buat turnamen. Tinggal buat surat permohonan saja ketempatnya.
Berarti akan masuk kota Solo lagi, yang sewaktu pelaksanaan Davis Cup sebenarnya mau buat Persami juga di Solo disaat bersamaan , hanya keinginan itu dipendam dulu.
Mudah mudahan bisa dilaksanakan di Solo supaya tenis bisa berkembang dengan baik.

Tahta Untuk Sang Putri

Jakarta, 22 April 2009. Terima milis dari putri sendiri, Christina Nathalia.
Seorang ayah, kebetulan pengusaha kaya multi-usaha, menghadapi soal yang amat pelik.
Siapakah yang harus dipilihnya menjadi President & CEO menggantikan dirinya memimpin kerajaan bisnisnya yang sudah dibangun susah payah lebih dari setengah abad?
Kini usianya sudah berkepala tujuh dan penyakit-penyakit tua sudah mulai menggerogoti dirinya.
Ia tahu sebentar lagi dirinya akan mengikuti jejak nenek-moyangnya menuju lorong hidup manusia fana.

Anaknya tiga orang. Si sulung amat cerdas, meraih MSc. dan MBA luar negeri, ia berselera canggih, senang glamour, ambisius, dan punya pergaulan yang luas di kalangan jet set. Cuma si ayah cukup khawatir karena si sulung ini punya bakat bercumbu dengan bahaya seperti (konon) keluarga Kennedy. Naluri judinya gede, dan niat curangnya pun cukup kuat. Singkatnya, ia cerdas, kreatif, namun lihai dan licin.

Si tengah, lebih hebat lagi. Bergelar PhD. bidang kimia dari universitas beken di Amerika, ia lulus dengan predikat magna cum laude.
Papernya bertebaran di jurnal-jurnal internasional. Bangga sekali hati si ayah yang cuma lulus SMP zaman Jepang.
Dia dosen dan peneliti. Dan di perusahaan ayahnya dia menjabat sebagai Direktur Riset dan Pengembangan. Tetapi menjadi CEO, ia terlalu akademis.
Kurang cocok dengan bisnis mereka yang kini berspektrum sangat lebar.

Si bungsu, satu-satunya perempuan, cuma lulus S1 dalam negeri.
Meskipun sejak lima tahun terakhir ia bergabung dengan usaha ayahnya sebagai Direktur Grup Konsumer, tetapi ia memulai karirnya di perusahaan asing sebagai wiraniaga (marketing executive).
Ia merangkak dari bawah hingga 15 tahun kemudian bisa mencapai posisi General Manager. Otaknya kalah brilian dibanding kedua kakaknya.
Meskipun cenderung hemat berkata-kata, namun ia menunjukkan bakat memimpin yang baik. Ia mampu mendengar dengan intens. Berbagai pendapat dan gagasan bisa diolahnya dengan dalam. Gaya hidupnya biasa saja. Ia disenangi sekaligus disegani orang karena sikapnya yang fair, jujur, dan mampu merakyat dengan para bawahannya.

Nah, jika Anda adalah konsultan independen, siapakah pilih an Anda menggantikan sang patriarch menjadi President & CEO?

Saya bertaruh, sebagian besar Anda akan menominasikan si bungsu.
Dan si ayah juga demikian. Masalah ini menjadi pelik, karena menurut adat-istiadat, si sulunglah pewaris takhta.
Dan, ia sangat berambisi untuk itu. Sedang si bungsu, selain paling buncit, perempuan lagi. Jadi ia kalah status, gelar dan gender.

Bagaimana jalan keluarnya?Konsultan angkat tangan.
Rujukan buku teks tidak ada. Sang patriarch akhirnya hanya bisa mengandalkan wibawa dan hikmatnya sebagai ayah. Lalu dipanggilnya ketiga anaknya.
Dibentangkannya persoalan secara gamblang.
Diuraikannya plus-minus setiap anaknya. Dianalisisnya kemungkinan sukses masing-masing memimpin grup usaha itu menuju milenium ketiga.
Dialog pun dimulai.
Dan si ayah segera maklum, dead lock akan terjadi.

"Sudahlah, aku akan memutuskan sendiri siapa penggantiku, " kata orangtua itu akhirnya. Ketiganya takzim menurut.

Seminggu kemudian, si ayah datang dengan sebuah ujian.

"Barangsiapa bisa mengisi ruang ini sepenuh-penuhnya, maka dialah penggantiku, " katanya sambil menunjuk ruang rapat yang cuma terisi empat kursi dan sebuah meja bundar. "Budget maksimum Rp1 juta," tambahnya lagi.
Kesempatan pertama jatuh pada si sulung. Enteng, pikirnya.
Besoknya, dipenuhinya ruangan itu dengan cacahan kertas berkarung-karung. Dan memang ruangan itu menjadi padat.
"Bagus, besok giliranmu," kata si ayah kepada anak keduanya.
Duapuluh empat jam kemudian, ruangan itu pun dipenuhinya dengan butiran styro- foam yang diperolehnya dengan menghancurkan bekas-bekas packaging.
"Oke, besok giliranmu," kata sang patriarch menunjuk putrinya.

Esoknya, ketika acara inspeksi dimulai, ternyata ruangan masih kosong.
"Lho, kok kosong?" tanya ketiganya hampir serempak. Sang putri diam saja. Dimatikannya saklar lampu. Dari sakunya dia keluarkan sebatang lilin. Ditaruhnya di atas meja. Lalu disulutnya dengan sebatang korek api.

"Lihat, ruangan ini penuh dengan terang. Silahkan dinilai, apakah ada celah kosong tak tersinari," katanya kalem.
Tak terbantah siapa pun, dia dinyatakan menang dan sang putri pun berhak menduduki kursi tertinggi. Problem solved.

Kualitas yang ditunjukkan sang ayah dan putrinya adalah apa yang saya sebut sebagai hikmat. Ciri utama orang berhikmat (wise person) ialah kemampuan memecahkan masalah secara genuine dan memuaskan. Ini selaras dengan Jerry Pino yang merumuskan hikmat sebagai kemampuan membuat the best decision at any given situation.

Pintar, di pihak lain, adalah kemampuan mencerna dan mengolah informasi secara cepat. Ciri-cirinya, rasional, metodik, linier, dan analitik. Kepintaran umumnya diperoleh dengan olah otak sampai botak. Dari dulu botak memang ciri orang pintar.

Tetapi hikmat (wisdom) tidak hanya memerlukan olah otak tetapi terutama olah hati.
Jarang kita sadari, hati kita sebenarnya bisa berpikir. Dalam tradisi literatur kuno, terutama kitab-kitab suci, hati adalah lokasi kebijaksanaan, hikmat dan kepandaian. Lebih spesifik, hati adalah access point kita kepada the higher knowledge, yakni kepada Tuhan sendiri.

"Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya."

Diundang Lunch , tapi makan sendiri aja

Jakarta,22 April 2009. Menerima undangan dari luar adalah hal yang biasa. Baik dari Kedutaan Besar Polandia dalam rangka HUT Kemerdekaan pada tanggal 5 Mei 2009 di Grand Melia. Setiap tahun selalu terima undangan dari Kedutaan Besar Republik Polandia. Tetapi hari ini diundang oleh rekan Andreas Gunarso dari Hotel Sultan karena Direktur Marketingnya David Lusteaux ingin diperkenalkan sambil makan siang karena ingin ikuti program turnamen Pelti tahun 2009. Tahun sebelumnya juga pernah ketemu GM dari Hotel Sultan. Kali ini sayapun menyampaikan kepada Johannes Susanto Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti bahwa ada undangan LUNCH di hotel Sultan.
Tepat pukul 12.00 telpon sama Andreas Gunarso ternyata tidak masuk kerja karena ada halangan. Dan dipertemukan sama salah satu staff Marketingnya Gerry namanya. Ketika tiba di lobi Hotel Sultan terlihat ada perubahan, lobinya pindah kebelakang. Dan bersama Johannes Susanto ketemu dengan Gerry. Dan dibawanya ke kantor dari Direktur Marketing David Lusteaux. Waduh, biasanya selama ini kalau diundang berkenalan disaat waktu makan siang bisanya di salah satu resto di hotel tersebut. Tetapi kok dibawa kekantornya. Tanda tanda tidak jadi makan siang, sedangka perut sudah minta perhatian, apalagi rekan Johannes Susanto.
Benar juga ngobrol dengan David Lusteauz yang ternyata mantan petenis Perancis yang peringkat terakhirnya di ATP- tigaratusan. Berarti cukup bagus mainnya.

Dia ingin adakan semacam eksibisi, turnamen dimintanya bisa di lapangan tenis Hotel Sultan. Tentunya ideanya itu baik dan patut didukung, tanpa disadari perut sudah mulai minta perhatian.
Pertemua selesai, dengan hasil perut sudah keroncongan. Keluar ruangan berdua dan cari makan di salah satu resto di Hotel Sultan Jakarta. Pesan makannya ternyata cukup lama baru keluar. Sial apa gerangan hari ini.

Rabu, 22 April 2009

Selamat Jalan Abor !

Jakarta,21 April 2009. Kemarin sore terima berita tentang telah meninggal teman dari Majalah Tenis yaitu Agus Aribowo di Surabaya. Sebagai wartawan Tabloid Tennis, Abor (panggilan selama ini) cukup dikenal masyarakat tenis karena sering berkomunikasi dengan pelaku pelaku tenis Indonesia.
Saya sendiri kalau panggil namanya bukan Abor tetapi cucakrowo. Awalnya kalau panggil atau sebuit nama itu saya pikir dia tidak noleh tetapi setelah dicoba dia menoleh. Berarti dia mau dipanggil dengan nama cucak rowo.
Terakhir kali berjumpa dengan Abor di Tulungagung sewaktu menghadiri pembukaan turnamen tenis nasional Tulungagung Open. Dia datang bersama istri dan anak semata wayang. Sudah terlihat kalau dalam keadaan sakit. Sewaktu masuk ke hotel, masih ketemu dia dikamar bersama anaknya dan istri.
"Lho jalan sama istri kok sakit!" begitulan canda saya bersama Amin Pujanto. Setelah itu besok pagi saya kembali ke Jakarta melalui Surabaya.

Setelah turnamen selesai Abor kembali ke Surabaya karena orangtuanya berada di Surabaya. Saya sempat dengar dia masuk rumah sakit akibat batu ginjal begitulah informasi yang saya dapat.

Sore ini saya telpon Ariwangsa minta konfirmasi tentang berita meninggalnya Abor. Ternyata benar telah meninggal jam 16.15 di PHC (Piort health Center atau sekarang disebut Rumah Sakit Pelabuhan Surabaya.
"Apakah ini tidak termasuk malpraktek?" ini pertanyaan dari Ariwangsa yang saya ketahui seorang Sarjana Hukum. Sayapun sampaikan kalau bicara kemungkinan sih bisa saja walaupun 0,00001 %. Tetapi harus tanya dulu sama yang ahli "Memangnya kenapa?"

Kemudian diceritakan kalau dia ditembak laser di Rumah sakit. Tembakan pertama berhasil, kemudian ditembak keduanya sama berhasil. Tetapi waktu mau ditembak ketiga kalinya, dia tidak sadar. Pertanyaan fdiatas muncul karena dikuatirkan akibat salah tembak, karena kurang teliti. Tapi dikatakan pula ternyata paru parunya basah. Nah lo, kembali bicara kemungkinan ada riwayat penyakit lainnya. Begitulah kira kira yang bisa saya sampaikan.

Langsung sayapun kirimkan SMS kepada seluruh rekan2 pengurus Pelti baik di Jakarta maupun didaerah, termasuk pelatih2nya. Semoga kaget dan menyampaikan simpati dengan menyampaikan turut berduka cita baik sebagai perorangan maupun institusi.

Abor sudah dipanggil pulang sama yang punya, dengan meninggalkan seorang istri dan seorang anak yang masih kecil. Selamat Jalan Abor !

Selasa, 21 April 2009

Atlet Harus kerja Keras

Jakarta, 21 April 2009. Bagi pelaku pelaku tenis di Jakarta yang belum paham atas pelaksanaan turnamen agak sedikit terkejut ketika masalah yang tidak lazim karena belum pernah dilakukan di Indonesia. Saya sendiri tidak melihat tetapi terima keluhan datang dari pelaku tenis di Jakarta.
"Masak turnamen profesional tanpa wasit. Emangnya turnamen yunior." begitulah disampaikan oleh ayah dari petenis Voni Darlina kepada saya disaksikan oleh ayah dari petenis Suryaningsinh.
Saya sendiri tidak tahu karena belum sempat menonton turnamen nasional Sportama yang sedang berlangsung di Gym's Gold Elite Rasuna Club Jakarta, tetapi sudah mendengar sebelumnya. "Emangnya kenapa ? " ujar saya kepadanya'
"Pak Ferry, kan aneh turnamen profesional mampu sediakanprize money ratusan juta kok tidak pakai wasit." ujarnya cukup semangat. Tetapi tidak aneh bagi saya.
" Kasihan pemainnya." Mendengar disebutkan kasihan, maka sayapun mulai bereaksi.
"Terus terang petenis kita terlalu dimanja. Turnamen internasional di Tanah Air sangat menyenangkan petenis luar negeri. Karena diluar negeri saja turnamen satellite circuit tidak gunakan wasit". Ini bukan masalah tanpa wasit. Selanjutnya saya katakan kita terlalu memanjakan petenis sehingga tidak bisa mandiri. Banyak contoh sering dilihat mulai dari turnamen yunior maka akan dibawa juga kebiasaan setelah masuk ke profesional.
"Saya tidak setuju kalau kasihan kepada atlet, karena mereka harus bekerja keras untuk bisa maju prestasinya."

Hari ini hujan turun dengan derasnya diikuti pula dengan angin kencang. "Ini belum pernah terjadi selama di Pusat Tenis Kemayoran. Ada kaca pecah dihantam angin dan pohon dihalaman tumbang."
Telpon seluler bebunyi datang dari pelatih Erni dari Karawang. " Om , maaf mngganggu, kami ingin bertemu Om, kapan ada waktu." Ketika ditanyakan maksudnya bertemu bersama anggota pengurus Pelti Karawang, baru saya katakan besok siang saja. Ada keinginan selenggarakan Turnamen nasional di karawang tanggal 8-10 Mei 2009. Mereka minta nasehat dan ingin ketahui persyaratannya. "Tidak sulit kok buat TDP, isi Formulir TDP dan tambahan beaya pengadaan tenaga Referee." ujar saya membesarkan hati mereka agar tidak putus asa selenggarakan turnamen nasional. " Ya, semoga saja behasil."

Senin, 20 April 2009

Yang Sulit Dipermudah

Jakarta, 20 April 2009. Hari ini menerima dua permintaan dari wilayah Jawa Barat. yang satu dari Karawang dan yang satu dari Bandung. Permintaan untuk membuat turnamen diakui Pelti. Kalau dari Karawang datang dari pelatih dan juga anggota Pelti Kabupaten Karawang Achmad Yusuf, bersama dengan Erni. " Sulitkah buat TDP dan bagaimana caranya ? " Tentunya dalam menghadapi masalah ini selaku pelaku olahraga tenis sudah bisa menangkap NIAT dari pelaku tenis dilapangan. Sehingga janganlah Niat ini hilang begitu saja. "Mudah sekali buat TDP, isi formulir TDP yang disediakan oleh PP Pelti, kemudian minta rekomendasi ke Pengprov Pelti Jawa Barat dan setelah itu kirimkan ke PP Pelti. nanti PP Pelti akan mengeluarkan SK Ketua Umum sebagai bentuk pengakuannya dan bayar sanction fee. Dan juga PP Pelti aka menunjuk tenaga Referee. Mudahkan! " ujar August Ferry Raturandang. Ada juga yang menanggapinya dengan melihat betapa mudahnya prosedurnya. " Janganlah yang mudah dipersulit. Justru yang sulit dipermudah." begitulah tanggapan August Ferry Raturandang.
Begitu juga oleh salah satu wasit nasional yang juga anggota Pengprov Pelti Jawa barat Eko Supriyatna yang bertanya langsung kepada August Ferry Raturandang mengenai hal ini.
"Cobalah Anda menampung aspirasi masyarakat tenis di Jawa barat yang sangat membutuhkan sekali keberadaan turnamen nasional di Bandung. Sosialisasikan kebutuhan atlet tenis akan turnamen tenis di Bandung." Kemudian diceritakan munculnya turnamen ITF Oneject International sebagai pengganti hilangnya turnamen berlabel Piala Pangdam Siliwangi 3 tahun silam . Apa yang dilakukan oleh August Ferry raturandang saat itu mempromosikan kebutuhan turnamen disela sela turnamen Piala Ferry Raturandang kepada orangtua peserta Piala Ferry Raturandang. Awalnya seperti dapat sambutan dari para orangtua tetapi ternyata hanya Jahja T Tjahjana yang lebih serius menanggapinya sehingga bisa terealiser sampai saat ini.
Kemudian diceritakan pula sampai bisa terealiser TDP UFO Open di Surabaya. Resepnya adalah "Jika sudah ada NIAT maka Tuhan akan berikan Jalan "

Belajar Kerja efisien dan efektip

Jakarta, 20 April 2009. Jika diperhatikan dalam melaksanakan Turnamen tenis nasional kelompok yunior itu lebih sulit dibandingkan dengan kelompok umum atau profesional. Selama ini saya perhatikan setiap turnamen nasional yunior selalu ada masalah yang timbul. Hal ini baru ketahuan jika kita melihat langsung dipenyelenggaraannya, dimana bisa mengamati bagaimana pelaku turnamen menjalankannya mulai dari hari pertama yaitu penyelesaian administrasi kemudian dilanjutkan dengan sign-in atau melaporkan kehadirannya kepada Referee selaku penanggung jawab pertandingan.
Kenapa sampai terjadi demikian. Karena kelompok yunior itu mempertandingkan beberapa kelompok umur, sedangkan kelompok umum atau profesional hanya satu dua jenis pertandingan tunggal dan ganda. Kelompok yunior ada beberapa kelompok umur seperti kelompok umur 10 tahun, 12 tahun, 14 tahun , 16 tahun bahkan 18 tahun. Idealnya satu kelompok umur satu Referee.
Saya pernah menerapkan sewaktu duduk di komite pertandingan Pengda Pelti DKI Jakarta, dalam merencanakan Turnamen Piala Thamrin tahun 1994 sediakan 2 Referee yaitu untuk KU 10 tahun dan 12 tahun, kemudian untuk 14 tahun, 16 tahun dan 18 tahun satu Referee sebagai penanggung jawab dengan 3 meja pertandingan yang berbeda personalianya. Hanya yang jadi masalah kalau sekarang diterapkan dengan makin banyak personalia maka ada konsekuensinya yaitu membengkaknya beaya pertandingan.

Tetapi disaat sekarang sebenarnya dengan peralatan modern yaitu penggunaan komputer sudah diperkenalkan oleh ITF bentuk draw sheet yang sangat membantu pekerjaan Referee. Saya hanya melihat yang paling utama adalah persiapan sebelum dilakukan undiannya. Disiapkan lebih awal nama2 peserta dalam listnya bukannya list yang kosong sehingga saat peserta tulis namanya dengan berbagai model tulisan anak2 maka bisa dibayangkan Referee akan ada kesulitan dalam mengeja nama tersebut. Kalau sudah ditulis nama atletnya dengan peringkatnya maka lebih cepat untuk mensortir untuk dibuatkan unggulan berdasarkan PNP terakhir. Begitu juga Referee tidak perlu menunggu seluruh pertandingan selesai baru dibuatkan order of play. Sewaktu pertandingan satu persatu sudah selesai langsung hasilnya dimasukkan kedalam komputer, dan bisa secara perlahan bisa dibuatkan order of playnya. Saya pernah lakukan penelitian waktu untuk membuat undian. Didapat data untuk setiap kali untuk satu jenis pertandingan cukup makan waktu 15-20 menit selesai undiannya. Jadi jika ada 3 kelompok umur maka akan habis waktu hanya 45-60 menit. Kemudian buat order of playnya. Memang secara teoritis terlihat mudah, tetapi kalau tidak dicoba maka akan terpaku dengan pola kerja yang lama. Coba kita perhatikan disetiap turnamen yunior, apakah sudah dilakukan atau belum jika turnamen selesai atau pertandingan hari itu selesai apakah bisa langsung sudah keluar order of play yang seharusnya sudah langsung diketahui oleh peserta. Menurut saya so pasti banyak sekali Referee tidak lakukan. Kalau lakukan maka baru besok pagi disebar luaskan Bukannya ini sudah terlambat !

Saya hanya mencoba mengingatkan kepada rekan rekan Referee agar jangan terpaku dengan pola kerja selama ini yang kurang efisien dan efektip. Marilah dengan pengalaman yang sudah didapat untuk mengevaluasi kerjanya apakah sudah efisien atau belum. Jangan segan segan belajar. Belum lagi ada individu Referee suka gugup didepan berbagai macam orang, yang secara manusiawi suka terjadi didiri Referee. Saya sendiri tidak ahli komputer tetapi tidak malu malu bertanya kepada Referee yang faham akan penggunaan program yang diberikan oleh ITF. Dan sudah dicoba ternyata bisa dilakukan.
Disamping itu pula saya hanya mengingatkan kepada pelaksana turnamen agar memperhatikan 3 kepentingan pokok dalam menjalankan turnamen tenis. Apa yang dimaksud dengan 3 kepentingan tersebut.
Kepentingan pertama adalah kepentingan pemain, kemudian kepentingan sponsor dan kepentingan terakhir adalah kepentingan penonton. Dari ketiga kepentingan tersebut yang mana lebih penting. Semuanya sama penting tergantung kita melihat dari sisi mana. Baik oleh Referee maupun panpel juga sudah harus memahami ketiga kepentingan tersebut. tetapi yang pasti tidak ada rumusnya kepentingan panitia. Sehingga janganlah berpikiran agar turnamen cepat cepat selesai sehingga bisa pulang cepat. Ini tidak boleh terjadi, karena memang ada kecendrungan petugas petandingan mau cepat cepat pulang. Jangan lupa resiko datang lebih awal dan pulang paling akhir. Do Your Best !

Sekali Dayung 2-3 Pulau Terlampaui

Jakarta, 20 April 2009. Munculnya kasus UFO Open di Surabaya menunjukkan banyak petinggi Pelti didaerah belum mengenal ketentuan yang dibuat oleh PP Pelti didalam Ketentuan Turnamen Diakui Pelti. Selama ini dalam pengamatan August Ferry Raturandang banyaknya pelaku pelaku baru di pertenisan baik didalam kepengurusan Pelti maupun klub tenis sendiri.
Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti Johannes Susanto sampai hari ini pula masih menerima telpon dari rekan rekan Pelti di Jawa Timur yang ingin tahu sepak terjang August Ferry Raturandang dalam kapasitasnya baik perorangan maupun institusi Pelti terutama dalam menghasilkan Turnamen Nasional baru khsusu Yunior yaitu UFO Open 2009 di Surabaya. Pemeritaan yang negatip diangkat oleh media massa di Surabaya dengan sumber berita berasal dari petinggi Pelti Jawa Timur menunjukkan ketidak tahuan terhadap ketentuan PP Pelti didalam Turnamen Diakui Pelti.

Yang muncul sebagai masalah adalah ketidak tahuan akan diijinkannya sebagai penyelenggara turnamen tenis itu pihak luar Pelti sendiri, yang selama ini dikatakan harus oleh Pelti sendiri. Lupa kalau selama ini pelaksanaan turnamen nasional di Indonesia seperti beberapa tahun silam ada turnamen Hemaviton diselenggarakan oleh Yayuk Basuki cs, Maesa Paskah diselenggarakan oleh Klub Maesa sendiri, Garuda Indonesia Super Tennis, Wismilak International, Sportama dll.
Turnamen ini termasuk turnamen nasional dan internasional bisa diselenggarakan oleh pihak luar Pelti. Apakah aturan ini tidak berlaku di Surabaya, itu yang belum diketahui. Tetapi ketentuan yang dibuat PP Pelti tentunya berlaku diseluruh Indonesia.
Ada turnamen yang bekerjasama dalam pelaksanaannya , berarti bisa saja bentuk kepanitiaannya duduk kedua belah pihak didalamnya seperti Oneject International di Bandung. Tetapi ada juga bentuk kepanitiaannya tersendiri dilakukan oleh bukan Pelti, sehingga Pelti cukup memberikan rekomendasi dan pengakuan. Ini hanya terlibat soal administrasinya.

Jikalau kepanitiaannya baru untuk pertama kali, sebaiknya Pelti memberikan pedoman pelaksanaannya. Hal ini sudah dilakukan oleh Bidang Pertandingan PP Pelti saat ini sehingga penyimpangan dari aturan aturannya bisa dihindari.

Johannes Susanto sendiri katakan, seharusnya Pelti berterima kasih sekali ada pihak pihak luar mau membantu salah satu program Pelti dimana Pelti tidak akan keluar sepeserpun dana. " Lebih enak tidak duduk dalam kepanitiaan, kita ini bukan pengangguran. Kecuali pengangguran banyak acara. Ha ha ha. " ujarnya.

Memang ada yang tersinggung atas sepak terjang August Ferry Raturandang didalam menggoalkan turnamen baru UFO Open. tetapi lupa kalau apa yang dilakukan August Ferry Raturandang justru menguntungkan pertenisan didaerah dan nasional. Makin banyak turnamen maka makin baik pertenisan didaerah tersebut. Bisa dibayangkan ada komitmen dengan pihak UFO Electronic di tahun 2009 akan diselenggarakan 6-7 turnamen nasional yunior. Bisakah dibayangkan ! Sekali dayung 2-3 pulau terlampaui.

Sabtu, 18 April 2009

A Bad News is a Good News

Jakarta, 18 April 2009. Sebenarnya hari ini mau terbang ke Surabaya untuk memenuhi keinginan sponsor UFO Open agar bisa mengklarifikasi pemberitaan yang memojokkan panitia pelaksana turnamen UFO Open tersebut. Secara selintas berita ini membuat pihak sponsor dirugikan karena mensponsori turnamen yang bermasalah. memang beberpa hari lalu smepat di telpon oleh Freddy Tedja dan menanyakan jika bersedia ke Surabaya bertemu dengan Pengprov Pelti Jatim maupun pengkot Pelti Surabaya. Memang sayapun ajukan persyaratan agar pihak yang menyerang panpel bisa hadir sehingga sayapun tidak sia sia ke Surabaya.

Tetapi kemudian sayapun berpikir, ini langkah awal yang bagus sebenarnya bagi sponsor UFO Electronic, karena teringat akan teori marketing yaitu the bad news is a good news. Jika dihembusakn oleh media maka masyarakat khususnya pecinta tenis akan mengenal apa dan siap itu UFO. bagi sayapun kalau dengar nama UFO seperti selama ini dikenal dengan UNIDENTIFIED FLYING OBJECT. Tetapi UFO ini lain yaitu UFO Electronic, nama salah satu perusahaan penjualan electronic.
Biarkanlah bad news ini berjalan beberapa kali tetapi harus diingat jangan keterusan berita negatpnya. Cukup dalam jangka waktu tertentu saja sudah cukup. Sayapun tidak terlalu perlu ke Surabaya hari ini, dan kebetulan sekali sedang mempersiapkan turnamen MaesaPaskah 2009 besok pagi.

Hari ini rekan Johannes Susanto selaku Ketua Bidang Pertandingan terima telpon dari Surabaya, menanyakan keterlibatan August Ferry Raturandang dalam pencaplokan sponsor UFO dari program Pengprov Pelti Jatim.
Tetapi bagi rekan rekan di Surabaya ataupun daerah lainnya, tidak menyadari kalau program PP Pelti sendiri dalam pertandingan, justru mendukung jika ada pelaksana TDP dari pihak pihak diluar Pelti sendiri. Mungkin dianggap sebagai lahan sebagai pelaksana untuk kepentingan pribadinya. Tidaklah heran bagi saya ketika dalam pertemuan pertama saya dengan pihak sponsor di Surabaya oleh Poedji Harianto sempat menanyakan keinginan agar pelaksaan diminta independent, tidak ikut campur petugas dari Pelti setempat. Keinginan agar tenaga pelaksananya ditunjuk olehnya kecuali Referee bukan wewenangnya.
Dipertanyakan kapasitas August Ferry Raturandang didalam pelaksanaan UFO Open ini, sedangkan nama itu tidak ada dalam kepanitian, sehingga baru sadar kalau penilaian mereka itu salah besar. Setelah diterangkan oleh Johannes Susanto apa yang seharusnya dilakukan maka baru terbuka mata kalau apa yang sudah diterangkan oleh August Ferry Raturandang selama ini di Surabaya sudah sejalan dengan aturan PP Pelti sendiri. "Lha Ferry itu termasuk yang menyusun ketentuan TDP tentunya dia tahu peraturannya."

Turnamen Maesa Paskah Siap Digelar

Jakarta, 18 April 2009. Besok pagi tanggal 19 April 2009 dimulai pelaksanaan turnamen tenis nasional Maesa Paskah 2009. Perjalanan Maesa Paskah sudah diawali dari tahun 1924 dimana para orangtua dulu asal dari Sulawesi Utara berkumpul datang dari Surabaya, Jakarta dan Bandung bertepatan dengan merayakan Paskah dilapangan tenis. Perjalanan turnamen tenis Maesa Paskah setiap dilaksanakan selama ini tetapi terhenti jika ada perang ( Perang Dunia) kemudian juga jika ada Pemilu biasanya ikut terhenti. Tahun 2009 juga ada pemilu sehingga ada kecendrungan tenis Maesa Paskah yang merupakan laga para Kawanua berkumpul di lapangan tenis untuk unjuk permainan tenis. Turnamen khusus Kawanua dan juga diselingi pula dengan turnamen nasional khsusunya yunior yang sudah masuk dalam kalender Turnamen diakui Pelti.
Setelah melihat ada gejala gejala turnamen yunior ini juga akan ditunda, August Ferry Raturandang memberanikan diri mengajukan kepada PB POR MAESA dan juga OICO Tenis Maesa untuk menjadi pelaksana Turnamen Nasional Yunior Maesa Paskah. Usulan ini diterima oleh rekan rekan di Maesa yang sedang sibuk menghadapi Pemilu legislatip.
Pelaksanaan kali ini tanpa diembel embeli panitia pelaksana yang se-abrek abrek yang sudah menjadi kebiasaan dimana mana jika dibentuk kepanitiaan maka personalianya cukup banyak. Cukup 2-3 orang pelaksana termasuk referee yang ditunjuk oleh PP Pelti.

Harus disadari jika turnamen tenis tanpa spanduk spanduk menyebabkan ada kesan seperti latihan saja dimata petenis. Oleh karena itu segera dipesanlah berbagai macam spanduk sehingga lapanganpun tidak kelihatan kosong. Mudah mudahan semua ini bisa menambah semarak turnamen tenis. Ini berarti penambahan dana yang harus dikeluarkan khusus pembuatan spanduk dll. Hampir lupa yaitu beum pesan bola untuk pertandingan. Hari ini juga setelah kontak pertilpon, langsung ke Crown Sport di Pasar Baru ambil sendiri bola DUNLOP Championship yang akan digunakan.

Memang tercatat 100 peserta berasal dari Sumatra Barat, Riau, Jambi, Bangka Belitung, Lampung, Pontianak, Kaltim, Banjarmasin, Manado, Bali, Pati,Cirebon, Indramayu,Bandung, Bogor, Depok, Karawang, Purwakarta, Bekasi, Tangerang dan Jakarta. Melihat saat ini makin banyak turnamen tenis di Indonesia khususnya pulau Jawa disaat bukan liburan sekolah , sehingga tidak perlu lagi jumlah pesertanya berlebihan sekali. Hal ini semalam sudah disampaikan kepada Ketua Umum PB POR MAESA Ltejen(Purn) EE Mangindaan maupun Ketua Bidang Pertandingan PB POR Maesa Nico Sompotan maupun Ketua OICO Tenis maea Freddy Hakim dilapanga tenis Gold's Gym Elite Rasuna.
Kepada rekan rekan Maesa diminta kehadirannya besok di Pusat tenis Kemayoran setelah selesai keluar Gereja. Ketua Umum PB POR Maesa bersedia datang besok setelah selesai jadwal di Gereja.

Jumat, 17 April 2009

Pasca Turnamen Timbul Kecemburuan sosial

Jakarta,16 April 2009. Selesai turnamen timbul masalah sudah merupakan bagian tersendiri yang harus dipikirkan selaku pelaksana turnamen. Apalagi bagi yang pertama kali selenggarakan turnamen nasional yang masuk dalam istilah TDP atau turnamen diakui Pelti. Kebetulan buka internet ternyata ada masalah timbul di turnamen UFO Open di Surabaya. Kebetulan turnamen ini juga merupakan hasil pertemuan saya dengan orangtua petenis Surabaya sehingga bisa meyakinkan mereka agar membuat suatu turnamen nasional khususnya yunior. Bisa dibayangkan ada komitmen selenggarakan TDP sebanyak 6 (enam) kali dalam tahun 2009. Apakah ini bukan suatu hasil yang gemilang. " Tidak percuma buang waktu dan tenaga ke Surabaya." begitulah kebanggaan saya waktu itu. Ada kebanggaan tersendiri dan terharu juga bisa memberikan andil di Surabaya kota tempat saya kuliah di tahun 1965, dimana peristiwa G30S saya sedang dalam perpeloncoan mahasiawa FK UNAIR.

Memang sebelumnya saya sudah merasakan ada yang tidak lancar di Surabaya, karena pembukaan turnamen saya ikut hadir di Surabaya. Dalam persiapanpun saya sudah merasakan ketidak senangan akan muncul dari petinggi Pelti Jawa Timur. Sewaktu selesai pertemuan di Surabaya beberapa bulan lalu, saya langsung kirim SMS sebagai berita gembira karena bulan April 2009 akan ada TDP baru di Surabaya kepada rekan2 di Jawa Timur termasuk pelatih, orangtua maupun petinggi Pelti setempat yang ada nomer HPnya.
Ternyata banyak yang memberikan respons positip datang dari pelatih maupun orangtua petenis yunior, karena keberadaan turnamen nasional di Surabaya khususnya sangat didambakan. Kenapa, karena di Surabaya hanya ada 1 turnamen nasional/internasional yaitu Semen Gresik Widjojo Soejono saja. Sehingga wajar sekali akan ada respons tersebut. Bukan berati ada yang tidak wajar, so pasti ada. SMS datang dari petinggi Pelti Jawa Timur yang saya belum kenal betul yang menurut info sebelumnya posisinya belum saya ketahui tetapi yang pasti bukan dibidang pertandingan. Isinya cukup mengagetkan sekali. Kira kira begini bunyinya. Kenapa AFR mencaplok sponsor Pengprov Pelti Jatim.
Kata kata mencaplok sungguh diluardugaan, karena sewaktu dalam pertemuan tersebut hadir juga salah satu anggota komite pertandingan Pengprov Pelti Jatim , Daim .
Sepengetahuan saya waktu itu sesuai pengakuan Daim, kalau Pengprov Pelti Jatim telah mengajukan proposal sponsorship kepada UFO Electronic. Tetapi proposal tersebut adalah proposal untuk turnamen PERSAMI.
Sebelumnya juga saya pernah terima SMS dari Daim kalau sedang menyusun proposal untuk sponsor Persami sehingga sayapun membalas SMS tersebut dengan katakan kalau ada sponsor lebih baik buat TDP (Turnamen Diakui Pelti), bukan Persami karena Persami itu tidak perlu ada sponsor, sudah bisa berlangsung. Akibatnya tidak bisa tiap bulan karena ketergantungan dengan sponsor baru bisa selenggarakan PERSAMI.
Sayapun membalas SMS tersebut kepada petinggi Pelti Jawa Timur menceritakan masalah informasi yang saya terima. Dan balasannyapun saya terima langsung SMS darinya yaitu mengatakan tidak akan bertanggung jawab terhadap TDP tersebut dan mempersilahkan selenggarakannya. Nah, ini dia biangnya.
Ini jawaban yang tidak pantas dilakukan oleh petinggi Pelti. Tetapi sayapun sadar sekali jika petinggi ini baru pertama kali terjun dalam kepengrusan Pelti JawaTimur sehingga saya yakin dan percaya yang bersangkutan tidak mengerti sama sekali program PP Pelti selama ini, apalagi membaca Ketentuan TDP selama ini. Dalam hati saya hanya katakan, tidak perlu dilayani, the show mmust go on. Karena ini kepentingan petenis Jawa Timur , bukan kepentingan pengurus Pelti.
Dalam pertemuan dengan orangtua petenis Surabaya hadir Freddy Tedja, Poedji Harianto (UFO Electronic) dan Pudji Haripin hadir Bonit Wiryawan, Gagat Kartika , Daim. Setelah mendapatkan masukan dari saya masalah pelaksanaan TDP, respons dari orangtua ini yang berkeinginan selenggarakan sendiri TDP tanpa ikut campur pelaksanaan dari Pelti setempat. Ini sesuai dengan ketentuan TDP yang dibuat PP Pelti. Selama ini kelihatannya setiap pelaksanaan turnamen tenis di Surabaya petugasnya dari Pelti setempat. Berbeda dengan di Jakarta dimana pelaksana TDP bisa pihak luar Pelti. Dugaan saya akan ada kecemburuan muncul dari rekan rekan Pelti yang biasa terjun di turnamen.
Dalam pertemuan tersebut, Poedji Harianto sempat bertanya. " Apakah boleh turnamen ini diselenggarakan pihak independent." Sayapun langsung mempersilahkan karena semua sesuai dengan ketentuan PP Pelti sendiri. "Pelti sangat berterima kasih pihak luar mau selenggarakan TDP. Bukan halangan. Sangay dsayangkan sekali kalau ada Pelti yang mau menghambat. Itu berarti bukan Peltinya tetapi oknumnya." ujar August Ferry Raturandang didepan peserta pertemuan tersebut.
Saya sendiri melihat kebimbangan pada diri Daim setelah melihat keinginan UFO Electronic selenggarakan turnamen nasional dibandingkan Persami. Karena Daim yang ditugaskan negosiasi dengan sponsor untuk pelaksanaan Persami tersebut. Akhirnya timbul dugaan keliru terhadap saya yang dikatakan menyabot sponsorship Pengprov Pelti Jatim.
Setelah membaca tulisan dimedia massa, sayapun terima telpon dari Freddy Tedja menyampaikan adanya masalah pasca turnamen. Untung dalam tulisan tersebut disebut nama BonitWiryawan yang dituding menyabot program Pelti Jatim.
Saat itu pula saya sampaikan laporan kepada Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti Johannes Susanto permasalahan yang muncul di Surabaya. Dan Susanto kemudian kontak Ketua Pengkot Pelti Surabaya Nanee Rudy Tangkau yang lebih dikenal dengan Ibu Rudy. Dan juga ke Bonit Wiryawan maupun Poedji Harianto.
Johannes Susanto justru mendukung pelaksanaan TDP dilakukan oleh pihak diluar Pelti. "Bukan masalah diselenggarakan oleh pihak luar Pelti. Cukup pengakuan dari Pelti saja sedangkan Pengprov Pelti cukup merekomendasikannya."

Setelah saya ingat ingat sebelum pelaksanaan UFO Open di Surabaya saya sempat kirim SMS keseluruh teman teman agar ikuti blogger saya ini. Ternyata dapat jawaban dari petinggi Pelti tersebut kalau belum ada waktu membacanya, tetapi yang hebatnya disebutkan pula kalau sudah muak ikuti sepak terjang AFR. Heibat sekali bunyi SMS tersebut.
Tetapi sayapun sudah cukup makan asam garam masalah kata kata mutiara yang disemprotkan kepada saya di pertenisan Indonesia, sehingga tidak mau tanggapi. Apalagi kalau tahu orang tersebut termasuk anak kemaren sore di pertenisan Indonesia, saya lebih sombong maklum bintang LEO, mau dilawan. Apalagi ada rekan yang memberikan gelar kepada saya ini Professor Tenis.

Selasa, 14 April 2009

Benar atau salahkah ?


Jakarta, 15 April 2009. Disaat mulai ada niat untuk menelusuri kembali kasus curi umur, mata dan insting mulai bekerja keras setiap melihat copy akte kelahiran yang diterima , ternyata bisa membuahkan hasil. Ini suatu kebiasaan saya selama ini membaca copy akte kelahiran dan sudah bisa membuktikan banyak kasus pemalsuan copy akte tersebut. Tetapi bukan berarti selama ini sudah berhasil seluruhnya, inipun saya sadari. Karena banyak kecurigaan atas copy akte dimulai dengan penghapusan angka didalamnya yang secara kasep mata sangat terlihat tapi tidak punya bukti jelas kecuali diminta aktre kelahiran asli. Makin sering setiap turnamen kirimkan data copy akte kelahiran maka makin sering pula penemuan kasus curi umur. Ini sangat saya yakini sekali. Paling banyak yang saya ketemukan adalah adanya copy akte ganda dengan beda tahun. Ini tidak bisa dipungkiri lagi, maka dengan mudah saya publikasikan. Tetapi akan saya buka kembali copy akte yang sudah masuk dimana ada catatan yang dicurigakan.
Sebenarnya semua pihak jika ingin membantu, bisa dengan kooperatif saja dengan saya. Yaitu semua pendaftaran dikirimkan ke Jakarta dan akan diteliti data yang masuk, begitu juga copy aktenya dilampirkan. Mudah kan. Kelihatannya mudah kecuali ada niat tertentu sebagai penghambat.

Hari ini saya punya kasus baru lagi. Bisa dikatakan salah , tetapi bisa juga petenis itu boleh ikuti turnamen.
Dari pendaftaran peserta TDP, didaftarkan nama tersebut tahun kelahiran 1993, petenis tersebut mendaftarkan di kelompok umur 16 tahun. Berarti boleh ikut turnamen. Tetapi dikirimkannya pula copy akte kelahiran tahun 1994. Ini juga tidak masalah karena masih boleh ikut TDP dikelompok 16 tahun.
Sempat saya perlihatkan kecurigaan saya terhadap copy akte tersebut yaitu angka 4(empat) di 1994 itu ada kecurigaan bekas hapusan. Hal ini saya coba sampaikan kepada Slamet Widodo salah satu Administrator Perwasitan PP Pelti. Sama sama setuju ada keganjilan tulisan 4 (empat) tersebut. Timbul insting melihat data di computer siapa tahu sudah pernah kirim copy akte sebelumnya. Ternyata ada nama tersebut. Tahun kelahiran 1993. Nah, ini dia. Apakah sudah mulai atur strategi agar tahun kedepannya dengan akte kelahiran 1994 masih bisa ikuti KU 16 di tahun 2010 ?

Yang ingin saya ketahui adalah apakah anak itu berhak ikuti TDP ?
Satu sisi mengatakan yang bersangkutan boleh ikuti TDP di kelompok umur 16 tahun di TDP tersebut seperti yang dikirimkan pendaftarannya. Hanya yang jadi pertanyaan adalah kenapa dikirimkan bukti administrasi pendukung tahun yang salah. Karena pendaftaran dikirim bersama sama teman teman lainnya. Ada yang katakan ada kesalahan administrasi saja. Tapi yang penting saya catat saja data 2 akte tersebut, karena akte yang dipalsukan itu belum sempat digunakan di TDP.
Setuju atau tidak

Susanto geram kerja FORKOPI

Jakarta, 14 April 2009. Sejak diungkapkan kembali penemuan August Ferry Raturandang terhadap kasus pemalsuan umur petenis yunior, ternyata mendapatkan respons bukan hanya dari rekan rekan pelatih maupun rekan rekan pengurus tenis baik di klub maupun Pelti sendiri. Respons positip atau dukungan atas penemuan tersebut.
August Ferry Raturandang sendiri dalam bloger ini mengungkapkan cara mengatasi pencatutan umur tersebut. Dan juga mempertanyakan peranan Forum Komunikasi Orangtua Petenis Indonesia. Karena keberadaan Forkopi ini sebenarnya bisa membantu Pelti daa menjalankan programnya, bukan sebaliknya atau mengontrol kinerja Pelti sendiri.

"Sebenarnya gampang sekali. Adanya Forkopi sampai kedaerah daerah lebih mudah memantau atau mengontrol usia petenis yunior di turnamen turnamen tenis, karena meraka juga aktip ikuti turnamen tenis nasional. Melihat langsung bukan mendengar dari oranglain. Tidak hanya melapor kepada saya atau Pelti." ujarnya
Selanjut dikatakannya kalau yang terlibat ini adalah orangtua sendiri yang notabene punya wadah atau bahkan anggota FORKOPI sendiri. Kalau dikatakan bukan atau belum jadi anggota, kenapa hanya menunggu menjadi anggota. Otomatis orangtua masuk jadi anggota.
Menurut August Ferry Raturandang, selama ini Pengurus FORKOPI cuma protes saja ke Pelti atas kebijakan Pelti karena merasa dirugikan oleh Pelti terhadap anak kandungnya sendiri.
"Saya juga bisa protes dong kepada FORKOPI, kenapa cuma nonton saja adanya kasus ini. Tetapi tidaklah heran kalau ada vested interest juga, sehingga menggunakan forum ini untuk kepentingan pribadi bukan kepentingan tenis nasional."

Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti Johannes Susanto menyampaikan kepada August Ferry Raturandang kalau sudah menegur Ketua FORKOPI masalah kasus ini. "Saya juga tantang FORKOPI , mana kerja kalian selama ini. jangan cuma kerjanya protes melulu ke Pelti." ujar Johannes Susanto yang sudah geram juga atas ulah rekan rekan pengurus FORKOPI.

Bisa bisa KONI Pusat hilang


Jakarta, 14 April 2009. Menghadiri Rapat Anggota KOI (Komite Olimpade Indonesia) untuk pertama kali di Cengkeh room Hotel Menara Peninsula terlihat suasan berbeda dengan rapat anggota KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia). Walaupun peserta rapat hampir sama, yang berbeda tanpa utusan KONI Provinsi.
Disamping itu pula karena diselenggarakan di hotel berbintang, maka interiornyapun kelihatan wah alias mewah. Ternyata ketua panitianya Martina Widjaja yang juga Wakil Sekjen KOI. KOI ini hanya ada di tingkat pusat, tidak ada didaerah daerah.

Dari agenda yang ada , sebagai laporan kerja dan rencana kerja tahun 2009. Yang menarik dari agenda rapat adalah rancangan Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga.
Sebenarnya dari hasil Munas KONI teah terpilih Rita Subowo selaku Ketua KONI/KOI , dimana kedua badan ini yang berbeda tetapi ketuanya hanyalah satu.

Dengan keberadaan rancangan AD & ART, timbul dalam benak August Ferry Raturandang, suatu saat KONI Pusat akan hilang secara perlahan lahan. Kenapa bisa begitu, karena dalam AD & ART tersebut dicantumkan peranan KOI yang selama ini dipegang oleh KONI Pusat. Kemudian LOGO yang baru berbeda dengan logo KONI Pusat. Jadi logo kedua institusi akan berbeda. Dari perkenalan bentuk logo tersebut disesuaikan dengan logo dari National Olymic Committee negara lainnya.
Begitu juga anggotanya. Kalau KONI selain induk organisasi olahraga juga ditambah sebagai anggota adalah KONI Provinsi. Beberapa kali ikuti rapat KONI Pusat sering diangkat soal AD & ART KONI untuk keluarkan KONI Provinsi dari anggota KONI Pusat. Tetapi dengan gigih utusan KONI Provinsi protes sehingga semua itu diakomodir oleh Pimpinan KONI Pusat.

Peran KOI adalah untuk multi event internasional, sedangkan KONI hanya multi event nasional, seperti Pekan Olahraga Nasional. Kegiatan multi event internasional cukup banyak sekali. Mulai dari Olimpiade, Asian Games, SEA Games, Asian Beach Games,dll

Senin, 13 April 2009

Plong sudah ,akibat ulah keponakan


Jakarta, 13 April 2009. Hari ini sebenarnya pikiran masih kalut. Bikin deg deg-an, akibat ulah dari keponakan sendiri. Sejak minggu lalu sudah bikin pusing karena tidak pegang janji kepada Pamannya sendiri. Andrian Raturandang, begitulah namanya yang sempat buat blood pressure ikut naik. Mau marah, kesal dan segala macam pikiran dibuat kalut olehnya. Selama ini Andrian termasuk anak manis, kenapa sekarang berubah. Oh, baru sadar dia sekarang sudah berumah tangga bahkan sudah ada putra.

Masalahnya !
Beberapa minggu lalu, ada undangan dari rekan tenis Singapore yaitu S.Uthrapathy, salah satu sahabat karib sendiri, yang selama beberapa tahun silam kerja sama dengannya cukup baik sekali dan sangat mulus. Uthrapathy pun sangat percaya kepada August Ferry Raturandang. Perkenalan dengan Uthrapathy sejak tahun 1988 sewaktu ikuti Seminar Davis Cup di Pattaya Thailand. Dia sebagai utusan Singapore Lawn tennis Association.

Uthrapathy kirim email undangan kepada Martina Widjaja, untuk kirimkan atlet tenis kelas dua (dalam emainya disebutkan kalau bukan tim Davis Cup sekarang tetapi seperti Andrian Raturandang). Waktu itu baca email, Andrian lewat dan sayapun memberitahukan kalau ada yang berminat ke Vietnam ikuti turnamen dengan prize money dan diberikan full hospitality untuk 2 petenis dan 1 pelatih dari Indonesia.
Lngsung Andrian respons dan katakan mau ikut, nanti cari partnernya.
Beberapa hari kemudian Andrian telpon kalau dia dan Hendri Susilo Pramono yang akan ikut dan minta didaftarin saja. tetapi saya katakan agar minta izin ke Martina Widjaja karena undangan dikirim ke Martina Widjaja.
Setelah mendapatkan izin maka nama Andrian dan Hendri didaftarkan melalui email.
Tiba tiba setelah kembali dari Tulungagung, Andrian beritahu kalau Hendri tidak bisa, mau cari pengganti. Bahkan bertanya apakah boleh ganti orang lain, tetapi hal ini saya tidak beritahu ke Vietnam. Sampai beberapa hari lalu, ketika SMS ke Andrian tentang flight detailnya, dapat berita kalau mau mundur. Ini celaka besar ! Kenapa begitu, karena sudah beritahu nama keduanya, tentunya tidak mau kecewakan tuan rumah.
Alasannya ! Karena tidak ada pasangan. Dengan Hendri diharapkan bisa masuk final di Vietnam sehingga pasti bisa bawa dollar ke Jakarta dari prie money tersebut.
Kontak adik sendiri Alfred Raturandang yang juga ayahnya Andrian melalui SMS, tetapi dapat jawaban yang mengecewakan tanpa mau tahu kalau batal. Malunya itu dengan teman Uthrapathy yang selama ini sangat membantu pertenisan Indonesia. Hari Jumat, 10 April 2009 pergi ke Sekolah Tiara bangsa dimana ada penataran pelatih ITF National Level 1. Ketemu, lihat sibuknya Alfred, terpaksa tunggu sampai sore setelah selesai acaranya. Ketika bicara soal Andrian, Alfred pun sedang pusing kepala dengan penataran ini. " Waduh gue juga pusing, tanya saja langsung ke Andrian. Kan dia sudah besar, harus bisa tanggung jawab. " Ujar Alfred. Memang sayapun minta pertanggung jawabannya. Akhirnya pulang tidak bisa dapat bantuan darinya. Hancur sudah semua ini.

Melihat kejadian seperti ini, langsung buat Memo ke Ketua Umum PP Pelti dan Sekjen PP Pelti , Siang hari terima jawaban dari Sekjen yang setuju untuk batal, dengan catatan lain kali harus jangan terulang lagi. Ingin kirim email sesuai petunjuk Soebronto Laras, tetapi jaringan internet lagi ngadat di Sekretariat PP Pelti. Lega juga mendapatkan disposisi tersebut. Memang rasa malu kepada mereka ini seolah olah tidak bisa mengurus keponakan sendiri. Terima telpon dari Martina tetapi tidak singgung soal Andrian. Aneh, apakah tidak baca memo saya .

Kira kira pukul 15.00 sewaktu berada di Kelapa Gading Sport Club, menyaksikan turnamen nasional Piala Gubernur DKI, terima SMS dari Andrian minta dikirimkan email ke Vietnam beritahu jadwal besok pagi pukul 08.30 Andrian dan Hendri jadi ke Vietnam. Puji Tuhan ! Plong ! Hatipun gembira dan cukup lega juga mengatasi keponakan sendiri. kalau orang lain sih masa bodoh !

"Terima kasih Opa "

Jakarta, 12 April 2009. Alangkah terkejutnya sewaktu mau turun dari pesawat Batavia Air terdengar suara merdu sapaan dari salah satu stewardes kepada saya. " Terima kasih Opa." Kaget dan terkejut tetapi cukup menyadarkan diri jika sudah masuk dalam kategori Opa, maklum sudah ada 2 cucu yang manis manis.

Hari Sabtu 11 April 2009, pergi ke Surabaya dengan pesawat pertama dari Cengkareng. Karena harus naik pesawat pertama artinya take off pukul 06.00, berarti sudah harus bangun pukul 04.30 sehingga bisa berangkat dengan tenang, tetapi karena sudah lama tidak pernah lagi berangkat pagi hari, selama ini memang menghindar agar tidak bangun pagi sekali. Tapi kali ini sudah harus berangkat pagi mau menghadiri pembukaan turnamen nasional UFO Open di lapangan tenis Brawijaya. Salah satu turnamen yang ikut andil mendukung pelaksanaannya. Lupa kalau hari Sabtu 11 April 2009 ada acara pembukaannya. Untung semalamnya diingatkan oleh Freddy Tedja dari Surabaya, sehingga merasa perlu sekali hadir dan melihat keberhasilan rekan rekan di Surabay selenggarakan Turnamen nasional yunior. Walaupun ada sedikit nada miring dari rekan rekan di Pelti setempat. Sehingga tidak ada yang hadir diacara pembukaan.

Waktu tidur sangat singkat karena baru masuk tempat tidur pukul 12.00 malam, bangun pukul 02.00 dan sampai pukul 04.30 tidak bisa tidur lagi. Akibatnya tahu sendiri.
Berangkat pukul 04.45 dengan santai ke Bandara Soekarno Hatta, jalan sepi dan cukup santai sehingga lupa dengan jam sudah menunjukkan pukul 05.30. Sadar kalau masih di jalan Daan Mogot, terpaksa tancap gas agar bisa sampai tepat waktu. Benar juga tiba pukul 05.55. Bisa dibayangkan saat itu sudah boarding.Untung masih bisa terima satu penumpang lagi. Setelah check in lagsung setengah berlari diantar petugas Batavia Air, menuju gate 6. Begitu tiba dalam pesawat, langsung terdengar petugas menyebutkan angka 102, berarti penumpang ke 102. "Complete" ujarnya.
Capek juga pagi pagi tanpa stetching langsung lari lari. Mama mia , capeknya !

Ucapan dari Stewardess menyadari kalau sudah jadi Opa. rasanya masih muda (semangat) dan langsung dari airport ke lapangan tenis Brawijaya. Ketemu Bonit Wiryawan selaku direktur turnamen maupun rekan rekan lainnya seperti Referee Sony Irawan beserta petugas lainnya seperti Topo, drh Gagat Kartika. Rekan Gagat ini seorang dokter hewan tetapi sudah beralih profesi jadi pelatih tenis. " Gat, you ini profesinya Pelatih, hobinya dokter hewan."

Melihat berlangsungnya turnamen UFO dimana saya juga ikut membantu lahirnya TDP baru di Surabaya yang sangat ditunggu tunggu masyarakat tenis di Surabaya dan Jawa Timur. Wah, kelihatan cukup mewah , karena armada panpelnys cukup banyak dan juga ada seragam yang menarik. Cukup terharu dan bangga melihat UFO Open bisa berjalan sesuai keinginan semua pihak.

Tetapi ada yang salah, dan sudah diberitahukan adalah masalah backdrop dimana warnanya putih dan kuning. Karena baru pertama kali selenggarakan maka diberitahu saja untuk yang seri kedua dan setersunya agar diganti dengan warna gelap. Permintaan ini disetujui.

Ingin sekali beristrahat semalam di Surabaya dimana tahun 1965 -1970 pernah menjadi warga Surabaya, pemesanan kamar di hotel Singgasana (ex Hilton) yang dekat dengan lapangan tenis, terpaksa dibatalkan karena baru sadar kalau ini liburan panjang sehingga pesawat terbang hari Minggu 12 April 2009 sudah penuh, dan baru dapat Senin, dan juga masih waiting list. Waduh, harus segera kembali, akhirnya diputuskan kembali ke Jakarta malam ini juga pukul 19.30 dengan Batavia Air.
Kembali dengan letih karena kurang tidur ke Jakarta dan tiba dengan selamat di Cengkareng. Betul betul badan letih karena kurang tidur. Nagntuuk sekali !

Minggu, 12 April 2009

SEMENIT SAJA

Jakarta, 12 April 2009. Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000 apabila dibawa ke Gereja untuk disumbangkan; namun betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!

Betapa lamanya melayani Allah selama lima belas menit namun betapa singkatnya kalau kita melihat film.

Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan) namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan pacar / teman tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa asyiknya apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya ekstra namun kita mengeluh ketika khotbah di Gereja lebih lama sedikit daripada biasa.

Betapa sulitnya untuk membaca satu ayat Kitab Suci tapi , betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser namun lebih senang berada di kursi paling belakang ketika berada di Gereja

Betapa Mudahnya membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu birahi semata, namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 40 hari ketika berpuasa.

Betapa sulitnya menyediakan waktu untuk ibadah; namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saat terakhir untuk event yang menyenangkan.

Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam Kitab Suci ; namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain.

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci .

Betapa setiap orang ingin masuk sorga seandainya tidak perlu untuk percaya atau berpikir,atau mengatakan apa-apa,atau berbuat apa-apa. Betapa kita dapat menyebarkan seribu lelucon melalui e-mail, dan menyebarluaskannya dengan FORWARD seperti api; namun kalau ada mail yang isinya tentang Kerajaan Allah betapa seringnya kita ragu-ragu, enggan membukanya dan mensharingkannya, serta langsung klik pada icon DELETE.

Kita TERTAWA ...? atau kita BERPIKIR-PIKIR. ..?
Bersyukurlah kepada ALLAH, YANG MAHA BAIK.
Selamat Paskah 2009