Selasa, 20 Maret 2012

Masalah Cidera di Tunggal bisa main Ganda

Jakarta, 21 Maret 2012. Ada satu pertanyaan yang disampaikan kepada saya dengan teman2 masalah kasus pemain cidera tidak bisa lanjutkan pertandingan tunggalnya kemudian bertanding di ganda. Dari cara bertanya saya melihat ada kecendrungan mau menyudutkan salah satu pihak.
Ketika pertanyaannya disampaikan kepada saya berdasarkan pengalaman saya selama ini, tentunya saya harus katakan saya harus baca lagi buku aturannya dulu baru bisa menjawab. Tetapi karena diminta berdasarkan pengalaman saya mengikuti turnamen internasional, baru saya bisa jawab.

Yang penting adalah prosedur retired atau pengunduran diri ditengah pertandingan. Hal yang sama saya sampaikan kepada tenaga paramedis yang bertugas diturnamen tenis.
Sepengetahuan saya setiap turnamen petugas mulai dari wasit, kemudian referee dan petugas medis dilengkapi dengan alat komunikasi yaitu HT.
Dalam suatu pertandingan yang sedang berlangsung kemudian ada pemain yang cidera, tentunya wasit yang bertugas dengan HT memberitahukan kepada Referee dan petugas medi ada keperluan tenaga medis. Karena keduanya sudah siap dengan alat komunikasi maka otomatis keduanya akan turun bersama sama kelapangan, untuk melihat apa yang terjadi. Dan sebelum tenaga media bertindak tentunya referee akan melihat dan berdiskusi dengan petugas medis masalah pemain tersebut apa perlu dilakukan tindakan medias. Jadi dalam hal ini petugas medis belum bisa bertindak jika tidak ada instruksi dari Referee. kecuali ada kejadian yang sangat diperlukan penanganan secepatnya.

Nah ada kejadian diBandung dikatakan satu pemain menyerah karena tidak bisa melanjutkan pertandingan ternyata bisa bertanding di ganda. Ketika hal tersebut disampaikan kepada saya yang juga salah satu Panpel Sirkuit Tenis Nasional, maka saya tidak akan terbawa emosi terhadap pendapat dari luar. Saya hanya katakan kalau hal seperti ini harus ditanyakan kepada Referee dan petugas medis. "Apakah sudah dilakukansecara prosedural.?
Begitu kontak petugas medis tersebut, ternyata dikatakan kejadian tersebut pemain sudah untuk kedua kalinya minta pertolongan petugas medis. Dan oleh petugas medis disampaikan kalau pemain tidak bisa menneruskan pertandingan.
Tetapi kemudian petenis tersebut bertanding di ganda, ini yang dipertanyakan. Sepngetahuan saya jika dalam satu hari maka tidak boleh bermain ganda. Tetapi kalau kejadian ditunggal dan kemuddian ganda dimainkan esok harinya maka
itu dibenarkan.

Kamis, 15 Maret 2012

Bursa Ketua Umum PP Pelti

Jakarta, 15 Maret 2012. Kepengurusan PP Pelti akan berakhir tahun 2012 tepatnya disaat Munas PELTI tanggal 24-25 Nopember 2012 di Manado.
Kelihatannya tenag tenag saja, belum ada gebrakan siapa yang mau maju menggantikannya. Kemudian saya teringat tahun lalu saya dihubungi oleh rekan main tenis saya kalau ada pecinta tenis dari Legislatip berkeinginan mau jadi Ketua Umum PP Pelti mendatang. Saya sendiri langsung beri komentar positip. Karena masih ada "orang gila" yang mau urus Olahraga ini. Setelah itu menghilang tidak ada upaya lagi. Setelah itu saya terima telpkn juga dari rekan lainnya, ini tahun lalu juga. Dikatakan mau manjagokan salah satu mantan jenderal TNI AD yang kebetulan saya kenal dan hobi main tenis. Dimana seaktu masih bertugas selalu bermain tenis kemana saja dia pergi.
Setelah itu tidak kedengaran lagi.
Awal tahun 2012 masih belum juga ada tanda tanda kesana. Tetapi bulan lalu saya terima telpon dari mantan petenis nasional Yustedjo Tarik. Dia katakan baru habis main tenis dengan bos (Ical) di Rasuna Club. Ical menjagokan mantan petenis nasional Donald Wailan Walalangi. Dan akan dukung dana Rp. 40 m selama periode kepengurusan tersebut. Tanggapan saya adalah positip juga, agar dia bisa meyakinkan utusan Munas Pelti yaitu Pengprov Pelti ( ada 33 Pelti).
Berselang seminggu kemudian ketemu dengan rekan Bunge Nahor menceritakan hal yang sama . Semua saya tanggapi dengan positip.
Nah, siapa yang bisa meyakinkan rekan rekan Pengprov Pelti yang akan hadir maka dia yang akan menang. Apakah semua ini hanya wacana saya tidak tahu juga

Tujuan tulis catatan di blogger ini

Jakarta, 15 Maret 2012. Menulis catatan ringan ini kadang kala suka diprotes bagi rekan rekan sendiri. Bahkan dianjurkan tidak perlu diungkapkan. Saya sendiri berusaha tidak mengungkapkan nama nama jelas supaya tidak ada ketersinggungan tersebut.
Tetapi karena saya anggap ini sebagai diary saya selam dipertenisan kita maka perlu ditulis di blogger ini sesuai dengan namanya. Masih banyak lagi cerita cerita lainnya belum saya ungkapkan disini. Tetapi selama ingatan masih ada tentunya suatu saat saya ungkapkan lagi. Apalagi akhir Nopember 2012 kepengurusan Pelti sudah berakhir maka saya bersama rekan2 akan lengser dari petinggi Pelti.
Bagaimana keberhasilan ketua umum Pelti sekarang didalam Munas Pelti di Jambi, maupun sejak di Makassar. Belum waktunya diungkapkan, nanti menjelang MUNAS 2012 di Manado.

Saya akan mencoba mengungkapkan kasus per kasus didalam setiap pertandingan tenis. Karena banyak masyarakat tenis belum mengetahuinya. Semua ini sebenarnya dikuasai oleh petugas Referee. Tetapi kalau saya lihat kadang kala Referee yang bertugas kurang menguasai permasalahannya atau didalam mengutarakan masalah tersebut kurang bisa berdiplomasi sehingga membuat orang lain tersinggung.
Saya ketahui cara cara ini sewaktu mengikuti Referee turnamen internasional di Indonesia. Sebagai contoh, jika ada pertanyaan dari peserta masalah aturan, maka tidak langsung oleh Referee tersebut mengatakan TIDAK BOLEH. Maka dipakai cara lain yaitu " menurut Anda mungkin benar, tetapi marilah kita baca aturan yang baku. Maka ditunjukkannya buku aturan tersebut.Oleh Referee langsung dikatakan menurut aturan ini jawabannya adalah TIDAK BOLEH." Yang jadi masalah sekarang sering kali saya lihat rekan Referee Nasional kita jarang bawa buku aturan tersebut sehingga timbul kesan arogan sekali penyampainnya.

Prestis atau prestasi

Jakarta, 15 Maret 2012. Setiap kejuaraan beregu yang mewakil klub ataupun daerah maka selalu muncul protes protes. Yang jadi masalah selalu mengenai status peserta. Inipun paling sering terjadi mulai dari Pekan Olahraga Nasiona, Pekan Olahraga Daerah (PORDA) atau PORPROV.
Karena prestis saja melupakan prestasi sehingga pembina olahraga ini melupakan sportivitas. Kenapa demikian. Karena pembina ini selalu mengejar prestis apalagi kalau menggunakan uang daerah atau pemerintah daerah. Jadi harus bisa pertanggung jawabkan dana yang diterima dengan prestasi. Ini bagu tetapi caranya yang tidak benar , kenapa? Ya, karena selalu mencari atlet dari luar daerahnya karena tidak punya atlet.

Terus terang saya pernah sampaikan unek2 ini dalam salah satu seminar olahraga di kantor Menpora didepan Ketua Umum KONI Rita Subowo. Saya katakan kalau atlet diwajibkan mengenal sportivitas tetapi tidak berlaku bagi pembinanya. Contoh contoh sudah banyak . Coba perhatikan setiap jadi tuan rumah multi events, selalu ditekan jadi juara umum. Akibatnya dicarilah cabang2 olahraga aneh2 yang bisa mendapatkan medali emas. Bukan cari cabang olahraga olimpiade untuk kejar prestasi dunia. Hal ini ditiru ditingkat daerah.Setiap PON selalu terjadi mutasi atlet. Soal mutasi atlet itu sah sah saja. Hak manusia olahraga.

Setiap ada PORDA/PORPROV sering saya terima telpon dari rekan2 didaerah, menanyakan masalah perpindahan atlet ikut di event tersebut. Saya cuma katakan semua itu lihat di ketentuan multi event tersebut. Jadi berpacu di ketentuan pertandingan yang dibuat oleh Panpelnya. Jadi ataurannya cukup jelas. Sekarang PP Pelti membantu dengan menerbitkan Kartu Tanda Anggota Pelti (KTA) untuk membantu masalah tersebut.
Jadi kalau ketentuan pertandingan PORDA/PORPROV menyatakan status peserta berdasarkan KTA Pelti maka semua peserta wajib memiliki KTA Pelti tersebut. Begitu juga kalau ketentuan menyebutkan persyaratan peserta adalah KTP.
Kurang jelasnya ketentuan pertandingan akan membuat masalah.

Saya teringat sewaktu Pra-PON di Palembang awal Desember 2011. Dalam technical meeting ada peserta protes minta agar semua peserta yang ikut menunjukkan KTA Pelti. Padahal diketentuan TDP setiap peserta memiliki KTA Pelti baru bisa ikut. Ini hanya silat lidah saja. Saya adu argumentasi saja, karena dalam ketentuan tidak ada menyatakan harus menunjukkan KTA Pelti ditempat pertandingan maka saya tolak. Hanya 2 provinsi yang minta ngotot ditempat waktu itu.
Penolakan saya ini rupanya tidak disetujui juga oleh rekan panpel maupun induk organisasi. Saya katakan memang ketentuan menyatakan peserta TDP harus memiliki KTA Pelti. Tetapi tidak perlu KTA tersebut dibawa bawa. Cukup terdaftar dan sudah ada nomor KTA Pelti ditangannya. Sebagai contoh di turnamen internasional ITF, setiap peserta harus memiliki IPIN (semacam KTA) yaitu International Players Identification Number. Referee bertugas mencek melalui internet nama peserta tersebut, apakah sudah ada atau belum. walaupun pesertanya ngotot katakan sudah punya tetapi dalam situs ITF tidak ada maka tetap ditolak.
Hal seperti ini pernah terjadi di turnamen internasional di Indonesia. Satu pemain ngotot katakan sudah punya IPIN yang disampaikan oleh rekan saya di Jakarta yang menyalahkan ITF Referee, tetapi sebagai profesional Referee tetap menolaknya walaupun ada upaya intervensi dari penyelenggara. Karena soal aturan sudah wewenang Referee. Ini semua pendapat pribadi saya sesuai dengan pengamatan selama ini.

Jadi aturannya harus jelas sekali baru bisa lancar.

Perubahan jadwal Undian

Jakarta, 15 Maret 2012. Sirkuit Tenis Nasional sedang berlangsung di Bandung, tepatnya di lapangan tenis Taman Maluku. Baru kali ini terjadi babak kualifikasi 3 hari yaitu mulai Minggu sampai Selasa. Alasannya adalah minimnya lapangan yang ada. Di Taman Maluku ada 4 lapangan sedangkan pertandingan ada 4 events yaitu tunggal putra, putri dan ganda putra dan putri. Pesertanya lebih banyak putri di Bandung dibandingkan Jakarta. Nah, disini dibutuhkan kejelian mengatur jadwalnya.
Karena prinsip saya mengoptimalkan sarana yang ada dan menefisienkan dana yang tersedia. Karena sudah kebiasaan saya buat turnamen dengan dana yang minim. Ini tidak semua rekan saya mau mengerti karena sudah menjadi kebiasaan mereka untuk tidak pusing kepada mengatur jadwalnya. Harus diakui dalam menjalankan turnamen , saya berprinsip ada yang disebutkan kebutuhan mainimal dan kebutuhan maksimal. Saya selalu berprinsip kebutuhan minimal saja sudah cukup apalagi kalau ini turnamen skala nasional bukan internasional. Jadi lebih mudah diatur.
Tetapi ternyata rekan Referee terlalu kuatir terhadap cuaca, sehingga dimainkan di 6 lapangan untuk babak kualifikasi. Akhirnya beayapun bisa membengkak, tetapi kalau tidak keluar dari budget bagi saya masih bisa ditolerir.
Karena sudah ditentukan 3 hari maka babak utama dimainkan Rabu dan undianpun dilakukan Selasa. Karena saya dibutuhkan di Jakarta maka saya Senin siang kembali ke Jakarta.
Besoknya saya terima SMS dari rekan saya yang bertugas di Bandung. Keluhan kalau undian sudah dilakukan senin sore tanpa sepengetahuan dia. Setelah saya cek ternyata rekan saya ini (minim pengalaman soal Turnamen) berpikir undian yang diberitahukan kepadanya adalah undian kualifikasi, padahal kualifikasi sudah berjalan. Refereenya merasa sudah beritahu kepadanya. Sayapun mencek ternyata undian sudah dilakuakn dengan benar karena ada saksi pemain, sedangkan rekan saya pergi keluar lapangan. Ini masalahnya tidak ikuti dengan seksama.

Ada pertanyaan kepada saya, apakah bisa dilakukan perubahan undian dari rencana Selasa dimajukan menjadi Senin. Jawabannya bisa saja, yang penting ada koordinasi Referee dengan Direktur Turnamen (Panpel). Dan paling utama Referee berkewajiban agar seluruh peserta sudah hadir di Bandung dan diberitahukan perubahan jadwalnya. Dan semua itu harus dilaporkan dulu ke PP Pelti. Jika ada peserta yang tidak tahu, itu masalah besar. Jadi tugas Referee dan Direktur Turnamen memberitahukan langsung kepada pesertanya.

Rumor Technical Delagate

Jakarta, 15 Maret 2012. Awal bulan Maret saya ditugaskan ikuti rapat CDM Meeting sesuai undangan dari PB PON 2012 Riau ke Pekanbaru. Kedudukan saya sebagai Technical Delegate Tenis PON 2012. Rupanya ada catatan khusus terjadi dampak dari kunjungan saya ke Pekanbaru bersama rombongan lainnya seperti dari KONI Provinsi seluruh Indonesia peserta PON mendatang dan Technical Delegate cabang olahraga lainya.
Terasa sewaktu di Jakarta beberapa minggu lalu. Saya ditelpon dengan pertanyaan macam2 seperti apakah saya merasa dilecehkan oleh Pelti Riau. Karena informasi masuk seperti itu. Tentunya saya tidak merasa dilecehkan karena yang mengundang saya kesana adalah PB PON bukan Pelti Riau. Dapat informasi tidak dijemput oleh Pelti Riau sebagai petinggi PP Pelti diangap tidak wajar. Karena saya diundang oleh PB PON maka saya tahu tidak ada urusan dengan Pelti Riau. Tapi kedatangan saya ke Pekanbaru walaupun diundang oleh PB PON , saya sebagai orang Timur tetap kontak melalui SMS dengan rekan2 Pelti Riau beritahu kalau saya ada di Pekanbaru.
Setelah ketahui bahwa Panpel Tenis dari PB PON adalah rekan dari Pelti Riau maka saya undang ketemu dan sudah ketemu dihari pertama Ketua Panpel Tenis tsb. Esok harinya saya minta kepada Ketua Panpel Tenis untuk ketemu dengan rekan rekan Panpel Tenis lainnya. Ternyata Panpel Tenis itu baru 3 orang. Dan langsung saya SMS saja ketiga rekan tersebut. Tapi ada yang sangat sibuk berhalangan hadir sehingga sayapun ketemu dengan 2 rekan lainnya. Bahkan makan malam bersama dilanjutkan makan durian Pekanbaru.
Jadi cerita miring masalah di Riau semua saya bantah. Hanya saya sadar juga kalau susunan kepanitiaan lengkap belum ada karena sedang disusun oleh Ketua Panpel tsb.
Memang sebenarnya bukan saya yang menjadi Technical Delegate Tenis PON 2012 di Pekanbaru, tetapi akhir tahun lalu kedudukan ini dilimpahkan kepada saya oleh induk organisasi tenis pusat. Tetapi karena SK KONI Pusat yang baru dibentuk (Munas KONI Pusat awal Desember 2011), maka tidak heranlah saya kalau nama saya belum masuk dalan kepanitiaan yang ada dampaknya karena sewaktu hadir dalam CDM Meeting di Pekanbaru, nama saya belum termasuk. Akibatnya waktu itu ada kendala pergantian tiket perjalanan saya ke Pekanbaru. Tapi akhirnya semua itu bisa diatasi setelah turun tangannya petugas KONI Pusat. Kesan saya tiket tidak diganti sempat muncul di Jakarta tetapi sayapun beritahu kalau semua sudah berjalan lancar.
Tidak mudah tugas saya menghadapi PON mendatang karena saya yakin akan banyak rongrongan datang baik dari dalam maupun luar.

Rabu, 14 Maret 2012

Sedih sekali banyak atlet yang KRAM

Jakarta, 14 Maret 2012. Ada satu hal yang saya sedihkan sekali terjadi dipertenisan kita ini. Minggu lalu tepatnya tanggal 5-11 Maret 2012 di lapangan tenis Kemayoran diselenggarakan Sirkuit Tenis Nasional 2012 yang tujuannya berikan sarana turnamen bagi petenis yang disiapkan menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012 di Palembang.Untuk mencapai tujuan awal maka diberikan hadiah lebih rendah yaitu total Rp. 60 juta.
Karena PON mendtang itu ada pembatasan umur yaitu kelahiran 1991 artinya tahu ini berusia maksimal 21 tahun, maka tentunya pesertanya minimal usia 14 tahun. Jadi banyak yang masih berstatus yunior (dibawah 18 tahun).

Apa yang saya sedihkan? Yaitu kasus kram selama pertandingan. Hari pertama saja saya dapat laporan ada 6 atlet kram. begitu juga hari berikutnya masih ada dan hasil akhir dapat laporan lebih dari sepuluh atlet kram. Sebenarnya kasus kram sudah sering kita lihat selama ini. Tetapi yang menyedihkan adalah kram terjadi pada petenis yang masih berstatus yunior. Ada apa sebenarnya ini?

Memang harus diketahui adalah penyebabnya sampai terjadi hal ini. So pastri persiapan fisik sangat kurang. Ada yang mengatakan pemain stress sebagai penyebabnya. Tetapi ada yang lupa juga, akibat tidurnya sebelum pertandingan tidak betul alias begadang. Sinyalemen ini ada benarnya karena begadang, artinya atlet tersebut tidak ada komitmen yang total terhadap pertenisannya yang menentukan masa depannya. Memang faktor stress selama bertanding sebagai pemicu lebih cepat kramnya.

Setelah saya ikuti pertenisan kita ini dari dulu kelemahan utama petenis kita adalah stamina. Padahal ini sangat menentukan sekali, kalau staminnya anjlog mana mungkin bisa bertanding dengan baik. Semua kemampuan bisa luntur. Ini juga terjadi dipetenis nasional sekalipun suka terjadi.

Bagaimana tindakan sebagai atlet yang menganggap tenis masa depannya mengatasi masalah ini. ? Janganlah mencari kambing hitam kesalahan. Dan saya juga tidak mau saling menyalahkan. Tetapi kembali kita kepada pelakunya sendiri yaitu atlet sendiri. Jika komitmennya sudah untuk tenis sedemikian besarnya maka DISIPLIN adalah kuncinya. Lemahnya faktor disiplin merupakan penyebab utama, menurut pendapat saya. Mungkin benar tapi mungkin juga salah karena saya bukan ahlinya.
.