Jumat, 31 Desember 2010

Suka Duka di Tahun 2010

Jakarta, 31 Desember 2010. Memasuki akhir tahun 2010 tentunya punya kenangan baik manis maupun pahit didalam kehidupan sehari hari. Tetapi tentunya kenangan pahit itu bukan sebagai alasan untuk tidak berkreativitas lagi, bahkan digunakan sebagai cambuk untuk menghadapi tahun depan.
Kenangan yang cukup mengenangkan adalah bisa terselenggarakannya 13 turnamen nasional yunior dengan label RemajaTenis, yang sangat didambakan oleh masyarakat tenis khususnya petenis yunior yang sangat haus akan keberadaan turnamen. Apalagi bagi petenis luar pulau Jawa yang sangat haus akan kegiatan turnamen skala nasional ini. Saya sendiri tidak akan menyangka bisa merealiser 13 kali turnamen RemajaTenis, diawali di Mataram (Nusa Tenggara Barat) dimana saya harus ber Tahun Baru di kota Mataram. Sayapun membawa anak dan istri sekalian bertahun baru di Mataram. Kemudian di Jakarta, Bandung , Solo, Palu, Sumbawa Besar. Seterusnya masuk ke Pontianak, Banjarmasin. Begitulah perjalanan RemajaTenis di tahun 2010.

Tuntutan seperti ini yang mengingatkan akan diri saya sendiri sewaktu masih yunior dan berada diluar pulau Jawa dimana kegiatan turnamen masih banyak disekitar kepentinagn orangtua saja dan melupakan keberadaan petenis yunior.
Mungkin tanpa memiliki pengalaman sebagai petenis yunior dulu kala akan mematikan semangat selenggarakan turnamen nasional yunior ini.
Memang turnamen yang saya prakarsai ini dengan label RemajaTenis, akhirnya saya pernah alami suatu keadaan putus asaan setelah mengalami cobaan cobaan baik berupa caci maki maupun keluh kesah yang tidak terlalu mendasar karena masih banyak yang sangat berterima kasih akan keberadaan RemajaTenis tersebut. Karena saya sangat bersemangat sampai melupakan satu turnamen Persami dengan label Piala Ferry Raturandang yang sudah memasuki ke 69 kali, setelah dulu kala menggunakan nama Persami sejak tahun 1994 diperkenalkan di Jakarta.
Bahkan sampai sekarang masih sering saya terima permintaan datang dari Palangka Raya akan keberadaan Piala Ferry Raturandang tersebut.

Sebenarnya sejak selenggarakan RemajaTenis dibulan Agustus 2010 di Jakarta, saya sudah alami keputus asaan untuk melanjutkan RemajaTenis yang sudah dicanangkan setiap bulannya harus ada. Tetapi permintaan datang sehingga awalnya dijadwalkan di Cirebon belum siap maka sayapun mengalihkan kegiatan ini ke kota Bandung. Sehingga RemajaTenis memasuki yang ke 13 ditahun 2010 ini. Jika tahun 2009 sempat selenggarakan RemajaTenis sampai kelima maka ditahun 2010 bertambah menjadi 13 kali. Sebenarnya saya mentargetkan ditahun 2010 selenggarakan 20 kali RemajaTenis diseluruh Indonesia. Tetapi ketidak siapan dibeberapa kota seperti Cirebon, Medan, Manado, Samarinda sehingga semua mimpi saya belum bisa terealiser.

Bagaimana dengan tahun 2011 ini ? Apakah semangat itu masih ada ? Ternyata harus saya akui salah satu kelemahan saya adalah jika muncul permintaan apalagi datangnya dari petenis yunior maka hati sayapun tergugah untuk memenuhi salah satu kebutuhan petenis adalah turnamen itu. Sayapun masih mengharapkan bisa selenggarakan RemajaTenis di Manado, Samarinda, Cirebon dan Medan yang sempat tertunda di tahun 2010. Disamping itu pula baik Semarang, Ambarawa , Palembang, Solo maupun Jogjakarta saya upayakan agar bisa diselenggarakan di tahun 2011, Bagaimana kelanjutan Piala Ferry Raturandang yang sangat dibutuhkan sebagai ajang petenis pemula untuk mengasah kemampuannya. Saya sedang pikirkan akan dibawa kemana Piala Ferry Raturandang.

Rabu, 29 Desember 2010

Keinginan ada Turnamen Internasional di Jogja

Jakarta, 29 Desember 2010. Hari ini saya terima SMS dari salah satu orangtua petenis yang menyampaikan keinginan selenggarakan turnamen internasional yunior di kota Jogja. Keinginan seperti ini harus kita tampung dengan baik, walaupun kita menyadari minim kemungkinannya bisa terlaksana. Begitu juga ada permintaan budget yirnamen dikota Palembang dari rekan saya di Pelti Sumatra Selatan. Ya, semua keinginan ini harus bisa ditampung. Dalam hal ini saya hanya bisa meneruskan keingian tersebut ke bidang Pertandingan jika sudah matang digodok masing masing pihak. Dalam hal ini saya hanya menyampaikan kalau persyaratan turnamen internasional itu harus ada lapangan tenis dalam satu lokasi, kemudian sediakan hotel bertaraf internasional sesuai edaran terakhir dari ITF, sediakan transportasi dari hotel ke lapangan. Ada lagi yang harus dipenuhi adalah sanctione fee ke ITF tang besarnya berbeda tergantung kategorinya. Kalau baru pertama kali tentunya masuk Grade 5 dan saction fee ke PP Pelti Rp 750.000.

Memang keinginan kita semua agar makin banyak turnamen internasional yunior di Indonesia karena jumlah turnamen nasional yunior sendiri cukup banyak dan jika memungkinkan semua bisa di upgrade menjadi internasional. Tetapi hal ini tentunya tidak memungkinkan, karena yang menentukan adalah ITF sebagai badan tenis internasional. Salah satu syarat yang saya ketahui bahwa tergantung juga dengan jumlah Vote Pelti di ITF. Nah, vote ini untuk Pelti adalah 5, berarti jumlah turnamen internasional tidak boleh lebih, artinya hanya 4. Kalau kita mau naikan vote tersebut menjadi 6 maka iuran tahunannya juga akan naik. Saat ini Pelti sendiri sudah harus bayar iuran tiap tahun sebesar US $ 20,000. Nah kalau lebih dari 5 maka tentunya akan naik iurannya.

Selasa, 28 Desember 2010

Resiko Jabatan

Jakarta, 28 Desember 2010. Tinggal menunggu waktu saja tahun 2010 akan berakhir dan berpindah ke tahun 2011. Saya mencoba melihat kejadian kejadian yang menimpa diri saya selama tahun 2010. Karena saya menyadari duduk sebagai petinggi di induk organisasi tenis di Indonesia yaitu Pelti Pusat maka tentunya akan ada suka dan dukanya. Kelihatannya enak sekali tetapi sebenarnya banyak juga tidak enaknya. Tidak enak karena belum tentu keinginan masyarakat bisa dipenuhi sepenuhnya oleh induk organisasi tenis ini, sehingga sebagai petinggi Pelti akan menerima getahnya sebegai bentuk kekecewaan tersebut. Memang saya sendiri sudah sering menyampaikan kepada orangtua petenis yunior yang sering ikuti turnamen Persami Piala Ferry Raturandang maupun turnamen RemajaTenis sebagai penasehat melihat betapa besar dukungan orangtua memajukan putra dan putri kesayangannya di pertenisan kita ini. Nasehat saya hanya katakan bahwa siap siap saja orangtua itu KECEWA.
Kok bisa, karena kecewa itu bisa mulai kemajuan anaknya, kecewa kepada pelatih, kecewa kepada klub, kecewa kepada pelaksana turnamen, kecewa terhadap Pelti baik ditingat Kotamadya/Kabupaten, Provinsi dan Pusat sekalipun.
Kenapa kekecewaan terhadap Pelti Pusat ditimpakan kepada saya bukan kepada rekan rekan lainnya. Kebijakan Pelti tentunya akan berdampak kepada diri saya itu sudah saya sadari. Sedangkan bagi saya keputusan yang dibuat oleh Pelti tentu harus saya dukung walaupun secara pribadi tidak menyetujuinya. Itu lumrah jika kita berorganisasi. Kembali kenapa kepada saya, karena saya yang paling sering berkomunikasi dengan masyarakat tenis baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi melalui turnamen turnamen dimana saya mulai banyak mengenal orangtua maupun pelatih pelatihnya. Komunikasi melalui dunia maya juga saya sering lakukan untuk menyebar informasi tenis lebih cepat. Dan saya paling sering kirim SMS melalui telponseluler kepada masyarakat tenis dari Sabang sampai Merauke. Begitu juga keluhan setiap pelaksanan turnamen khususnya turnamen yunior selalu ada saja kekecewaan orangtua atau keputusan keputusan dilakukan oleh penyelenggara turnamen. Keluhan datang pertelpon ataupun SMS, bahkan sampai hari ini pun seang berlangsung turnamen Pemalang Open saya terima telpon dan SMS mempertanyakan keputusan penyelenggara. Tetapi akhir akhir ini kalau ada telpon kemudian tidak terdaftar dalam memory ponsel saya maka saya biarkan saja dan tidak mau menjawabnya.

Kadang kala kekecewaan tersebut disampaikan secara sopan tetapi ada juga yang disampaikan secara tidak sopan. Semua ini saya harus terima dengan lapang dada, dan saya masih bisa melakoninya walaupun sesekali saya juga sempat mau marah, tetapi masih bisa saya redam karena resiko duduk diinduk organisasi. Ini namanya resiko jabatan.
Kapan muncul kekecewaan itu, biasanya sewaktu pemilihan atlet untuk tim nasional baik yang yunior maupun senior. Saya sendiri maklum sekali masalah ini karena ego dari masyarakat tenis cukup besar karena mereka membeayai sendiri pembinaan putra dan putrinya. Tetapi akibat terhadap diri saya cukup besar jika orangtua kecewa dengan Pelti akan juga benci kepada diri saya. Ini sudah terjadi di tahun 2010. Awalnya hubungan cukup "mesra", tetapi akhirnya sekarang justru sebaliknya. Ibaratnya mau tegokpun tidak apalagi mau beri salam. Inilah resikonya. Dan sayapun tidak perlu merasa sakit hati. Walaupun banyak yang sudah saya bantu bukan bantu dalam dana tetapi bantu berikan informasi dan lai lainnya. Tapi saya tidak akan mengcalim bahwa itu jasa saya. Saya cukup bangga bisa berikan yang terbaik bagi altet tenis secara tidak langsung.

Saya akui pernah juga berbuat kesalahan tetapi cepat saya sadari dan tidak segan segan saya meminta maaf karena kesalahan tersebut. Kita harus berani sportif sudah cukup bagi saya selama ini karena saya menyadari duduk di induk organisasi tenis ini hanyalah sebagai pelayan kepada masyarakat tenis. That's all.

Kalau hubungan didalam induk organisasi selalu menunjukkan kebaikan karena demi organisasi saya berprinsip harus tetap rukun walaupun kadangkala suka muncul ketidak senangan. Ini lumrah saja, tetapi bagi saya demi organisasi kita harus bersatu juga didalamnya. Tetapi tugas saya juga harus mengingatkan kepada rekan rekan jikalau sudah keluar dari kebijakan Pelti, dan harus diluruskan karena menyangkut nama Pelti bukan perorangan. Perbedaan pendapat sudah sering dilontarkan jika dalam rapat intern, tetapi akhirnya diketemukan kesepakatan bersama dan itu yang jarus saya jaga walaupun didalam hati sendiri belum menerima keputusan itu. Tapi harus saya selamatkan karena sudah merupakan keputusan bersama. Inilah organisasi.

Senin, 27 Desember 2010

Referee juga bisa buat Kekeliruan

Jakarta, 27 Desember 2010. Hari ini saya menerima telpon dan SMS dari masyarakat tenis yang sedang mengikuti turnamen nasional yunior di Pemalang Jawa Tengah. Bukan untuk pertama kali saya terima keluhan terhadap pelaksanaan Turnamen nasional ini. Saya sendiri akui kalau tingkat kesulitan masih besar dipelaksanaan turnamen nasional yunior dibandingkan lainnya.

Disebutkan untuk pertandingan ganda putra KU 10 tahun, hasil Draw sudah diumumkan dan ditepel oleh penyelenggara tetapi kemudian dirubah Draw tersebut. Kenapa ? Ternyata menurut orangtua pemain katakan karena salah Seeded. Tidak seusai PNPnya, ada atlet yang seharusnya masuk unggulan sudah dimainkan lebih awal. Dan perubahan itu karena ada usulan pelatih lainnya.
Re-draw dalam bahasa tenisnya ini bukan hal yang tabu dipertenisan. Bisa juga dikatakan seharusnya tabu, tapi dengan catatan catatan tertentu. Nah catatan ini bisa berupa kalau Referee (yang masukdalam penyelenggara) kurang terliti maka Re-draw bisa dilakukan. Saya pernah ditanya dimana ada aturan yang mengatakan boleh Re-draw ini. Kalau tanya peraturannya so pasti tidak ada.
Yang jelas ini adalah kesalahan Referee atau kekurang cermatan Referee sampai terjadi Re-Draw tersebut. Jika ada kesalahan tentunya harus diperbaiki sehingga turnamen bisa berjalan dengan baik. Memang kasus seperti ini suka terjadi dan berdasarkan pengalaman saya selama ini baik oleh Referee Internasional pernah terjadi( 1989-1991) didepan saya. Kalau Referee sampai berkali kali lakukan hal seperti ini berarti Referee tersebut belum berkualitas. Harap maklum saja karena mereka ini otodidak.

Kemudian setelah saya menjawa SMS yang ikut juga bertanya, saya disampaikan Redraw dilakukan karena ada usulan pelatih. Sayapun sampaikan bisa saja terjadi pelatih tersebut mengetahui kalau Referee itu buat kekeliruan. Ya, manusiawi lah


Kenapa Saya Suka Facebook ?

Jakarta, 27 Desember 2010. Saya termasuk orang yang tiap hari selalu berhubungan dengan internet sehingga dirumahpun saya sediakan PC dengan koneksinya bisa ke internet disamping melalui laptop sehingga kemanapun saya bisa berinternaksi dengan internet.
Selain membuka email, saya juga suka membantu rekan Humas PP Pelti di website Pelti yaitu www.pelti.or.id. Khususnya memonitor surat pembaca.
Setelah membaca surat masuk di email, saya juga mempunyai acccount Facebook yang juga sudah dikenal masyarakat banyak.

Yang jadi pertanyaan sekarang, "kenapa saya getol mengisi Facebook pribadi?" Sarana ini saya gunakan dan lebih cepat sampai karena saya ikuti sekarang sedang trend anak muda yang tentunya khusus petenis kita itu semua ikuti facebook ini. Sehingga kesempatan memberikan petuah ataupun wejangan baik rohani maupun pertenisan saya manfaatkan sarana ini. Apalagi sekarang petenis kita ini suka ber BB ria (Black Berry) yang sebenarnya ada negativenya juga. Kenapa demikian, karena mereka dengan BB nya itu kurang konsentrasi di lapangan tenis. Coba kita perhatikan petenis yunior kita lebih banyak chattingnya dibandingkan melihat permainan lawannya.

Disamping itu pula saya dengan mudah menyebar informasi kepenggemar Facebook tentang tenis kita baik itu turnamen ataupun memberikan pengetahuan tentang pertandingan maupun pembinaan. Caranya saya berikan pertanyaan pertanyaan dan langsung mendapatkan respons. Khususnya tentang pertandigan saya melihat masih kurang pengetahuan mereka ini. Banyak jawaban yang salah diberikan mereka. Maka dari itu untuk kedepan saya akan coba berikan pengetahuan khusus pertandingan dengan lemparkan kasus kasus yang terjadi dilapangan.
Sebagai atlet tenis seharusnya mereka sudah harus tahu tentang HAK dan KEWAJIBANNYA.

Terima Hadiah Natal di Surabaya

Surabaya, 26 Desember 2010. Hari ini saya pergi ke Surabaya dengan Lion Air dan rencana kembali ke Jakarta sore ataupun malam tergantung dari selesai memenuhi acara di Surabaya. Suasana Natal masih ada karena ini hari kedua Natal bagi umat Kristiani. Tetapi karena permintaan teman teman dari Tulungagung dan Surabaya agar saya bisa hadir di Surabaya, saya penuhi juga.
Tetapi yang saya tidak akan lupakan dalam kehidupan saya di pertenisan ini, saya mendapatkan hadiah Natal di Surabaya ini. Sebenarnya hadiah ini sangat berkesan dan membuat hati panas dan marah, hanya karena masih disuasana Natal sehingga saya masih didalam kesadaran tinggi. Terjadinya justru saya tidak duga sekali.
Setelah acara penyerahan hadiah pemenang Piala Gubernur Jatim selesai maka turunlah hujan rintik rintik dilapangan tenis Brawijaya Surabaya sehingga sayapun masuk ke club house lapangan tersebut. Saat itu saya melihat salah satu petenis ES sedang berdiri sendiri sehingga saya teringat pesan dari rekan saya Diko Moerdono (Ka Bid Pembinaan Senior PP Pelti) untuk membantu dia karena dia mau liburan akhir tahun ini. Bantuan yang diharapkan agar menghubungi petenis pelatnas SEA Games beritahu adanya kewajiban anggota Pelatnas SEA Games ikuti program masuk camp ke Batujajar yang kita kenal sebagai pusat pendidikan pasukan khusus Angkatan Darat tanggal 5-19 Januari 2011. Dan minta nama atau jadwal turnamen yang akan diikutinya di Januari 2011.
Ketika saya samperin ES dan menyampaikan kepadanya untuk menanyakan program try out turnamennya di bulan Januari 2011, saya menerima kata kata yang dengan nada tinggi membuat saya jadi kaget juga. Sayapun hanya mengatakan, hey E (nama panggilannya, sambil mendekatinya), mau minta program turnamen dibulan Januari 2011. Tapi sewaktu belum selesai bicara sudah disambut dengan kata kata yang rada tinggi suaranya. Langsung saya terdiam hanya bisa mendengar saja ocehannya tersebut. Kok saya bermaksud baik bertanya disambut dengan nada tinggi yang akan menarik perhatian orang lain disekitar saya (dibelakang saya kira2 3 meter ada Christopher Rungkat dan beberapa orang Surabaya). Saya sendiri agak lupa apa ocehannya karena dengan dia sedang marah sehingga darah saya jadi naik karena mau marah juga. Aneh juga, saya berbicara dengan nada rendah bertanya tapi disambut dengan nada marah. Intinya kalau tidak salah mengatakan " Buat apa mau baik baik sekarang sedangkan dibelakang lain " kira kira begitu nadanya. Sayapun menyadari bahwa ini masih suasana Natal sehingga sayapun lebih baik mengalah dengan cara tidak perlu adu mulut, apalagi di lapangan tenis dan sayapun masih duduk di induk organisasi tenis (Pelti) yang tentunya malu mau berdebat kusir dengan orang yang lagi kecewa apalagi baru saja kalah dipertandingan final hari ini.
Sayapun mengevaluasi situasi ini kenapa sampai terjadi demikian sedangkan selama ini bertegur sapa seperti biasa. Apakah tadi sewaktu final lawan Christopher dia sudah unggul 7-5 diset pertama kemudian set kedua unggul 5-3 dan ternyata kalah 5-7, dan kalah diset ketiga. Saya tidak lupa sewaktu itu duduk bersama dengan Bupati Tulungagung Heru bersama dengan Ketua Panpel Fattah, dan saya ini disetiap pertandingan jarang tepuk tangan kalau yg bertanding petenis Indonesia. Tapi kalau ada permainan yang menegangkan dan ada tontonan menarik saya sekali kali ikut tepuk tangan karena terpukau dengan permaina tersebut. Selama kedua petenis bertanding saya juga pernah bertepuk tangan untuk kedua pemain jika ada pukulan yang menakjubkan. Jadi tidak hanya kepada salah satu pemain, biar adil sehingga tidak ada kesan membela salah satu pemain. Apakah sewaktu saya tepuk tangan untuk lawannya dan dia lihat maka dipikirnya saya berpihak kepada lawannya. Banyak kemungkinan kemungkinan saya evaluasi sehingga yang bersangkutan bisa kecewa membuat dia bisa melampiaskan kekecewaannya dengan keluarkan semua uneg unegnya.
Kemudian saya teringat sewaktu penyerahan hadiah, Fattah sambil berjalan dengan dia mengatakan kepada saya bahwa dia itu nyaris , dan saya sambut dengan menepuk biasa bahunya.
Setelah saya menjauhinya sayapun masih mendengar ocehannya yang tentunya akan menarik perhatian oranglain, tapi tidak saya layani dan akhirnya dia diam saja. "Ada apa dengan dia ya? " Sayapun menyadari sekali kalau duduk di PP Pelti itu kalau sampai ada kebijakan yang tidak menyenangkan petenis tentunya sayapun akan dimasukkan dalam ranah musuhnya juga. Ini resiko jabatan, sedangkan saya tidak terlibat didalam pembinaan atlet maupun tim nasional. Tetapi saya pernah mendampingi tim sewaktu dia masuk dalam tim Davis Cup lawan Hongkong di Hongkong beberapa tahun silam. Sayapun menenangkan diri dengan menjauhi saja menunggu turunnya hujan karena akan ke bandara Juanda.
Beberapa menit kemudian saya melihat rekan rekan sibuk mencari tenaga medis yang sudah pulang karena ada peserta yang ambruk, dan dugaan saya benar pasti dia yang ambruk. Setelah melihat ambulance datang dan petugas medis membawa pasien yang diangkut sayapun dengan sedih melihat dia diangkut ke Rumah Sakit.
Waktu saya ceritakan kepada rekan saya masalah ini dan saya dibilang kenapa tidak digampar saja anak begitu kurang ajar. Sayapun teringat 2 bulan sebelum PON 2008 di Kaltim, saya sempat khilaf juga dijalan dengan menghajar pengendara motor karena kaca spion mobil dipecahkan. Kok bisa tenang tenang saja. " Ya sudah anggap saja hadiah Natal 2010. " itu lebih baik daripada jadi brutal.

Jumat, 24 Desember 2010

Mengenang Peristiwa Mei 1998

Jakarta, 24 Desember 2010. Beberapa malam lalu ketika nonton TV acara MetroTV yang mengangkat cerita korban korban peristiwa Mei 1998 yaitu peristiwa kerusuhan melanda Jakarta. Saat itu saya masih di Pusat Tenis Kemayoran Jakarta. Ini peristiwa tepat waktunya sudah lupa kemungkinan tanggal 12-15 Mei 1998.

Saya dikejutkan dengan berita datang dari rekan rekan di Pusat Tenis Kemayoran bahwa ada pembakaran pembakaran disekitar jalan Gunung Sahari, Senen dan Pasar Baru. Ternyata ada penjarahan dimanfaatkan oleh masyarakat yang berjiwa perampok. Langsung saya perintahkan agar pintu gerbang Pusat Tenis Kemayoran ditutup saja. Saat itu saya menyempatkan diri naik keatap kantor Pusat Tenis Kemayoran yang saya pikir tidak akan kedua kalinya mau naik ke atap rumah atau kantor. Terlihat dibelakang sekitar Danau Sunter berlalu lalang manusia maupun mobil Mikrolet yang mengangkut barang barang jarahan dari gudang gudang di Sunter."Kok teganya ?"
Kemudian saya anjurkan kepada pelanggan yang lagi bermain tenis di lapangan indoor agar tidak keluar bahkan saya anjurkan menginap saja di Pusat Tenis Kemayoran dan mobil mobil agar parkir dibelakang dan tidak terlihat dari luar agar tidak mengundang garong garong perusuh ini masuk. Hatipun serasa teriris melihat perlakuan demikian terhadap golongan minoritas, tetapi tidak berdaya. Hanya bisa menolong menyelamatkan yang bisa diselamatkan sudah merupakan tugas yang mulia.
Kemudian masuk laporan dari Posko Satpam ada yang bawa TV hasil penjarahan ke Pos tersebut,langsung saya perintahkan suruh keluar orang yang bawa dan juga TV tersebut jangan sekali kali disimpan di Posko tersebut.
Beberapa pelanggan ikut tidur di Pusat Tenis Kemayoran sesuai anjuran saya selaku penanggung jawab Pusat Tenis Kemayoran, dan mereka mau ikuti termasuk mobil mobil disimpan dibelakang.
Tapi ada telpon dari putri saya yang kuliah di Universitas Bina Nusantara (BINUS). Minta dijemput untuk pulang karena ada kerusuhan dijalan jalan yang sudah merambah keseluruh kota Jakarta. Kampusnya di Jakarta Barat yang sebenarnya dekat dengan rumah saya di Taman Alfa Indah, tetapi ternyata dia sedang dirumah teman kuliahnya.
Saya memberanikan diri keluar Pusat Tenis Kemayoran tetapi dengan naik motor saja. Kebetulan ada motor "butut" yang ada, tetapi lupa kalau perlu diisi bensin. Perjalanan lancar sampai kerumah temannya dan sayapun menggonceng putri saya kearah rumah. Tapi sampai dijalan arteri motor mogok. Waduh, gimana jadinya. Saya panggil motor ojek untuk menarik motor mogok yang ternyata habis bensinnya. Tidak ada yang jual bensin, sedangkan pom bensin juga ikut tutup.
Sewaktu ditarik, di jalan Pos Pengumben ada kerumuman massa sedang membakar atau menjarah toko toko yang ada, Anak saya bertanya, gimana nih mau terus atau berhenti. Saya hanya katakan jalan terus dan berdoa saja, dan pengendara ojek saya katakan jalan perlahan lahan saja. Puji Tuhan bisa melewati kerumunan massa tersebut sampai rumah dengan aman. Malam itu saya tidur rumah tidak kembali ke Kemayoran. Tapi saya ketemu rekan rekan tetangga dan sama sama menjaga agar massa tidak masuk kedalam kompleks Alfa Indah tempat tinggal saya selama ini. Disni terlihat muncullah kebersamaan bertetangga mucul sehingga melupakan ego masing masing masyarakat khususnya dikota Jakarta. Mulailah kita saling mengenal tetangga sendiri yang selama ini terlupakan karena kesibukan masing masing yang cukup padat.

Ada Perhatian = UANG

Jakarta, 24 Desember 2010. Beberapa hari lalu saya mendengar percakapan tilpon rekan di sekretariat PP Pelti dengan orang diluar. Ternyata cukup menarik sekali karena ternyata sipenelpon mau bikin Kartu Tanda Anggota (KTA) Pelti, Kok aneh, karena sebenarnya setiap atlet berhak membuat KTA Pelti yang sedang digalak galakin PP Pelti.

Yang menarik sekali adalah ternyata atlet tersebut telah mengajukan dengan mengisi Formulir KTA Pelti baru sedangkan yang bersangkutan sudah punya KTA Pelti dan sudah terdaftar berasal dari Jawa Barat. Ternyata ada keinginan pindah ke DKI Jakarta. Ini kejadian kedua kalinya saya dengar, yang pertama telpon langsung dari salah satu orangtua atlet yunior Jawa Barat yang mau memperkuat tim DKI Jakarta. Telpon dari orangtua dan salah satu orangtua yang domisili di Jakarta.
Atlet ini ternyata ikuti juga PORPROV di Kepri.
Percakapan rekan saya tadi menarik karena kelihatannya atlet tersebut mau menyimpan KTA Pelti yang lama dan mengharapkan dapat KTA Pelti yang baru. Dipikirnya ini Kartu Kredit, bisa dimiliki berbagai bank punya.

Ya sekarang sih saya lihat kesempatan emas bagi petenis yunior pindah pindah "semu" kekota atau provinsi lainnya hanya karena mengejar " UANG" dengan alasan klasik adalah daerah domisili sekarng tidak ada perhatian, sedangkan daerah lain ada perhatian. Disini yang dimaksud menurut saya perhatian itu identik dengan
"UANG"

Bersyukurlah ada Atlet Yg bermasalah Tidak diundang Seleknas

Jakarta, 24 Desember 2010. Menjelang Natal yang merupakan peristiwa penting bagi umat Kristiani, PP Pelti telah menentukan peserta Seleknas Tenis KU 14 tahun dan 16 tahun. Biasanya ditentukan setelah Tahun Baru tetapi kali ini sebelum Natal, karena Indonesia harus ikuti Pra Kualifikasi World Junior Tennis ( KU 4 th) dan Junior Davis Cup (KU 16 Putra .
Saya sudah perkirakan setiap ada seleknas selalu muncul ketidak puasan bagi orangtua maupun pelatihnya. Ini menurut saya hal yang biasa. Selama penyampaiannya cukup sopan maka bukan masalah. Kali ini ada beberapa pertanyaan datang karena ketidak puasan karena putra ataupun putrinya tidak terpilih masuk dalam daftar tersebut.
Saya sendiri hanya mengikutinya saja karena dalam posisi bukan sebagai penentu tetapi jika dibutuhkan pendapat saya tidak segan segan memberikannya.

Memang dari kelompok yunior yang sangat rentan akan ketidak sportipan atlet , saya melihat ada atlet yang saya punya dugaan tidak sportip karena usianya sudah merupakan tanda tanya. Walaupun tahun 2010 berhasil dipanggil ikut seleknas 2010 beberapa bulan lalu, tetapi saya bersyukur sekali dia tidak masuk dalam kriteria karena Peringkat Nasionalnya sudah merosot diakhir tahun 2010. Atlet ini punya pelatih yang kata rekan rekan lainnya yang baru kenal dia dikatakan tempramental, tetapi saya sudah kenal lama sewaktu dia di Jakarta. Bagi orang didaerah yang baru dia masuki dianggap sedikit tempramental. Rekan saya sewaktu terima telponnya, saya sempat katakan bahwa bilang saja AFR tidak setuju atletnya diterima ikut, biar sekalian kesempatan bagi saya bongkar lagi pemalsuan Akte Kelahirannya. Bagaimana mungkin Akte Kelahirannya itu ASLI tapi menurut saya ASPAL (Asli tp Palsu). Kok bisa, karena akte yang ditunjukkan orangtuanya waktu itu saat Seleknas 2010 adalah Formulirnya ASLI tetapi yang saya anggap tidak masuk akal adalah tanda tangan pejabat Kantor Catatan Sipil tersebut dengan STEMPEL . Apa mungkin begitu kalau asli.?

Tetapi ada satu ganjelan lagi masih ada satu lagi yang diragukan oleh orangtua petenis lainnya. Ada atlet yang terpilih ikuti Seleknas 2011 yang diragukan. Saya coba buka data base saya tentang atlet tersebut ( yang sampai hari ini belum mempunyai KTA Pelti), ternyata dari fotocopy Akte Kelahirannya masih termasuk bukan Akte Kelahiran Pemutihan. Jadi saya anggap sudah betul, tapi saya lihat dalam catatan tersebut masih ada ganjelannya karena data Buku Rapor yang kurang meyakinkan yaitu masuk SD diusia 4,5 tahun. Masuk akalkah? Jadi saya usulkan kepada rekan saya lainnya agar atlet tersebut waktu seleknas membawa dokumen seperti asli akte kelahiran dan buku rapornya kelas satu dan juga ijazah SD (ini paling penting).
Disini saya kira perlu dibuat aturan agar bisa menahan lajunya data atlet yang tidak sportif seperti ini. Ini akan dicoba dulu, kemungkinan melalu pengajuan KTA Pelti agar lebih diperketat aturannya.

Masalah Cidera atlet muda

Jakarta, 24 Desember 2010. Saya coba iseng baca hasil turnamen nasional khususnya kelompok yunior di tahun 2010. Ada yang menarik kalau saya baca sehingga saya coba angkat disini. Beberapa petenis yunior yang saya amati cukup potensial disaat masih muda dan semua harapan kita agar berprestasi ditingkat nasional maupun internasional. Yang saya kuatirkan dan sudah terjadi adalah masalah cidera disuatu turnamen. Memang kalau bicara cidera bukan masalah asing diturnamen tenis. Tetapi cidera yang satu ini yang sangat saya kuatirkan yaitu yang disebut " KRAM".

Kenapa bisa terjadi hal ini.Kram bisa terjadi dikaki, ataupun tangan dan bahkan lebih parah lagi ke perut. Yang jadi pertanyaan saya adalah ketidak siapan sang atlet dalam menjaga fisiknya. Ini maslah ketidak siapan atlet terhadap fisik sudah lama sekali saya amati. Kesimpulan saya kram terjadi karena ketidak siapan si atlet menjaga kondisi fisiknya. Bagaimana mengatur latihan fisik sebelum maupun menjelang dan sesudah turnamen itu ada aturan mainnya. Ini sangat vital sekali. Ini baru bertanding dalam maksimal 3 set saja sudah bisa terjadi. Bagaimana kalau main dalam 5 set?
Bahkan pernah di pertandingan 5 set yang saya lihat yaitu petenis nasional kita waktu itu di Hongkong pertandingan Davis Cup antara Indonesia melawan Hongkong, salah satau petenis nasional kita (usia masih muda) kramnya bisa naik ke perut. Wow mengerikan.
Cobalah kita petenis harus menyadari bahwa kelemahan fisik sang atlet agar mendapatkan perhatian. Jaman sekarang ada pelatih teknik, ada pelatih fisik, ada ahli gizi dll didalam mempersiapkan atlet berprestasi. Jadi libatkan semua ilmu didalam peningkatan prestasi olahraga.
Saya tidak perlu menyebutkan nama dari atlet atlet yunior kita , karena bisa banyak pihak yang tersinggung. Yang pasti atlet tersebut masih berusia paling tinggi 16 tahun. Ini usia yang sangat rentan sekali kalau tidak segera diatasi maka prestasinya akan mandek.

Senin, 20 Desember 2010

Berani Tidak keluarkan Piagam Keikursertaan

Jakarta, 19 Desember 2010. Saya mencoba melihat pelaksanaan kepelatihan pelatih tenis selama ini baik yang saya kerjakan di Jakarta maupun dilakukan oleh rekan rekan Pelti didaerah. Timbul pertanyaan yaitu yang dibutuhkan kuantitas atau kualitas. Kepelatihan pelatih merupakan salah satu program pemberdayaan SDM pertenisan kita dimana dibutuhkan pelatih pelatih berkualitas didaerah daerah. Dari hasil selama ini dikenal kepelatiahan pelatih ITF Level-1 yang merupakan jenjang kepelatihan ITF paling rendah.

Tetapi saya melihat kenyataan selama ini banyak peminat yang datang hanya membutuhkan PIAGAM nya bukan keilmuannya yang bisa diterapkan kelapangan. Nah, yang jadi pertanyaan adalah Piagam itu untuk apa jika ilmunya tidak diserap dan diterapkan dilapangan. Bahkan saya pernah awal tahun ini terima permintaan via SMS untuk mendapatkanpiagam tersebut walaupun tidak mengikuti langsung. Bisa dibayangkan pelatih tersebut mau bayar per piagam sejumlah jutaan rupiah. Gila kali ya.
Rupanya piagam tersebut bisa digunakan untuk kenaikan pangkatnya diinstansinya tempat dia bekerja. Artinya profesi pelatih ini belum merupakan jabatan profesinya tetapi jabatan sambilan saja.
Ada satu pemikiran saya disetiap penataran seperti ini apalagi yang mengeluarkan sertifikat kelulusan , kita harus berani tidak keluarkan Piagam keikut sertaannya. Cukup piagam kalau lulus saja disediakan sehingga hasilnya bisa dipertanggung jawabkan, Ini ibarat sekolah, kalau tidak lulus tidak perlu disediakan piagamnya. Tetapi apakah ini bisa diterima semua pihak. Kita harus berani melakukan perubahan demi kemajuan pertenisan kita ini.

Minggu, 19 Desember 2010

Pelayanan kepada Peserta butuh perhatian

Jakarta, 19 Desember 2010. Menjelang akhir tahun, pertenisan Indonesia masih tetap saja berlangsung khususnya pelaksanaan turnamen nasional yuniornya. Saya sendiri masih mempunyai satu keinginan agar dalam pelaksanaan dilapangan bisa berjalan lancar dimana bisa memuaskan semua pihak. Karena kita harus menyadari paling banyak keluhan justru didalam pelaksanaan turnamen kelompok yunior, jika dibandingkan dengan turnamen kelompok umum.
Kalau kita melihat akhir dari pelaksanaan semuanya berjalan dengan sukses. Tetapi saya mencoba membedah pelaksanaannya terutama diawal turnamen ternyata masih banyak yang harus diperbaiki. Saya melihat secara keseluruhan khususnya jika saya melihat langsung bisa terlihat banyak hal yang harus diperhatikan. Termasuk pelaksanaan Turnamen RemajaTenis sendiri masih banyak kelemahan yang harus diperbaiki. Saya selalu melihat pelaksanaan turnamen dari 3 kepentingan yaitu kepentingan sponsor, kepentingan penonton dan kepentingan peserta.
Mulai dari kepentingan sponsor, masih jauh dari keinginan karena terus terang tidak semua turnamen yunior memperhatikan kepentingan sponsor karena akan membebani pelaksana yang sudah sulit mendapatkan dana sponsor. Penempatan kepentingan sponsor masih sekitar acara pembukaan saja, tetapi masih kurang perhatikan masalah publikasi khususnya sebagai kunci kepentingan sponsor. Kita harus akui kesulitan dana sebagai penyebab sehingga kepentingan sponsor ini sedikit diabaikan. Untungnya masalah sponsor ini didapat karena faktor kedekatan dengan sponsor saja bukan dari aspek bisnis semata. Kalau kepentingan penonton, akibat dari sarana dan prasarana yang tersedia diturnamen masih sangat minim sekali.
Kepentingan peserta masih berjalan ditempat. Saya sendiri tidak tahu mau dari mana kita mulai perbaiki. Karena ada beberapa hal yang kurang mendidik sehingga petenis yunior kurang mendapatkan pembelajaran menghadapi turnamen. Baik itu hak maupun kewajibannya. Kita harus menyadari sekali turnamen yunior itu merupakan turnamen pembinaan. Bina dalam peningkatan prestasi juga bina hak dan kewajiban atlet perlu mendapatkan perhatian.
Hak peserta seperti jadwal turnamen maupun hasil undian sudah harus dipegang oleh atletnya sebelum pertandingan mulai. Disini dikatakan turnamen mulai bisa sehari sebelumnya sudah ada jadwal maupun undiannya ataupun beberapa jam sesudah diundi.

Coba kita perhatikan seringkali waktu sign-in dilakukan dan penutupannya membutuhkan waktu sangat lama undiannya sudah bisa dipublikasikan artinya sudah diketahui oleh pesertanya, bukan oleh panitianya. Dari tahun ketahun saya melihat masih belum ada perbaikannya khususnya turnamen nasional yunior. Kalau internasional yunior bisa dilakukan karena hanya membuat 2 jenis pertandingan yaitu putra dan putri KU 18 tahun. Tetapi kalau diikut sertakan dengan nasionalnya yaitu KU 16 th, 14 th, 12 th dan 10 tahun ternyata berbeda sekali.
Saya coba perhatikan didalam suatu turnamen nasional, masalah waktu undian itu ternyata bisa sekitar 15-20 menit saja untuk satu jenis tergantung jumlah pesertanya, misalnya mengundi tunggal KU 10 tahun putra. Tetapi kalau kita perhatikan selama ini ada yang terjadi sampai lebih dari 5 jam , belum lagi membuat order of play yang seharusnya sudah diketahui 1-2 jam setelah diundi. Tetapi apa yang terjadi selama ini, bagi orangtua so pasti bisa menjawabnya. Dan ada juga orangtua atau pelatih sudah tidak perduli lagi masalah waktu karena sudah sering terjadi. Padahal pelaksana turnamen bukan muka baru tetapi sudah berpengalaman paling banyak. Disini kelemahannya mereka ini tidak mau belajar untuk memperbaikinya.
Saya coba pelajari dimana letak kelemahan yang menghambat pelaksanaannya, karena situasi sekarang sudah berbeda dengan puluhan tahun silam dimana komputer belum ada.
Saya tidak lupa di tahun 1980 dimana saya mulai terlibat diturnamen tenis Maesa,pernah terjadi membuat undian dan order of playnya itu bisa sampai pukul 04.00 dini hari, karena turnamen maesa saat itu bisa sampai 33 eventsnya. Bisa dibayangkan sudah berkali kali waktu itu Maesa Paskah berjalan dengan situasi seperti itu.

Kesimpulan pertama adalah belum ada kemauan dari pelaksana terutama yang membuat undian, untuk memperbaikinya. Memang ada suatu kebiasaan dari rekan rekan pelaksana turnamen yang selama ini dianggap sudah sering lakukan tanpa mau mengevaluasinya maka tetap akan berlangsung terus tanpa ada perbaikan.
Jadi disini kelemahan pertama adalah perencanaannya.
Tentunya sebagai orangtua pemain berkeinginan semua itu lancar, dan jika mendapatkan pelayanan penyelenggara kepada mereka maka kepuasan ini akan membuat peserta akan tetap mengikutinya.

Waktu yang dibutuhkan penyelenggara untuk mengundi maksimal 20 menit, jika ada KU 10 tahun, 12 tahun, 14 tahun dan 16 tahun putra dan putri maka dibutuhkan waktu hanya 120 menit untuk mengundinya. Saya bicara masalah mengundi saja. Yang jadi masalah adalah persiapan mengundinya, ini yangmembuat butuh waktu panjang karena kita tidak mempersiapkan sebelumnya. Disinilah masalah teknis saja yang saya perhatikan diabaikan karena terbuai dengan gaya dan caranya sendiri. Sebenarnya semua bisa dilakukan ditempat seaktu menerima sign-in, tetapi ada yang lakukan pulang kehotelnya dulu. Lebih celakanya ada petugasnya sampai dirumah langsung tidur dulu dengan catatan nanti tengah malam baru dikerjakan. Bagaimana nasibnya kalau tidurnya kebablasan sampai pagi. Pagi pagi bangun kewalahan mau mengundinya. Kacau kan.


Rabu, 15 Desember 2010

Apa Tujuan Bermain Tenis ?

Jakarta, 15 Desember 2010. Ada satu hal yang menarik untuk dibahas disini, karena jika kita bertanya kepada atlet tenis Indonesia, khususnya yang telah memasuki jenjang turnamen internasional Procircuit artinya turnamen yang telah menyediakan prize money.
"Apa tujuan Anda bermain tenis? "
Tentunya kita akan mendapatkan jawaban yang berbeda beda tergantung dari petenisnya sendiri.
Dari beberapa jawaban ada jawaban yang menurut pendapat pribadi saya kurang mendukung prestasinya sendiri. Karena pengamatan saya jawaban yang keluar adalah ...." mau cari uang".
Sulit untuk mendapatkan jawaban ' TO BE A CHAMPION " Atau mau jadi juara dunia atau mau menjadi seperti petenis dunia ( sebut satu nama favoritnya).
Tetapi kalau kita bertanya kepetenis yunior apalagi kalau usia dibawah 14 tahun maka masih bisa kita dapatkan jawaban "mau jadi juara" itu.
Nah, kekuatiran atas jawaban mau cari uang itu cukup mendasar. Walaupun bisa dikatakan sah sah saja. Tetapi menurut pendapat saya berbeda dengan jawaban kedua dimana komitmen atlet lebih besar dibandingkan yang menjawab mencari uang tersebut.
Sekarang turnamen nasional maupun interenasional profesional menyediakan prize money berbeda dengan turnamen yunior tanpa menyediakan prize money.
Masuk babak pertama (babak utama) saja sudah tersedia uang, jadi bukan hanya juaranya yang dapat prize money tersebut, sehingga berupaya mendapatkan tempat di babak utama melalui fasilitas wild card saja tanpa mau susah susah dulu.
Akibatnya mereka ini cepat puas dengan hadiah seadanya, bukan mengejar tempat sebagai juara. Karena kalau mau jadi juara dibutuhkan pengorbanan cukup besar. Harus mengejar turnamen berbobot yang seharusnya untuk mengasah prestasinya. Dan kemungkinan keluar uang lebih dulu bukan dapat uang. Inilah masalahnya.
Akibatnya bisa dilihat di turnamen turnamen, kalau kalah tanpa menunjukkan penyesalannya.

Senin, 13 Desember 2010

Mau kemana besok ?

Jakarta, 13 Desember 2010. Disela sela turnamen tenis di Hotel Sultan Jakarta, saya melihat ada keragu raguan orangtua terhadap perkembangan putra ataupun putrinya atas prestasinya. Ini sih wajar wajar saja sehingga timbul karagu raguan tersebut. Dan bukan sekarang saja dimana pertenisan nasional khususnya yunior makin semarak. Lebih parah sepuluh ataupun duapuluh tahun silam.
Ada yang mengatakan apa yang bisa didapatkan dari tenis. Lebih baik back to school.

Memang saya sendiri lebih cenderung kalau atlet itu tidak melupakan sekolahnya, apalagi sekarang belum semua sekolah masih belum mendukung olahraga apalagi tenis. Jangan sampai tidak sekolah hanya main tenis. Ini justru yang salah. Karena pendidikan disekolah atau pendidikan formal itu penting sekali dalam membentuk pribadi seseorang yang muda usia.

Sebenarnya sebagai orangtua harus jeli juga, jangan sampai karena ambisi yang lebih menjurus ke ambisius justru merupakan bumerang baginya. Kenapa demikian harus jeli. Sekolah itu penting karena seorang juara itu juga harus pintar. Tidak ada lagi bodoh tapi bisa juara.
Memang banyak orangtua tidak ada waktu lagi memonitor putra dan putrinya didalam menjalankan aktivitas olahraga diluar rumahnya.
Memang olahraga iru disamping untuk kesehatan banyak sekali manfaatnya dalam pembinaan dirinya. Adanya gangguan gangguan diluar rumah tanpa disadari masih mengancam masa depan putra putri Indonesia. Khususnya semua pihak sudah mengetahui yaitu NARKOBA. Dengan banyak kesibukan maka sulit Narkoba merongrong kehidupan disamping pendidikan agama juga mutlak.
Akibat ambisiusnya orangtua bisa menjerumuskan anak anak ke Narkoba tersebut.

Kembali ke pertanyaan diatas untuk menjawab keragu raguan orangtua terhadap pembinaan putra dan putrinya. Kita sudah harus bisa melihat sampai dimana kemajuan putra dan putri kita. Tidak perlu kuatir ada alat pantaunya yaitu yang sangat sederhana sekali yaitu PERINGKAT NASIONAL PELTI yang dikeluarkan oleh PP Pelti, atau juga bisa digunakan ITF rank dan WTA rank dan ATP rank. Jika ditanyakan kepada orang yang salah apalagi punya kepentingan maka jawabannya sangat subjektip sekali. Kembali kepada tujuannya bermain tenis.
Kalau sudah ingin go international karena mau tingkatkan prestasinya maka harus banyak pertimbangannya. Bisakah menembus peringkat dunianya ? Ini yang penting butuh kejeliannya.
Jika kiranya sulit menembus ke peringkat dunia, maka mulailah berpikir bisa berprestasi di dunia pendidikan juga bisa digunakan sebagai alat jika ingin mendapatkan bea siswa pendidikan di negeri Paman Sam (USA). Dengan syarat selaian berprestasi di tenis, juga harus berprestasi didunia pendidikan. Karena akibat melalaikan masalah sekolah selama bermain tenis maka di USA awalnya bisa ikut tetapi tidak bertahan lama karena jika prestasi tenis membaik tetapi prestasi pendidikan di Universitas menurun maka akan dikeluarkan juga. Ini masalah.

Jika dari pemantauan selama ini bisa menembus keperingkat dunia baik junior kemudian WTA rank atau ATP rank, maka barulah kita all out. Disini butuh kejelian. Tetapi jika berhasil menembus peringkat dunia maka hasil bermain tenis didunia nasional maupun internasional akan membuka mata para orangtua kalau sebenarnya tidak menyesal melepaskan putra dan putrinya ke dunia tenis. Fakta akan berkata lain.

Minggu, 12 Desember 2010

Pertanyaan masalah code of conduct

Jakarta, 12 Desember 2010. Disela sela pertandingan Garuda Indonesia Masters 2010 yang berlangsung di lapangan tenis Hotel Sultan Jakarta, saya sempat ditanya oleh salah satu orangtua petenis Jakarta, Tommy. Ini pertanyaan yang berkaitan dengan peraturan tenis yaitu menyangkut code of conduct.
"Apakah tidak ada hukuman bagi petenis dalam pertandingan membanting raket didalam lapangan." ujarnya karena menganggap banyak petenis yunior yang ikut menyaksikan event ini. Disebutkan salah satu mantan petenis nasional yang pernah ikut mewakili Indonesia di event Davis Cup kemarin sewaktu bertanding menunjukkan kekesalannya dengan membanting raket dan juga pernah melempar raketnya.
Kecemasan ini wajar sekali muncul karena sebagai orangtua tidak mau anak anak diberi tontonan yang kurang mendidik.
"Oh, kalau dalam aturan memang ada hukumannya. Ada wasit maka seharusnya wasit tersebut yang menghukum langsung. Apalagi kalau raketnya pecah, dan juga kalau lapangannya sampai rusak oleh ulah tersebut itu ada hukumannya. Untuk event seperti ini hukumannya jelas adalah denda dalam bentuk uang yang akan dipotong di prize money yang diterimanya." ujar saya menjelaskan kepada Tommy.
Saya sendiri tidak melihat kejadian tersebut karena sering turunnya hujan membuat ogah ogahan muncul ke lapangan tenis Hotel Sultan. Kalau memang benar seperti laporan tadi maka Referee akan memperkuat hukuman tersebut dari laporan wasit yang bertugas. "Pasti ada hukumannya." ujar saya meyakinkannya.
Hari ini saya sedang menunggu kedatangan rombongan dari Tulungagung yaitu Bupati Tulungangung , Ketua Pelti Kab. Tulungagung dr.Bambang Supeno yang juga teman sekelas di FK Unair Surabaya. Kedatangan rombongan ini ingin bertemu dengan Ketua Umum PP Pelti Martina Widjaja.
Kehadiran saya dilapangan cukup menyenangkan karena bisa bertemu dengan teman lama yaitu dr. Bambang Supeno (Tulungagung) dan dr. Firmansyah ( spesialis Anak) yang keduanya juga petenis aktif.

Rabu, 08 Desember 2010

SMS menyakitkan

Jakarta, 8 Desember 2010. Sewaktu diadakan turnamen tenis RemajaTenis di Bandung tanggal 4-7 Desember 2010 ada dua SMS masuk kedalam telpon seluler saya yang cukup berkesan bagi saya. Yang satu datang dari salah satu orangtua , cukup dimengerti karena ketidak tahuan masalahnya. Dan dianggap wajar saja. Yaitu ada pertanyaan terhadap undian tunggal putra KU 12 tahun. Kenapa si A dimasukkan kedalam unggulan 1 dan si B masuk dalam unggulan 2. Kenapa tidak digunakan acuan PNP KU 12 tahun. Ini muncul karena putranya posisinya dianggap merugikan. Sedangkan putranya lebih unggul di PNP 12 tahun tersebut.

Dalam hal ini saya jelaskan yang dimaksud dengan PNP adalah Peringkat Nasional Pelti artinya dikeluarkan resmi oleh PP PELTI. Jika ada Peringkat KU 12 bukanlah PNP KU 12 tahun tetapi peringkat tersebut dikeluarkan atas inisiatip wasit tenis dengan tujuan membantu kerja Referee TDP Nasional didalam menjalankan undian nantinya.

Andaikan tidak ada PNP KU 12 tahun ataupun KU 10 tahun, maka yang dilakukan adalah penempatan agar peserta yang satu klub atau kota atau provinsi dipisahkan sehingga peserta tersebut tidak saling ketemu dibabak awal. Setelah itu baru diundi. Ini patokan yang digunakan.
Akhirnya penjelasan tersebut masih bisa dimengerti. Khususnya KU 10 tahun dan 12 tahun perlu banyak pertandingan. Makin banyak bertanding makin baik untuk pembinaannya.
Hal seperti ini suka terjadi pertanyaan masalah PNP KU 12 ataupun KU 10 tahun yang pernah dipublikasikan oleh Tabloid Tennis sehingga dianggap sebagai PNP yang dikeluarkan oleh PP Pelti.
Bahkan Ketua Umum PP Pelti waktu itu pernah bertanya dan sudah dijelaskan dan langsung saya minta kepada Tabloid Tennis untuk tidak dipublikasikan PNP 10 dan 12 tahun.

SMS kedua datang dari Bunge Nahor ini menyebalkan karena tuduhan yang menyakitkan hati saya sendiri. Karena sebagai teman lama saya kenal, begitu manis dan baik didepan saya tetapi justru bertolak belakang jika dibelakang saya. Info seperti ini sering saya dengar dari rekan rekan diturnamen RemajaTenis ,tetapi saya suka lupakan tingkah lakunya selama ini. Tetapi kali ini yang menyakitkan adalah dikatakan MERUSAK PERATURAN TENIS INDONESIA. Yang jadi pertanyaan adalah peraturan mana sih, kok begitu gampangnya katakan demikian. Karena memasukkan nama yang tidak jelas setelah diundi. Dikatakan lebih mementingkan bisnisnya. Bagi yang kurang mengerti tentunya akan langsung menelan tuduhan tersebut. Tetapi saya sudah mengerti sekali motif nya sehingga begitu gencar mengeluarkan pernyataan seperti itu.Karena sebelumnya saya terima telponnya karena ada keinginan agar menang wo supaya bisa masuk semifinal tanpa tanding, dan saya hanya katakan serahkan kepada Referee.
SMS ini disebar luaskan ke Ketua Umum PP Pelti sehingga timbul kesan saya ada masalah dengan Bunge Nahor. Kemungkinan juga kepada pengurus lainnya. Menjelang habisnya masa kepengurusan PP Pelti ini kami semua diminta agar tidak membuat masalah sehingga berakhir dengan baik. Sehingga Ketua Umum PP Pelti cepat bereaksi.

Dalam pelaksanaan kali ini saya akui ada kelalaian penyelenggara RemajaTenis didalam menerima pendaftaran. Baru pertama kali RemajaTenis merubah sistem pendaftaran yaitu dimana setiap peserta bisa kirimkan pendaftaran melalui fax atau SMS dan uang pendaftaran ditransfer ke rekening bank BCA yang sudah disebutkan nomor rekeningnya.Yang telah mentransfer langsung diminta kirimkan bukti transfer melalui fax. Dan ada yang SMS bukti mobile banking. Dan juga saat turnamen membawa bukti transfer tersebut. Setelah itu batas waktu pendaftaran ditutup langsung nama nama yang daftar dipublikasikan melalui situsnya RemajaTenis sendiri termasuk undiannya. Tetapi tidak semua peserta suka membuka internet atau membaca disitus RemajaTenis.

Harus diakui tata cara baru ini ada yang suka dan ada yang tidak suka, sehingga dalam pelaksanannya belum semua pihak dapat menjalankan.
Menyadari adanya pendaftaran yang belum masuk dalam undian, maka saya berikan masukan kepada Referee yang bertugas Hengky Karel bahwa semua itu yang putuskan adalah Referee, dan selaku technical advisor saya akan dukung. Disamping itu saya berikan juga contoh contoh pengalaman selama ini dimana Referee pernah lakukan yaitu nama sudah sign-in tetapi di draw tidak ada. ITF Referee tersebut kalau itu kesalahannya maka diputuskan re-draw.
Kali ini karena KU 12 tahun, maka tidak perlu di redraw cukup digantikan yang mundur tersebut.

Dugaan akan terjadi belum mulusnya diikuti tata cara seperti ini, dengan tujuan suatu saat pembelajaran bisa diterima dan bisa diikuti semua pihak maka beberapa toleransi masih diberikan. Masih ada kesulitan jika merubah tata cara baru dengan konsukuensi kurang populer.
Ternyata dari 63 peserta yang daftar , hanya 10 % yang belum transfer, tetapi sudah memberikan jaminan akan melunasinya. DDan terbukti jaminan tersebut. Kenyataannya juga masih ada beberapa peserta yang belum kirimkan bukti tarnsfer dgn fax maupun membawa bukti transfer ke lapangan untuk menunjukkan benar benar sudah laksanakan. Tetapi ada toleransi diberikan oleh penyelenggara apalagi dikatakan lupa bawa bukti transfernya dengan konsukuensi belum bayar tapi bisa bertanding. Tetapi dugaan seperti itu dihilangkan karena kepentingan turnamen harus diutamakan dulu. Bukan praduga macam macam yang diutamakan.

Setiba dirumah saya dikejutkan dengan masuknya SMS dari nomor tak dikenal yaitu 021 96878464 yang isinya mengagetkan yaitu VERY TAI Ha ha ha, ada lagi orang gila masuk dimana kirimkan SMS dengan isi yang sama sebanyak 3 kali.
Ya sudah daripada pusing pusing sebaiknya lupakan saja RemajaTenis ini, sudah capek berbuat tetapi begitulah penilaiannya. Tetapi sempat juga kepala dibuat pusing. Obatnya tidur saja.

Percaya atau tidak ternyata RemajaTenis sudah memasuki yang ke 13 kalinya di tahun 2010 mulai dari Mataram, Jakarta, Sumbawa Besar, Solo, Palu, Bandung, Pontianak, Banjarmasin. Kalau tahun 2009 RemajaTenis sudah berlangsung selain di Jakarta, digelar pula di D.I.Y, Medan dan Cirebon.

"Apakah ini yang terakhir bagi RemajaTenis ?"

Jumat, 03 Desember 2010

Syarat KTA Pelti adalah KTP dan Kartu Keluarga

Jakarta, 3 Desember 2010. Hari ini sempat sedikit pembicaraan dengan rekan rekan tenis masalah Kartu Tanda Anggota (KTA) Pelti. Karena saat ini setelah pelaksanaan Pekan Olahraga Tenis Nasional di Jakarta, kebutuhan KTA Pelti sepertinya mendapatkan perhatian, apalagi dalam rapat PP Pelti diminta agar tahun 2011 sudah harus berani menerapkan salah satu peraturan persyaratan peserta TDP Nasional yaitu memiliki KTA Pelti. Ini peraturan sudah lama beredar tetapi tidak ada perhatian baik dari Pelti dari tingkat Kabupaten/Kotamadya , Provinsi maupun Pusat. Kenapa demikian, tidak ada kontrol masalah ketentuan yang dibuat sendiri.
Nah, terbuka suydah dalam rapat tersebut kekuatiran dari petugas yang diangkat berdasarkan SK Ketua Umum Pelti selaku Referee TDP Nasional yang sebenarnya sebagai alat pertama yang bisa menerapkan dan mengontrol ketentuan TDP tersebut.

Saya sudah siapkan konsep masalah KTA Pelti mulai dari tata cara pengajuan KTA Pelti daris etiap petenis. Awalnya KTA Pelti itu dipaksakan dibuat untuk menolong orangtua agar dalam setiap TDP Nasional tidak perlu membawa Akte Kelahiran ASLI, cukup dengan menunjukkan KTA Pelti.
Kalau melihat cara ITF yang perlu ditiru adalah masalah IPIN dimana setiap peserta turnamen internasional wajib memiliki IPIN (International Player's Identification Number). Refere selaku petugas merupakan kepanjangan tangan ITF yang akan menolak jika ada petenis belum punya IPIN tersebut sehingga tidak bisa ikut. Sudah ada korban petenis kita yang tidak bisa ikuti Men's Futures di Indonesia.
Memang dalam pembuatannya tidak terlalu rumit bahkan sangat gampang. Ini akhirnya menjelang PORPROV ataupun PON mulailah terasa kebutuhan KTA tersebut.
"Bagaiman caranya membuat aturan KTA ini agar tidak terlalu menggampangkan sekali pembuatannya. Saat ini cukup isi formulir dan bawa fotocopy Akte Kelahiran dan pasfoto untuk kelompok yunior atau KTP bagi kelompok umum.
Saat ini sudah beberapa sms yang saya terima permintaan petenis yunior yang tinggal di kota A (sesuai KTA Peltinya) mau pindah ke kota B karena mau ikut turnamen tenis bela nama kota B dan mau ganti KTAnya. Tapi orangtuanya tetap di kota A, sedangkan petenis ini masih KU 14 tahun, artinya belum punya KTP.
Ada satu pemikiran dalam mengisi KTA harus dilengkapi dengan Fotocopy Kartu Keluarga baik itu yunior maupun senior. Saya kira dengan cara seperti ini maka lebih bisa menertibkan KTA Pelti yang saat ini sudah lebih dari 2.000 yang dikeluarkan PP Pelti
.

Kamis, 02 Desember 2010

Aturan Mutasi KONI Pusat Terbaru

Jakarta, 2 Desember 2010. Saya tertarik juga masalah Mutasi atlet yang sulit dibendung akibat dari kurang sportifnya pembina olahraga ini. Apalagi sejak maraknya Pekan Olahraga Provinsi didaerah daerah membuat mata yang awalnya ngantuk jadi bisa terrbuka kembali. Sebenarnya saya tidak tertarik ikuti masalah mutasi atlet ini, tetapi sampai pagi ini masih ada juga telpon yang tanyakan masalah mutasi ini.
Seperti pagi ini terima telpon dari salah satu orangtua (mungkin dia juga pengurus Pelti Kotamadya). Begitu juga telpon ataupun SMS dari salah satu orangtua petenis yunior (saya kenal karena atlet ini suka ikuti turnamen yang saya jalankan yaitu Piala Ferry Raturandang dan RemajaTenis. Atlet tersebut masih masuk KU 14 tahun.

Karena mau ikut Gubernur Cup di Jakarta sedangkan domisilinya di Bekasi sehingga Kartu Tanda Anggota (KTA) Peltinya masuk Bekasi. Karena pertanyaan ini berkaitan dengan keinginan bela daerah lain maka muncul keragu raguannya sehingga ingin minta pendapat yang terus terang saya kurang memberikan respons.

Saya akhirnya coba buka Ketentuan KONI Pusat yang terbaru yaitu SK No.55 tahun 2010. Awalnya saya hanya melirik ke batas waktunya yang sebelumnya (SK No 25 tahun 2006 ) disebutkan batas waktunya mengajukan permohonan mutasi 1,5 tahun. Ternyata sekarang 2 tahun. Pelaksanaan PON XVIII 2012 di Riau adalah 9 September 2012.
Dari bab ke bab lainnya saya tidak melihat ada klausul yang melibatkan PP Pelti walaupun sebagai tembusan sekalipun. Yang dilibatkan adalah atlet, klub, Pelti Kota/Kabupaten, Pelti Provinsi dan KONI Provinsi. Artinya PP Pelti tidak ikut campur masalah ini. Ini yang perlu diketahui oleh rekan rekan di Pelti Kotamadya/Kabupaten, Provinsi dan Pusat. Sangat berlebihan kalau sampai ada dari Pelti Pusat ikut campur sekalipun diminta. Ini pendapat pribadi saya sendiri.
Apapun dalihnya tetapi ujung ujungnya adalah DUIT jika ingin pindah pindah tersebut, dan itu sah sah saja.

Disebutkan domisili adalah tempat tinggal seorang atlet disuatu provinsi yang dibuktikandengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga. Jadi disini asas domisili yang digunakan bukan KTA Pelti. Disini peranan Pelti Kota/Kabupaten dan Provinsi berhak dam wajib untuk memberikan rekomendasi menolak atau menerima setiap permohonan mutasi atlet sesuai dengan ketentuan yang ada dalam peraturan ini. Begitu juga alasan pindah yang diperkenankan adalah 5 alasan, diluar kelima alasan tersebut maka akan ditolak.

Minggu, 28 November 2010

Gimana caranya hambat jual beli atlet ?

Jakarta, 28 November 2010. Kegiatan PORPROV (Pekan Olahraga Provinsi) Kalimantan Selatan sedang berlangsung dengan tenang berbeda dengan SMS yang saya terima dari salah satu orangtua petenis asal Banjarmasin, yang jelas jelas sangat kecewa dengan turutnya atlet atet dari Jawa Tengah ke PORPROV Kalsel. Bahkan lebih sadis meminta agar Pengcab Pelti dibubarkan saja, suruh mereka kumpul uang untuk beli atlet dari luar.

Kalau tahun tahun sebelumnya dimana tidak dicantumkan pembatsan usia peserta PON (Pekan Olahraga Nasional) kasus seperti ini juga terjadi dimana dalam satu tahun ada atlet dari Jawa yang ikut bisa di 2-3 Porda (Pekan Olahraga Daerah). Ini berlangsung aman aman saja karena saya tidak terima SMS sebagai bentuk kekecewaan atlet daerah atas ulah mereka ini.
Kali ini dengan adanya ketentuan pembatasan usia untuk peserta PON maka memberikan peluang kepada daerah mulai membina atletnya sendiri karena masih ada waktu menghadapi PON tahun 2012.
Tetapi keinginan ini jadi hancur akibat dari kejelian pembina tenis sendiri terutama pelatih (mayoritas) yang saya lihat bisa merayu kepada orangtua atlet yunior. Bagi orangtua yang sangat butuh uang (semua orang butuh uang) tawaran ini merupakan rejeki tersendiri langsung menerima atau bahkan mencari peluang yang ada.

Nah, timbullah keluhan yang banyak juga menyalahkan induk organisasi tenis alias Pelti khususnya Pelti Pusat. Saya sendiri mencoba berdiskusi dengan pelaku pelaku tenis mengenai masalah ini. Bagaimana caranya sehingga kasus ini sedikit dihambat, begitulah awalnya karena ada kesulitan untuk ikut campur. Karena ibaratnya orang mau pindah (yang wajar) rumah dari satu alamat kealamat lainnya tidak ada yang bisa menahannya. Asalkan semua ikuti aturannya, seperti melaporkan ke RT,RW,Kelurahan, Kecamatan dan akhirnya ke Walikota dstnya.
Timbul pertanyaan apakah wajar orang pindah pindah dalam setahun bisa tiga kali? Pertanyaan ini muncul karena melihat di pertenisan ada petenisdalam satu tahun bisa ikuti 2-3 PORDA(PORPROV).
Saya hanya bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan katakan wajar wajar saja, karena berbagai pertimbangannya sendiri sendiri.

Nah, sebenarnya kita bisa menghambat cara demikian. Yaitu membuat peraturan yang ketat dengan tujuan untuk prestasi bukan prestise. Yang membuat aturan adalah pemilik event tersebut. Disini yang punya event adalah KONI Provinsi. Dimana peranan induk organisasi tenis yaitu Pelti. Yaitu peraturan tenis dibuat oleh Pelti, aturan tentang pertandinganya bukan persyaratan pesertanya. Nah kalau saya telusuri disini yang digunakan adalah dasarnya adalah asas domisili dengan menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Yang lain tidak ada. Kalau di Porprov Kalsel ada dibuat aturan Mutas atau perpindahan atlet seperti PON saja. Hanya bedanya tidak disebutkan batas waktu untuk perpindahan atlet seperti di PON ada aturan mutasi dibatasi dengan ketentuan batas waktunya adalah 1,5 tahun. Andiakan semua PORPROV menggunakan aturan mutasinya adalah batas waktu 1-1,5 tahun maka sulit akan bisa terjadi dalam setahu ada atlet bisa ikuti 2-3 PORPROV.
Sepengetahua saya tujuan PORPROV adalah sebagai persiapan menghadapi PON (Pekan Olahraga asional). Bahkan ada yang menghendaki pemenang PORPROV akan ditunjuk sebagai peserta PON mewakili Provinsi tersebut. Nah gimana jadinya jika atlet yang bisa ikuti 2-3 PORPROV keluar sebagai juara atau pemenang disetiap PORPROV, apakah mungkin mewakili PON atas nama 2-3 Provinsi. Ini yang tidak diinginkan dan tidak mungkin terjadi. Tetapi apakah pengurur tenis diKabupaten ataupun Kotamadya akan peduli akan hal ini. Karena yang penting bisa mengangkat nama Kabupaten atau Kotamadya didalam PORPROV tersebut sebagai bentuk pertanggung jawabannya terhadap dana yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Daerahnya.

Jumat, 26 November 2010

Kecolongan dari dalam

Jakarta, 26 November 2010. Malam ini terima telpon dari Kalimantan Selatan , datang dari salah satu pelatih atau orangtua di Kab.Tabalong, peserta Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) Kalimantan Selatan. Yang selama ini boleh dikatakan tidak pernah tilpon kecuali SMS. Bisa dibayangkan sudah mau istrahat di rumah terima telpon yang membuat saya kaget setengah mati. Bahkan tengah malamnya saya tidak mau terima telpon keduanya. BIsa dibayangkan jam 24.00 terima telpon.
Masalahnya sekarang di salah satu Kabupaten sedang berlangsung Pekan Olahraga Provinsi Kalimantan Selatan.
Kagetnya, dia bertanya masalah rekomendasi dari induk organisasi tenis Pusat atau Pelti yang sudah dikeluarkan oleh PP Pelti. Sedangkan saya tidak mengetahuinya karena minggu lalu salah satu pelatih datang kepada saya minta rekomendasi tersebut karena persyaratan peserta yang dibuat oleh KONI Provinsi sudah diikutiya, hanya kurang satu kriteria yang belum bisa dipenuhinya yaitu ada rekomendasi mutasi dari induk organisasi tersebut. Saya pernah menolaknya langsung karena permintaan itu datangnya bukan melalui institusi langsung tapi dari salah satu pelatih (conflict of interest)tenis yang mengaku pengurus Pelti Provinsi.

Sayapun sempat berbicara dengan Sekretaris Umum KONI Provinsi Kalimantan Selatan, dan menyebutkan kalau Pelti tidak ikut campur masalah perpindahan atlet karena ini event PORPROV merupakan gawenya KONI Provinsi. Dan diapun mau mengertinya.
Ternyata ada 3 atlet dari Jawa Tengah pindah ke Kabupaten Hulu Selatan dan 1 atlet pindah dari Jawa Timur ke Kab. Tanah Laut. Yaitu Eko Septian Tirta Wibawa, Erlangga Alfa Widiarta, Bangun Hartato ketiganya dari Jawa Tengah, dan Dwi Aryana dari Jawa Timur.
Kenapa saya menolaknya, karena menyalahi prosedur tanpa surat permintaan dari Pelti Provinsi ataupun KONI Provinsi. Disamping itu pula ada edaran dari Pelti Pusat kepada pengurus kalau tidak diperkenankan ikut campur masalah mutasi atlet.
Berpegang hal tersebut, maka saya menolaknya. Waktu dikataKaN persyaratan peserta Porprov disebutkan dicantumkan poin yang menyebutkan ada rekomendasi dari induk organisasi pusat maka saya kemukakan bahwa itu dihapus saja, karena induk organisasi tidak akan keluarkan rekomendasi tersebut. Disamping itu pula ini penyakit lama dipertenisan kita, dari tahun ketahun selalu ada mantan petenis nasional bisa ikuti 2-3 PORDA dalam setahun. Semua persyaratan biasanya adalah KTP (Kartu Tanda Penduduk) telah dipenuhinya. Kalau event PORPROV sebaiknya rekomendasi dikeluarkan oleh Pengprov Pelti setempat.

Ketika saya tanyakan siapa yang keluarkan surat rekomendasi tersebut maka disebutkan Ketua Bidang di PP Pelti. Diapun bertanya apakah itu resmi. Kalau perlu dibatalkan saja surat rekomendasi tersebut.Tapi sayapun tidak mau mempermalukan rekan sendiri, maka saya menolaknya. Ya sudah saya katakan itu resmi jadi bisa diikuti walaupun sebenarnya itu salah atau keliru. Kenapa, karena masalah mutasi atlet yang berwenang keluarkan surat rekomendasi adalah Ketua Umum atau Sekjen PP Pelti. Bukan Ketua Bidang, itu masalahnya. Saya sendiri akan berkonsultasi dulu ke Sekjen atau Ketua Umum, sebelum keluarkan surat rekomendasi tersebut.
Proses keluarnya surat rekomendasi ini banyak kelemahannya karena tidak didukung dengan dokumentasi yang lengkap dan benar. Banyak kelemahannya karena tidak berdasarkan bukti bukti kuat. Yang buat draft surat so pasti sekeretaris eksekutif kemudian disodorkan ke Ketua Bidang dimana tanda tangannya bukan langsung oleh Ketua Bidang tetapi di print dari komputer tanda tangan ketua bidang tersebut. Pasti info yang diberikan tidak akurat. Inilah masalah Sekretaris Eksekutif yang perlu ditinjau kembali kedudukannya yang seharusnya mendukung induk organisasi Pelti, bukan hanya disuruh. Tetapi saya kurang yakin kenapa sampai ketua bidang sampai tahu permintaan ini kalau bukan digiring oleh sekretaris eksekutif. Karena pelatih tersebut datang ke kantor sekretariat dimana saya tidak mau ketemu dan saya menghindar dengan katakan sedang diluar kantor.
Yang membuat saya naik pitam adalah sebelumnya atau beberapa hari lalu saya pernah bercerita masalah keinginan pelatih tersebut dimana saya sudah menolaknya. Waktu itu sekretaris eksekutif juga nimbrung menyampaikan kalau dia tidak setuju dan tidak keluarkan surat rekomendasi tersebut.
Sayapun sudah tidak mau tahu proses sampai keluarnya rekomendasi tersebut. Capek deeh
.

Rabu, 24 November 2010

Dampaknya atlet daerah akan Demotivasi

RemajaTenis, 24 November 2010.Kegiatan Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) atau dulu dikenal dengan PORDA(Pekan Olahraga Daerah) sudah lama berlangsung di Tanah Air tercinta. Sewaktu menggunakan nama PORDA, saya hanya ikuti berdasarkan cerita kalau ada petenis kita ( petenis nasional atau mantan petenis nasional) dalam satu tahun bisa ikuti 2-3 PORDA.
Kali ini diujung tahun 2010 ini saya mencatat ada 3 PORPROV di Sumatra Barat, Kalimantan Selatan dan Kepulaun Riau. Saya mendapatkan informasi ini dari pelatih yang ikut aktip membawa atlet dari Jakarta atau Jawa ikut didua PORPROV. Ini hebat sekali, bahkan mulai melibatkan petenis yunior sebagai akibat dari ketentuan menghadapi PON XVII th 2012 di Riau , persyaratan peserta harua kelahiran 1991 atau tahun 2012 harus berusia maksimum 21 tahun.

Sewaktu berbincang dengan pelatih tersebut, disebutkan atlet kita butuh turnamen. Langsung saya bantah alasan tersebut. Karena cabang olahraga tenis termasuk padat turnamennya, dibandingkan cabang olahraga lainnya.
Yang pasti menurut saya pribadi adalah UANG sebagai motivasi ikut turnamen. Uang untuk pelati (perantaranya) maupun atletnya. Bayangkan atletnya masih masuk KU 14 tahun sudah dilibatkan.

Tapi ini semua sah sah saja. Tidak ada aturan melarangnya. Yang saya prihatinkan adalah nasib petenis daerah dimana PORPROV berlangsung. Kesempatan mereka membela Kabupaten atau Kotamadyanya dipatahkan oleh kehadiran atlet bajing loncat ini. Akibatnya atlet daerah tersebut akan DEMOTIVASI, so pasti. Saya yakin sekali masalah ini akan membuat protes dari daerah peserta PORPROV karena daerah tersebut sudah murni menggunakan atletnya sendiri bukan import atau beli dari luar. Kalau POPWIL I di Bangka Belitung, sudah ada kejadian satu atlet bela Sumut tetapi bulan Juli lalu bela Jawa Tengah, terus diprotes dan ketahuan. akhirnya dibatalkan.

Teori saya terbukti. SPORTIVITAS hanya berlaku untuk ATLET belaka, tidak berlaku bagi PEMBINAnya...Kapan majunya olahraga kita ini...Ya mau dikata..apa ya !

Kenapa ada No Show ?

Jakarta,24 November 2010. Saya membaca dan melihat sendiri turnamen internasional yunior yang dilaksanakan di lapangan tenis Gelora Bung Karno cukup meriah dari sisi pelaksana dan peserta dibandingkan dengan turnamen sejenis selama ini. Sehingga mendapatkan pujian dari petinggi PP Pelti.
Hanya ada sedikit ganjelan yang saya lihat dan kelihatannya tidak banyak pihak yang memperhatikannya. Saya sedikit hati hati dalam membaca ataupun mau berikan masukan disetiap turnamen karena saya sendiri memiliki turnamen atau memerkasai turnamen khususnya yunior. Harus kita akui melaksanakan suatu turnamen yunior itu lebih ruwet dibandingkan turnamen senior atau dikenal kelompok umum. Kenapa ? Bukan karena terlalu banyak ikut campurnya orangtua disetiap turnamen yunior, tetapi jumlah jenis pertandingan maupun pesertanya juga cukup banyak.

Kejanggalan yang terjadi saya lihat adalah dikelompok umur 16 tahun putri, dimana unggulan 1 dan 2 no show. Tentunya setelah sign-in sehingga nama keduanya bisa masuk dalam undiannya. Bukan hanya kedua petenis tersebut tetapi ada satu lagi yang no show karena masih ikut yang internasional. Ada peserta dari babak awal tidak bertanding tapi masuk semifinal.
Dalam hal ini saya sempat melemparkan masalah ini ke rekan rekan di kepengurusan Pelti Pusat sebagai bentuk kepedulian atas turnamen tenis.
Saya sendiri belum perhatikan turnamen sejenis (ITF International Junior) yang ada di Indonesia seperti Thamrin Cup, Oneject Indonesia, Widjojo Soejono Semen Gresik.

Kenapa bisa terjadi hal ini, karena pemain tersebut masih main di kelompok 18 tahun atau internasionalnya, tetapi diundi ke KU 16 tahun. Disinilah permasalahannya. Padahal turnamen ini ada 2 referee yang terpisah yaitu Referee ITF Internatioal dan Referee Nasionalnya. Teroisahnya kedua Referee ini juga menurut saya sebagai salah satu penyebab akibat kurangnya koordinasi.

Saya perlu kemukan dulu tentang historisnya turnamen ini di Indonesia. Awalnya turnamen internasional yunior itu hanya mempertandingkan KU 18 tahun baik putra dan putri. Kemudian dibuatlah consolation karena peserta yang dari luar negeri hanya main tunggal dimana gandanya tidak ada pasangan sehingga jika kalah dibabak awal berart hanya bertanding sekali. Maka dibuatlah consolation round. Dala perjalanannya ada idea dibuatlah sekalian KU 16 dan KU 14 tahun. Dengan catatan bagi yang kalah di babak pertama (baik kualifikasi dan babak utama) yang masih berusia dibawah 16 tahun atau 14 tahun bisa bertanding dikelompok tersebut. Ini kesempatan juga bagi petenis tuan rumah ikut bertanding di internasional dan nasional. Disini yang dipertandingkan hanya tunggal saja tanpa ganda. Tetapi saya lihat dalam pelaksanaannya ternyata ada gandanya juga, sehingga banyak atlet kita tidak ikut di internasional tetapi khusus ikut di kelompok 16 tahun dan 14 tahun. Apalagi ada gandanya sehingga keinginan tersebut bisa terpenuhi. Padahal tujuan awal petenis tuan rumah (asal sudah berusia13 tahun) bisa ikut yang internasional. Jika kalah(karena kualitas masih rendah) maka bisa turun ke KU 16 tahun atau 14 tahun.
Tetapi ada kendala bagi petenis tuan rumah kalau diterapkan yaitu harus punya IPIN (International Playes Identification Number), berarti harus keluar duit sebesar US $ 30.00 (setara dengan Rp. 300.000 kalau kurs dollar Rp. 10.000). Belum lagi entry fee turnamen tersebut sebesar antara US $ 30.00-40.00.
Ada yang keberatan karena harus keluar duit di turnamen internasional sekitar Rp. 500.000-600.000.

Masalah Referee, dulu cukup satu Referee, tetapi sekarang atas permintaan rekan2 referee diminta agar 2 Referee yang dipisah tanggung jawabnya. Kalau saya lebih cenderung dibuat satu Referee dan 1 asisten Referee sebagai wakilnya. Tanggung jawab di satu tangan sehingga ada koordinasinya.
Disini yang perlu diketahui adalah masalah perencanaannya. Tidak pakai ganda KU 14 dan 16 tahunnya, sehingga atlet tuan rumah diharuskan ikut yang internasional (ini baik untuk penambahan jam terbang).
Tunggal KU 14 tahun dan 16 tahun dimainkan setelah babak utama dimainkan, sehingga bagi yang kalah dibabak pertama Main Draw bisa ikut main ke KU 16 tahun dan 14 tahun.
Kenapa selama ini dimainkan (KU 14 th dan 16 th) lebih awal atau bersamaan dengan babak pertama Main Draw,ini akan bikin masalah.
Marilah kita membuat agar turnamen bisa berjalan mulus dan tidak ada no show yang sulit dipertanggung jawabkan. Nah, gimana mau beri penalti kepada pemain jika no show akibat masih main di internasional. Karena PP Pelti sudah mau jalankan penalti bagi petenis yang no show ini. Karena ada aturannya yang sudah baku. Kenapa belum dijalanka, karena kesibukan sehingga belum ada yang mau care masalah ini. Padahal ini sangat penting demi disiplin atlet. Karena di turnamen internasional si atlet tidak bisa berkelit karena langsung diumumkan penaltinya.

Minggu, 21 November 2010

No way minta rekomendasi

Jakarta, 20 November 2010. Beberapa hari lalu saya kedatangan tamu dari luar kota yaitu dari luar pulau Jawa. Sebenarnya kedatangannya tidak istimewa karena beberapa bulan ini saya sudah ketmu juga di Jakarta.
Yang istimewa adalah tamu tersebut minta bantuan saya untuk buat surat rekomendasi PP Pelti. Ini yang membuat saya kurang sepaham
Ini ada kaitannya dengan pelaksanaan Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) atau dulu dikenal dengan PORDA.

Selama ini pengamatan saya paling sering pelaksanaan PORDA ataupun PORPROV diluar pulau Jawa menggunakan petenis dari Jawa ini, sehingga terlihat didaerah tenisnya tidak akan maju maju. Ini menurut pengamatan saya.

"Inilah dia, atlet diminta sportif, tetapi yg tidak sportif justru pembiannya. Ini contohnya."
Begitulah gumam saya sendiri. Ditunjukkannya surat perpindahan atlet dari Jawa Tengah kedaerahnya yang sudah mendapatkan restu dari Pengprov Pelti Jawa Tengah.
Sayapun langsung sampaikan kalau ada edaran dari Sekjen PP Pelti bahwa setiap Pengurus Pelti Pusat dilarang terlibat perpindahan atlet apalagi jual beli atlet.
Rupanya ketentuan yang dibuat KONI Provinsi ada klausul menyatakan perpindahan atlet harus mendapatkan rekomendasi PP Pelti. Waduh, ini dia salahnya. Karena yang mempunyai event tersebut adalah KONI Provinsi.
Sayapun dihubungi juga dengan Sekretaris Umum KONI Provinsi tersebut yang kebetulan saya kenal baik juga. Tetap saya kemukakan alasan tidak keluarkan rekomendasi tersebut.

Saya sendiri melihat kebiasaan seperti ini dengan dalih agar kepentingan atlet diutamakan, tetapi sebenarnya saya melihat kepentingan UANG yang dinomor satukan. Karena bagi pelatih yang bisa mendapatkan atlet dari luar kotanya dan atletnya sendiri tertarik karena ada FULUS nya sebagai alasan utama.
Belum lama ini ada kejadian di POPWIL I di Bangka Belitung, ada pemain dari Semarang dimasukkan sebagai wakil dari Sumatra Utara.edangkan atlet putri ini sudah pernah ikuti POPWIL di Semarang bulan Juli 2010. Jadi bisa dibayangkan mau ikut 2 daerah dalam setahun. Yang saya anggap aneh dan lucu atau lebih tepat "bodoh" adalah ofisial yang menggunakannya. Akibatnya dicoret dan idak bisa main. Yang rugi adalah Diknas/Dispora Sumatra Utara yang sudah keluar uang tiket dari Semarang ke Banga Belitung. So pasti ada jutaan rupiah yang sudah keluar tapi tidak bisa bertanding.

Senin, 15 November 2010

Bolehkah Ikut 2 kelompok umur ?

Jakarta, 15 Nopember 2010. Minggu lalu saya terima SMS dari nomer yang tidak terdaftar dalam memori HP saya. Masalah suatu turnamen tenis yang sedang berlangsung di Surabaya yang termasuk turnamen internasional. Dalam setiap turnamen internasional yunior di Indonesia awalnya hanya kelompok 18 tahun yang dipertandingkan. Kemudian berkembang menjadi tambahan dengan kelompk umur 16 tahun dan 14 tahun dan akhirnya ada yang selenggarakan juga kelompok umur 12 tahun dan 10 tahun.

Awalnya hanya KU 18 tahun dimana hanya dipertandingkan tunggal dan ganda. Mengingat ada yang datang jauh jauh dari negeri seberang dimana datang kemudian kalah dibabak pertama apakah itu babak kualifikasi maupun babak utama tetapi tidak punya pasangan untuk bertanding di ganda sehingga diangap sayang sekali kalau hanya bertanding sekali terus pulang kampungnya. Maka diadakan lah konsolasi dimana yang kalah dibabak pertama masih bisa bertanding dengan yang kalah dibabak pertama juga sehingga minimal setiap atlet bisa bertanding 2 (dua) kali.
Tetapi kemudian diubahlah dengan membuka kelompok umur 16 tahun dan 14 tahun. Maksudnya bagi yang kalah dibabak pertama dan masih berusia 16 tahun atau 14 tahun, diberi kesempatan bertanding di kelompor umur 16 tahu dan 14 tahun. Sehingga tujuan bisa bertanding minimal 2 kali bisa dipenuhi.
Andaikan ikut ganda dan tunggal artinya sudah bertanding dua kali, maka tidak perlu lagi mengeluh kalau minim bertandingnya. Ini berlaku bagi yang hanya ikut dan kalah dibabak pertama tunggal, tetapi jika masih bertanding diganda maka tidak bisa ikut.
Begitulah perjalanan turnamen internasional tersebut.

Bagaimana perjalanan selama ini. Memang saya banyak tidak terlalu perhatikan kecuali turnamen di Bandung karena saya ikut membidaninya yaitu ITF Oneject International Junior yang diselenggarakan setelah Thamrin Cup di Jakarta.
Ini suatu pengecualian bagi turnamen internasional yang dikombinasikan dengan nasional ( KU 14 th, 16 th), karena sesuai dengan Ketentuan TDP peserta hanya diperkenankan ikut 1 (satu) kelompok umur saja.

SMS tersebut menyebutan kalau ada petenis sudah sign-in di KU 16 tahun dan ternyata kalah w.o kemudian masih diperkenankan ikut KU 16 tahun. Saya sebenarnya tidak mau pusing lagi masalah beginian. Dan tidak mau bertanya kepada penyelenggara kebenaran informasi tersebut.

Ikut serta di 2 kelompok umur hanya diperkenankan kalau ikut KU 18 tahun dulu baru turun di KU dibawahnya. Bukan kepada peserta yang tidak ikut KU 18 tahun (internasional) dan bisa diberikan ikut KU 16 dan 14 tahun. Ini yang disebut keliru sekali atau salah besar.

Upaya Jatuhkan Atlet masih terus dilakukan

Jakarta, 15 Nopember 2010. Masalah SMS yang menggunakan nama saya dilakukan oleh salah satu pelaku tenis di Sumatra Barat, rupanya masih berlanjut. Ini akibat dari sudah frustasinya pelaku tenis tersebut dengan nasibnya sendiri.
PP Pelti menerima surat aneh dan saya yakin surat itu palsu. Isinya menyatakan bahwa salah satu petenis andalan di Sumatra Barat Jeffri Winanda dinyatakan sakit Hepatitis sehingga tidak bisa ikuti program Pemerintah yaitu Prima. Surat itu "seolah olah" dari ibunda dari Jeffri sendiri, tetapi hanya tertulis nama ibunnya tetapi tanpa tanda tangan. Aneh yang kedua adalah disisi atas surat ada logo PELTI (fotocopy yg agak kabur) dan disudut surat atas ada logo kalau tidak salah logo Pemda Damas Raya warna merah. Aneh yang ketiga adalah tulisan diatas diantara kedua logo yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Damas Raya.
Aneh kan, mana mungkin surat Pemerintah Daerah kok ada logo PELTI, Nubgkin maksud sebelumnya seolah olah kop surat dari Pelti Kabupaten Damas Raya, sedangkan atlet Jefri sendiri bukan dari Kabupaten Damas Raya.

Saya langsung kontak Pelti Provinsi Sumatra Barat menceritakan masalah ini dan informasi yang kuat juga dari Ibunya atlet tersebut, dapat berita kalau Jefri itu sehat sehat saja.
Inilah dia ternyata pelatih (dugaan saya) tersebut sudah frustasi sehingga bertindak tidak sportif.

Kenapa HP Tidak diangkat ?

Jakarta, 15 Nopember 2010. Memiliki HP (hand phone) tentunya dengan maksud agar mudah berkomunikasi. Itu awal tujuan sebenarnya. Tetapi mungkin saja ada tujuan lainnya, siapa tahu ya. Itu urusan masing masing pihak, tidak perlu dibahas.
Saya sendiri awalnya tidak ada keinginan memilikinya, tetapi sewaktu saya disindir oleh Martina Widjaja karena saya tidak punya HP tersebut dengan kalimat " tidak mampu ya ", langsung saya katakan sanggup. Begitulah gengsi sudah berbicara.

Selama ini saya paling senang kirim SMS dibandingkan menilpon keluar, bahkan dana yang keluar lebih banyak beaya SMS dibandingkan kirim telpon. Dan memang lebih banyak menerima telpon daripada menelpon keluar. Bahkan kalau kirim SMS dalam sehari bisa mencapai sampai mendekati angka 1.000 karena kemampuan HP saya itu sampai saat ini data nomor telpon sudah mencapai angka 1.550 dari Aceh sampai Papua/Papua Barat. Semua Provinsi saya ada nomor telpon teman teman mulai dari pengiris Pelti , pelatih dan teman teman lainnya. Sehingga banyak rekan bertanya nomor telpon rekan rekan kepada saya sendiri.
Disaat HP communicator saya hilang maka hilanglah data nomor telpon sebanyak 1.200 waktu itu. Ya menyesal sih menyesal tapi apa boleh buat, apalagi belum sempat disimpan di komputer.
Saya paling suka kirimkan informasi masalah pertenisan melalui SMS tersebut, baik tentang turnamen (mayoritas) ataupun berita lainnya yang perlu diketahui lebih cepat sampai dibandingkan surat ataupun email.Bahkan jika sedang mengendarai kendaraan saya masih sempatkan kirimkan SMS. Padahal ini sangat berbahaya.

Akhir akhir ini saya ada kecendrungan malas menerima telpon, terutama dari yang belum terdaftar dalam HP saya. Maka agar tidak pusing mendengar telpon masuk maka saya silent kan saja. Tetapi karena lagu yang saya simpan adalah lagu rohani maka sering saya biarkan saja sambil mendengar lagu tersebut.

Kenapa sering ada miscall ? Ini pertanyaan cukup menarik. Tapi perlu juga diketahui kenapa menelpon saya tidak bisa masuk. Ada banyak kemungkinan yang perlu diketahui. Pertama kemungkinan karena saya menggunakan Indosat (M3) dimana tidak ada signalnya. Ini bisa terjadi , bahkan pernah terjadi dirumah sendiripun sulit menerimanya. Kemungkinan lainnya HP tersebut tidak dekat dengan saya (karena saya sedang ke toilet). Saya tidak lupa pernah ditegor sama rekan mantan pelari nasional Purnomo. "Namanya HP berarti harus dekat tangan".
Kemungkinan lainnya lagi sibuk atau sedang menghadiri rapat. Karena kita harus menghormati rapat tersebut, atau ada acara yang sulit diganggu sehingga saya silent kan saja. Apalagi kalau sedang nonton pertandingan tenis.

Tetapi akhir akhir ini saya lagi malas menerima telpon, karena paling banyak bertanya masalah tenis yang sebenarnya mereka sudah tahu. Entah kenapa masih bertanya disaat yang kurang tepat, akibatnya saya malas juga melayaninya. Apalagi kalau nomornya tidak terdatar karena banyak juga yang punya beberapa nomor telpon. Begitu juga SMS yang masuk. ya, cocoklah apa arti kepanjangan dari SMS. Yaitu...
Senang Membuat orang Susah atau Susah Membuat Senang "

Selasa, 09 November 2010

Kurang Minat Petenis dan Pelatih

Jakarta, 9Nopember 2010. Sewaktu di Hotel Westin Nusa Dua, saya sempat berbincang bincang disela sela turnamen Commonwealth Bank, dengan orangtua pemain. Perbincangna masalah pertandingan yang sedang berlangsung.
Saya tertarik dengan pembicaraan karena dia mengusulkan agar Martina Widjaja membeayai petenis yunior menonton pertadingan kelas elit tersebut. Memang harus diakui kalau pertandingan ini sangat bermutu dan bagi atlet bisa melihat bagaimana petenis duania berlaga.
Selama 3 hari berada di Hotel Westin yang juga tempat pertandingan berlangsung saya melihat kualitas petenis dunia dalam mnjlankan disiplin mereka disuatu turnamen. Saya hanya melihat dan bertemu beberapa pelatih kita dan sepertinya tidak melihat petenis nasional kita kecuali yang mendapatkan tugas di pertandingan. Kenapa demikian. Waktu itu saya hanya menjawab tidak terlalu serius kalau petenis kita kurang fokus didalam turnamen apalagi mau nonton gratis karena dibiayai. Karena asyik dengan Balckberrynya. Saya sering mendengar baik dari pelatih maupun manajer tim kita disuatu pertandingan ( team event) kalau salah satu pemainnya bertanding yang lainnya bukannya duduk manis menonton dan mendukung rekannya tetapi sibuk dang telepon selulernya. Saling ber blackberry ria lah. Kira kira begitu.

yang jadi pertanyaan sekarang, kenapa tidak ada minat menyaksikan turnamen tsb. Beberapa kemungkinan yang saya lihat ketidak inginan baik atlet maupun pelatih menontonnya. Yang banyak justru orangtua atau dilapangan terlihat para petenis veteran yang asyik menontonnya.

Lempar Fitnah gunakan nama saya

Jakarta, 8 Nopember 2010. Kembali ke Jakarta setelah menikmati pertandingan tenis di Nusa Dua Bali, saya terima tilpon dari ibu petenis yunior Jefry Wiranda asal Sumatra Barat. Karena dia terima SMS dari seseorang yang mengatasnamakan saya. Waduh ini dia menggunakan nama saya menyerang orang lain. Sayapun minta agar di forward SMS tersebut dan beritahu nomor telponnya.
Isinya demikian:
" Kpd yth Bpk/Ibu/Orangtua jefri Wirada. bersama ini kami sampaikan pd bpk/ibu bahwa pp pelti pusat merencanakan pemanggilan anak kita jefri wiranda untuk masuk tim super prima, berhubung pengprov pelti sumbar tidak memberikan izin (surat rekomendasi) disbbkan: 1. surt yg kami terima dari pelatih tenis sumbar ucok junaidi bahwa orangtua jefri wiranda sewaktu apon tenis menjelek-jelekan pelti sumatra barat.2. pelti sumbar akan menskorsing/memberhentikan jefri wirada dari sentra tenis.3 alif nafiah dan iqbal bilal akan dicampkan sentra tenis.thank.jakarta 8 noov 2010 from feri rt randang."

Begitulah bunyi SMS yang dikirimkan ke orangtua Jefri Wiranda. Sayapun minta tolong dikirimkan nomor sipengirim tersebut. Maka diberitahukan kalau nomor tsb adalah 082170409561.

Rupanya bukan hanya satu kali SMS tersebut. Datang lagi SMS yang berbunyi demikian." saya feri rt randang. surat dari pengprov pelti sumbar udh ditangan ibu martina. untuk penggantian jefri sdh ada,ntar surat kami kirimkan ke pelti sumbar.tq."

Begitulah persaingan dipertenisan Indonesia yang sudah mulai kotor. Ada kemungkinan sms ini dibuat oleh orang Sumatra Barat sendiri. Menteror orangtua Jefri Wiranda. Saya sendiri tidak kenal dengan orangtua Jefri dan masalah program Prima ini ada orang lain yang menanganinya. Informasi yang saya dapat ada ketidak senangan muncul karena anaknya tidak terpilih masuk dalam kedua program yang dilontarkan diatas.

Saksikan Ana Ivanovic Juara di Nusa Dua

Jakarta, 7 Nopember 2010. Pertandingan perebutan peringkat 3 dan 4 antara Kimiko Date melawan Daniella Hantuchova dan antara Alisa Kleybanova asal Rusia melawan Ana Ivanovic dari Serbia merupakan tontonan cukup menarik hari ini di hotel Westin Nusa Dua. Memang puncak acara adalah Ana Ivanovic melawan Alisa Kleybanova karena perebutan juara.

Kimiko Date berhasil mengalahkan Daniela Hantuchova berkat dengan permainannya cukup efisien dan efektif.Kimiko berhasil menjinakkan Daniela Hantuchova walaupun dengan sisa sisa kejayaannya sudah meluntur bahkan sering double fault. Akibat kelelahan melanda kedua pemain. Disini Kimikoa berikan penampilan terbaiknya sehingga bisa mencapai peringkat ketiga diturnamen akbar ini, yang disaksikan juga oleh Direktur WTA Tour Davis Schoemaker dan Menteri Pemberdayaan Perempuan Linda Gumelar disamping suaminya Agum Gumelar dan Martina Widjaja Ketua Umum PP Pelti.

Sedangkan pertandingan antara Ana Ivanovic dan Alise Kleybanova juga cukup menarik. Dimana beruang Rusia Alise (karena postur tubuh lebih besar)mengandalkan power cukup besar bisa dijinakkan oleh Ana yang modal servisnya hanya sekitar 185-187 km/jam sedangkan Alye bisa mencapai 200 km/jam. Konsistensi Ana lebih dominan sehingga bisa dengan posisi bertahan sebenarnya membuat Alise bisa membuat unfov\ced error cukup banyak. Saya perhatiakan Ana bisa 3 kali buat ace bahkan untuk servis kedua bisa menghasilkan angka dengan service acenya. Pukulan power Ana kalah dibandingkan Alise.
Kelebihan Ana dengan konsistensi tinggi dalam bertahan, bisa menahan serangan serangan keras dari lawannya dilayani dengan backhand slice cukup tajam dalam pengembaliannya kearah backhand lawannya. Bisa dibayangkan raket Ana sampai menyentuh lantai (terdengar dengan jelas) sewaktu memberikan backhand slice pengembalian crossnya enak dilihat karena kaki kanannya ditekuk dengan baik. Sangat nyaris sempurna backhand slice Ana yang sangat sulit dikembalikan untuk backhand spin, karena bolanya rendah pantulannya khususnya lapangan yang lambat disini. Akibatnya Alise banyak membuat kesalahan sendiri (unforced error).

Tapi jangan pikir Ana tidak kerepotan menghadapinya, lari pontang panting mengejar boalnya. Kalau kita melihat ada yangtidak perlu dikejar tetap dikejar walaupun tidak berhasil pengembaliannya. Perjuangan mengejar bola bola sulit tetap ditunjukkan olehAna Ivanovic. Ini saya salut sekali melihat upaya keras dilakukannya sehingga pantas jadi juara bagi Ana Ivanovic. Semua ini berkat kesabaran yang cukup tinggi tidak terbuuru buru menyelesaikan permainan, cukup pintar memanfaatkan kelebihan kelebihannya bagi seorang Ana Ivanovic.
Kalau ditanya, tentunya kedua petenis ini sangat lelah diturnamen ini, tetapi Ana lebih pintar menghemat tenaganya, dan pengembalian bola bolanya kadang kadang tidak bisa diduga membuat penonton terpukau sekali.

Senin, 08 November 2010

Rahasia Kimiko Date bisa Bertahan

Jakarta, 6 Nopember 2010. Menyaksikan pertandingan antara Kimiko Date melawan Ana Ivanovic sore ini di Hotel Westin Nusa Dua, saya tertarik akan pola main dari Kimiko Date. Ini untuk kedua kalinya saya menyaksikan langsung pertandingan dari Kimiko Date. Tahun lalu dievent yang sama dan tempat yang sama Kimiko Date bertanding.

Memang pertandingan jadi menarik, karena perlawanan Kimiko Date cukup alot terhadap permainan Ana Ivanovic yang salah satu fans berat saya.
Disini saya melihat Kimiko menggunakan pola cukup lama saya kenal, yaitu hit the ball on the rise, yaitu bola tidak perlu ditunggu turun baru dipukul, tetapi disaat bola mau naik setelah pantulan langsung duipukul. Ini menggunakan power lawan sehingga tidak butuh tenaga besar. Ini salah satu kelebihan jenis pukulan flat. Berbeda dengan pukulan yang mayoritas dilakukan petenis kita, dimana terlalu banyak menunggu bola turun sehingga memnguras tenaga banyak. Bayangkan diusia 40 tahun Kimiko Date masih bisa masuk semifinal.

Saya melihat bagaimana Ana Ivanovic bisa lari pontang panting, hanya karena kakinya Anapanjang masih bisa dikembalikan. Satu keistimewaan Kimiko adalah return service cukup prima. Pernah lawannya belum sempat ready setelah memukul servisnya , bola kembalian sudah datang sehingga sipemegang servis kewalahan untuk mengembalikannya.
Disamping itu pula yang menarik permainan keduanya memiliki backhand slicenya yang digunakan sebagai senjata kalau menerima pukulan spin lawannya.

Kimiko bertanding cukup efisen dan efektif. Hanya lawan yang lebih konsisten saja yang bisa mengalahkannya.

Apakah boleh bertanding 4 kali sehari ?

Nusa Dua, 6 Nopember 2010. Disela sela turnamen WTA Commonwealth Bank Tournament of Champions, saya terima SMS dari salah satu pelatih dari Aceh. Salah satu orangtua dan pelatih tenis Aceh yang sedang ikuti Pekan Olahraga Pelajar Wijayah I (POPWIL) di Bangka Beliting.
Intinya salah satu putranya membela daerah Aceh bertanding dalam satu hari 4 kali, sehingga merasa terlalu capek. Pertanyaannya menanyakan apakah dibenarkan sesuai aturan tenis satu pemain bertanding dalam satu hari 4 kali.
Saat itu saya hanya menjawab silahkan bertanya kepada Referee dan Technical eelegate yang bertugas. Karena tidak tahu permasalahannya dan hanya berasumsi ini keadaa memaksa, maka saya tidak memberikan jawaban sesuai pertanyaan tersebut.
Memang didalam ketentuan baik nasional dan internasional setiap pemain hanya dimainkan maksimal dua kali dalam sehari, ini dalam keadaan normal. Jika situasi tidak memungkinkan karena keterbatasan waktu maka hak sepenuhnya ditangan Referee yang bertanggung jawab.

Ternyata tim Aceh hanya kirimkan 3 pemain dimana satu pemain bisa bermain rangkap yaitu tunggal dan ganda. Jika dijadwalkan sehari tim tersebut bertanding dua kali maka otomatis kasus ini akan terjadi.
Saya mencoba meneusuri kejadian seperti ini di turnamen internasional beregu atau team event. Karena sepengetahuan saya, pelaksanaan team event selalu dijadwalkan sekitar 6 - 7 hari sehingga dijadwalkan setiap regu bertanding hanya sekali dalam sehari.
Kalau event POPWIL ini jadwalnya hanya 4 hari maka dibuatlah jadwalnya setiap tim bertanding 2 kali dalam sehari karena jumlah peserta ada 7 daerah.
Belum lagi ditambah perorangan bagi daerah yang gagal lolos ke final diberikan kesempatan ikuti POPNAS.

Timbul pemikiran untuk mendatang bisa usulkan kepada BAPOPSI sebagai penanggung jawab evet (bukan Kantor Menpora seharusnya, karena pengurus Bapopsi adalah pejabat ktr Menpora) agar POPWIL maupun POPNAS diselenggarakan 6-7 hari.

Jalan Jalan ke Bali

Jakarta, 5 Nopember 2010. Hari ini program dilanjutkan ke Bali, mau lihat turnamen tenis WTA Commonwealth Bank Tournament of Champions tepatnya di The Westin Hotel Nusa Dua Bali. Naik pesawat Lion Air pukul 13.15 langsung ke bandara Ngurah Rai. Tiba sudah sore pukul 16.00 waktu Indonesia Bangian Tengah, perbedaan waktu 1 jam dengan Jakarta.

Check-in langsung ke The Westin Hotel, dan pertandingan tenis di hotel juga tempatnya ingin nonton favorit saya yang datang yaitu Ana Ivanovic. Tapi karena pengarus perjalanan ke Ambon dan kurang tidur dengan benar maka acara sore ini adalah tiduuur saja. Malamnya mau dinner keluar hotel juga malas karena masih capek, maka pilihlah di resto hotel saja. Asyik juga makannya , dan begitu keluar bayar Rp. 415.000, wow mahalnya . Maklum makan dihotel untuk satu orang saja segitu besarnya. Ya, sekali kali jadi orang kaya. Ikut gaya orang kaya.

Hari ini tidak kemana mana, cuma dihotel saja karena menghilangkan caoeknya itu yang sangat penting. Tetapi ada satu yang harus saya lakukan ,karena ada permintaan VIP yang mau nonton juga. Rombongannya cukup banyak ada 7 oarng, tetapi saya hanya minta cukup 4 saja ke Kevin Livesey selaku Direktur Turnamen yang saya kenal dengan baik. Dan juga saya kirimkan SMS permintaan tiket ini ke Willy Walla dari Wismilak yang juga punya peranan atas turnamen ini.

Back to Jakarta from Ambon

Ambon, 4 Nopember 2010. Masalah utama bagi saya keluar kota ke Ambon adalah masalah perbedaan waktu antara Ambon dan Jakarta ( 2 jam). Kebiasaan tidur sekitar pukul 24.00 artinya di Ambon sudah pukul 02.00 dini hari. Nah pagi ini haru ke Bandara pukul 05.00 waktu setempat karena naik pesawat pukul 07.40. Artinya waktu tidur hanya 3 jam, inilah masalahnya.

Naik taksi ke bandara, matahari belum muncul, melalui jalan normal yang cukup sepi tapi jalannya cukup mulus dan lebar. Ini jalan jalan ke bandara Pattimura bari diperlebar setelah ada kegiatan internasional Sail Maluku yang mendatangkan tamu2 dari manca negara.

Ternyata pesawat Lion Air ditunda selama 2 (dua) jam. Cari sarapan pagi dan kesempatan mau beli sovenir di bandara. Tenryata ada 1 toko tapi masih tutup, dan coffe shop tidak jual makana khas Ambon.

Akhirnya meningalkan kota Ambon dengan Lion Air kurang lebih pukul 09.50 menuju ke Makassar. Ini bukan direct flight seperti waktu dari Jakarta ke Ambon.
Udah terlambat akibatnya waktu transit di Makassar hanya ada waktu 20 menit saja. Counter transitnya penuh dengan penumpang Lion air karena dari Ambon dipecah dua yaitu penumpang ke Surabaya dan Jakarta. Pesawat yang saya tumpangi itu akan ke Surabaya, saya punya bagasi. Waduh kepikiran juga, apakah mungkin dalam 20 menit koper saya sipindahkan pesawat yang ke Jakarta. Teringat saya waktu ke Morroko (Afrika) tahun 2000-2002, naik Singapore Airline dari Jakarta ke Singapore terlambat 1 jam dan saya harus transit di Changi Singapore naik Air France. Dari pesawat SQ keluar pesawat lansgung boarding ke pintu pesawara Air France. Dari Singapore transit di Paris pindah pesawat ke Morroco. Tiba di Merakesh (Afrika) ternyata bagasi saya tidak turun, diperiksa disebutkan masih di Singapore. Bagasi baru datang 3 hari kemudian.

Tiba di Bandara Soekarno Hatta pukul 13.00 dan bagasi terbawa juga. Lega sudah, karena saya harus persiapkan ke Bali

Membicarakan masalah Tenis Veteran di Ambon

Ambon, 3 Nopember 2010. Bertemu dengan teman teman baru mulai banyak dikota Ambon, hanya semua ini ada kaitan dengan tenis. Malam ini berjumpa denganrekan dari anggota pengurus Baveti (Badan Veteran Tenis Indonesia) yang sudah terbentuk tapi menunggu pengesahan dari Ketua Baveti Pusat H.Suorawito.

Bersama dengan Frengky Mewar saya diperkenalkan dengan Toto (lupa nama panjangnya) yang termasuk pebisnis dikota Ambon asal Madura.
Dibawanya makan malam di Restoran Tirta Kencana, dengan menur sea food lagi.
Diminta pendapat saya yang juga wakil sekejn PP Pelti. Mereka merasa risih mau menjalankan program veteran karena belum dikukuhkan oleh Baveti Pusat, sedangkan SK yang lebih legal sudah ada.

"Aktivitas tenis veteran di Ambon, saya yakin cukup besar. Animo so pasti ada. Jadi jangan segan segan bikin turnamen tenis veteran." anjuran saya kepada mereka.

Memang akhirnya mereka menyampaikan keinginan selenggarakan turnamen veteran di kota Ambon. Saya sendiri berharapkan demikian karena akan menambah semarak pertenisan di kota Ambon.
Sebenarnya masyarakat tenis di Ambon juga mengharapkan ada turnamen khusus yunior yang sebelum kerusuah kota Ambon cukup banyak. Sekarang tenis di Ambon boleh dikatakan mati tidak ada kegiatan.
Saya sendiri harapkan dengan keberadaan saya dikota Ambon bisa mengangkat tenis kota Ambon karena saya hanya bisa memotivasi masyarakat agar bangkit. Keberhasilan ini terpulang kembali kepada masyarakat tenis sendiri yang terlalu banyak mengharapkan peran serta Pelti setempat, sedangkan didalam tubuh kepengurusan Pelti Maluku masih belum kompak.
Sore hari saya meluangkan waktu main tenis bersama sama rekan rekan di Ambon. Main di lapangan tenis Karang Panjang. Sebelumnya jalan jalan dulu ke rumah orangtua ipar saya di Kayu Putih.

Bermain tenis cukup dua set saja , main ganda karena seng ada lawan

Makan Papeda di Ambon

Ambon, 2 Nopember 2010. Hari kedua siang hari cari makan asli khas Maluku yaitu Papeda. Pergilah ke R.M.Dedes di Waihaong. Wah, untung sepi sehingga bisa milih tempat, mungkin waktu makan siang sudah lewat, karena saya masih menggunakan jam Waktu Indonesia Barat yang berbeda 2 jam dengan Waktu Indonesia Timur. Jadi jam 12.00 WIB artinya di Ambon sudah jam 14.00.

Makan hanya berdua dengan Frengky Mewar. Papeda itu bahannya dari sagu. Kelihatannya bening. (Katanya) cara buatnya dari bahan sagu diregus dulu dimana prosesnya harus dikocok kocok dengan kayu semacam sumpit sampai jadi bening. Cara makannya juga ada 2 cara. Yang pertama bisa dengan sendok dipotong potong dan kedua diisap langsung dari piringnya. Paped aini harus dikombinasikan dengan kuahkuning (ikan), dimana jenis ikannya tinggal pilih baru dibuat kuahnya.
Memang enak sekali, dan diceritakan manfaatnya kalau sering makan papeda ini.Khususnya bagi kesehatan. Ibaratnya cuci perut. Bagus untuk pemyakit batu ginjal dll.

Cara ambil dari tempatnya dengan gunakan sumpit tersebut yang cara pengambilannya cukup khas. Yaitu kedua sumpit diputar putar dengan sagu tersebut sehingga tebal baru dipindahkan ke piring. Begitulah cara mengambilnya.
Karena enak maka bisa nambah sampai kenyang. Ditengah tengah rintik rintik hujan melanda kota Ambon, saya menyempatkan diri ke tempat Gong Perdamaian ditengah kota Ambon.

Kunjungan Pertama kali ke Ambon

Jakarta, 1 Nopember 2010. Hari ini pertama kali menginjakkan kaki dikota Ambon Maluku. Berangkat dari Jakarta dengan Lion Air pkl. 01.30, artinya saya tidak usah tidu karena pkl. 24.00 waktunya check in di Bandara Soekarno Hatta. Ya, terpaksa berangkat dari Kemayoran karena mobil saya titipkan di Pusat Tenis Kemayoran agar pulangnya lebih mudah ambil kendaraan langsung bisa kerja.

Antara tidur dan tidak tidur selama perjalanan diudara, tetapi ternyata lebih banyak tidak tidurnya karena tidak biasa tidur dikursi. Maklum masih duduk di kelas ekonomi.
Tiba dengan selamat pkl. 07.00 waktu setempat artinya pukul 05.00 waktu Indonesia Barat. Karena belu pernah ke Ambon sehari sebelumnya saya kontak teman teman yang ada di Ambon yaitu Adolf Saleki dan Frengky Mewar yang masing masing sebagai Sekretaris dan Ketua Pengprov Pelti Maluku.
Karena kesibukan rekan Adolf belum bisa menjemput , hanya Frengky yang rumanya dekat dengan bandara Pattimura yang menjemputnya.
Kesan awal mengenai kota Ambon yang 10 tahun silam( kalau tidak salah) pernah mengalami peristiwa yang memprihatinkan karena kerusuhan akibat etnis menjadi religius sehingga kota Ambon dikabarkan hancur total, baik bangunan bangunannya. Ada keragu raguan atas akibat peristiwa tersebut.


Dari Bandar Pattimura dibawanya kekota Ambon yang terletak diujung karena pulaunya berbentuk U dimana perjalanan bisa makan waktu maksimum 1 jam dengan kebndaraan. Maka diambil jalan potong naik ferry keseberang yang cuma makan waktu 5 menit perjalanan menyeberang laut. Ukuran jalan cukup besar dari bandara kekota. Hampir sama juga dengan pulau lainnya, ada pohon kelapanya.
Masuk ke hotel Widjaja -2 yang terletak dekat pasar, sehingga macet sewaktu mau memasuki kompleks hotel terebut.

Makan siang hari ini, saya dibawa makana laut karena Ambon ini terkenal juga dengan sea foods nya. Pergilah ke resto Ratu Gurih. Dipilihnya kepiting yang cukup besar dan ikan Goropah. Lumayan juga makan bertiga bersam Frengky Mewar dan Yusuf (Makassar). Sebenarnya ingin mencoba makanan khas Maluku yaitu papeda. Masih ada hari esok siang akan dicari makanan ini.
Kesan hancurnya kota Ambon ternyata sudah berbeda sekali dari kenyataan. Kotanya sudah kembali normal khususnya kehidupan masyarakat multi etnis maupun bangunan bangunan baru mulai kelihatan dengan aopik. Saya bisa hitung dengan jari saja sisa sisa kehancuran kota Ambon pasca kerusuhan tersbut.

Kedatangan ke kota Ambon sebenarnya sudah saya tunggu tunggu, karena dari keluarga hanya ibunda (alm) saya yang pernah ke Ambon di antara tahun 1955-1959. Baru tahun 2010 adik saya (Joan) juga pernah ke Ambon. Sekarang saya, dan akan dinikmati baik baik selama berada di Ambon.
Melihat lapangan tenis di Karang Panjang, ada 4 lapangan dimana 1 lapangan belang belang artinya tidak layak digunakan untuk pertandingan. Hebatnya ada lampunya. Tidak semua daerah yang saya kunjungi memiliki fasilitas lampu seperti di Ambon, dan club housenya ada air panasnya kalau habis main tenis bisa mandi langsung.