Jakarta, 16 Nopember 2018. Ada satu anjuran dari salah satu rekan wartawan senior yang juga sering membuat sejarah tentang Sulawesi Utara. Anjuran agar membuat tulisan mengenai peranan petenis Kawanua di pertenisan nasional. Idea yang cukup brilian, apalagi belum lama ini ada pernyataan dari rekan tenis di Jakarta tentang peranan orang Manado di tenis Indonesia.
Harus diakui kalau ditelesuri mulai dari sekarang kebelakang mudah mudahan bisa tercatat dalam tulisan ini. Pemegang medali emas Asian Games 2018 adalah Aldila Sutjiadi berpasangan dengan Christopher Rungkat. Sedangkan Christopher Rungkat sendiri ayahnya berdarah Manado sedangkan ibunya berdarah Padang. Ini disektor putra di tim nasional Indonesia. Disektor putri tim nasional muncul nama Yessy Rompies yang juga ayahnya berdarah Manado sedangkan ibunya berdarah putri Jakarta,
Sebelum era Christopher Rungkat dan Yessy Rompies ada nama Andrian Raturandang yang juga telah membawa nama Indonesia dikancah Internasional seperti Davis Cup dan lain lainnya. Andrian dengan ayahnya berdarah Manado pula dengan ibunya berdarah campuran Jakarta dan Indo .
Kemudian ada nama Donald Wailan Walalangi yang juga menjadi petenis nasional cukup dikenal dalam kancah Davis Cup maupun multi event lainnya. Munculnya nama Donald Wailan Walalangi yang mulai berkiprah datang dari Papua kemudian hijrah ke Jakarta, dimana kedua orangtuanya berasal dari Tondano Sulawesi Utara.Begitu pula adik kandung Wailan Walalangi yaitu WAaya Walalangi.
Ada satu nama yang tidak terlalu dikenal yaitu Romana Tedjakusuma dimana Ibundanya berasal dari Manado, sempat naik ketingkat nasional membela nama Indonesia di Fed Cup dan multi events. Romana muncul dari Surabaya. Saat ini berada di USA sekolah dan berhasil selesai sekolah dan bekerja di USA. Dan juga muncul nama Septi Mende yang sempat membela tim nasional Indonesia yang sekarang terjun ke soft tennis, putri dari Perwira Tinggi Polri, Yoce Mende.
Kemudian ada Yolanda Mangadil (Soemarno), Lanny Kaligis (Lumanauw) dan Lita Liem (Soegiarto). Ayah Lita itu berasal dari Sangihe Talaud.
Yolanda merupakan hasil pembinaan di Manado kemudian setelah menikah ke Jawa dengan nama lengkap Yolanda Soemarno dan prestasinya menonjol setelah menikah masuk dalam skuad nasional. Sedangkan Lanny Kaligis dari Bandung membawa nama Indonesia diajang multi event Asian Games maupun sampai ke Wimbledon bersama Lita Liem. Setelah itu menikah dengan Jimmy Lumanauw. Sedangkan Lita Liem menikah dengan petenis nasional saat itu Soegiarto Sutarjo.
Saat itu muncul juga nama nama seperti Irawati Moerid bersama adik adiknya seperti Solihati Moerid (alm) dan Lamsriati Moerid, berasal dari Manado Tua. Kiprahnya Moerid bersaudara dimulai di Jakarta. Bahkan Irawati juga pernah masuk dalam skuad tim Fed Cup maupun multi event lainnya.
Sebelumnya pernah dengar nama nama lainnya seperti Jacky Wullur bersama Samudra Sangitan dimana keduanya berdarah Kawanua pula. Ikut membela nama Indonesia diajang internasional seperti Davis Cup dan lain lainnya.
Dari nama nama tersebut, keberhasilannya masuk dalam tim nasional karena pembinaan di Jakarta, kecuali Yolanda yang awalnya muncul di multi event nasional (PON) mewakili Sulawesi Utara. Dan juga Donald Wailan Walalangi.
Ada beberapa nama petenis berdarah Kawanua sempat naik ketingkat Nasional seperti Aga Soemarno, Tanya Soemarno yang merupakan putra putri dari Yolanda Soemarno. Begitu juga Rendy Pangerapan yang kiprahnya dan besarnya di Jakarta. Termasuk cucu dari Yolanda yang putra dari Aga Soemarno yaitu Aramando Soemarno yang sempat membela nama tim nasional. saat ini sedang sekolah di USA. Sempat muncul petenis yunior asal Kudus berdarah KawanuaJames Mema yang lebih berkarir diperbankan, dan Stanley Mandey menonjol di Yunior kemudian hilang.
Ada satu nama lagi yang disebut atlet angin anginan oleh Ketua Umum PB Pelti saat itu Yonosewoyo (alm) yaitu Alfred Raturandang yang besar dari Bali dan Lombok. Tetapi prestasinya lebih menonjol sebagai pelatih tenis nasional dan sempat menjadi Tutor National ITF Level-1 Coaches Course
Bagaimana dengan prestasi tenis di Sulawesi Utara? Memang harus diakui prestasi akan melonjak jika hijrah ke Jakarta yang banyak fasilitas tenisnya, baik kegiatan turnamen maupun pelatih yang tersedia berkualitas.
Ada beberapa nama atlet asal Sulawesi Utara yang kemudian hijrah ke Jakarta, seperti Albert Polohindang dan Bunge Nahor yang sampai saat ini masih berkiprah dipertenisan Indonesia sebagai pelatih. Begitu juga muncul Luciana Lolong asal dari Makassar yang kemudian menikah dengan Bunge Nahor. Saat ini Luciana Nahor telah menjadi pelatih di Jakarta. Begitu pula petenis muda saat itu Yova Sumampouw dari Manado sempat muncul tetapi tidak langgeng dan kembali ke Manado, Hal yang sama Conny Maramis yang saat ini berkarya di kota Palu. Sempat muncul dari Makassar atlet berdarah Kawanua yaitu Ferly Montolalu yang saat ibi pindah ke cabor soft tennis.
Yang jadi pertanyaan saat ini adalah tentang pembinaan tenis di Sulawesi Utara sendiri. Ada beberapa nama petenis yunior asal Manado yang saat ini hijrah ke Jakarta untuk meningkatkan prestasinya seperti Giovan Lumenta. dan Jonathan Nahor . Tetapi sebenarnya ada beberapa nama petenis yunior di Manado yang cukup potensial jika diberi kesempatan berlatih dengan pelatih yang lebih berkualitas yang lebih banyak berada di Jakarta.
Sedangkan petenis berdarah Kawanua di Jakarta lainnya seperti Jeremy Nahor yang merupakan putra dari Bunge Nahor bersama Luciana Lolong. Begitu juga muncul petenis putri potensial Keyla Paath. Dan juga Bryan Derek.
Saat ini yang sedang naik daun adalah putra dari Eric Lumanauw mantan atlet Karateka nasional, Claudio Lumanauw yang terpilih dalam tim nasional Junior Indonesia 2018.
Yang berkiprah ditingkat internasional adalah Alex Karamoy (alm) yang sempat keluar sebagai juara di Belanda dan kembali ke Indonesia sebagai pelatih tenis,
Dimana letak keberhasilan dari petenis Kawanua tersebut? Ini juga pertanyaan menarik. Tetapi sebagai pandangan selintas keberhasilan petenis tersebut akibat tenis sendiri datang dari keluarga sendiri yang cukup mendukung. Mayoritas datang dari para orangtua yang juga sebagai petenis.
Satu kelebihan bagi atlet Kawanua itu karena memiliki fighting spirit yang tinggi. Tidak mau kalah baik dalam kesehari hariannya.
Pembinaan di Sulawesi Utara lebih menonjol di Tondano Ibukota Kabupaten Minahasa karena memiliki Sekolah Tenis dibawah bimbingan pelatih Eddy Pandelaki, dr. Joy Rattu dan kordinatornya Eddy Baculu.
Asa pembinaan tenis di Sulut masih ada dimana saat ini Ketua Pengda Pelti Sulut ini Drs Steven Kandouw yang juga Wakil Gubernur Sulut. Yang jadi pertanyaan sudah sampai dimana pembinaan tenis yunior di Sulawesi Utara. Tolak ukurnya sangat mudah jika selenggarakan kejuaraan tenis yunior di Manado maka terbukalah mata kita seberapa besar populasi tenis yunior di Sulawesi Utara. Lebih semarak jika diselenggarakan kejuaraan tenis veteran. Ini fakta. (Foto Christopher Rungkat, dan Ayu Fani Damayanti bersama Septi Mende)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar