Jumat, 20 Desember 2019

Kenapa Atlet Putra Kurang Berprestasi

Jakarta, 21 Desember 2019. Setelah berhasil SEA Games 2019 di Filipina maka harus bisa dievaluasi kenapa yang berhasil membawa pulang medali emas adalah pemain diatas 20 tahun kecualia Priska Nugroho masih 16 tahun, Yang berhasil adalah Aldila Sutjiadi , Christopher Rungkat /Aldila Sitjiadi, Beatrice Gumulya/Jessy Rompies dan Priska Nugroho( medali perunggu), David Agung Susanto / Beatrice Gumulya (medali perungu).

Disni terlihat jelas bagi atlet yng lebih sering bermain di luar negeri menung=jukkan prestasi tersebut. Kenapa petenis muda yang masuk dalam pelatnas tidak membawa hasil karena minimnya try out sebagai jawabannya.

Sepengetahuan selama ini dalam persiapan SEA Games ada yang disebut budget try out, tapi menurut salah satu orang tua pemain budget tersebut tidak ada. Apa sudah berubah sistemnya

Rabu, 11 Desember 2019

Persoalan Prize Money dan Wasit

Jakarta , 13 Desember 2019. Dalam pembicaraan dengan salah satu rekan tenis mengenai kejadian kejadian yang perlu dicatat.

Pertama laporan yang masuk masalah prize money peserta Kejuaraan tenis Bank BNI 2019 bulan November 2019. Cukup heboh kejuaraan Bank BNI menyediakan prze money Rp 250 juta. Info datang dari orangtua peserta Yaitu sudah sekitar 3 minggu prize money tidak keluar atau belum masuk rekening peserta. Kemudian AFR lemparkan masalah ini langsung ke Petinggi Pelti dan dapat tanggapan dari sekitar 3 petinggi Pelti. Ini masalah sebenarnya tidak perlu terjadi kalau negosiasi Pelti dengan Bank BNI lebih baik. Hal ini sangat tidak lazim di pturnamen tens nasional dan internasional.

Karena sekitar tahun 1990 pernah ada juga Kejuraan Bank BNI dan prize money telah tersedia dan diserahkan ditempat Jadi kesimpulannya, kok mau disetir oleh sponsor karena ini masalah tehnis. Tidak tahu bagaimana bentuk Proposal yang ditawarkan. Maklumi saja karena PP Pelti menggunakan rekening yang aktip adalah Bank bukan BNI padahal rekening Bank BNI masih ada

Perbedaan Pendapat dalam Grup WA

Jakarta, 13 Desember 2019. Ada kejadian dalam grup WA yang sengaja dibentuk untuk bisa berkomunikasi. Salah satunya grup WA Maesa Paskah yang saya bentuk agar tidak melupakan event tertua yang dimiliki tenis Indonesia. Pertama kali diperkenalkan tahun 1924 jadi bayangkan sudak lama sekali, 






Dalam percakapan itu dimuali dengan kekecewaan salah satu pelatih anggita grup terhadap Pengprov Pelti Sulut kemudian disambut oleh pelatih lainnya tetapi sudah menjurus kepada kebencian pribadi dengan kata kata yang tidak sopan bagi yang membacanya . Walaupun dalam dialek Manado sekali pun sudah kurang etis lagi didengar, 

Daerah Lebih Banyak selenggarakan Non TDP

Jakarta, 13 Desember 2019. Beberapa hari yang lalu sempat berkomunikasi dengan salah satu anggota Pengurus Provinsi Pelti diluar Jawa, yang kebetulan dikenal sewaktu masih sebagai petenis daerah. Saat ini setelah menjadi anggota Pengurus mau berikan sesuatu bagi tenis Indonesia. Kendala yang dihadapi adalah tidak ada atau visi dan misi dalam kepengurusan tersebut. Atau juga kebiasaan lama tunggu petunjuk dari ketua. 

Dia menyampaikan bahwa akan ada kegiatan tenis didaerahnya. Yang ternyata lebih banyak untuk veteran.
Ini juga terjadi bagi daerah daerah lainnya. Dibanding kan turnamen yunior yang sangat didambakan oleh petenis yunior tersebut Memang untuk tahun 2019 banyak kegiatan didaerah tersebut tetapi tidak  didaftarkan sebagai Turnamen Diakui Pelti (TDP). Betapa pentingnya TDP bagi petenis daerah karena selama ini kalau mendapatkan PNP (Peringkat Nasional Pelti ) harus terbang ke pulau Jawan. Tentunya butuh beaya besar apalagi yunior tentunya orangtua atlet iut mendampainginya. Bayangkan untuk atlet 10-12 tahun so pasti didampingi ortunya maka dibutuhkan puluhan juta uantuk datang ke Jakarta. Dan hanya bisa lakukan sekali dua kali saja.

Kamis, 21 November 2019

PP Pelti : Masalah Komunikasi Internal

Jakarta, 21 November 2019. Sempat berkunjung ke PP Pelti setelah mendapatkan undangan membicarakan sesuatu tentunya masalah tenis. Bertemu dengan wakil ketua bidang pembinaan prestasi. Ngobrol berdua saja maka AFR sempat menyampaikan keluhan masyarakat tenis terhadap kebijakan PP Pelti saat itu. Masalah kriteria menjadi tim nasional  yang sudah dicantumkannya dalam website Pelti. AFR langsung menyimpukan tentang kriteria tersebut yang lebih cocok menjadi kriteria seleknas tim nasional dan terlalu " SUBJECTIVE" Apa reaksi wakil ketua bidang pembinaan? Ternyata hanya bisa mendengar keluhan tersebut,

Tanpa seleksi merupakan kendala dialami setiap petenis yunior yang ingin menjadi anggota tim nasional dalam ajang kegiatan kejuaraan dunia yang selala dikirim Pelti untuk mewakili Indonesia.
Ada kejuaraan dunia Junior Fed Cup ( 16 th putri ), Junior Davis Cup ( 16 th putra), World Junoor Tennis ( 14 tahun) .dan juga ada untuk KU 12 tahun.\
Semua dilakukan berdasarkan selera Pelti dan juga ada kecendrungan untuk memilik atlet uang punya dana karena kemungikinan Pelti mengharuskan peserta menangungnya.
Dengan perlakuan semau gue tersebut  sebenarnya tanpa disadari bahwa justru bukan memotivasi atlet agar berlatih lebih giat , melainkan membinaskan

Rabu, 20 November 2019

Kinerja PP Pelti 2017 - 2022

Jakarta, 20 November 2019. Menjelang dua tahun setelah Musyawarah Nasional Persatuan Tenis seluruh Indonesia atau MUNAS PELTI 2017, teringat akan kinerja selama ini. Sejak dilantik KONI diawal tahun 2018 telah terbentuk kepegurusan PP Pelti 2017-2022.

Tahun pertama belum menonjol kegiatan sesuai dengan Pokok Pokok Program Kerja Pelti 2017-2022. Hanya sibuk dengan kegiatan Davis Cup 2017 dengan mendatangkan Presiden Republik Indoneisa Ir Joko Widodo. Ini prestasi awal bagi kepengurusan PP Pelti karena selama ini 1986-2017 belum pernah ada Presiden RI datang ke Stadion Tenis GBK, Kebetulan diresmikan setelah renovasi Stadion Tenis GBK untuk Asian Games 2018 sehingga momen itu dimanfaatkan dengan Davis Cup. Setelah itu tidak kedengaran aktivitas lainnya.

Tanda tanda komunikasi internal sudah mulai dari terjadinya conflict of interest didalamnya sehingga muncullah 3 grup tersebut jalan sendiri sendiri 
Kelihatan eforia kemenangan waktu Munas 2017 masih terasa dalam kepengurusan ini, masih terlihat jelas tanpa dirasakan oleh pelaku2 nya, ini kesibukannya yang nyta terlihat dan dirasakan pihak luar.

Sewaktu bulan Oktober 2018 disaat acara Asian Paragames 2018 AFR diperkenalkan dengan Sekjen baru PP Pelti karena secara diam diam ada pergantian Sekjen PP Pelti. Diam diam bisa dikatakan demikian karena orang yang pertama kali diperkenalkan adalah AFR sedangkan Pengprov Pelti tidak tahu apa saat itu ,  seperti dikemukakan oleh petinggi Pengprov Pelti kepada AFR.

Sempat menyuarakan kepada Sekjen baru adalah bereskan komunikasi internal  karena sekarang di PP Pelti ada  3 kubu yang berusaha dengan kepentingannya sendiri.

Jumat, 15 November 2019

PP Pelti Melanggar aturan yang dibuat sendiri

Jakarta  16 Nopember 2019. Ada keputusan blunder dilakukan oleh PP Pelti selama tahun 2019 setelah terjadi pergantian Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti kepada wakilnya yang kesannya tidak bisa diajak kerja sama oleh group tertentu dalam PP Pelti saat ini. Agar memuluskan segala keputusan yang salah menurut aturannya   Terbukti sudah menjadi kenyataan  Yaitu keputusan kejuaraan UNEJ mendapatkan kehormatan kategori J-4.
Aturan PP Pelti adalah semua turnamen jikalai baru pertama kali dibuat untuk Turnamen 7 hari diawali kategori J-5, kemudian dievaluasi setelah pelaksanaan untuk mencantumkan kategori ada turnamen tahun depan
   
Kejuaraan UNEJ dikenal adaah turnamen 3 hari sudah berlangsung 5 tahun atau 5 kali kemudian tahun 2019 diubah statusnya menjadi turnamen 7 hari yang sediakan pertandingan tunggal dan gandanya, Disini letak perbedaan nya antara turnamen 7 hari atau turnamen 3 hari. Seharusnya masuk kategori J5. Tiba tiba keluar kepurtusan PP Pelti masuk kategori J-4 akibat pebisik yang salah, Ini lah kesalahan yang tak mau diakui oleh Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti ketika ditanyakan langsung, " Dilihat pertama adalah kontinutasnya kemudian kualitas pesertanya. " Ini bertemtangan dengan aturan yang dibuat PP Pelti bahkan sudah diupload di websitenya. Ketika ditanyakan kualitas pesertanya kepada mantan ketua bidang pertandingan PP Pelti maka hal itu tidak dibenarkan terutama kualitas pesertanya

Senin, 11 November 2019

Surat Kepada Ketua Umum PP Pelti

Kepada yth
Ketua Umum PP Pelti (2017-2022)

Selamat malam.
Ketentuan TDP Nas dibuat tahun 1989 oleh Program Manager Turnamen PB Pelti, AFR ( 1988-1990) dengan mengacu akan ketentuan ATP-Tour, WTA-Tour,, ITF Procircuit , ITF World Junior .

Kemudian setelah berjalan bbrp tahun pd tahun 1992 diperbaiki tata bahasanya karena waktu di launch tata bahasanya terlalu kaku tp tdk menyangkut materi inti.
Tahun 2004 direvisi oleh PP Pelti dgn bentuk tim perumus tdd 3-4 tenaga Referee yg dimiliki dan AFR selaku koordinator di Puncak selama 2 hari penuh.
Hasil rumusan tim perumus dilaporkan ke Pengurus Harian PP Pelti dan setelah itu keluar SK Ketua Umum PP Pelti ttg Ketentuan TDP Nasional.

Melihat perkembangan peraturan Turnamen ITF World Junior ada perubahan ttg sistem pertdgn sedangkan ketentuan TDP Nas Kel Yunior belum ada perubahan. Tapi oleh Referee kita mengikuti aturan ITF World Junior dlm  melaksanakan TDP Nas Junior sdgkan ketentuan TDP Nas Junior belum diubah.
Hal yg sama juga terjadi di Kelompok Umum.

Memenuhi Undangan Rapat Penyelengara TDP dengan PP Pelti


JAKARTA, 12 November 2019. Sudah lama rasanya tidak menulis catatan ini berhubung satu sama yang lain. Sustu saat terima undangan datang dari PP Pelti sebagai penyelengara turnamen . Undangan tersbut dua hari sebelumnya terima melalui WA.

Tepatnya tanggal 1 November 2019 diselkeretariat PP Pelti Senayan. 
Tampak hadir penyelengara TDP datang dari  JITA. Martin Setiawan, Bunge Nahor sebagai perorangan dari sebagai perwakuilan Pelti cabanga dari Pati, Tulung Agung, Sekretaris Pemgda Pelti DKI,sedangkan dari Pelti hadir pula Wakil Sekjen Susan Soebakti, Sekjen PP Pelti, Kabid Pertandangan PP Pelti dan Wakabid Pertandingan PP Pelti, komite Wasit PP Pelti ,

Setelah dibuka oleh Sekjen , langsung AFR bertanya sekalian usulan. " Sebaiknya materi ketentuan TDP dibagikan kepada peserta;" ujar AFR. Langsung Sekjen PP Pelti  ditanggapi kalau sudah dikirim ke Pengda masing masing. Saya pikir ini jawaban hanya ngeles saja alias asal cuap. Karena saat itu semua diam karena so pasti belum menerima dari Pengda maka diam Ternyata setelah dicek ke Pengda belum terima. Dan pada saat itu AFR kemukakan agar notulen rapat dibagikan kepada peserta rapat, Dijawab dengan serius , so pasti akan dibagikan. Ternyata sampai hari ini 11 November 2019 belum keluar notulen rapat, Ini kejadian yang kedua kalinya rapat dengan Kabid Pertandingan tanpa notulen rapat

Ternyata topik acara yang dibahas berdasarkan SK Ketua Umum PP Pelti tentang revisi kategori TDP, Sebenarnaya bukan itu yang lebih penting karena kategori itu sudah jelas tapi rupanyan Kabid Pertandingan membaca dengan kaca mata berbeda. Sebenarnya rapat ini tujunya untuk membenarkan blunber yang telah dilakukan Kabid Pertandingan PP Pelti karena sudah melanggar aturan yang terlah dibuat sendiri bahkan sudah diumumkan melalui website Pelti.

Kamis, 26 September 2019

Petenis Muda Perlu Diajarkan Etika

Jakarta, 27 September 2019 . Pagi ini terima tilpon dari Kuching oleh salah satu rekan lama dari Pontianak Putera yang melaporkan soal tingkah laku petenis muda Indonesia yang sedang bertanding di Kuching saat ini,
Mulanya ditanya apakah AFR sekarang duduk di PP Pelti, kemudian setelah diberitahu bahwa salah satu petenis muda Indonesia N.J.A sering mengeluarkan kata kata jorok waktu bermain. " Murid siapa dia?"

Waduh persoalan kata kata jorok itu tentunya datang dari sekelilingnya. Tidak mungkin datang dari orangtuanya, tentunya datang dari sekelilingnya. 
Ternyata informasi datang juga dari rekan seperguruan tenis anak itu juga ada bersikap demikian. Waduh, sudah sedemekian gawatnya soal etika tidak ditanamkan oleh pembinanya.

Tentunya anak ini tidak sekolah sehingga tidak tahu mana yang baik dan mana yang tidak baik Disinilah kelemahan atlet kita dalam hal didikan diluar sekolah, kelihatannya belum siap dengan home schooling, karena banyak demi prestasi tenis sampai meninggalkan sekolah, sebenarnya hal itu tidak perlu dilakukan,

Kamis, 12 September 2019

AD ART Pelti 2017-2022 Sudah Didistribusikan

Jakarta, 12 September 2019 Acara syukuran dan doa pelepasan Tim Davis Cup Indonesia dilakukan di jalan Talang. Menteng Jakarta , sempat ikut menghadiri setelah mendapat undangan dari Tournamet Director Davis Cuo Susan Soebakti yang juga adalah wakil Sekjen PP Pelti.

Ketika bertemu dengan waketum PP Pelti sempat disampaikan kedada AFR soal AD ART Pelti 2017-2022 yang dipermasalahkan. " Sebenarnya AD ART itu sudah ada di website Pelti cuma karena websitenya sedang perbaikan, Begitu juga AD ART Pelti 2017-2022 sudak kami kirimkan kesuluruh Pengda ." ujar Waketum PP Pelti begitu semangat nya. Tetapi ketika dikatakan AFR bahwa Nusa Tenggara Timur belum menerimanaya, " Coba cek kembali ke Pengda.".

Rada penasaran juga antara percaya dan tidak percaya atas penjelasanan tersebt AFR sempat beritahukan berdasarkan penemuan dilapangan, Seperti di Palembang , surat Pengda  ternyata masih menggunakan kop surat Persatuan Tenis lapangan Indonesia. Kemudian di Bantul menemukan Pengcab Pelti Ngawi salah kop suratnya. Belum lagi di tingkat Pengca lainnya kalau mau ditelusuri sekalian

Selasa, 10 September 2019

Mana AD ART Pelti 2017 - 2022

Jakarta, 10 September 2019 , Saat berada di Bantul , ternyata menemukan bahwa kepanjangan PELTI masih salah ditingkat Pengcab / Pengkot/Pengkab Pelti. Kenapa bisa terjadi demikian, Kita tidak bisa saling menyalahkan apakah Tingkat Pengurus Pusat atau Pengurus Daerah/ Pengprov. Tetapi biasanya kita mulai ditingkat Pusat.

Era sekarang sebenarnya sudah sangat mudah mencari informasi, Ternyata muncul nya dari PP Pelti  2017 hasil Munas Banjarmasin yang sampai saat ini belum dimasukkan ke website Pelti, Pusat infiormasi resmi, bukan situs situs lainnya 

Kepengurusan sudah berjalan sejak dilantik Januari 2018 sampai saat ini belum terealiser. Sejak Munas 2017 ada revisi AD ART yang seharusnya bekerja 3 bulan, Kemudian disahkan dalam MUNASLUB, Dan Munaslub sudah terjadi akhirJanuari 2019. Tetapi belum juga keluar, saat ditanya ke sekretariat dapat jawaban masih ditangan legal dept, masih ada kemungkinan revisi ulang. Kok bisa dimana sudah disahkan dalam Munaslub masih direvisai lagi, Impossible menurut tata cara organisasi. Terkesan kerja amburadul, semau gue istilah Betawi 

Dari sini bisa terlihat cara kerja PP Pelti masih amburadul, Akibatnya penemuan penemuan dilapagan istilah PELTI banyak yang salah.

Rabu, 04 September 2019

AFR : Flash back Kejadian Kejadian mulai Januari 2019

Jakarta 4 September 2019 Keadaan AFR kelihatan menurun pada akhir Agustus 2019 , Kenapa setiap kali bertemu trekan tenis komennya kok kurus banget. Memang kurus banget karena berat badan hanya 57 kg yang awalnya 70 kg.

Diawali 4 Januari 2019 sewaktu menerima undangan main tenis dr, Bonar Nainggolan di Taman Mini Indenesia Indah (TMII) oleh rekan yang sudak sekitar 7 tahun tidak berkominikasi.
Ini pelajaran yang terlupakan dan sudah pernah terjadi 2 kali sebelumnya yaitu waktu SMA di Bogor dan sewaktu Outbond INAPGOC 2018 bulan Juli 2018 dikaki gunung Salak yaitu lupa SARAPAN.

Waktu itu Kamis 3 Januari hanya makan siang jam 17.00 dan tidak makan malam lagi Kemudian esok harinya tidak sarapan karena kejar waktu , Sewaktu selesai main tenis sama rekan rekan yang baru pertama kenal kalau tidak salah perwira POLRI, tanda tanda sudah mulai kelihatan yaitu keluar keringat dingin karena angin dianggap hal yang biasa, Kemudian saya seperti kejadian dua kali sebelumnya pesan minum teh manis urusan beres. Kekurangan gula darah 

Duduk lah dibawah pohon sambil menunggu teh manis, Belum datang tehnya tiba tiba badan ambruk kemeja. Oleh rekan ditidurkan kebangku, Begitu sadar terlihat rekan rekan sibuk kaki dipijat dan badan dipijat sambil terdengar suara rekan saya seorang dokter " Kalau ngantuk dilawan dan coba berbicara terus." itu anjurannya. Terpaksa keluar suara kepada mereka yang cukup merepotkan rekan rekan dan sebagainya. Setelah beberapa puluh menit kemudian merasa sudah kuat dan duduk kembali sambil minum teh manis yang dipesan, Oleh rekan dokter ini diceritakan waktu pertama kali ambruk dikatakan kalau sudah berusia 70 tahun ini yang perlu dilakukan pukul dadanya untuk merangsang denyut jantung pukullah dipunggunya jangan didadanya,
Tidak lama setelah minum teh manis ternyata badan ambruk lagi atau dua kali pingsan , Ditidurkan lagi agar sadar kembali

Marilah Kita Luamgkan Waktu Kita Untuk Tenis Indonesia

Jakarta, 4 September 2019, Pemain sering mengeluh masalah sponsor dimana Pelti hanya bisa mendukung dalam doa, Kita harus akui untuk berprestasi butuh turnamen, dan turnamen itu adalah tingkatannya . Baik itu turnamen yunior maupun diatas nya kelompok umum. Masih untung untuk yunior dimana turnamennya berjenjang ada turnamen tiga hari seperti yang dikembangkan RemajaTenis dan ada Turnamen 7 hari dibandingkan kelompok umum disamping jumlahnya sedikit dan kalau ada bisa dihitung jari ditangan. Bagaimana nasib petenis kelompok yunior setelah jadi mahasiswa sudah sebagian besar jadi pemain tenis rekreasi saja.

Sekarang kita lihat prestasi atlet putra kecuali Christopher Rungkat harus kita puji dalam  upayanya mengejar prestasi keluar negeri karena didalam negeri sulit didapat, Bisa dihitung dengan jari jumlah turnamen internasional dalam negeri.

Begitu pula petenis putri patut diangkat jempol sudah mulai ikuti jejak Christhoper Rungkat yaitu Aldila Sutjiadi, Beatrice Gumulya, Jessie Rompies. Kok bisa ? Dimana ada kemauan pasti ada jalan, Begitulah ucapan bijak.

Kenapa petenis lainnya tidak bisa mengikutinya. Disini bisa dibiang mind set orang tua dan petenis nya perlu dirubah. Cara berpikir mereka kalau dapat yang gampang kenapa cari yang sulit.
Artinya kalau ada turnamen didalam negeri kenapa musti keluar negeri. Sulit dapat prestasi (karena Kalah melulu) uang pun tidak didapat, Kalau tidak ada, maka turnamen TARKAM pun jadi. 

Kenapa putri kita bisa berjalan lancar . Mereka manfaatkan dana persiapan PON atau dana Persiapan SEA Games . Ini dianggap rezeki bagi orang tua dengan adanya PON mendikung prestasi anaknya. Tapi sebagian besar petenis kita dengan adanya PON justru tidak menggunakan dana transfernya untuk prestasi 

Turnamen itu Untuk Siapa

Jakarta, 4 September 2019 . Ada pertanyaan muncul turnamen dibuat  itu untuk siapa. Kita bahas  satu persatu dimana inti nya untuk pemain, sponsor, pembinaannya. Kita membuat turnamen internasional baik itu yunior atau senior itu untuk atlet tuan rumah. Tetapi justru ini belum semuanya dipahami oleh atletnya, Kenapa oleh atletnya ? Kesempatan ikut turnamen itu belum sepenuhnya diketahui oleh petenis kita.  Contohnya ada turnamen international yunior ditinggalkan oleh atletnya demi mengejar Pekan Olahraga Daerah didaerah nya, Kenapa begitu bisa terjadi. Disinilah tujuan jadi atlet jadi kabur, Siapa yang dirugikan, Bisa dijawab adalah SPONSOR turnamen tersebut dimana bisa menghadirkan babak final sebagai tontonan jadi batal.
Turnamen itu bisa juga diadakan untuk kepentingan Sponsor karena bisa dipakai sebagai alat publikasi dari sponsor. Dan juga turnamen adalah wadah show room bagi pembinaannya.

Turnamen itu untuk atlet tuan rumah, dimana juga diikuti petenis tetangga, yang juga beaya bagi atlet diluar daerahnya menjadi besar dibandingkan tuan rumah. Ini penting selalu dipahami oleh Pengurus Pelti setempat atau club club tenis yang ada, Terbuka juga sponsor diberikan tempatnya,

Sabtu, 31 Agustus 2019

Mau Bertanding Lupa Perpanjang Passport

Jakarta, 31 Agustus 2019. Cukup menarik kalau karena keteledoran atlit Pelatnas passport nya lupa diurus. Akibatnya sulit mendapatkan Accreditasi. Apalagi waktu sudah dekat sehingga untuk mengganti pemain tersebut sulit rasanya. 

Timbul pertanyaan tugas siapa sebenarnya . Andaikan pemula atau belum pernah ikut pertandingan keluar negeri maka sudah sewajarnya induk organisasi membantu mengurusnya. Timbul pertanyaan jika pemain tersebut sudah sering keluar negeri , maka tugasnya mengurus dirinya sendiri.

Tapi tidak heran kalau terjadi dicabor Tenis karena atletnya khusus nya putra itu maunya disuapi  kasarnya. Mau enaknya sendiri seharusmya bisa mandiri padahal olahraga mandiri. Inilah kendalanya sehingga sulit berkembang. Makanya tidak heran kalau dibilang harus dirubah total adalah mind- setnya, baru bisa berkembang tenis kita. Kasihan Pelti dibuatnya, atau Pelti harus berkorban sesuai tugasnya. Kirimkan mereka camp keluar negeri selama minimal setahun. Dilatih disiplin sebagai dasar.

Kalau datang pelatih asing ke Indonesia, pelatih asing awalnya pola pikirnya masih asli tetapi lama-lama  terkontamimasi. Main save.
Itu yang terjadi selama ini, Ini faktanya. Seharusnya sebagai induk organisasi tugasnya fasilitator  salah satunya bukannya executor

Rabu, 28 Agustus 2019

Siapa Yang Mengurus Tenis Veteran

Jakarta, 29 Agustus 2019 . Semaraknya tenis veteran didaerah mengimbangi turnamen junior sehingga tenis berkembang dengan baik, Tiap bulan ada saja turnamen veteran didaerah daerah oleh Pelti daerah daerah, Kelihatan lebih liar sudah keluar dari aturan ITF. Sebenarnya sudah sejak dari dulu kegiatan tenis veteran semarak hanya saja sekarang mudah nya komunikasi melalui media social membuat semau pihak mengetahuinya dan istimewanya pasti ramai,

Sejak 2012 , tepatnya sejak periode 2012-2017 telah terjadi perubahan yaitu keluarnya komite Veteran atau saat itu bernama BAVETI ( Badan Veteran Tenis Indonesia)  hanya karena Baveti membutuhkan ruangan sebagai salah atau badan resmi PP Pelti tetapi tidak diberikan bahkan diminta membayar karena Pelti juga menyewa dari GBK. Ulah ini menyebabkan Baveti keluar dari PP PELTI. Faktu gengsi atau harga diri saja.  Maklum merasa sanggup berdiri sendiri, diperlakukan tidak adil oleh induknya. Itulah awal muasal berdirinya Baveti bahkan yang awal namanya Badan Veteran Tenis Indonesia menjadi BARISAN ATLIT VETERAN TENIS INDONESIA.

Kemudian tentunya karena merasa sudah berdiri sendiri dibentuklah tim perumus AD Dan ART Baveti, Kebetulan AFR diminta duduk didalamnya. Tetapi AFR tunggu sampai dapat membaca AD ART Pelti 2012-2017. Kemudian setelah melihat AD ART Pelti 2012-2019 karena sepengetahuan AFR pada AD ART 2008-2012 Pelti masih tercantum Badan Veteran Tenis Indonesia. Memang sudah dihilangkan nama Baveti diganti dengan badan badan yang bisa diartikan juga badan badan yang lain sehingga mengecilkan artinya Baveti. Padahal veteran itu program pengembangan

Selasa, 27 Agustus 2019

PON XX Papua :Tenis Terancam Batal

Jakarta, 28 Agustus 2919. Tenis terancam tidak dipertandingkan. Kalau membaca koran Kompas hari ini diputuskan oleh Pemerintah ada 10 cabang olahraga yang dicoret. Ini sudah harga mati karena kesulitan biaya. Akhirnya Pemerintah memutuskan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX tahun 2020 tetap dilaksanakan tetapi Perpanas dan POPNAS yang diadaan 2019 dipindah ke Jakarta. Apalagi saat ini tujuan PON kembali keawalnya yaitu untuk Pemersatu Bangsa, bukan lagi untuk Prestasi. Kenapa begitu karena situasi negara, jadi harus tetap dilaksanakan hanya harus mengurangi cabang olahraga

Dikatakan yang jadi prioritas diberikan kapada cabang yang dipertandingkan di Olimpiade, Kalau melihat kriteria ini Tenis lolos dipertandingkan. 

Kemudian kriteria berikutnya sudah selesai dan mulai pembangunannya. Ini berat bagi tenis karena kalau lihat pembangunannya belum kelihatan bahkan dengar2 baru mau dilelang.

Kemudian kriteria cabang yang diperioritaskan cabang yang potensi mendapatkan medali. Kalau dilihat disini maka medali emas pupus harapan tuan rumah bisa mendapatkan medali karena kelihatan Jawa Timur akan memborong.

Senin, 26 Agustus 2019

Ada Yang Salah Pembinaan Putra

JAKARTA, 26 Agustus 2019. Baru selesai turnamen international baik yunior maupun kelompok umum , selama  3 minggu berturut turut Combiphar dan MedcoEnergi Junior International, Jadi setelah 8 bulan ternyata hasil dari yunior belum ada satupun keluar juara kecuali putri demikian putra untuk kelompok umumnya . Padahal untuk putranya sudah masuk pelatnas SEA Games 2020.

Ada yang salah pembinaan putranya. Kenapa bisa begitu sedangkan yang putri kita ketahui putri putri kita sedang sibuk ikut try out diluar negeri baik yang yunior seperti Priska Nugroho.

Bahkan kita pernah dikagetkan berita kalau pemain yunior pernah meninggalkan babak final turnamen international yunior di Jakarta demi membela PORPROV didaerahnya. Inilah masalah skala prioritas dan tanggung jawab , Kenapa yunior tidak ditanamkan soal tanggung jawab sebagai atlet tenis . Komitmen terhadap karier tenis dinomor duakan.
Kalau melihat gejala gejala ini justru tidak ditanamkan tanggung jawab. Saat kita butuh turnamen internasional betapa mudahnya ditinggalkan. Kalau bergini terus mentalnya sulit maju.

Rabu, 21 Agustus 2019

Siapa Kontrol Kerja Referee Kita

Jakarta , 20 Agustus 2019 , Siapa yang kontrol kerja Referee ? Itu suatu pertanyaan baik sekali . Karena terus terang PP Pelti sebenarnya ada namanya Komite Wasit. Yang seharusnya disitulah jawabannya pertanyaan itu. Kenapa sampai ada pertanyaan itu tentunya ada sebab  musababnya.
Berdasarkan adanya kasus bagi yang tahu telah ada manipulasi laporan kepada induk organisasi nya, Tetapi lucunya kepada induk organisasi international dilakukannya. Pernah terjadi kasus seperti ini dilakukan oleh ITF Referee asal Singapore langsung dipacat oleh ITF.
Sekali dilakukan pada ITF Junior kemudian belakangan ITF Seniors.

Bagaimana proses menjadi Referee di Indonesia. Apakah langsung begitu saja. Kalau Referre untuk Turnamen Diaku Pelti diawali oleh para wasit nasional kemdian dilakukan Wasit internasioanl White Badge. Karena menjadi masalah belum pernah ada sekolah Referee dilakukan oleh Pelti. Tetapi  2012-2017 yang ada adalah sekali oleh Kemenpora yang kebetulan disana tenaga pegawai Kemenpora adalah Wasit yang sudah mempunyai brevet Wasit White Badge. Dulu pernah ada tawaran ITF yaitu untuk mejadi referee yaitu White Badge Referee. Tidak ada yang mau karena  membeayai sendiri, sehingga wasit yang ada disini belajar otodidak sambil learning by doing. Buktinya wasit kita bertahan terus menjadi White Badge karena kelemahan naya bahasa Inggris. Ada tahapan tahapan yaitu Silver Badge dan Gold Badge.

Kenapa masalah ini sangat penting ?  Karena kelemahan Referee kita sering ditutupin, Kalau ITF telah menunjuk seorang koordinator Referee wilayah Asia yaitu dari India, maka kebutuhan Referee selalu ditanyakan kepada nya. Dan kebutuhan Referee khususnya turnamen Pro Circuit yang selama ini untuk putra keatas tidak pernah dipegang oleh Referee Indonesia, kecuali kejuraaan junior sehingga persyaratannya lebih mudah agar supaya dapat berlagsung dengan baik. Tetapi tidak semua white badge yang dimiliki boleh menjadi referre, Tapi oleh Pelti waktu itu bandel selalu minta prioritas agar beri kesempatan White Badge  wasit bisa bekera dengan alasan yang disetujui waktu itu adalah hanya 2 saja adalah kedua White Badge wasit adalah Pegawai Negeri sehingga saat itu disetujui.

Senin, 19 Agustus 2019

Tak Punya IPIN tidak bisa Ikut Turnamen Internasional

Jakarta, 19 Agustus 2019 , Maksud bikin turnamen adalah untuk kepetingan petenis tuan rumah. Apalagi kalau turnamen internasional, Karena kesempatan merasakan turnamen internasional sehingga sayang sekali tidak dimanfatkan. 
Kalau lihat Christiphor Rungkat prestasi nya mendunia karena rajin ikut turnamen, Begitu juga petenis putri nasional Aldila Sutjiadi , Beatrice Gumulya dan Jessy Rompies kita aktif mengikuti turnamen ineternasional keluar negeri karena didalam negeri minim turnamen. Tujuan turnamen sebagai etalase pembinaan , mau mundur tampak hasilnya.

Saat ini untuk pertama kali diadakan di luar Jawa, yaitu Palembang sedang berlangsung turnamen internasioanl yunior sedang berlagsung. Terlihat dari daftar peserta atlet tuan rumah tidak hadir karena tidak punya IPIN (Internatinal Player Identification Number) Apakah karena tidak tahu ada kegiatan tersebut, inilah masalah lainnya. Memang  sedang digalakkan nya kegiatan turnamen yunior dimana Palembang sudah terlihat adal bibit bibit mulai kelihatan, 

Dalam 2 tahun ini mulai muncul nama atlet mewakili Sumatra yaitu tim U14 tahun yaitu Azmi Januarsyah dari Jambi, kemudian tim nasional U12  kekejuaraan unia beregu adalah Wong Ara Dewantara dari Lahat, Semua itu prestasi yang dicapai atlet melalui turnamen tunrmane di Jambi, Babel dan Sumsel.

Kamis, 15 Agustus 2019

Kacaunya Turnament Karena Ditinggal Referee karena Berduka

Jakarta, 15 Agustus 2019. Suatu alasan dengan menyatakan sudah ada izin dari ITF  didepan rapat merupakan senjata ampuh sehingga mempertahankan argumentasi belaka membuat hati penasaran, Seolah olah itu cara memotong argumentasi belaka.  Kebetulan tidak suka berdebat kusir membuat lebih baik diam karena asalan kesehatan. Tetapi secara logika tetap tidak masuk akal. Apakah sudah ada perubahan karena selama ini baru satu kali menangani sebagai tournament Director ITF Seniors. 

Memang harus diakui pelaksanan Turnamen SENIOR ITF kali ini agak kacau bahkan keluhan datang dari peserta yang kebetulan dikenal. Mulai pemain veteran dari Medan,  SH, keluhan klasik sempat mengatakan '\" turnamen  paling berengsek" Akibat sudah menunggu dari pagi baru dipanggil siang atau sore. Padahal ada order of play. Kebetulan AFR datang memang mereka pada ngedumel. Salah satu pemain IT, juga menyampaikan hal yang sama. Sedangkan ini internationalah event. 

Setelah pelajari ternyata Referee tidak berada ditempat. Memang saat itu Referee sedang berduka  Kemudian saya  melihat susunan panitia ada tercantum Assisten Referee, Sudah waktunya assisten Referee yang melakukan tugas sementara. Tapi apa lacur, ternyata asistan Referee bukan lah tenaga expert sebagaimana seorang Assisten Referee , yang lebih dikenal sebagai pelatih tenis. Sehingga tugas itu tidak bisa diselesiakan apalagi Tournamnet Director bukan lah wewenangnya.  Kok bisa.

Saat itu kesimpulan kacaunya  bahkan diperkirakan petenis dari luar negeri so pasti ada yang kesal sekali bahkan akan pulang kerumahnya. Karena kacaunya, Akan timbul pertanyaan kenapa bisa bisa kalah w.o , apalagi unggulan pertama. 

Selasa, 13 Agustus 2019

TENIS : Sudah Saatnya Sumsel Bangkit

Jakarta, 13 Agustus 2019. Akhirnya tim tenis Sumatra Selatan berhasil lolos ke PON 2020 Papua. 
Setelah itu sudah harus lebih cerdik menghadapinya, karena waktu persiapan hanya 12 bulan untuk mengejar prestasi mengejar medali . Persiapan PON butuh beaya , tugas  bersama KONI Provinsi Sumatera Selatan dan Dispora Provinsi bersama Pengprov Pelti Sumatra Selatan

Tenis, walaupun olahraga tak terukur tapi bisa dicari patokan ukuran untuk mengejar ponit peringkatnya untuk undiannya. Dari Referee untuk memakai undian adalah Peringkat Nasional Pelti  (PNP), Yang bisa didapat melalui turnamen nasional (TDP) Kelompok Umumnya, Makin sering ikuti TDP Kel Umum maka makin tinggi pointnya.

Kesempatan ikuti TDP Kel Umum hanya sedikit karena saat ini justru makin galak kelompok yunior bisa bayang kan ada sekitar 60 an TDP Kelimpok Yunior dalam kalender PP Pelti.
Nah , untuk Kelompok Umum ternyata hanya 6 TDP untuk tahun 2019. Dan mayoritas diluar Sumatra. 

Tapi dalam hal ini bisa dibuat sendiri dengan status TDP Kelompok Umum. Kenapa Pelti Sumatra Selatan tidak menbuat TDP Kelompok Umum sejak dilantik Pengprov Pelti Sumatra Selatan, belum pernah bikin turnamen TDP Kelompok Umum, justru menonjol buat kelompok Veteran/.

Sudah waktunya Pengprov Pelti Sumsel selenggarakan TDP Kelompok Umum dengan prize money Rp 50 juta saja, Biasanya ada pemikiran prestise belaka buat dengan prize money Rp 100 juta, Akibatnya petenis dari Jawa datang berbondong bondong sehingga petenis tuan rumah yang praktis memiliki peringkat yang lebih rendah tidak bisa ikut karena tida memiliki PNP . 
Andaikan dibagi dua setiap turnamen Rp 50 juta maka bisa selenggarakan 2 kali. Coba selenggarakan TDP Kelompok Umum prize money Rp 50 juta sedangkan putri cukup prize money Rp 10 juta. Bagaimana dengan beaya pelaksana, tentunya juga bisa dibuat seminimal mungkin , tidak perlu anggota panitya seabrek abrek, cukup tenaga Referee, Direktur Turnamen dan Tournament desk atau turnament staf. Paling banyak 6 ( enam ) orang Dan wasit 9 orang saja, Beaya tidak lebih dari prize money, bahkan lebih rendah, Buatlah Panitya seminimal mungkin karena kalau Panitya besar sekali beayanya. Kendala selama ini adalah panitya sebesar mungkin yang pasti kurang efisien ,

Senin, 12 Agustus 2019

Pra PON munculkan bintang baru Sumsel

Palembang, 12 Agustus 2019. Setelah MedcoEnergi Junior Tennis Champs-2 telah hadir salah satu bintang tenis junior dari Sekayu, Muba Sumatera Selatan, yaitu Jones Pratama.

Putra kelahiran 7 Januari 2003 Dengan  tinggi badan yang ideal untuk petenis 188 cm dan berat badan 68 kg, cukup garang kalau tampil didepan net. Hanya saja minim pengalaman  membuat kurang konsisten

Keuntungan daerah yang sering adakan turnamen bisa menghasilkan petenis petenis potensial. Disinilah terbukti sudah kemujuran Sumsel disamping memiliki fasilitas mamadai skala Internasional Stadiun Bukit Asam Jakabaring Sport City, dan pula cukup aggresivnya Sumsel rajin mengejar turnamen diluar Sumsel,

Memang harus diakui daerah Sumatra kelihatan Sumatera Selatan mempunyai kelebihan dibandingkan daerah daerah lainnya. Petenis daerah lain boleh iri melihat keberuntungan petenis Sumatra Selatan.

Saat Pra PON yang baru berakhir 11 Agustus 2019, sempat bertemu antar Sumatra yaitu dengan Sumatra Barat terlihat kematangan masih menjadi milik Sumatra Selatan. Sempat Sumsel leading 2-1. Sedangkan Sumatra Barat  juga memiliki atlet potensial seperti dimiliki Sumsel hanya saja kurang berani untuk ikut Turnamen diluar daerah. Jika diikuti sering kali ikut serta keluar daerah ternyata atlet Sumbar belum bisa mengikuti jejak Sumsel

Mulai kelihatan permainan Jonas Pratama diawal tahun tahun. Waklu ketika Jones Pramata muncul dalam pertandingan final RemajaTenis Sumsel awal tahun 2019, terlihat perbedaan pola main Jones Pratama yaitu service and volley . Semula tidak terbayangkan kalau ada pola main yang beda ditunjukkan sebagai pola main yang berbeda . Sejak itu mulai tertarik menonton Jones Pratama. Teringat John McEnroe petenis legendaris Amerika Serikat, Sudah lama tidak lihat pola main tersebut. Jones Pratama mempunya kelebihan tinggi badan yang ideal yaitu 188. Kaki panjang dan tentunya modal bagus bagi dirinya

Tentunya permainan ini butuh stamina, sehingga sudah sewaktunya dipikirkan pelatihnya. Dan juga pola makan atau gizi juga perlu perhatian khusus. Apalagi didaerah , kemungkinan hal ini sangat tidak mendukung. Apalagi sempat melihat makan anak2 petenis Pelatda Pra PON Sumsel hanyalah nasi  bungkus, Bukan hanya asal kenyang bagi atlet tenis.  

Sabtu, 10 Agustus 2019

Pra PON , Apa Kelanjutannya ?

Jakarta, 10 Agustus 2019. Pekan Olahraga Nasional ( PON ) sebagai tolak ukur keberhasilan pembinaan Pelti didaerah. Begitulah harapan pembinaan kita selama ini. Tetapi apa lacur yang  terjadi selama ini , ternyata selama ini makin rusak pembinaan tenis khusus didaerah. 
Kalau dulu orang berlomba lomba pindah ke DKI Jakarta karena fasilitas yang dimiliki. Orang boleh iri melihat fasilitas lapangan tenis GBK kemudian ada Kemayoran disamping adanya lapangan tenis Rasuna , disamping itu pelatih yang dimiliki kebanyakan berdomisili di DKI Jakarta. Tetapi sekarang justru tidak ada kebanggaan jadi petenis DKI Jakarta. Coba lihat sejak PON XVIII ke PON XX perlahan lahan atlet tenis DKI Jakarta hijrah keluar DKI Jakarta.

Sah sah saja tidak ada yang boleh melarang. Justru atlet atlet nasional yang hijrah ke daerah memafaatkan fasilitas try out yang didapatkan, Hanya saja cara berpikir demikian tidak dimiliki oleh petenis putra kita kecuali Christoper Rungkat.

Dulu gudang atlet Jawa Barat, sempat ternodai pada saat jadi tuan rumah PON XIX dimana menggunakan atlet atlet bukan sendiri akibatnya tidak satu pun mendapat medali emas, sungguh  terpukulnya sebagai daerah tuan rumah yang tidak mendapatkan medali emas  satupun.

Setelah melihat hasil Pra PON ternyata ada juga daerah yang tetap konsisten sejak dahulu kala seperti Bali yang tetap konsisten , Demikian juga ada Sumatra Selatan dengan tetap membina atlet atlet sendiri. Jawa Tengah walaupun tetap menggunakan tenaga old crack belum terkalah tetap dengan tenaga lokal.

Kamis, 08 Agustus 2019

Perubahan Acara Pra PON Tidak Dikomunkasikan

Jakarta, 10 Agustus 2019, Suatu pelajaran bagi membuat event tanpa program yang jelas dan tertulis akan memakan korban bagi sesama anggota Pengurus Pelti. Nah kalau dilihat dari kasus ini maka terjadi salah urus kesannya  dari luar,

AFR menerima laporan kalau Ketua Bidang Hubungan Daerah PP Pelti akan membuka acara Pembukaan Pra PON tgl 5 Agustus 2019. Ditambah berita oleh tuan rumah, Sekretaris Pengprov Pelti Sumsel akan ada rencana Pembukaan Pra-PON pada tanggal 5 Agustus 2019. Rencana cukup jelas ketika dikemukakan yaitu acara defile peserta Pra PON dengan pakaian daerah nya , kesan nya begitu hebat walaupun timbul kesan apa mungkin. Kenapa timbul kesana demikian. Karena mendatangkan ketua Pengprov Pelti Sumsel yang notabene atasan langsung tentunya tidak mudah melihat cara kerjanya.
Sempat AFR melaporkan kepada Kabid Hub Daerah PP Pelti, agar siap siap menghadapi tata cara kerja , dengan pengalaman seperti dialami. Prediksi sudah ada indikasi demikian.

Apa lacur, Ternyata acara Pembukaan telah dilakukan pada welcome dinner, yaitu Minggu 4 Agustus 2019 malam langsung sudah dilakukan Pembukaan . Lucunya Kabid Hub Daerah tidak ada pemberitahuan kepada yang bersangkutan. Sehingga ketika Kabid Hub Daerah tiba Senin 6 Agustus 2019 datang dengan pengharapan ada acara Pembukaan Pra PON ternyata tidak ada , Begitu datang langsung ke Stadium Bukit Asam Jakabaring, jadi bengong . Entah ketua Penpel Pra PON telah memberitahukan kepada yang bersangkutan apa tidak . Betapa kecewanya   

Selasa, 06 Agustus 2019

Teringat test event Asian Games 2018

Jakarta, 7 Agustus 2019 , Semenjak tidak duduk dalam kepengurusan PP Pelti ( 2012), AFR sudah berkomitmen tetap konsisten menjalankan turnamen khususnya junior, sehingga beberapa Pengurus Pusat Pelti bisa melihat kenyataan dilapangan tetap menggunakan tenaga AFR untuk bisa membantu. Bahkan dari Singapore yaitu SEA ParaGames Federatian juga tertarik menggunakan tenaga AFR sehingga mengundang sebagai Technical Delegate dalam acara Asean Paragames 2017 di Malaysia khusus nya Tennis.

Kemudian timbul pro dan kontra bisa mencul dari Pelti maupaun instansi terkait. bahkan Organizing Commmitte Tennis Asean Paragames 2017 Kuala Lumpur juga bertanya tanya kenapa Technical Delegate dari Indonesia tapi Indonesia tidak kirim team.

Kemudian awal tahun 2017 turut diundang duduk dalam kepanitiaan INASGOC oleh PP Pelti. Inipun muncul pro dan kontra dan berachir dengan diganti pada 15 Desember 2017 oleh PP Pelti yang baru baru terpilih karena diisukan termasuk  tim sukses kandidat lawan nya.

Teringat kembali Jakaring Sport City. Disini ada 2 masalah yang muncul yaitu test event Asian Games 2018  dan kedua MedcoEnergi Junir Champs-2 yang lalu.

Dalam persiapan test event Asian Games 2018 pada awal November 2019. Selaku Ketua Panpel adalah Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti. Muncul lah masalah, tetapi AFR disuruh mengatasi nya dengan datang duluan ke Palembang, Sehari sebelum ke Palembang saya terima WA dari Wakil Sekretaris Pengprov Pelti Sumsel yaitu tagihan sewa lapangan Stadion Bukit Asam Jakabaring Sport City sebesar Rp 200 jutaan. Wow kok dikirim ke AFR karena mengetahui Direktur Turnamen adalah AFR. Urusan Pengprov Pelti Sumsel, dikembalikan keoada Pengprov Pelti Sumsel.

Ditunjuk Oleh PP Pelti Jadi Direktur Turnamen Tidak didukung Tuan Ruanh


Palembang, 24 Juli 2019. Untuk pertama kali dalam kehidupan kami menjalankan pertandingan justru mendapatkan tantangan cukup besar, Dengan penugasan cukup besar diberikan oleh PP Pelti kepada kami dengan tim AFR Remaja Tenis untuk menjalankan MedcoEnergi Tennis Junior Champs - 2 tanggal 24 - 28 Juli 2019.

Gejala gejala akan mendapatkan hambatan sudah mulai kelihatan . Kerjasama dengan Pengprov Pelti Sumsel sudah mulai terasa dari awal. Ini akibat titik awal justru diperlihatkan oleh PP Pelti dimana tidak professional.

Suatu hari  terima WA dari Kabid Pertandingan PP Pelti yang menyatakan bahwa disetujui oleh Wakil Ketua Umum PP Pelti sebagai Direktur Turnamen dan dipersilahkan hubungi Sekretaris Pengprov Pelti Sumatra Selatan, karena dia sudah menghubunginya pertilpon Dari kata kata ini terlihat tidak tahu berorganisasi. Karena ketika diminta agar dibuat surat penujukan AFR sebagai Direktur Turnamen, dijawab tidak perlu cukup dengan tilpon saja. Mereka tidak mengerti betapa pentingnya surat penunjukkannya. Betul juga ketika info AFR ditunjuk sebagai Direktur Turnamen disampsaikan AFR kepada Sekretaris Pengprov Sumsel maka didapat jawaban, " Kami belum dapat surat penunjukan sebagai host"

Dari peristiwa MedcoEnergi Junior Tennis Champs-2 ini terima side effectnya kurang mendapatkan sambutan positip. antara lain kenapa AFR yang justru banyak mengkritik PP PELTI justru diberi kepercayaan oleh PP Pelti. Ini tidak masuk akal, Kira kira begitu, Pro kontra di Jakarta maupun Palembang sudah bermunculan.

Ini AFR anggap saja tatangan , soal ini masalah kecil karena membawa armada pelaksana sehingga tidak ada kekuatiran sama sekali hanya makan perasaan saja berdampak terhadap kesehatan, Apalagi setir mobil sendiri yang diperkirakan jalan tol sudah selesai semua Bakaeuhuni ke Palembang, ternyata belum

Selasa, 11 Juni 2019

Prestasi atau Prestise, beda beda tipis

Jakarta, 11 Juni 2019. Setiap mendekati acara Pekan Olahraga Nasional selalu disediakan wadah Pra PON karena kuota peserta PON dibatasi oleh KONI Pusat. Sehingga tidak semua daerah bisa ikuti PON tersebut. Pekan Olahraga Nasional (PON) awalnya bertujuan untuk mempersatukan bangsa Indonesia. Ini awalnya karena saat pertama kali dikota Solo 1949, Indonesia masih suasana pasca kemerdekaan dan masih amburadul.

Jika tujuannya masih seperti dulu maka yang jadi pertanyaan sekarang apakah prestasi dimasukkan dalam tujuan PON saat ini setelah Indonesia telah menjalani Pekan Olahraga Nasional ke 19 kalinya, dan telah merayakan kemerdekaan RI ke 73.

Akibatnya saat ini PON sudah bukan lagi menjadi ajang prestasi lagi karena sudah menjurus ajang PRESTISE belaka. Bahkan pernah saat itu salah satu Gubernur diluar Jawa menyatakan sebaiknya PON itu dibubarkan saja, karena sudah tidak dibutuhkan lagi. Saat ( 2002-2012) itu saya sepakat dengan pendapat beliau, karena khusus tenis frekuensi turnamen di Indonesia cukup baik.

Muncul masalah Keabsahan atlet PRA PON 2019


Jakarta, 11 Juni 2019. Sebagai tindak lanjut dari pengumuman peserta Pra PON/PON 2020, maka ada beberapa Pengprov Pelti yang telah ajukan surat protes ke PP Pelti dan oleh PP Pelti telah disiapkan wadah yang akan mengatur yaitu tim keabsahannya.


Dari keputusan tim keabsahan maka ada yang dipenuhi protesnya dengan akibat daerah tersebut harus mengganti personalianya yang dianggap tidak berhak ikuti Pra PON ataupun PON mendatang.

Melihat dari Technical Hadbook yang dikeluarkan oleh PP Pelti tentunya mengacu kepada technical handbook untuk PON sendiri. Salah satu klausul yang sering kali dipupakan adalah masalah perpindahan atlet. Karena akibat pembinaan yang timpang di Indonesia, maka salah satu cara yang efisien dan efektip adalah transfer atlet dari daerah (mayoritas) Jawa kedaerah diluar Jawa.  

Yang harus ditelusuri lagi adalah surat perpindahan atlet sesuai ketentuan mutasi yang dikeluarkan oleh KONI Pusat tahun 2016 lalu. Yang jadi pertanyaan apakah ada atlet yang tanpa mengunakan surat perpindahan sesuai ketentuan mutasi KONI bisa lolos karena tidak diketahui oleh daerah lainnya. Harus bisa dimakulumi karena saat ini banyaknya muka muka baru di Persatuan Tenis seluruh Indonesia (PELTI) ditingkat provinsi sehingga belum atau tidak bisa mengenal atlet yang digunakan oleh daerah lainnya. Tetapi ada yang tahu (bahkan sudah ajukan surat protes ke PP Pelti) kalau atlet daerahnya digunakan daerah lainnya. Bagaimana nasib yang dialami oleh atlet yang menyalahi aturan mutasi ini tapi tidak diketahui daerah lainya.? Apakah ada ? Kalau melihat materi atlet yang ada, kecenderungan ada kasus seperti ini.

Sabtu, 20 April 2019

Apakah ada kasus lagi di Pra PON/PON ?

Jakarta, 20 April 2019. Sejak dikeluarkannya Technical Handbook Pra PON dan PON oleh PP Pelti maka seluruh daerah dimintakan agar mengerti ketentuan yang telah dibuat oleh PP Pelti sendiri. Yang jadi masalah apakah ketentuan tersebut sudah dikirimkan ke daerah daerah peserta Pra PON/PON tersebut. Tetapi seharusnya sudah diedarkan. Sebenarnya edaran dapat dilakukan juga melalui surat atau dipaparkan saat Rakernas Pelti diawal Februari 2019.

Disebutkan entry by number kemudian entry by name sebagai pencantuman nama nama pemainnya dari setiap daerah sehingga oleh PP Pelti langsung bisa dibuatkan daftar daerah yang lamgsung ikut PON yaitu 7 daerah plus daerah tuan rumah mendapatkan hak.

Kalau dibaca Technical Handbook disebutkan entry by name yaitu tanggal 22 Maret 2019. Sedangkan usia peserta minimal sudah berusia 14 tahun saat Pra PON dimulai ( 5 Agustus 2019) yang bisa dibuktikan melalui Kartu Tanda Anggota (KTA) Pelti.

Rabu, 17 April 2019

Tenis Indonesia Perlu Pendekatan Organisasional

Jakarta, 17 April 2019. Begitu besar dukungan orangtua bisa terlihat secara nyata dalam setiap kegiatan turnamen tenis khususnya kelompok umur atau yunior. Setia mendampingi para putra dan putrinya disaat menunggu dipanggil bertanding maupun saat situasi pertandingan putra putrinya alami tekanan dari lawan lawannya.

Tidaklah heran jika muncul kekecewaan disaat putra dan putrinya tidak mencapai harapan dari para orangtuanya. Hal yang wajar jika muncul kekecewaan diakibatkan datang dari prestasi putra dan putrinya belum waktunya menunjukkan kemampuan dirinya. Harus diakui kalau ingin sukses maka ada beberapa unsur sebagai pendukungnya yaitu Displin dan kemampuan.

Kalau bicara disiplin itu mencakup para atlet dan juga pelatihnya . Jadi ada keterkaitan antara atlet dan pelatih. Jika mengharapkan atletnya disiplin tetapi pelatih tidak bisa disiplin maka tujuan kedepan dalam mengejar prestasi so pasti terhambat. Karena pelatih orang yang paling dipercayai oleh atlet atletnya.

Jikalau kecewa terhadap induk organisasi itu yang paling sering didengar karena setiap ada kegiatan turnamen maka komunikasi sudah terjalin orangtua dengan AFR selaku pelaku tenis langsung dilapangan. Komunikasi ini memungkinkan karena peran aktip AFR sendiri dilapangan sering kali bertanya tanya masalah kesulitan didaerah masing masing. Sudah merupakan santapan sehari hari jika keluhan para orangtua terhadap induk organisasi tenis di Indonesia yaitu Persaturan Tenis seluruh Indonesia (PELTI). Baik terhadap Pelti ditingkat Cabang atau Kota/Kabupaten, maupun ytingkat Daerah atau provinsi. 

Tetapi tidak kalah seru adalah keluhan terhadap Pelti tingkat Pusat. Karena saat ini sering muncul keputusan atau kebijakan yang sangat tidak populer. Dianggap ada kepentingan bagi sipemilik kebijakan tersebut.

Rabu, 20 Maret 2019

Kelemahan Atlet Tenis Indonesia adalah Disiplin

Jakarta, 20 Maret 2019. Mempelajari perjalanan pertenisan nasional sejak tahun 1986 sampai 2012, AFR mendapatkan kesan terbenturnya arus lajunya pembinaan itu datang dari atlet maupun pelatihnya disamping mind-set orangtua yang berdampak pula ke atletnya sendiri adalah lebih kepada DISIPLIN. Kedengarannya seperti itu bukan masalah tetapi dalam pelaksanaannya jelas terlihat dilapangan terungkap kelemahan datang dari disiplin tersebut.

AFR alami sendiri betapi mirisnya disiplin atlet akibat diberi contoh oleh pelatihnya sendiri. Tetapi ada juga atlet yang jelas cukup tinggi disiplinnya, dimana diawali dari diri sendiri. Seperti contohnya jika ikut turnamen maka segala peralatan dalam tas sudah tersedia. Ada yang disediakan oleh orangtuanya dan ada yang disediakan oleh atletnya. Jika oleh orangtua maka ini sebagai hambatan kemandirian dari atlet tersebut.

Kejadian didalam lapangan disaat berada diluar negeri, AFR sendiri merasakan betapa disiplin itu muncul contoh tidak baik datang dari pelatihnya. Disaat atlet sedang ikut turnamen maka pelatihnya tidak ikut melihatnya Karena ingin keluar lapangan tenis mencari makanan diluar, setelah beberapa hari membosankan hidup antara hotel dan lapangan tenis setiap harinya. Ketika ditegur ternyata mendapatkan jawaban yang tidak bertanggung jawab. Belum lagi ada pelatih yang disaat atletnya bertanding tidak berani melihat langsung, atau sedang sibuk diluar.

Selasa, 19 Maret 2019

Sponsor Siap Tapi Atletnya Belum Siap

Jakarta, 19 Maret 2019. Kemarin Senin (18/3) ikut hadir dalam pertemuan antara Yayasan Mitra Kencana dengan petenis Fitriana Sabrina ( 18 th) dan Fitriani Sabatini ( 18 th) dikantor PP Pelti. Pertemuan ini difasilitasi oleh PP Pelti dengan menyediakan ruangan.
Yayasan Mitra Kencana adalah yayasan yang dibentuk oleh Ketua Umum PB Pelti ( 1994-1998 ) Sarwono Kusumaatmadja saat menjabat Ketua Umum PB Pelti. Tujuannya adalah membantu pertenisan Indonesia. Saat itu Yayasan Mitra Kencana berhasil menghimpun dana dari masyarakat tenis di Indonesia.

Ikut hadir setelah diajak oleh rekan pengurus Yayasan Mitra Kencana Subiyanto SP (mantan wakil sekjen PB Pelti 1994-1998). Djoko Kusumowidagdo sebagai juru bicara hari itu menjelaskan maksud pertemuan itu untuk membantu petenis yunior berpotensi kedepan yaitu Fitriana Sabrina dan Fiteriani Sabatini yang saat itu didampingi oleh Ibundanya Yetty, setelah mendapatlan rekomendasi dari Pelti..

Kesimpulan didapat AFR sebagai pendengar bisa didapatkan kalau atlet tenis kita belum siap dengan program kedepannya. Memang alasan klasik selama ini didapat adalah tidak ada dana. Tetapi menurut AFR bukan itu masalahnya. Karena petenis yunior kita kelemahan dimind setnya. Dari percakapan sore itu lebih banyak yang bicara Ibundanya, padahal kedua atlet tersebut sudah cukup usianya yaitu 18 tahun. Inilah kendalanya, karena selama ini kedua atlet tersebut dalam try out baik keluar negeri maupun dalam negeri didampingi oleh Ibundanya yang jelas bukan pelatih tenis. Ini salah satu kelemahannya. Karena kedua atlet sudah diusia terakhir sebagai atlet yunior.

Sabtu, 16 Maret 2019

Bincang Bincang Serius Masalah KTA Pelti dan Seleknas

Jakarta, 16 Maret 2019. Suasana di kejurnas RemajaTenis Jakarta-79 kali ini cukup ramai membicarakan masalah kebijakkan PP Pelti tentang KTA. Pro kontra selalu ada. Yang memunculkan masalah adalah kebijakan PP Pelti yang mewajibkan mulai 1 April 2019 setiap peserta TDP Nasional memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) Pelti. Yang lebih spesifik masalah waktu mendaftar wajib bayar Rp 250.000 untuk mendapatkan KTA Pelti tersebut.

Masalah ini akan terus diperbincangkan, karena kesan yang muncul adalah PP Pelti tidak mau membuka hati terhadap keluhan dari masyarakat tenis khususnya yang memiliki petenis yunior. Bahkan reaksi juga muncul dari salah satu Ketua Pengcab Pelti di Jawa Timur yang dikenal juga sebelumnya petinggi Pengda Pelti Jawa Timur.

Disamping tidak akan habis habsnya muncul pembicaraan masalah KTA Pelti jika setelah kumpul dalam satu kegiatan dimana kesempatan menyampaikan uneg unegnya kepada AFR.

Hari ini ada yang lebih sedikit tidak mau kompromi karena putranya sudah berhasil mengurus KTA Pelti melalui online. Saking kesalnya sehingga menyampaikan jika anaknya ikut TDP di bulan April 2019 dimana sudah diterapkannya ketentuan wajib punya KTA Pelti, lawannya akan ditanya KTA Pelti juga. Jika ternyata lawannya belum memiliki KTA maka dia akan minta agar kalah WO saja. Ini sebagai konsekuensinya aturan PP Pelti diterapkan. " Pelti harus tegas juga jika terjadi pelanggaran." ujarnya yang tidak mau tahu alasan apapun diberikan panpel ataupun Referee.

Tetapi ada satu cerita lebih menarik sebenarnya, ketika ditunjukkan hasil berita di Tribunnews disaat Musyawarah Nasional Pelti di Banjarmasin bulan Nopember 2017, pernyataan salah satu pelatih yang saat ini pegang kunci dalam pembinaan PP Pelti yaitu menjamin kalau sosok ketua umum PP Pelti sekarang lebih cocok karena mau membangun tenis kedepan lebih baik. Katanya tenis sudah ketinggalan dalam 4 tahun terakhir.

Rabu, 13 Maret 2019

Agar Grass-root development programme digalakkan

Jakarta, 13 Maret 2019. Salah satu program grass-root development yang perlu kembali dikembangkan oleh induk organisasi tenis seperti telah dilakukan ditahun 2002-2012 lalu. Dulu dikenal dengan Mini Tennis program. 

Tetapi hal ini sempat dikejutkan dengan pelaksanaannya oleh PP Pelti di salah satu sekolah di Jakarta Utara. Yaitu pengenalan Tenis kesekolah sekolah. Informasi didapat kalau inisiatip datang bukan dari bidang pembinaan tetapi dari Litbang PP Pelti Dan juga ditanggapi miring oleh petinggi Pengda Pelti DKI sebagai tuan rumah merasa tidak dilibatkan atau tidak diberitahukan. Disini kelihatan masing masing membenarkan berdasarkan ego masing masing juga.

Yang jadi pertanyaan adalah kenapa PP Pelti langsung terjun ke sekolah sekolah? Karena dulupun setiap kegiatan Mini Tenis/ Play and Stay in Tennis itu melibatkan Pengda Pelti dengan berbagai cara baik terlibat langsung atau sebegai pemberitahuan belaka.

Disinilah peranan induk organisasi tenis yaitu Pelti tingkat Pusat , jika ingin memotivasi Pengda ataupun Pengcab Pelti alangkah indahnya bisa dilibatkan juga. Selama ini setiap Pengda/Pengprov selalu dilibatkan. Berbeda dengan di Jakarta dimana Pelti Pusat juga berdomisili sehingga kadang kala jadi rancu dengan kegiatan kegiatan tersebut. Tetapi sebagai organisasi sebaiknya kerjasama ini diciptakan dengan baik.

Ketika AFR coba lontarkan ke masyarakat tenis, langsung ditanggapi seolah olah sangat sulit sekarang masuk ke sekolah sekolah. Nah, cara berpikirnya harus dirubah. Karena selama ini selalu dilemparkan ke sekolah negeri sehingga kelihatan sulit dijalankan. Tapi, andaikan secara resmi dilakukan oleh induk organisasi maka respons tentunya akan datang.

Bermanfaatkah Korwil Dibentuk ?

Jakarta, 13 Maret 2018. Ada satu hasil kerja nyata dari Rakernas Pelti 2019 yaitu dibentuknya Korwil Korwil sebanyak 6 Korwil. Dan langsung direncanakan untuk diadakan semacam penataran dalam bentuk workshop dimasing masing korwil. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh wakil Kabid Binpres saat jumpa di Sekretariat PP Pelti minggu lalu.
Saat mendengar penjelasan dari wakabid binpres tersebut sempat AFR ungkapkan sulit berjalan, tetapi kita tunggu saja realisasinya.
Saat itu juga sudah AFR ceritakan kalau sudah diungkapkan dalam chat AFR ke pelaku tenis di Sumatera Selatan sehubungan dengan fasilitas yang sangat memadai dimiliki Palembang saat ini dengan ikonnya Jakabaring Sport Citynya.

Ada beberapa cara yaitu dalam acara pengadaan Workshop Tenis untuk pelatih maupun petenis dan masyarakat tenis seperti biasanya dilaksanakan di Indonesia belakangan ini.

Cara pertama adalah PP Pelti yang menanggung honor tenaga pelatih asing dari Jakarta sampai ke daerah tersebut dimana beaya pelaksanaan ditempat ditanggung oleh tuan rumah. Disini tuan rumah bisa mencari sponsor setempat untuk menutup beaya beaya tersebut. Dalam hal ini kurang elok jika seluruh beaya ditanggung oleh PP Pelti dengan maksud agar tuan rumah juga bekerja bukannya duduk manis istilah sekarang.

Selasa, 12 Maret 2019

Fungsi Humas Sangatlah Penting

Jakarta, 12 Maret 2019. Tidak disangka sangka AFR terima chat WA dari mantan wakil sekjen PB Pelti 2004-2008 yang menganjurkan agar AFR menjadi Humas PP Pelti saat ini. Ini akibat lemahnya fungsi Humas PP Pelti yang dipegang oleh mantan atlet nasional.

Harus diakui saat ini  PP Pelti berkeinginan memajukan tenis baik dalam prestasi di lapangan tetapi juga kedepan  jauh mau  mengikuti era milleneal seperti apa yang dikehendaki dalam pendaftaran KTA dan bahkan menjurus pendaftaran peserta TDP mengacu seperti dilakukan oleh ITF (International Tennis Federation). Tetapi memang harus dimulai dari nol sehingga butuh waktu untuk meneruskan keinginan tersebut. Memang saat ini sudah banyak applikasi di era milleneal untuk mempermudah kerja.
Tetapi semua itu harus didukung dengan kesiapan administrasi maupun kesiapan para pemangku jabatan diinduk organisasi. Yang selama ini bisa dilihat kalau lemah dalam administrasinya. Yang sepele saja seperti notulen rapat internal apalagi eksternal sehingga dikuatirkan semua dilakukan staff PP Pelti tanpa sepengetahuan Ketua Umum PP Pelti yang juga mantan Humas PB Pelti 1986-1990

Fungsi Humas disini bukan hanya komunikasi keluar tetapi komunikasi kedalampun sangat penting. Kalau dalam bahasa Inggris disebut Public Relations. Berbeda dengan Humas yang dianut oleh masyarakat di Indonesia. Karena kalau Humas selama ini kesannya hanya untuk keluar relasinya. Tetapi kalau Public Relations itu sudah mencakup komunikasi keluar maupun kedalam. seperti komunikasi antar pengurus yang selama ini masih terlihat lemah. Contoh saja setiap pertemuan baik dihadiri atau tidak oleh Ketua Umum maupun anggota pengurus lainya, maka notulen rapat itu sudah wajib dilakukan sehingga semua kejadian atau keputusan sudah bisa dimonitor oleh anggota pengurus lainnya. Harus dimaklumi kalau anggota PP Pelti itu merupakan tenaga volunteer sehingga waktunya tidak banyak untuk Pelti. Apalagi saat ini pertemuan resmi antar pengurus juga masih belum terencana dengan baik, akibatnya sering kali kesannya ada pertemuan yang mendadak.

Minggu, 10 Maret 2019

Apakah Ini Sebagai Mimpi Belaka ?

Jakarta, 10 Maret 2019. Membaca Pokok Pokok Program Kerja Persatuan Tenis seluruh Indonesia ( 2012-2017), maka tertarik juga untuk menganalisa permasalahan yang ada di Tenis Indonesia. Sehingga bisa dikatakan mencoba bermimpi terhadap pembinaan tenis di Indonesia. Salah satu program yang tertulis dalam Pokok Pokok Program Kerja PELTI selama 5 tahun itu bukanlah suatu program baru tetapi sudah merupakan keputusan Musyawarah Nasional sejak puluhan tahun silam . Boleh dikatakan sejak 2002 sudah ada dimana salah satu program adalah Pembinaan Usia Dini.

Program ini mengadobsi program International Tennis Federation (ITF) disaat itu dijalankan di Indonesia oleh PP Pelti 2002-2012. Saat itu dikenal dengan Mini Tenis. Bantuan ITF juga mengalir berupa bola dan raket sehingga saat itu dengan inistiapf lokal maka dibuatlah di Indonesia raket plastik tersebut. Jalannya program ini belum mulus karena respons dari daerah juga sangat minim sehingga saat itu dijalankan dibeberapa daerah saja seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Sumsel. Bahkan ke Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan untuk luar Jawa

Oleh ITF programnya ditingkatkan menjadi Play and Stay in Tennis, dengan gunakan raket tenis beneran dengan ukuran lebih kecil dan bolapun gunakan bola dengan tekanan udara yang beda dengan bola normal.

Sabtu, 09 Maret 2019

Hati hati dengan Sponsorship

Jakarta, 8 Maret 2019. Setiap kegiatan memerlukan dana yang besarnya tergantung besarnya kegiatan tersebut. Induk organisasi tenis tentunya membutuhkan dana cukup besar dalam menjalankan roda organisasi dengan program programnya .
Masalah dana tersebut selain dari Pemerintah yang tidak cukup untuk ukuran Pelti maka seharusnya dicari jalan keluar yaitu sponsor dengan program sponsorshipnya.
Sehingga sebagai induk organisasi membutuhkan suatu konsentrasi dalam pencarian dana tersebut.

Teringat saat kepengurusan Pengurus Besar (saat itu gunakan istilah Besar) era ketua umum Moerdiono (alm) yaitu 1986-1990 ditempat satu posisi yaitu bidang Dana yang tugasnya menghimpun dana untuk kebutuhan organisasi.
Berbagai cara untuk mencari dana tersebut, saat itu AFR mulai dilibatkan masuk dalam PB Pelti . Awalnya duduk dalam Komite Pembinaan Yunior kemudian dalam perjalanannya dipindahkan menjadi manajer program Pertandingan. Kemudian pindah menjadi Manajer program Marketing
Mulailah dibuat strategi marketing mencari dana melalui produk2 PB Pelti seperti acara eksibisi petenis dunia saat itu seperti Michael Chang dll.
Tetapi saat itu ada satu kelemahan dalam PB Pelti yaitu ketika komitmen sponsorship dilakukan oleh bidang tersendiri sedangkan yang menjalankan produk marketing yaitu bidang pertandingan dilakukan oleh orang lain . Masalah timbul karena yang memegang posisi Ketua Bidang Pertandingan saat itu adalah pensiunan Laksmana AL sehingga tugas AFR saat itu menjalankan komitmen sposnor terganggu juga. Saat itu ada komitmen dengan Official Ball TENS dimana penempatan spanduknya sudah ditentukan untuk Green Sands Satellite Circuit. Tetapi apa daya karena penanggung jawab Pertandingan ditangan Ketua Bidang Pertandingan maka penempatan spanduk yang sudah disepakati oleh bidang lain diubah oleh ketua bidang pertandingan. Kejadiannya di Semarang tepat dimarkasnya produsen bola TENS. Sehingga saat itu TENS protes dan AFR hanya katakan sebaiknya Anda ajukan saja ke pengadilan agar Pelti dihukum karena melanggar perjanjian kerjasama tersebut. Maksudnya sebagai pembelajaran, tetapi sayangnya produsen TENS tidak mau lakukan juga.

Ini kelemahannya Persatuan Tenis seluruh Indonesia alias PELTI saat itu..