Sabtu, 09 Desember 2017

Diundang oleh INAPGOC ke Solo

Jakarta, 8 Desember 2017. Kembali teringat disaat diundang sebagai sport expert menghadiri acara Inapgoc (Indonesia Asian Paragames Organizing committee ) dikota Solo untuk persiapan pembuatan Technical Handbook Wheelchair Tenis (THB) selama dua hari. Hadir dalam ruangan tersebut wakil dari NPC (National Paralympic Indonesia) rekan Yasin Onasie dan Maimun yang mewakili Tenis Kursi Roda di NPC.

Saat itu bingung juga karena kehadiran saya sebagai pribadi bukan mewakili induk organisasi tenis di Indonesia sebagaimana lazimnya. Saat itu sempat bertanya kepada salah satu panpel status saya sebagai apa. Ternyata sebagai sport expert. Jadi jelas, dan selama kegiatan ataupun penyusunan THB saya duduk bersamaan dengan kedua wakil NPC tanpa berkomunikasi membahas masalah THB karena masing masing merasa lebih berhak. 

Begitu pula saat presentasi ke Panpel keduanya lebih aktif dan saya hanya sebagai pendengar saja kecuali ditanya baru berikan masukan saja.

Disini terlihat ada keinginan seperti info yang saya dapatkan dari rekan di kantor Menpora kalau NPC berkeinginan mereka yang jadi panpelnya sedangkan kantor Kemenpora menghendaki berbeda.
Tetapi sempat pula saya bertanya kenapa tidak ada komunikasi dengan PP Pelti.

Dan dapat jawaban kalau sudah dikirimi surat tapi tidak ada responsnya
Sayapun sempat melemparkan pertanyaan kepada petinggi PP Pelti dimana dikatakan tidak pernah terima surat resmi.

Minggu, 15 Oktober 2017

Kerja LO Ngawur

Jakarta, 16 Oktober 2017. Ada peristiwa yang saya anggap lucu dan rada konyol di Kuala Lumpur. Dalam tugas sebagai Technical Delegate saya bernagkat dengan Air Asia pada pagi hari Jumat 15 September 2017 jam 06.00. Bisa dibayangkan harus berangkat dari rumah jam 03,00 pagi sekali .

Setiba di Kuala Lumpur, kaget juga sambutan diberikan panpel setempat. Bagitu keluar dari pintu pesawat ditunggu petugas LO yang tidak dikenal tapi bawa kertas nama saya. Langsung disambut dengan kendaraan (boogey) ketempat imigrasi dan bagasi. 

Semua proses berjalan lancar dan diluar sudah ditunggu oleh Sport Manager Johany Hamzah. Saya pikir ke hotel bersama dia, Tapi dibiarkan pergi ke hotel bersama sopir mobil khusus untuk saya dan LO tersebut. Pesannya istrahat dulu dihotel.

Sampai dihotel gak bisa istrahat karena kamar baru bisa masuk setelah jam 13.00. Sayapun minta antar ke National Tennis Center jalan Duta Kuala Lumpur karena sudah pernah kesana.


TENIS : TINGGAL MENUNGGU HARI

Jakarta, 10 October 2017. Tidak disangka sangka pertenisan Indonesia dlm masa penentuan nasib bagi pemangku keputusan kebijakan kebijakan masa depan . Tepatnya tgl 25 November 2017 dikota Banjarmasin Kalimantan Selatan. Acara Musyawarah nasional Pelti. Tinggal menunggu hari Karena sisa waktu 46 hari.
Kesepian melanda suasana masyarakat tenis yang saat ini menunggu nasib pertenisan Indonesia sesuai dengan sepinya prestasi didapat oleh PP PELTI 2012-2017. Jadi tidaklah heran jika ketidak pedulian masyarakat tenis terhadap Musyawarah nasional Persatuan Tenis seluruh Indonesia atau PELTI.
Teringat 5 tahun silam tepatnya Agustus 2012 sudah ada calon Ketua umum PP PELTI yang diorbitkan melalui media massa yaitu nama mantan Atlet nasional yang membuat PP Pelti saat itu terbangun kesadarannya. Karena tidak rela jika tongkat estafet kepemimpinan jatuh kepada calon ketua umum mantan petenis nasional tersebut yang dianggap tidak layak memimpin induk organisasi.

Tugas tugas Yang Ribet

Jakarta, 16 Oktober 2017. Saya mulai membuka blogger ini setelah lama terlupakan akibat kesibukan mengurus beberapa kegiatan tenis di Indonesia maupun Luar Negeri.
Di tahun 2017 ini saya ketiban urusan pertenisan di Indonesia dan juga di Kuala Lumpur. Kok yang ada juga di Kuala Lumpur. Ini ceritanya panjang.
Diawali di bulan Nopember 2016, saya terima tawaran dari Asean Para Sport Federation yang berkedudukan di Singapore. Ditanyakan apakah bersedia jadi Technical Delegate untuk acara Asean Para Games 2017 di Kuala Lumpur. Timbul pertanyaan ada apa nih kok ditengah jalan diundang, biasanya sudah lama dipersiapkan. So pasti ada yang tidak beres. Jika bersedia diminta kirimkan aplikasi dengan Curriculum Vitae diminta. Ternyata dalam waktu kurang daris emingu dapat jawaban kalau diterima.
Lsngsung minta dikirimkan surat resmi penunjukkannya sehingga sebagai dasar mulai urus paspor karena sudah expired 2015.

Selasa, 04 Juli 2017

Ketemu tim Nasional sedang Latihan

Jakarta, 4 Juli 2017. Hari ini saya mencoba bertemu dengan atet pelatnas yang dipersiapkan untuk menghadapi SEA Games 2017 dirumah Martina Widjaja. Bertemu dengan atlet2 yang dipersiapkan seperti Sunu Wahyu Trijati, David Agung Susanto, Aditya Hari Sasongko dan beberapa atlet putra yang tidak masuk dalam pelatnas yaitu Anthony Susanto, Panji Untung dan dua lagi. Sedangkan atlet putri ada Jessy Rompies, Beatrice Gumulya, Lavinia Tananta dan Aldila Sutjiadi.
Dari atlet pelatnas yang tidak ada adalah Christopher Rungkat (sedang try out ke LN) , Justine Barki dan Deria Nurhaliza. Ketidak beradaan mereka saya tidak mau bertanya.

Minggu, 11 Juni 2017

Tulisan tentang tenis di Sulut

Jakarta, 4 Juni 2017. Kejurnas tenis Manado Open 2017 telah berakhir , tepatnya tgl 14 Mei 2017 yang lalu. Dari hasil kejurnas tenis tersebut terlihat sudah potensi petenis yunior dan kelompok umum baik kuantitas maupun kualitas.

Masa depan pertenisan di Sulawesi Utara bisa diukur dari saat ini jika tidak cepat diantisipasi maka hanya mimpi bisa muncul kembali prestasi yang buruk akan tetap menghantui tenis Sulut. Ini akibat dari kelengahan terhadap pembinaan tenis di Sulawesi Utara sehingga bertahun tahun diabaikan berakibat minimnya prestasi maupun minat terhadap dunia olahraga tenis di Sulawesi Utara. 

Dari hasil kejurnas tenis Manado Open khususnya kelompok yunior, keberadaan petenis asal Tondano sedikit memberikan asa terhadap pembinaan tenis Sulawesi Utara.

Yang jadi pertanyaan saat ini kenapa kota Tondano yang minim fasilitas sarana dan prasarana justru lebih menonjol dibandingkan Ibukota Provinsi Sulawesi Utara yaitu kota Manado?

Semua itu kalau melihat prinsip dasar pembinaan yang jadi ujung tombak pembinaan ada di perkumpulan atau klub.

Apakah kota Manado yang memiliki 8 lapangan tenis Sario tidak memilikinya? Pertanyaan ini memang sulit dijawab. Tapi yang pasti secara kasep mata so pasti ada dibalik nama dari pelatihnya saja. Yang penanganannya sangat individual . 

Minggu, 04 Juni 2017

Rakernasus itu Sah atau Tidak

Jakarta, 4 Juni 2017. Dalam suatu pertemuan dikantor PP Pelti sempat ketemu dengan Ketua Umum PP Pelti bersama sama ketua Bidang Pertandingan dan Ketua Bidang Pembinaan yunior. Memang sore itu tepatnya tanggal 1 Juni 2017, diadakan rapat persiapan panpel Asian Games 2018 khusus tenis. Kebetulan saya dilibatkan bersama sama rekan rekan pengurus PP Pelti. Ini suatu kehormatan saya diajak dalam kepanitiaan cabor tenis diajang Asian Games 2018 mendatang.

Setelah melaporkan persiapan kepada Ketua Umum PP Pelti, disaat rileks maka sayapun bertanya masalah Musyawarah Nasional Pelti 2017 dan  ketentuan Pekan Olahraga Nasional (PON) tentang batasan usia. Jawabannya adalah Munas Pelti tetap di Nopember 2017 sedangkan untuk ketentuan PON   mendatang maka telah diputuskan dalam Rapat Kerja Nasional Khusus (Rakernasus) Pelti tahun 2014 lalu kalau bebas usia.

Minggu, 28 Mei 2017

Kalau sudah tidak percaya, maka Curiga jadinya

Jakarta, 28 Mei 2017 Ada satu masalah penting disaat akan selenggarakan suatu kegiatan didaerah yaitu kepercayaan atas penawaran kerjasama. Ini sangat penting sehingga semuanya bisa berjalan dengan mulus. Saat itu sewaktu direncanakan kegiatan ke kampung halaman , saya sendiri sewaktu didalam kepanitian pernah mengungkapkan masalah tersebt kepada rekan rekan yang mau bekerjasama untuk meningkatkan pertenisan dikampung halaman sesuai gagasan awal yang saya lemparkan ke teman teman sedaerah atau sekampung halaman istilah kerennya.

Pengalaman saya selama ini baik sewaktu masih duduk dalam kepengurusan Pelti Pusat maupun saat sudah tidak menjabat diinduk organisasi jika ingin kerjasama dengan tuan rumah baik itu adalah para orangtua petenis ataupun klub tenis maupun induk organisasi, maka unsur " trust" itu sangatlah penting. Dan selama ini saya belum pernah merasakan kesulitannya.

Dalam persiapan telah dibentuk kepanitiaan dimana saya juga ikut didalamnya. Maka saya sudah jauh jauh hari mengatakan bahwa keberadaan kalian disana nantinya belum tentu bisa diterima oleh rekan rekan disana. Artinya ada yang Pro dan Kontra. Ini sudah saya amati sebelum berakhirnya tahun 2016 bagaimana sikap rekan rekan dikota kampung halaman tersebut.

Tentu saya punya alasan kuat kenapa rekan rekan tuan rumah bisa bersikap seperti demikian. Biasanya akibat adanya track record sebelumnya yang tidak disadari sama sekali sama rekan rekan saya ini. Memang saya walaupun di Jakarta dan sudah tidak duduk dalam kepengurusan tenis tai komunikasi dengan masyarakat tenis masih berjalan dengan baik. Sehingga jika ada masalah disuatu daerah seperti di Aceh sampai Papuapun saya pasti mendengarnya, karena banyak pihak yang tilpon menceritakannya dan bahkan ada yang ingin bertanya pendapat saya.

Ribetnya Turnamen Bisa Berantem

Jakarta, 28 Mei 2017.  Saya teringat saat awalnya mengenal apa yang disebut panitia pelaksanaan turnamen tenis di Jakarta. Itu sekitar tahun 1974 dimana saya ikut dalam klub tenis Sparta yang mayoritas berdarah Kawanua dilapangan tenis Tanah Mas Jakarta Timur. Kemudian sebagai klub paling aktip di Jakarta Timur baik dalam kompetisi Pelti Jakarta Timur maupun dalam pelaksana turnamen tenisnya.

Ketika itu mulai juga ikut dalam turnamen Maesa Paskah yang termasuk paling ribet. Bisa dibayangkan dalam 3 hari bisa selenggarakan 33 events. Dari kelompok yunior, kelompok umum dan veteran. Saat itu Pelti belum keluarkan Ketentuan Tirnamen Diakui Pelti. Jadia cuannya ke ITF dan salahnya tidak pernah diumumkan ketentuan ITF itu seperti apa. Tai tetap bisa berjalan dengan lancar. Sayapun banyak belajar di Maesa Paskah. Bahkan Refere yang berpengalaman seperti Sukardi ( dikenal dengan nama Pak Kumis0 suatu saat pernah kewalahan dan datang keruangan saya di Senayan duduk dilantai. Menyerah karena atasi peserta Maesa Paskah yang mayoritas itu kelompok veteran sejhingga disebutnya Maesa itu artinya  "Maunya sendiri"

Sudah Bayar Tapi Tidak Sign-In.......... Jadi masalah lagi

Jakarta, 28 Mei 2017. Ada satu kasus menarik terjadi di Kejurnas Manado Open 2017 di lapangan tenis Sario Manado. Saat itu saya pantau saja dan apa yang akan dilakukan oleh Referee dan Direktur Turnamennya, Saya akui bagi Referee yang bertugas baginya baru pertama kalinya memimpin 3 events dalam waktu bersamaan, sehingga pekerjaan 3 Referee dirangkap sekaligus. Tujuan Panpel adalah penghematan saja. Dan kesalahan saya kurang berkomunikasi dengan Referee ini yang saya bina selama ini untuk kejurnas yunior maka kebiasaan saya sering berkomunikasi disaat istrahat artinya satu hotel . Karena betapa pentingnya komunikasi untuk berdiskusi masalah kasus kasus turnamen oleh Referee ini yang sebenarnya belajar jadi Referee secara otodidak. Tapi kali ini di Manado, Referee dapat hotel yang agak jauh dari lapangan tenis Sario sedangkan saya pilih hotel yang dekat dengan lapangan tenis.

Disini sering kali suka beda pandangan masalah Ketentuan Turnamen bagi pelaku tenis. Didunia tenis dikenal 2 aturan yaitu Rules of Tennis sebagai Buku Pintarnya dan Tournament Regulations. Di Tournament Regulatons itu bisa berbeda beda disetiap turnamen. Turnamen yunior beda dengan kelompok umum dan beda lagi dengan Veteran. Tapi sering kali pengamatan saya lihat bagi wasit Indonesia yang menjadi Referee sering kali menyama ratakan ketentuan tersebut. Karena mereka sering bertugas justru di turnamen internasional kelompok umum sedangkan turnamen internasional yunior di Indonesia hanya 4-5 pertandingan.

Bersitegang dengan Wasit

Jakarta, 27 Mei 2017. Beberapa kejadian muncul disaat selenggarakan Kejurnas Manado Open 2017 yang perlu saya catat sebagai catatan harian saya dipertenisan Indonesia. Berbicara wasit, saat itu kerjasama dengan Pengda Pelti setempat maka kami disediakan 9 wasit yang kami butuhkan seperti permintaan. Biasanya sebelum turnamen dimulai , diadakan pertemuan dengan para wasit. 

Tapi kali ini komunikasi antara Panpel dengan Pengda setempat dilakukan oleh Ketua Panpel, sedangkan yang lainnya seperti saya selaku direktur turnamen kelompok yunior dan rekan BN selaku direktur turnamen kelompok umum dan veteran tidak ikut campur. Ketika tiba Selasa siang di Manado, maka kami inginkan pertemuan tersebut bisa dilakukan sore harinya, karena Rabu pagi sudah bisa dimulai pertandingannnya untuk kelompok umum. Tapi Pengda sendiri tidak diberi tahu jadwal pertemuan tersebut sehingga saya tidak bisa memaksakan. Dan pertemuan saya minta dilakukan Rabu pagi sekitar pukul 08.00.

Tidak semudah itu yang terjadi karena saat saya tiba bersama Referee yang punya kewajiban hadir lebih awal, rekan saya selaku penanggung jawab kelompok umum dan veteran belum tiba. Ini merupakan kebiasaan yang salah dimana seharusnya direktur turnamen harus tiba lebih awal bersama Referee dan pulang paling alhir setelah semua kegiatan sudah selesai. Ini aturannya.

Jumat, 26 Mei 2017

Ikut Sibuk Urusin Asian Games 2018

Jakarta, 27 Mei 2017. Tidak disangka kalau diikut sertakan sebagai panpel acara Asian Games 2018 di Palembang. Permintaan datang dari salah satu petinggi PP Pelti disuatu hari telpon langsung. Diajak ikut serta sebagai wakilnya yang menjabat sebagai Venues Manager. Permintaan itupun langsung saya setujui dengan catatan saya ingin diperlihatkan adanya surat resmi ke Panpel Asian Games 2018 dari PP Pelti.
Kemuidian diadakan pertemuan dengan petingi PP Pelti lainnya yaitu Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti dan Ketua Bidang Pembinaan Yunior di Pondok Indah bersama salah satu staff administrasi PP Pelti.
Beberapa hari kemudian surat resmi dari PP Pelti ditujukan ke Ketua Umum Komite Olimpiada Indonesia (KOI ) Eric Thohir  menunjuk usulan nama saya sebagai wakil Venues Manager.

Sewaktu diundang rapat oleh panpel INASGOC 2018 saya dimintakan surat resmi tersebut yang ternyata belum sampai ke INASGOC, waduh repot juga dan tentunya saya malu sedirinya. Tapi karena rekan Inasgoc sudah kenal lama sama saya sehinga waktu datang pertama kali dalam rapt langsung disambut dengan selamat datang Mr Ferry Raturandang. New comer but Old stock. Ha ha.

Akhirnya saya tunjukkan WA surat tersbut dan minta agar dikirimkan ulang oleh PP Pelti. Saat itu langsung saya kirimkan WA ke petingi Pelti yaitu Sekjen dan Wakil sekjen.Ternyata wakil sekjen tidak tahu kalau ada surat yang ditanda tangani oleh Ketua Umum PP Pelti . " Wah itu bukan urusan gue." komen saya saat itu.

Kamis, 25 Mei 2017

Pesta Kejurnas Manado Open Tinggalkan Cerita

Jakarta, 26 Mei 2017. Kejurnas tenis Manado Open 2017 telah berakhir, tepatnya tanggal 14 Mei 2017 di lapangan tenis KONI, Sario Manado. Sukses boleh dikatakan demikian karena bisa menarik peserta datang dari berbagai daerah seperti Jambi, Jawa Barat, DKI, Silawesi Selatan, Gorontalo, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur , Sulawesi Utara, Papua Barat dan Papua dari ujung Timur.

Diakui atau tidak, pelaksanaan kali ini dapat pujian dengan persiapan begitu singkat, hanya 2 bulan bisa selenggarakan kegiatan tersebut untuk semua golongan atau kelompok umur. Peserta yang hadir melebihi target panpel. Ini saya acungi jempol terhadap kerja keras rekan rekan panpel yang setiap hari mempromosikan kegiatan tersebut. Saya sendiri santai cukup menggunakan medsos untuk mensoaislisasikannya.

Untuk pertama kali sebagai kejuarnas atau TDP (Turnamen Diakui Pelti)  untuk kelompok umur dan kelompok umum, ditambah dengan kelompok veteran sebagai unsur penunjang keberhasilannya. Kalau namanya TDP maka secara otomatis masuk kalender TDP 2017. Ini berkat kerja sama antara Kawanua Tennis Club, yang baru lahir tahun 2016 dan Pengda Pelti Sulu (2017-2021) yang juga baru dilantik 2 bulan lalu.

Puas atau tidak puas baik selama kegiatan dan bahkan setelah kegiatan  memberikan warna tersendiri dari pelaksanaannya. Ini wajar wajar saja menurut saya.  Medsos pun ikut berbicara, dimanfaatkan bagi yang " kecewa" karena minimnya pengetahuan masalah pertandingan tenis selama ini terutama rekan rekan di Indonesia Timur. 

Kasus Ketidak Jujuran Muncul juga

Jakarta, 26 Mei 2017. Bukan hal yang aneh jika muncul ketidak sportifan petenis didalam suatu turnamen baik skala daerah dan nasional sekalipun. Masalah catut umur sudah pernah saya alami sejak duduk didalam kepengurusan Pelti lalu. Tapi kali ini terjadi pula di Manado dikelompok yunior dan Veteran

Kalau yunior biasanya usia tua dimudakan tetapi kalau veteran usia muda dituakan. Kesannya tidak akan habis habisnya kasus seperti ini terjadi. 
Kebetulan saya sekarang dudiuk juga dalam kepengurusan veteran yaitu PP BAVETI sehingga cukup geli juga kasus catut umur terjadi diturnamen veteran.

Masalah Kecil Jangan DibuatRibet

Jakarta, 26 Mei 2017. Sejak awal sudah saya kemukakan dalam panpel Manado Open tugas masing masing karena saya menyadari tidak semua rekan rekan memahami aturan aturan dalam turnamen tenis. Walaupun mereka ini mantan petenis nasional sekalipun. Apalagi dikelompok veteran yang paling ribet.
Karena dalam suatu turnamen ada 2 petugas yang paling sibuk yaitu Referee dan Direktur Turnamen dimana tugas dan tanggung jawabnya berbeda sehingga kadang kala Direktur Turnamen suka overlapping tugas Referee, padahal jika turnamen sudah berlangsung maka komandannya adalah Referee terutama masalah ketentuan pertandingan.

Siapkan Kejurnas Manado Open 2017 Cukup Pelik

Jakarta, 26 Mei 2017. Mempersiapkan Kejurnas Tenis Manado Open 2017 cukup pelik juga. Tapi bagi AFR yang penting idea AFR bisa terlaksana. Sebagai pemekarsa kegiatan yang AFR lontarkan kepada rekan rekan Kawanua di Jakarta didepan Yolanda Soemarno ternyata bisa terealiser.

Sejak awal AFR melihat ada ketidak cocokan didalam kepanitiaan tersebut. Maksudnya ketidak beresan dimata AFR karena tidak seperti kalau dalam kepanitiaan turnamen yang AFR alami selama ini sejak 1980 sampai sekarang.

Sejak 2013 AFR sudah biasa kerja sendiri untuk RemajaTenis. Baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya. Berjalan sesuai dengan keinginan sendiri.

Tapi baru kali ini lagi bergabung dengan rekan rekan yang lebih muda dari AFR. Gejala gejala akan ada 2 nakhoda dalam satu kapal sudah dirasakan sejak awal.

Dalam kepanitiaan ini duduk sebagai ketua panpel AP, kemudian didukung oleh 2 direktur turnamen yaitu AFR  untuk kelompok yunior dan BN unatuk kelompok umum dan veteran.

Kekuatiran makin jelas, karena setiap rapat AFR minta dibuatkan notulen rapat tapi sangat sulit dilakukan oleh sekretaris Panpel, khusus masalah budget bahkan AFR mencoba membuatkan contohnya dan AFR buat grup Panpel di WA sehingga komunikasi bisa berlangsung

Sejak awal disampaikan kalau keberadaan Manado Open belum tentu bisa diterima oleh rekan rekan  di Manado. Kenapa ? Ini suatu kejadian sesuai perasaan saja. Bisa juga karena ketika AFR coba infokan masalah idea gabungkan masalah yunior dan veteran sebagai ajang yang ikut meramaikan ternyata dapat jawaban dari salah satu rekan di Manado yang kurang kooperatip. 

Harus pandai pandai hadapi Malaysia

Jakarta, 26 Mei 2017. Ikuti acara Technical Delegate Meeting di Kuala Lumpur yang untuk pertama kalinya saya ikuti. Ternyata oleh tuan rumah sebenarnya sudah disiapkan petugas petugas pelaksana Asean Paragames 2017 di Kuala Lumpur dan juga budgetnya. Saya tahu kalau setahun sebelumnya sudah disiapkan oleh Panpel. Ternyata saya menggantikan Technical Delegate asal Malaysia. Jadi seluruh petugasnya dari Malaysia. Ini mungkin yang tidak lazim dalam multi event, sehingga oleh Asean Para Sports Federation (APSF) meminta kesediaan saya.

Tentunya sebagai Technicah Delegate saya harus bisa merekomendasikan petugas petugasnya seperti ITO (International Technical Officers) maupun NTO (National Technical Officers)nya. Saat itu anehnya ketika saya minta nomor telpon petugas Referee yang asal Malaysia tersebut ternyata tidak ada satupun yang punya. Termasuk Technical Delegae yang saya gantikan. Ini rada rada aneh.

Saya pun berkomunikasi dengan Asian Tennis Federation/ITF yang bertanggung jawab masalah wasit wasit internasional. Maka didapatkan nama 2 tersbut dimana ada petugas dari Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam dll.

Ada yang Bertanya Kenapa Bisa Jadi Technical Delegate Asean ParaGames 2017 di KL

Jakarta, 26 Mei 2017. Sudah lama tidak mencatat permasalahan tenis ditahun 2017. Ternyata banyak kejadian kejadian yang perlu dicatat disini sebagai catatan ringan saja.

Ada pertanyaan datang kepada saya tentang keterlibatan saya di acara Asean Para Games 2017 bulan September 2017 di Kuala Lumpur. Memang bulan Desember 2016 saya diundang ke Kuala Lumpur setelah ditunjuk menjadi Technical Delegate Wheelchair Tennis di ajang Asean Paragames Kuala Lumpur 2017. Kenapa sampai muncul pertanyaan tersebut sedangkan saya sudah sejak 2012 tidak duduk dikepengurusan PP Pelti 2012-2017 itu. Jadi wajar saja ada yang bertanya, Siapa yang rekomendasi ?
Sebenarnya Wheelchair Tennis bukan barang baru bagi saya karena semasa duduk dalam kepengurusan PP Pelti 2002-2012 saya aktip membantu Wheelchair Teniis diIndonesia baik dalam membantu program ITF sendiriyang kebetulan saya sempat bertemu dengan pimpinan Whelchair Tennis di Inernational Tennis Federation diacara AGM ITF.

Sewaktu bulan Nopember 2016 saya terima permintaan dari salah satu rekan yang kenal saya sewaktu Asean Paragames di Solo tahun 2011 lalu yang saat itu saya selaku ketua panpel whelchair tennis. Sewaktu itu saya ditanya kira kira bersedia menjadi Technical Delegate Asean Paragames 2017 di Kuala Lumpur. Saya balik bertanya kenapa saya. Ternyata dijawanb , kalau dia selalu ikuti kegiatan saya di Facebook, sehinga mencoba hubungi saya . Dan saya diminta untuk kirimkan Riwayat Hidup saya. Kemudian sayapun kirim CV tersbut.

Tidak lama kemudian saya diberitahu kalau saya diterima sebagai Technical Delegate. Tapi saya minta agar dikirimkan surat penunjukkan secara resmi dulu agar saya persiapkan diri seperti Passport saya yang sudah kadaluwarsa 2015 lalu.
Kemudian setelah terima copy surat tersbut sayapun mengurus Passpor yang ada cerita tersendiri.


Senin, 27 Maret 2017

Akhirnya Maesa Paskah diundur ke Agustus 2017

Jakarta, 27 Maret 2017. Ada suatu kejadian yang cukup melegakan didalam perebutan waktu pelaksanaan turnamen nasioal yunior di Indonesia. Awalnya keinginan selenggarakan turnamen nasional yunior di Manado dilakukan rekan rekan yang tergugah ingin bangitkan tenis di Sulawesi Utara, sehingga didaftarkan ke PP Pelti untuk tanggal 28-30 April 2017.
Kemudian dalam rapat PB POR Maesa di Jakarta juga dilontarkan keinginan mengalakkan pertenisan Sulawesi dikota Palu, dan rapat yang dipimpin oleh Ketua Umum PB POR Maesa disebutkan waktunya setelah Lebaran  yaitu awal Juli 2017.

Minggu, 05 Maret 2017

Repot Juga kalau sudah alergi

Jakarta, 5 Maret 2017. Tidak mudah untuk meyakini rekan rekan asal Sulawesi Utara di Jakarta jika rencana bangkitkan tenis di Sulawesi Utara bisa terealiser. Awalnya sambutan sudah terjadi dan langsunglah dilakukan rapat rapat persiapan yang belum pernah lengkap kehadiran rekan rekan ini. Maklum ini di Jakarta.
Awalnya disepekati judul kegiatan di Manado adalah Kejurnas Yunior; Veteran Kawanua Tennis Club ; Pengda Pelti Sulut. Sebenarnya menurut saya judul ini terlalu panjang sehingga akan alami kesulitan dalam publikasinya. Tapi karena keputusan rapat yang hadir rekan rekan tenis Kawanua ini sudah menyetujuinya maka sampai saat itu judul ditetapkan.


Tetapi melihat perkembangan selanjutnya maka timbul keinginan merubah judul turnamen tersebut karena persyaratan peserta telah berubah khusus untuk veterannya yang awalnya harus ada unsur Sulawesi Utara ( sebenarnya dalam rapat2 sebelumnya sudah diingatkan karena persyaratan yang diberikan oleh penanggung jawab tersebut BN agak ribet dalam pelaksanaannya). Tapi sebelumnya begitu meyakinkan karena merasa sudah lebih berpengalaman sehingga saya yang selama ini hanya mengkhususkan yunior tidak banyak komentar. Jadi agar bisa mengakomodir semua keinginannya yang juga merupakan gagasannya maka saya bisa terima.

Memang kalau dalam adu bicara saya lebih banyak diam saja walaupun ada yang janggal dengan alasan menghormati saja yang muda muda punya keinginan walaupun tahu banyak kelemahannya. Saya lebih baik banyak menulis dari pada berbicara karena kuatir darah tinggi bisa naik..

Sabtu, 04 Maret 2017

Persahabatan bisa putus karena Pilkada

Jakarta, 3 Maret 2017. Saat ini dimasyarakat kita penuh dengan intrik intrik negatip khususnya menjelang Pilkada di Jakarta. Pengaruhnya cukup besar sehingga banyak peristiwa peristiwa  yang saling curiga bahkan pertemanan mulai kendor. Unsur politik begitu besar sehingga ketika membaca tulisan disosmed ada kekuatiran apakah ini berita benar atau hoax yang sedang populernya. begitu juga saya coba berdiskusi setiap ada kesempatan di lapangan tenis jika ada turnamen sehingga tahu mana rekan yang sangat fanatik terhadap isu isu yang sedang berkembang. Dalam kesempatan lainnya dalam percakapan di WA saya pernah terima teguran dari rekan baik yaitu dengan kata kata 

" Opa tidak merasakan perasaan kaum Moeslim. Karena Opa Non Moeslim"  Begitu ngototnya rekan saya ini ketika saya katakan ini karena masalah Pilkada sehingga terjadi begitu ngototnya bagi yang kontra. Tetapi tetap tidak diakui kalau itu masalah politik.

Wow sampai begitunya masalah kasus Ahok menjadi perbincangna secara nasional bahkan internasional. Pro Kontra sudah biasa dalam kehidupan sehari hari. Tapi karena saya bukan seorang politikus maka masalah politik ini .

Kamis, 16 Februari 2017

Kesempatan Lari dari Tanggung Jawab

Jakarta, 17 Februari 2017. Jika tahun lalu banyak cerita  muncul yang dimintakan oleh masyarakat tenis agar ada perubahan didalam kepengurusan PP Pelti periode 2012-2017. Karena prestasinya sudah tidak bisa dipertanggung jawabkan. Maka muncullah keinginan agar ada Munaslub Pelti saat itu.
Nah, saat itu muncullah pertanyaan siapa kandidat yang dijagokan oleh masyarakat tenis. Ada yang menjagokan mantan Humas PB Pelti (1986-1990). Tetapi disisi lain muncul lagi usulan datang dari mantan Ketua Umum PB Pelti ( 1998-2002 ) yang menjagokan Dirut Pertamina saat itu yang juga mantan Ketua Pengda Pelti Sumatra Barat dan Pengda Pelti Jawa Timur.

Ternyata Tim Davis Cup ada Masalah

Jakarta, 17 Februari 2017. Sebelum pertandingan Davis Cup antara Indonesia dan Filipina, saya mendapatkan pertanyaan dari rekan2 melalui WA setelah ada pemberitaan tik Indonesia yang terdiri dari David Agung Susanto, Sunu Wahyu Trijati, Aditya Hari Sasongko, Anthony Susanto dengan didampingi oleh Suharyadi selaku pelatih kepala tim nasional. Untuk diketahui ada perubahan bentuk dalam penanganan tim nasional yang dulu terdiri dari Goenawan Tedjo menggantikan Donald Wailan Walalangi selaku High Performance Director diikuti Andrian Raturandang selaku pelatih tim putra ( menggantikan Roy Therik) diikuti pelatih tim putri Sri Utaminingsih. Kemudian diubah menjadi Pelatih Kepala Suharyadi diikuti kedua pelatih yang tidak dirubah.

Selasa, 24 Januari 2017

Evaluasi Kejurnas dan Munas Baveti 2016

Jakarta, 24 Januari 2017. Mengingat kembali sewaktu pelaksanaan Munas Baveti 2016 dan Kejurnas Baveti 2016 di lapangan tenis Klub Elite Epicentrum Rasuna Jakarta, maka saya sebenarnya ingin menunggu rapat evaluasi pelaksanaannya. Tetapi ternyata belum juga dilaksanakan tetapi diberitakan kalau pembubaran Panpel sudah dilaksanakan. Masalah ini menurut saya sangat penting karena kesan negatip harus segera dikembalikan menjadi positip. Karena Baveti yang dikenal sebagai Badan Veteran Tenis Indonesia yang sekarang sejak Munas 2016 berubah nama menjadi Barisan Atlet Veteran Tenis perlu ditegakkan. Ya, karena sudah masuk kedalam kepengurusan tentunya Baveti itu harus dijaga nama baiknya.
Sebelumnya sudah tahu kalau mengurus petenis Veteran tidak semudah mengurus Junior yang juga cukup ribet karena ikut campurnya orangtua maupun pelatih.

Senin, 23 Januari 2017

Keterlibatan di Baveti

Jakarta, 23 Januari 2017. Saya mencoba mencatat kembali keterlibatan saya di Baveti sampai saat ini.  Sewaktu diundang langsung oleh Ketua Umum Baveti Theo L Sambuaga untuk ikut membantu dalam kepengurusan Pengurus Pusat Badan Veteran Indonesia yang saat itu masih jadi satu dengan PP Pelti. Kurang lebih 2 tahun lalu. Sayapun tidak bisa menolak karena waktu itu Theo L Sambuaga dari Manado tilpon dalam rangka mau menikahkan putranya di Jakarta, jadi perlu alamat rumah untuk dikirimkan undangannya. Tetapi setelah itu Theo langsung mengajak saya untuk duduk dalam kepengurusan PP Baveti atau melengkapi susunan pengurus yang ada. Saya tahu Baveti itu sidah lama dalam kepengurusan PP Pelti.
Dan rekan saya sendiri juga duduk didalam kepengurusan PP Baveti sebagai Sekretaris Umum, dan sering cerita ( curhat) kejadian kejadian didalam kepengurusan tersebut dimulai saat pelaksanaan Kejurnas Baveti tahun 2014 dalam rangka HUT Kemerdekaan RI dibulan Agustus. Jadi situasi didalamnya sudah ada bayangannya.

Kamis, 19 Januari 2017

Mari Galakkan Tenis dari Turnamen

Jakarta, 20 Januari 2017. Saya teringat disaat tahun 1989 sudah mendapatkan tugas di kepengurusan Pelti disaat ketua umumnya Moerdiono (alm). Terima kalender turnamen di Australia itu sudah tercantum sekitar 100 turnamen yunior dalam setahun. Oleh karena itu langsung bertekadi Indonesia harus bisa juga meniru negara tetangga yang tenisnya jauh lebih maju daripada Indonesia.
Itulah awal dari "kegilaan" saya agar makin banyak turnamen di Indonesia, baik waktu masih duduk dikepengurusan maupun setelah diluar kepengeurusan PP Pelti.

Setelah bisa kembangkan turnamen dipulau Jawa, maka teringat sewaktu masa muda bermain tenis diluar Jawa yaitu Bali, Singaraja dimana tenis mulai saya kenal karena orangtua sendiri sebagai petenis mewakili Nusa Tenggara diajang PON II Jakarta-PON IV Makassar

Rabu, 18 Januari 2017

AFR Mau Dituntut Ke Polisi Pencemaran Nama Baik

Jakarta, 18 Januari 2017. Ada satu kasus yang perlu saya catat disini ditahun 2016 yang belum saya catat. Ketika itu sedang kalau tidak salah bulan Agustus 2016 . Dalam grup WA yang saya bentuk dengan tujuan untuk saling berikan informasi tentang tenis rencana awalnya tetapi kadang kala dimanfaatkan untuk berbicara agama. Mengingatkan akan Tuhan dari masing masing Agama. Ada yang protes dan ada juga yang setuju. Tetapi yang ingin saya angkat adalah satu peristiwa dimana saya buat statement di Forum Komunitas Tenis

" Ada yang aneh hari ini babak final ganda campuran....kong x  kong." kira kira begitu. Kemudian dapat sambutan dari rekan rekan lainnya, maksud dan tujuan statement tersebut. Tetapi saya becandain saja karena bahasa Manado Kong x Kong itu artinya berbeda dengan Kong Kali Kong secara Bahasa Indonesia.

Diluar dugaan  ada tanggapan lain dari grup WA lain yang saya buat juga. Yang menyatakan minta klarifikasi statemen saya tersebut. Dia mengakunya kalau dia itu tim manajer Tenis Papua di PON XIX 2017 Ketika baca permintaan klarifikasi tersebut saya sedang nyetir mobil dijalan sehingga belum ada waktu untuk segera menjawabnya.

Tidak lama kemudian karena saya tdak menjawab muncul pernyataannya kira kira sebagai berikut. Nanti Senin (karena hari itu kalau tidak salah hari Jumat) akan dilaporkan kepada Ketua (mungkin maksudnya Ketua Pengda) dan Kapolda yang akan bertemu, sebagai tuntutan mencemarkan nama baik. 
Wow, keren. Baru kali ini saya mau dituntut gara gara pencemaran nama baik. Ini lagi hangat hangatnya UU IT sedang disosialisasikan dan banyak kejadian tuntutan tuntutan pelanggaran UU IT.

Pro Kontra Prize Money Turnamen Yunior ( 3 )

Jakarta, 18 Januari 2017.  Dalam beberapa hari ini saya sempat berkomunikasi melalui WA dengan rekan rekan didaerah. Baik yang sudah pernah kenal maupun yang belum kenal. Biasanya kalau yang duduk di Pengda sebagian besar masih atau sudah kenal sama saya. Tetapi bukan berarti saya tidak berkomunikasi dengan rekan rekan di Pengcab Pelti. Tetap ada.
Ada yang menarik dalam komunikasi minggu ini Karena saya bertanya mengapa daerahnya minim turnamen (bukan berarti tidak ada, karena dalam catatan saya setahun kira2 1-2 turnamen). Yaitu ada pengakuan kalau didaerahnya (Sumatra), diutamakan ada hadiah prize money untuk turnamen yunior.

Dalam hal ini saya hanya sampaikan masalah ketentuan yang dibuat oleh Pelti maupun ITF dan tentunya ITF buat ketentuan ada tujuannya.

Saya juga katakan kalau daerah tetangganya itu juga sering kemukakan kalau berminat adakan turnamen nasional. Tetapi menurut saya hanya lip service saja, Faktanya sudah ada 3 orang dari 3 kota yang kemukakan sejak 2 tahun silam. Realisasinya tidak ada. Bukan masalah bagi saya.

Pengamatan saya juga sering mendengar adanya turnamen yunior tetapi bukan TDP sehingga bebas mau berikan hadiah sesuai kehendak hatinya sendiri. Tetapi saya juga kemukakan kalau yang selenggarakan adalah Pengcab Pelti ataupun Pengda Pelti maka saya hanya bisa katakan disayangkna. Kalau PP Pelti tidak mungkin berikan hadiah uang karena berarti memberi contoh pelanggarannya.

Pro Kontra Prize Money Turnamen Yunior (2)

Jakarta, 18 Januari 2017. Kira kira bulan Desember 2016 saya sempat bertemu dengan Ketua Bidang Pembinaan Junior PP Pelti Aga Soemarno dilapangan tenis Hotel Sultan disaat ada kejuaraan nasional tenis (PGN).

Ada satu pernyataan dari Aga masalah prestasi petenis yunior Indonesia, Yang dipermasalahkan adalah mindset para orangtua kita, Yaitu tidak bisa membedakan masalah junior dan senior. Kalau junior tentunya tidak boleh ada hadiah uang tetapi kalau senior tentunya hadiahnya adalah uang. Akibatnya sering kali yang dicari adalah turnamen berhadiah uang yang  beredar diluar jangkauan Pelti. Tetapi bagi para orangtua yang mengejar prestasi tentunya bukan turnamen tersebut yang dikejar, kecuali pada waktu itu tidak ada jadwal turnamen TDP.

Saya cukup senang melihat tanggapan dari pihak Pelti yang masih menghormati masalah ketentuan yang sudah dibuat oleh Pelti sendiri. Yang jadi masalah apakah rekan rekan lainnya khususnya dari bidang pertandingan masih awas terhadap kegiatan yang melanggar ketentuan TDP tersebut. 

Menurut saya pribadi dari yang tugasnya mengawasi pertandingan pertandingan resmi tidak ada waktu atau tidak mau tahu (tentunya beda) terhadap pengawasan turnamen turnamen yunior. Tetapi ada juga yang rajin hadir diturnamen junior apalagi diluar kota kemudian ditanggung segala galanya, tetapi kagak ngerti tentang ketentuan TDP tersebut. Kelihatannya hanya plangak plongok saja demikian cerita rekan rekan lainnya terhadap dirinya ketika saya tanyakan siapa yang hadir dari PP Pelti.

Pro Kontra Prize Money Turnamen Yunior ( 1)

Jakarta, 18 Januari 2017. Ada suatu masalah mendasar terjadi dipertenisan yunior Indonesia. Masalah tersebut kelihatannya sepele tetapi ini mendasar. Pernah juga dalam suatu rapat kecil sekelompok masyarakat tenis dikalangan klub Maesa di Jakarta. Oleh salah satu rekan mantan petenis yunior yang pernah menjadi petenis daerah memberikan suatu pernyataan yang dalam rapat tersebut sedang membicarakan rencana selenggarakan turnamen nasional yunior di Manado. Karena letaknya di Manado maka butuh beaya besar kalau mau ikut. Sehingga timbul gagasan agar menarik perhatian peserta maka diberikan hadiah besar dalam bentuk uang cash. Disini saya tentang dengan punya dasar kuat yaitu Ketentuan TDP.

" Sudah bukan jamannya lagi kalau bikin turnamen yunior tanpa hadiah uang. Karena jaman sudah berubah." Begituah pernyataan tersebut muncul. Kemudian saya kemukakan ini masalah aturan atau peraturan resmi dari Persatuan Tenis seluruh Indonesia (PELTI) yang dikenal dengan Ketentuan Turnamen Diakui Pelti (TDP)

Memang dibantah dengan alasan kalau kita sekarang harus mengikuti perkembangan jaman sehingga aturan tersebut sudah waktunya diganti. Sayapun kemukakan kalau ITF masih belum merubah aturan tersebut dan tentunya ITF buat ketentuan berdasarkan riset bukan seperti kita disini tidak pernah lakukan riset. Justru saya lebih cenderung kalau diberikan hadiah dalam bentuk barang yang berharga seperti kalung atau gelang yang berharga. Karena kalau hanya berikan uang cash, berapa sih kemampuan penyelengara berikan hadiah uang cash.Paling paling sekitar Rp 100.000-300.000. Nah, apakah nilai tersbut berkesan bagi sang atlet yang sudah bersusah payah bertanding diterik matahari kemudian bawa pulang uang sebesar itu kemudian dipakai makan diluar langsung ludes. Akibatnya tidak ada kesan yang bisa dirasakan setelah lelah mencapai prestasi tersebut.

Selasa, 17 Januari 2017

Weakness AFR ternyata juga bisa menjadi Strength

Jakarta, 18 Januari 2017. Dalam percakapan saya dengan rekan bisnis sewaktu masih diluar Pelti , saya sempat berbincang bincang dan diapun sempat bertanya, apa yang saya dapatkan selama ngurus tenis di Pelti. Jawaban saya cukup singkat, yaitu Kepuasan.
.
Nah, kalau sudah itu jawabannya maka sudah tidak ternilai lagi sehingga sulit dijabarkan.

Memang sudah ada rekan rekan yang ikut bantu dalam menjalankan RemajaTenis karena selama saya duduk di Pelti rasanya kurang etis kalau saya yang jalankan sendiri, maka saya serahkan ada rekan yang mau bantu dan karena ada waktu. Dari 2009 sampai saya lengser di Pelti akhir 2012, rekan tersebut sanggup menjalankan dengan baik. Saya salut. 

Tetapi selama dalam perjalanannya sering ada perbedaan pendapat. Karena dia selaku orang luar berpikiran bisnis, sedangkan saya jelas jelas tidak selalu. Jadi masih ada idealisnya sehingga sering muncul perbedaan pendapat. Sebagai contoh, jika ada atlet dimata saya perlu dapat bantuan dalam bentuk free entry fee nya maka saya berikan. Jadi setiap kota ada saja yang kami berikan free entry fee sehingga bisa bertanding. Hal seperti ini tentunya secara bisanis tidak menguntungkan.

Kenapa Bisa Ada RemajaTenis diluar Jawa

Jakarta, 18 Januari 2017. Kalau melihat peta Indonesia yang terdiri dari 34 Provinsi maka kesimpulannya sebenarnya animo tenis cukup besar. Dari 34 Provinsi tersebut yang sudah pernah saya lihat sarana lapangan tenisnya yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Kepri, Jambi, Bengkulu, Sumsel, Lampung dan Bangka Belitung. Jadi seluruh Sumatra sudah pernah saya lihat bukan hanya di Ibukota Provinsi tetapi juga sampai ke kabupatennya, seperti Sumbar yaitu Payakumbuh, kemudian Riau sampai Kab Pelalawan, dan Sumsel ada 3 tempat yaiti Baturaja. Tanjung Enim/Muara Enim,Sekayu  Muba,. Lampung bahkan ke Kabupaten Lampung Tengah. 

Sedangkan Kalimantan seluruh provinsi sudah pernah saya lihat fasilitas fasilitasnya. Kalau Sulawesi hanya Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat belum terjangkau. Maluku dan  Maluku Utara sudah dikunjungi.. Begitu juga Papua dan Papua Barat sudah pernah lihat. Provinsi lainnya hanya Nusa Tengara Timur yang belum terjangkau.

Artinya dari seluruh Provinsi tersebut kecuali NTT saya belum pernah lihat sebenarnya punya kemampuan untuk selenggarakan turnamen tenis yunior. Hanya yang jadi pertanyaaan sekarang apakah mereka juga memilikinya. Kalau sepanjang ini seluruh provinsi pernah kirimkan atlet yuniornya ikuti turnamen yang saya prakarsai yaitu RemajaTenis.

Mungkin ingin diketahui kenapa saya bisa sampai ke Papua. Tahun 2013 disaat saya sudah tidak menjabat di PP Pelti justru banyak dapat rekan2 yang belum pernah saya kenal dan mayoritas tidak melalui rekan di Pelti setempat. Nanti setelah rampung perencanaan maka saya memperkenalkan diri ke Pelti setempat yaitu Pengcab Peltinya karena mayoritas tidak mengenal saya. Beda dengan rekan di Pengda sudah banyak yang kenal.

Senin, 16 Januari 2017

Jangan cari Makan di Tenis

Jakarta, 17 Januari 2017. Dalam suatu percakapan dengan salah satu orangtua atlet peserta AFR RemajaTenis , muncul suatu kekuatiran dari yang bersangkutan tentang hasil pemantauannya didalam grup WA masalah cari untung di Tenis.

Memang saya sering baca keluhan atau ocehan bagi masyarakat tenis yang diungkapkan kepada masyarakat adalah janganlah cari untung di tenis. Yang sebenarnya ditujukan kepada anggota Pengurus PELTI.

Memang konotasinya sangat negatip sekali.Tetapi saya tetap berpikiran positip saja  karena motivasi yang berbicara masalah ini dan sering digembar gemborkan itu lupa diri atau seharusnya mengaca dulu.  Disini saya mau bedakan dari percakapan tersebut. Jangan cari untung jika selenggarakan turnamen. Nah, pengalaman selama ini sejak duduk aktip di kepengurusan Pelti sejak 1987, ternyata hasil turnamen itu selalu berlebihan sehingga dari turnamen bisa mendanai bidang pembinaan.

Bisa dibayangkan saat th 1988 ada eksibisi Michael Chang di Istora Pelti meraup keuntungan Rp 200 juta saat itu. Begitu juga disaat saya dipercayakan memegang Circuit Administrator Green Sands Satellite Circuit menggantikan rekan saya sendiri Benny Mailili ( alm), karena selama 2 tahun panpel kekurangan dananya. Waktu itu Presdir PT Multi Bintang adalah Tanri Abeng yang juga duduk sebagai bidang Dana PB Pelti (1986-1990), karena tahu pengeluaran hanya sekitar Rp 180 juta maka dana yang diberikan juga sama Rp 180.juta. Sayapun saat itu langsung memikirkan agar bisa lebih yang sebagai hasil keseluruhannya. Maka ketika dipelajari sektor sektor expense nya maka muncul idea agar tidak defisit. Bayangkan expense setahun lalu Rp 180 juta maka tahun berikutnya hanya diberi Rp 180 juta. juga dari sponsor Multi Bintang. Maka mulailah cari kerjasama seperti beaya tiket pesawat terbang untuk Referee , Circuit administrator, Wasit dari Jakarta. Maka kerjasama dengan Garuda Indonesia, maka beaya tiketpun bisa free. Setelah selesai maka hasilnya ada dana lebih Rp 20 juta. Nah, tahun berikutnya oleh sponsor hanya diberi Rp 160 juta sesuai pengeluaran setahun sebelumnya. Maka dicari akal lagi agar bisa tidak defisit. Dan berhasil juga bisa menekan beaya dan ada uang lebih sekitar Rp 10-20 juta. Jadi kalau buat turnamen itu harus untung. 

Kepercayaan diberikan untuk menjadi Technical Delegate di Kuala Lumpur

Jakarta, 16 Nopember 2016. Teringat pula satu peristiwa ketika diminta sebagai Technical Delegate Asean Para Games 2017 di Kuala Lumpur. Awalnya saya terima permintaan dari salah satu rekan Dr. Nino S yang duduk di Asean Para Sport Federation yang membawahi Para Sport di Asean. Terakhir kali ketemu dan berkenalan pertama kali di Solo sewaktu ada Asean Para Games 2011.

Waduh, sudah lama tidak buka file masalah Para Games. Tetapi dengan yakin katakan semua itu bisa didapat melalui internet. Kemudian saya dikirimkan blanko formulir untuk nominasi Technical Delegate tersebut.

Setelah lengkapi formulir tersebut dengan cantumkan seabreg abreg pengalaman urus tenis,  pengalaman sebagai Technical Delegate Nasional di Pekan Olahraga Nasional 2004 di Palembang, kemudian PON 2008 Kaltim di Balikpapan dan terakhir di PON Riau 2012. Disamping itu sebagai Ketua Panpel SEA Games 2011 untuk SoftTennis dan juga Ketua Panpel Asean Para Games 2012 di Solo untuk Wheelchair Tennis. Tapi ini untuk internasional berbeda juga.

Dalam hati saya kenapa tidak melalui PP Pelti ya, karena sepengetahuan saya Pelti juga ikut selenggarakan WCT coaching clinic ditahun 2013 sedangkan saya sebelumnya sudah beberapa kali ikut dalam pelaksanaan WCT coaching clinic di Jakarta, Malang, Jogja dll.

22 Jam Setir Mobil Bengkulu ke Jakarta

Jakarta, 16 Januari 2017. Saat sakit selama Tahun Baru 2017 teringat kembali apa saja yang sudah dilakukan ditahun 2016 lalu. Teringat dibulan Nopember 2016 disaat menggelar Kejurnas Bupati Lahat dikota Lahat Sumatra Selatan. Perjalanan ke Lahat dari Jakarta mengunakan kendaraan pribadi dan sempat nginap di Bandar Jaya Lampung Tengah kemudian esok hari berangkat ke Lahat melalui Baturaja dan Tanjung Enim. Turnamen bisa berjalan baik karena kerjasama yang baik antara tuan rumah dengan tim RemajaTenis.

Yang menarik adalah perjalanan dari Lahat ke Bengkulu karena keinginan tahu tentang Bengkulu yang merupakan satu satunya prrovinsi di Sumatra yang belum pernah dikunjungi
Dari Lahat ada dua jalan yang bisa digunakan ke Bengkulu yaitu mellaui Pagar Alam yang terkenal dengan pemandangan pegunungannya dan juga lewat Lubuk Linggau

Tetapi ada anjuran agar tidak lewat Pagar Alam karena sering ada preman preman dijalan terutaa melihat mobil plat Jakarta sering kena palak. Jadi lewat Lubuk Lingau. Tiba kurang lebih 7 jam , jam 15.30 tiba dilapangan tenis Bengkulu yang ada latihan petenis yuniorya. Sempat ketemu dengan Dahlius pelatih Bengkulu bersam apetenis yuniornya. Malamnya istrahat tetapi sempat berjumpa dengan salah satu pelaku tenis yang sudah saya kenal melalui telpon tetapi secara fisik belum pernah ketemu. Rekan ini namnya Untung. Teringat dulu saat Untung mau selenggarakan turnamen tetai dihambat oleh Pengda Pelti Bengkulu. Maunya Pengda agar Pengda selaku penyelenggara bukan pihak luar. Ketika mereka laporkan kepada AFR yang saat itu wakil Sekjen PP Pelti langsung ambil tindakan agar langsung saja ke PP Pelti. Karena sesuai Ketentuan TDP nmenyatakan siapa saja bisa selenggarakan Turnamen. Seharusnya Plti berterima kasih jika ada pihak ketiga mau membantu salah satu program Pelti tanpa dimintain dana.

Setelah menginap di Bengkulu maka perjalanan diilanjutkan ke Jakarta melalui Lampung dan lewat Taman Nasional Bukit Bariisan yang cukup lebat. Tetapi saat itu saya dianjurkan agar sebelum pukul 17.00 sudah lewat Taman Nasinonal Bukit Barisan karena kalau sudah malam akan ketemu Gajah ataupun Harimau. Waduh,deg degan juga seaktu nyetir ingin cepat cepat lewati hutan Taman Nasional tersbut. Tiba jam 15.00 di Taman Nasional Bukit Barisan dan ketemu hanya monyet2 dipinggir jalan.
Pemandangan Lampung Barut denga PPesisir Pantai Lampung Baratnya cukup indah, hanya saja jalannya rusak skali sehigga harus pelan pelan agar mobil tidak rusak.
Karena jalannya sudah malam masuk Lampung Utara lewat Liwa sudah malam dan tiba di Bakauheni sdah lewat jam 24.00.
Puji Tuhan bisa tiba dirumah pukul 08.30 artinya hanya 22 jam perjalanan dengan istrahat dikapal pemyeberangan selama kurang lebih 1,5 jam saja. Tetapi sampai rumah badan masih segar juga akibat sudah bisa tidur puas 1,5 jam dikapal.

Sabtu, 14 Januari 2017

Malam Tahun Baru 2017 ditempat tidur akibat SAKIT

Jakarta, 15 Januari 2016. Setelah lama tidak memanfaatkan blogger ini akibat kesibukan menguppdate blogger remajatenis, hari ini baru mulai diawal tahun baru 2017 mengisis kembali blogger ini. 
Teringat sehari sebelum tutup tahun setelah kembali dari perjalnan darat naik kendaraan sendiri tiba di rumah kurang lebih pukul 09.00 31 Desember 217 tiba tiba badan sakit. Diajak tidu tidak bisa bergerak karena sakit. Waduh kena apa ya. Langsung timbul pikiran kalau ketimpa Low Back Pain atau dikenal dengan LBP. Pinggang kena sepertti kalau syaraf kejepit. Ini sakitnya bukan main. Ditempat tidur bergerk sedikit sudah sakitn