Selasa, 24 Januari 2017

Evaluasi Kejurnas dan Munas Baveti 2016

Jakarta, 24 Januari 2017. Mengingat kembali sewaktu pelaksanaan Munas Baveti 2016 dan Kejurnas Baveti 2016 di lapangan tenis Klub Elite Epicentrum Rasuna Jakarta, maka saya sebenarnya ingin menunggu rapat evaluasi pelaksanaannya. Tetapi ternyata belum juga dilaksanakan tetapi diberitakan kalau pembubaran Panpel sudah dilaksanakan. Masalah ini menurut saya sangat penting karena kesan negatip harus segera dikembalikan menjadi positip. Karena Baveti yang dikenal sebagai Badan Veteran Tenis Indonesia yang sekarang sejak Munas 2016 berubah nama menjadi Barisan Atlet Veteran Tenis perlu ditegakkan. Ya, karena sudah masuk kedalam kepengurusan tentunya Baveti itu harus dijaga nama baiknya.
Sebelumnya sudah tahu kalau mengurus petenis Veteran tidak semudah mengurus Junior yang juga cukup ribet karena ikut campurnya orangtua maupun pelatih.

Senin, 23 Januari 2017

Keterlibatan di Baveti

Jakarta, 23 Januari 2017. Saya mencoba mencatat kembali keterlibatan saya di Baveti sampai saat ini.  Sewaktu diundang langsung oleh Ketua Umum Baveti Theo L Sambuaga untuk ikut membantu dalam kepengurusan Pengurus Pusat Badan Veteran Indonesia yang saat itu masih jadi satu dengan PP Pelti. Kurang lebih 2 tahun lalu. Sayapun tidak bisa menolak karena waktu itu Theo L Sambuaga dari Manado tilpon dalam rangka mau menikahkan putranya di Jakarta, jadi perlu alamat rumah untuk dikirimkan undangannya. Tetapi setelah itu Theo langsung mengajak saya untuk duduk dalam kepengurusan PP Baveti atau melengkapi susunan pengurus yang ada. Saya tahu Baveti itu sidah lama dalam kepengurusan PP Pelti.
Dan rekan saya sendiri juga duduk didalam kepengurusan PP Baveti sebagai Sekretaris Umum, dan sering cerita ( curhat) kejadian kejadian didalam kepengurusan tersebut dimulai saat pelaksanaan Kejurnas Baveti tahun 2014 dalam rangka HUT Kemerdekaan RI dibulan Agustus. Jadi situasi didalamnya sudah ada bayangannya.

Kamis, 19 Januari 2017

Mari Galakkan Tenis dari Turnamen

Jakarta, 20 Januari 2017. Saya teringat disaat tahun 1989 sudah mendapatkan tugas di kepengurusan Pelti disaat ketua umumnya Moerdiono (alm). Terima kalender turnamen di Australia itu sudah tercantum sekitar 100 turnamen yunior dalam setahun. Oleh karena itu langsung bertekadi Indonesia harus bisa juga meniru negara tetangga yang tenisnya jauh lebih maju daripada Indonesia.
Itulah awal dari "kegilaan" saya agar makin banyak turnamen di Indonesia, baik waktu masih duduk dikepengurusan maupun setelah diluar kepengeurusan PP Pelti.

Setelah bisa kembangkan turnamen dipulau Jawa, maka teringat sewaktu masa muda bermain tenis diluar Jawa yaitu Bali, Singaraja dimana tenis mulai saya kenal karena orangtua sendiri sebagai petenis mewakili Nusa Tenggara diajang PON II Jakarta-PON IV Makassar

Rabu, 18 Januari 2017

AFR Mau Dituntut Ke Polisi Pencemaran Nama Baik

Jakarta, 18 Januari 2017. Ada satu kasus yang perlu saya catat disini ditahun 2016 yang belum saya catat. Ketika itu sedang kalau tidak salah bulan Agustus 2016 . Dalam grup WA yang saya bentuk dengan tujuan untuk saling berikan informasi tentang tenis rencana awalnya tetapi kadang kala dimanfaatkan untuk berbicara agama. Mengingatkan akan Tuhan dari masing masing Agama. Ada yang protes dan ada juga yang setuju. Tetapi yang ingin saya angkat adalah satu peristiwa dimana saya buat statement di Forum Komunitas Tenis

" Ada yang aneh hari ini babak final ganda campuran....kong x  kong." kira kira begitu. Kemudian dapat sambutan dari rekan rekan lainnya, maksud dan tujuan statement tersebut. Tetapi saya becandain saja karena bahasa Manado Kong x Kong itu artinya berbeda dengan Kong Kali Kong secara Bahasa Indonesia.

Diluar dugaan  ada tanggapan lain dari grup WA lain yang saya buat juga. Yang menyatakan minta klarifikasi statemen saya tersebut. Dia mengakunya kalau dia itu tim manajer Tenis Papua di PON XIX 2017 Ketika baca permintaan klarifikasi tersebut saya sedang nyetir mobil dijalan sehingga belum ada waktu untuk segera menjawabnya.

Tidak lama kemudian karena saya tdak menjawab muncul pernyataannya kira kira sebagai berikut. Nanti Senin (karena hari itu kalau tidak salah hari Jumat) akan dilaporkan kepada Ketua (mungkin maksudnya Ketua Pengda) dan Kapolda yang akan bertemu, sebagai tuntutan mencemarkan nama baik. 
Wow, keren. Baru kali ini saya mau dituntut gara gara pencemaran nama baik. Ini lagi hangat hangatnya UU IT sedang disosialisasikan dan banyak kejadian tuntutan tuntutan pelanggaran UU IT.

Pro Kontra Prize Money Turnamen Yunior ( 3 )

Jakarta, 18 Januari 2017.  Dalam beberapa hari ini saya sempat berkomunikasi melalui WA dengan rekan rekan didaerah. Baik yang sudah pernah kenal maupun yang belum kenal. Biasanya kalau yang duduk di Pengda sebagian besar masih atau sudah kenal sama saya. Tetapi bukan berarti saya tidak berkomunikasi dengan rekan rekan di Pengcab Pelti. Tetap ada.
Ada yang menarik dalam komunikasi minggu ini Karena saya bertanya mengapa daerahnya minim turnamen (bukan berarti tidak ada, karena dalam catatan saya setahun kira2 1-2 turnamen). Yaitu ada pengakuan kalau didaerahnya (Sumatra), diutamakan ada hadiah prize money untuk turnamen yunior.

Dalam hal ini saya hanya sampaikan masalah ketentuan yang dibuat oleh Pelti maupun ITF dan tentunya ITF buat ketentuan ada tujuannya.

Saya juga katakan kalau daerah tetangganya itu juga sering kemukakan kalau berminat adakan turnamen nasional. Tetapi menurut saya hanya lip service saja, Faktanya sudah ada 3 orang dari 3 kota yang kemukakan sejak 2 tahun silam. Realisasinya tidak ada. Bukan masalah bagi saya.

Pengamatan saya juga sering mendengar adanya turnamen yunior tetapi bukan TDP sehingga bebas mau berikan hadiah sesuai kehendak hatinya sendiri. Tetapi saya juga kemukakan kalau yang selenggarakan adalah Pengcab Pelti ataupun Pengda Pelti maka saya hanya bisa katakan disayangkna. Kalau PP Pelti tidak mungkin berikan hadiah uang karena berarti memberi contoh pelanggarannya.

Pro Kontra Prize Money Turnamen Yunior (2)

Jakarta, 18 Januari 2017. Kira kira bulan Desember 2016 saya sempat bertemu dengan Ketua Bidang Pembinaan Junior PP Pelti Aga Soemarno dilapangan tenis Hotel Sultan disaat ada kejuaraan nasional tenis (PGN).

Ada satu pernyataan dari Aga masalah prestasi petenis yunior Indonesia, Yang dipermasalahkan adalah mindset para orangtua kita, Yaitu tidak bisa membedakan masalah junior dan senior. Kalau junior tentunya tidak boleh ada hadiah uang tetapi kalau senior tentunya hadiahnya adalah uang. Akibatnya sering kali yang dicari adalah turnamen berhadiah uang yang  beredar diluar jangkauan Pelti. Tetapi bagi para orangtua yang mengejar prestasi tentunya bukan turnamen tersebut yang dikejar, kecuali pada waktu itu tidak ada jadwal turnamen TDP.

Saya cukup senang melihat tanggapan dari pihak Pelti yang masih menghormati masalah ketentuan yang sudah dibuat oleh Pelti sendiri. Yang jadi masalah apakah rekan rekan lainnya khususnya dari bidang pertandingan masih awas terhadap kegiatan yang melanggar ketentuan TDP tersebut. 

Menurut saya pribadi dari yang tugasnya mengawasi pertandingan pertandingan resmi tidak ada waktu atau tidak mau tahu (tentunya beda) terhadap pengawasan turnamen turnamen yunior. Tetapi ada juga yang rajin hadir diturnamen junior apalagi diluar kota kemudian ditanggung segala galanya, tetapi kagak ngerti tentang ketentuan TDP tersebut. Kelihatannya hanya plangak plongok saja demikian cerita rekan rekan lainnya terhadap dirinya ketika saya tanyakan siapa yang hadir dari PP Pelti.

Pro Kontra Prize Money Turnamen Yunior ( 1)

Jakarta, 18 Januari 2017. Ada suatu masalah mendasar terjadi dipertenisan yunior Indonesia. Masalah tersebut kelihatannya sepele tetapi ini mendasar. Pernah juga dalam suatu rapat kecil sekelompok masyarakat tenis dikalangan klub Maesa di Jakarta. Oleh salah satu rekan mantan petenis yunior yang pernah menjadi petenis daerah memberikan suatu pernyataan yang dalam rapat tersebut sedang membicarakan rencana selenggarakan turnamen nasional yunior di Manado. Karena letaknya di Manado maka butuh beaya besar kalau mau ikut. Sehingga timbul gagasan agar menarik perhatian peserta maka diberikan hadiah besar dalam bentuk uang cash. Disini saya tentang dengan punya dasar kuat yaitu Ketentuan TDP.

" Sudah bukan jamannya lagi kalau bikin turnamen yunior tanpa hadiah uang. Karena jaman sudah berubah." Begituah pernyataan tersebut muncul. Kemudian saya kemukakan ini masalah aturan atau peraturan resmi dari Persatuan Tenis seluruh Indonesia (PELTI) yang dikenal dengan Ketentuan Turnamen Diakui Pelti (TDP)

Memang dibantah dengan alasan kalau kita sekarang harus mengikuti perkembangan jaman sehingga aturan tersebut sudah waktunya diganti. Sayapun kemukakan kalau ITF masih belum merubah aturan tersebut dan tentunya ITF buat ketentuan berdasarkan riset bukan seperti kita disini tidak pernah lakukan riset. Justru saya lebih cenderung kalau diberikan hadiah dalam bentuk barang yang berharga seperti kalung atau gelang yang berharga. Karena kalau hanya berikan uang cash, berapa sih kemampuan penyelengara berikan hadiah uang cash.Paling paling sekitar Rp 100.000-300.000. Nah, apakah nilai tersbut berkesan bagi sang atlet yang sudah bersusah payah bertanding diterik matahari kemudian bawa pulang uang sebesar itu kemudian dipakai makan diluar langsung ludes. Akibatnya tidak ada kesan yang bisa dirasakan setelah lelah mencapai prestasi tersebut.

Selasa, 17 Januari 2017

Weakness AFR ternyata juga bisa menjadi Strength

Jakarta, 18 Januari 2017. Dalam percakapan saya dengan rekan bisnis sewaktu masih diluar Pelti , saya sempat berbincang bincang dan diapun sempat bertanya, apa yang saya dapatkan selama ngurus tenis di Pelti. Jawaban saya cukup singkat, yaitu Kepuasan.
.
Nah, kalau sudah itu jawabannya maka sudah tidak ternilai lagi sehingga sulit dijabarkan.

Memang sudah ada rekan rekan yang ikut bantu dalam menjalankan RemajaTenis karena selama saya duduk di Pelti rasanya kurang etis kalau saya yang jalankan sendiri, maka saya serahkan ada rekan yang mau bantu dan karena ada waktu. Dari 2009 sampai saya lengser di Pelti akhir 2012, rekan tersebut sanggup menjalankan dengan baik. Saya salut. 

Tetapi selama dalam perjalanannya sering ada perbedaan pendapat. Karena dia selaku orang luar berpikiran bisnis, sedangkan saya jelas jelas tidak selalu. Jadi masih ada idealisnya sehingga sering muncul perbedaan pendapat. Sebagai contoh, jika ada atlet dimata saya perlu dapat bantuan dalam bentuk free entry fee nya maka saya berikan. Jadi setiap kota ada saja yang kami berikan free entry fee sehingga bisa bertanding. Hal seperti ini tentunya secara bisanis tidak menguntungkan.

Kenapa Bisa Ada RemajaTenis diluar Jawa

Jakarta, 18 Januari 2017. Kalau melihat peta Indonesia yang terdiri dari 34 Provinsi maka kesimpulannya sebenarnya animo tenis cukup besar. Dari 34 Provinsi tersebut yang sudah pernah saya lihat sarana lapangan tenisnya yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Kepri, Jambi, Bengkulu, Sumsel, Lampung dan Bangka Belitung. Jadi seluruh Sumatra sudah pernah saya lihat bukan hanya di Ibukota Provinsi tetapi juga sampai ke kabupatennya, seperti Sumbar yaitu Payakumbuh, kemudian Riau sampai Kab Pelalawan, dan Sumsel ada 3 tempat yaiti Baturaja. Tanjung Enim/Muara Enim,Sekayu  Muba,. Lampung bahkan ke Kabupaten Lampung Tengah. 

Sedangkan Kalimantan seluruh provinsi sudah pernah saya lihat fasilitas fasilitasnya. Kalau Sulawesi hanya Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat belum terjangkau. Maluku dan  Maluku Utara sudah dikunjungi.. Begitu juga Papua dan Papua Barat sudah pernah lihat. Provinsi lainnya hanya Nusa Tengara Timur yang belum terjangkau.

Artinya dari seluruh Provinsi tersebut kecuali NTT saya belum pernah lihat sebenarnya punya kemampuan untuk selenggarakan turnamen tenis yunior. Hanya yang jadi pertanyaaan sekarang apakah mereka juga memilikinya. Kalau sepanjang ini seluruh provinsi pernah kirimkan atlet yuniornya ikuti turnamen yang saya prakarsai yaitu RemajaTenis.

Mungkin ingin diketahui kenapa saya bisa sampai ke Papua. Tahun 2013 disaat saya sudah tidak menjabat di PP Pelti justru banyak dapat rekan2 yang belum pernah saya kenal dan mayoritas tidak melalui rekan di Pelti setempat. Nanti setelah rampung perencanaan maka saya memperkenalkan diri ke Pelti setempat yaitu Pengcab Peltinya karena mayoritas tidak mengenal saya. Beda dengan rekan di Pengda sudah banyak yang kenal.

Senin, 16 Januari 2017

Jangan cari Makan di Tenis

Jakarta, 17 Januari 2017. Dalam suatu percakapan dengan salah satu orangtua atlet peserta AFR RemajaTenis , muncul suatu kekuatiran dari yang bersangkutan tentang hasil pemantauannya didalam grup WA masalah cari untung di Tenis.

Memang saya sering baca keluhan atau ocehan bagi masyarakat tenis yang diungkapkan kepada masyarakat adalah janganlah cari untung di tenis. Yang sebenarnya ditujukan kepada anggota Pengurus PELTI.

Memang konotasinya sangat negatip sekali.Tetapi saya tetap berpikiran positip saja  karena motivasi yang berbicara masalah ini dan sering digembar gemborkan itu lupa diri atau seharusnya mengaca dulu.  Disini saya mau bedakan dari percakapan tersebut. Jangan cari untung jika selenggarakan turnamen. Nah, pengalaman selama ini sejak duduk aktip di kepengurusan Pelti sejak 1987, ternyata hasil turnamen itu selalu berlebihan sehingga dari turnamen bisa mendanai bidang pembinaan.

Bisa dibayangkan saat th 1988 ada eksibisi Michael Chang di Istora Pelti meraup keuntungan Rp 200 juta saat itu. Begitu juga disaat saya dipercayakan memegang Circuit Administrator Green Sands Satellite Circuit menggantikan rekan saya sendiri Benny Mailili ( alm), karena selama 2 tahun panpel kekurangan dananya. Waktu itu Presdir PT Multi Bintang adalah Tanri Abeng yang juga duduk sebagai bidang Dana PB Pelti (1986-1990), karena tahu pengeluaran hanya sekitar Rp 180 juta maka dana yang diberikan juga sama Rp 180.juta. Sayapun saat itu langsung memikirkan agar bisa lebih yang sebagai hasil keseluruhannya. Maka ketika dipelajari sektor sektor expense nya maka muncul idea agar tidak defisit. Bayangkan expense setahun lalu Rp 180 juta maka tahun berikutnya hanya diberi Rp 180 juta. juga dari sponsor Multi Bintang. Maka mulailah cari kerjasama seperti beaya tiket pesawat terbang untuk Referee , Circuit administrator, Wasit dari Jakarta. Maka kerjasama dengan Garuda Indonesia, maka beaya tiketpun bisa free. Setelah selesai maka hasilnya ada dana lebih Rp 20 juta. Nah, tahun berikutnya oleh sponsor hanya diberi Rp 160 juta sesuai pengeluaran setahun sebelumnya. Maka dicari akal lagi agar bisa tidak defisit. Dan berhasil juga bisa menekan beaya dan ada uang lebih sekitar Rp 10-20 juta. Jadi kalau buat turnamen itu harus untung. 

Kepercayaan diberikan untuk menjadi Technical Delegate di Kuala Lumpur

Jakarta, 16 Nopember 2016. Teringat pula satu peristiwa ketika diminta sebagai Technical Delegate Asean Para Games 2017 di Kuala Lumpur. Awalnya saya terima permintaan dari salah satu rekan Dr. Nino S yang duduk di Asean Para Sport Federation yang membawahi Para Sport di Asean. Terakhir kali ketemu dan berkenalan pertama kali di Solo sewaktu ada Asean Para Games 2011.

Waduh, sudah lama tidak buka file masalah Para Games. Tetapi dengan yakin katakan semua itu bisa didapat melalui internet. Kemudian saya dikirimkan blanko formulir untuk nominasi Technical Delegate tersebut.

Setelah lengkapi formulir tersebut dengan cantumkan seabreg abreg pengalaman urus tenis,  pengalaman sebagai Technical Delegate Nasional di Pekan Olahraga Nasional 2004 di Palembang, kemudian PON 2008 Kaltim di Balikpapan dan terakhir di PON Riau 2012. Disamping itu sebagai Ketua Panpel SEA Games 2011 untuk SoftTennis dan juga Ketua Panpel Asean Para Games 2012 di Solo untuk Wheelchair Tennis. Tapi ini untuk internasional berbeda juga.

Dalam hati saya kenapa tidak melalui PP Pelti ya, karena sepengetahuan saya Pelti juga ikut selenggarakan WCT coaching clinic ditahun 2013 sedangkan saya sebelumnya sudah beberapa kali ikut dalam pelaksanaan WCT coaching clinic di Jakarta, Malang, Jogja dll.

22 Jam Setir Mobil Bengkulu ke Jakarta

Jakarta, 16 Januari 2017. Saat sakit selama Tahun Baru 2017 teringat kembali apa saja yang sudah dilakukan ditahun 2016 lalu. Teringat dibulan Nopember 2016 disaat menggelar Kejurnas Bupati Lahat dikota Lahat Sumatra Selatan. Perjalanan ke Lahat dari Jakarta mengunakan kendaraan pribadi dan sempat nginap di Bandar Jaya Lampung Tengah kemudian esok hari berangkat ke Lahat melalui Baturaja dan Tanjung Enim. Turnamen bisa berjalan baik karena kerjasama yang baik antara tuan rumah dengan tim RemajaTenis.

Yang menarik adalah perjalanan dari Lahat ke Bengkulu karena keinginan tahu tentang Bengkulu yang merupakan satu satunya prrovinsi di Sumatra yang belum pernah dikunjungi
Dari Lahat ada dua jalan yang bisa digunakan ke Bengkulu yaitu mellaui Pagar Alam yang terkenal dengan pemandangan pegunungannya dan juga lewat Lubuk Linggau

Tetapi ada anjuran agar tidak lewat Pagar Alam karena sering ada preman preman dijalan terutaa melihat mobil plat Jakarta sering kena palak. Jadi lewat Lubuk Lingau. Tiba kurang lebih 7 jam , jam 15.30 tiba dilapangan tenis Bengkulu yang ada latihan petenis yuniorya. Sempat ketemu dengan Dahlius pelatih Bengkulu bersam apetenis yuniornya. Malamnya istrahat tetapi sempat berjumpa dengan salah satu pelaku tenis yang sudah saya kenal melalui telpon tetapi secara fisik belum pernah ketemu. Rekan ini namnya Untung. Teringat dulu saat Untung mau selenggarakan turnamen tetai dihambat oleh Pengda Pelti Bengkulu. Maunya Pengda agar Pengda selaku penyelenggara bukan pihak luar. Ketika mereka laporkan kepada AFR yang saat itu wakil Sekjen PP Pelti langsung ambil tindakan agar langsung saja ke PP Pelti. Karena sesuai Ketentuan TDP nmenyatakan siapa saja bisa selenggarakan Turnamen. Seharusnya Plti berterima kasih jika ada pihak ketiga mau membantu salah satu program Pelti tanpa dimintain dana.

Setelah menginap di Bengkulu maka perjalanan diilanjutkan ke Jakarta melalui Lampung dan lewat Taman Nasional Bukit Bariisan yang cukup lebat. Tetapi saat itu saya dianjurkan agar sebelum pukul 17.00 sudah lewat Taman Nasinonal Bukit Barisan karena kalau sudah malam akan ketemu Gajah ataupun Harimau. Waduh,deg degan juga seaktu nyetir ingin cepat cepat lewati hutan Taman Nasional tersbut. Tiba jam 15.00 di Taman Nasional Bukit Barisan dan ketemu hanya monyet2 dipinggir jalan.
Pemandangan Lampung Barut denga PPesisir Pantai Lampung Baratnya cukup indah, hanya saja jalannya rusak skali sehigga harus pelan pelan agar mobil tidak rusak.
Karena jalannya sudah malam masuk Lampung Utara lewat Liwa sudah malam dan tiba di Bakauheni sdah lewat jam 24.00.
Puji Tuhan bisa tiba dirumah pukul 08.30 artinya hanya 22 jam perjalanan dengan istrahat dikapal pemyeberangan selama kurang lebih 1,5 jam saja. Tetapi sampai rumah badan masih segar juga akibat sudah bisa tidur puas 1,5 jam dikapal.

Sabtu, 14 Januari 2017

Malam Tahun Baru 2017 ditempat tidur akibat SAKIT

Jakarta, 15 Januari 2016. Setelah lama tidak memanfaatkan blogger ini akibat kesibukan menguppdate blogger remajatenis, hari ini baru mulai diawal tahun baru 2017 mengisis kembali blogger ini. 
Teringat sehari sebelum tutup tahun setelah kembali dari perjalnan darat naik kendaraan sendiri tiba di rumah kurang lebih pukul 09.00 31 Desember 217 tiba tiba badan sakit. Diajak tidu tidak bisa bergerak karena sakit. Waduh kena apa ya. Langsung timbul pikiran kalau ketimpa Low Back Pain atau dikenal dengan LBP. Pinggang kena sepertti kalau syaraf kejepit. Ini sakitnya bukan main. Ditempat tidur bergerk sedikit sudah sakitn