Jakarta, 5 Februari 2009. Selama berkecimpung dipertenisan Indonesia berbagai cemohan baik dalam bentuk caci maki langsung maupun tidak langsung tetapi melalui media lainnya seperti selama ini dialami August Ferry Raturandang di situs pelti (www.pelti.or.id) sering diterimanya karena menyadari sekali dalam kehidupan manusia selama bisa berbuat sesuatu maka tentunya ada yang pro dan kontra. Ini hal yang wajar wajar saja.
Bedanya jika melalui dunia maya melalui komentar2 yang ada disitus Pelti, terlihat jelas pelaku pelaku tenis sendiri tidak menyadari kalau tennis is a gentlemen sport. Sportifitas seharusnya diutamakan. Tetapi kenyataannya berbeda sekali dan harus juga dimaklumi. Karena pelaku pelaku seperti ini baru mengenal olahraga tenis sejak sudah menjadi "manusia". Artinya belum pernah merasakan kompetisi sewaktu masih jejaka atau yunior, sehingga tidak mengenal apa yang dimaksud dengan sportifitas.
August Ferry Raturandang dikatakan dalam salah satu komentar ditengah tengah gencarnya caci maki maupun tudingan tudingan fitnah, ibarat batu karang yang teguh. Tidak bergeming dengan macam-macam komentar tersebut .
Disaat usia mulai senja banyak cobaan muncul dari lingkungan pertenisan Indonesia. Yang menjadi pertanyaan, kenapa tetap tenang-tenang terus seperti tanpa ekspresi menghadapinya. Padahal dalam dirinya sudah ada penyakit darah tinggi . Ternyata sudah mempunyai resep khusus yang diracik sedemikian rupa sehingga segala virus maupun bakteri bakteri yang masuk masih bisa di treatment berdasarkan diagnosa yang ada . Inilah resep yang didapat dari milis tetangga.
Salah satu hal yang sering membuat energi kita terkuras adalah timbulnya rasa ketersinggungan diri. Munculnya perasaan ini sering disebabkan oleh ketidaktahanan kita terhadap sikap orang lain. Ketika tersinggung, minimal kita akan sibuk membela diri dan selanjutnya akan memikirkan kejelekan orang lain. Hal yang paling membahayakan dari ketersinggungan adalah habisnya amal kita. Efek yang biasa ditimbulkan oleh rasa tersinggung adalah kemarahan. Jika kita marah, kata-kata jadi tidak terkendali, stress meningkat, dan lainnya. Karena itu, kegigihan kita untuk tidak tersinggung menjadi suatu keharusan.Apa yang menyebabkan orang tersinggung? Ketersinggungan seseorang timbul karena menilai dirinya lebih dari kenyataan, merasa pintar, berjasa, saleh, tampan, dan merasa sukses. Setiap kali kita menilai diri lebih dari kenyataan bila ada yang menilai kita kurang sedikit saja akan langsung tersinggung. Peluang tersinggung akan terbuka jika kita salah dalam menilai diri sendiri. Karena itu, ada sesuatu yang harus kita perbaiki, yaitu proporsional menilai diri.
Teknik pertama agar kita tidak mudah tersinggung adalah tidak menilai lebih kepada diri kita. Misalnya, jangan banyak mengingat-ingat bahwa saya telah berjasa, saya seorang guru, saya seorang pemimpin, saya ini orang yang sudah berbuat. Semakin banyak kita mengaku-ngaku tentang diri kita, akan membuat kita makin tersinggung. Ada beberapa cara yang cukup efektif untuk meredam ketersinggungan.
Pertama, belajar melupakan. Jika kita seorang sarjana maka lupakanlah kesarjanaan kita. Jika kita seorang direktur lupakanlah jabatan itu. Jika kita seorang pemimpin lupakan kepemimpinan kita saat itu, dan seterusnya. Anggap semuanya ini amanah agar kita tidak tamak terhadap penghargaan. Semakin kita ingin dihargai, dipuji, dan dihormati, akan kian sering kita sakit hati.
Kedua, kita harus melihat bahwa apa pun yang dilakukan orang kepada kita akan bermanfaat jika kita dapat menyikapinya dengan tepat. Kita TIDAK akan pernah rugi dengan perilaku orang kepada kita, jika bisa menyikapinya dengan tepat. Kita akan merugi apabila salah menyikapi kejadian, dan sebenarnya kita tidak bisa memaksa orang lain berbuat sesuai dengan keinginan kita. Yang bisa kita lakukan adalah memaksa diri sendiri menyikapi orang lain dengan sikap terbaik kita. Apa pun perkataan orang lain kepada kita.Anggap saja ini episode atau ujian yang harus kita alami untuk menguji kita.
Ketiga, kita harus berempati. Yaitu, mulai melihat sesuatu tidak dari sisi kita. Perhatikan kisah seseorang yang tengah menuntun gajah dari depan dan seorang lagi mengikutinya di belakang Gajah tersebut. Yang di depan berkata, "Oh indah nian pemandangan sepanjang hari". Kontan ia dilempar dari belakang karena dianggap menyindir. Sebab, sepanjang perjalanan, orang yang di belakang hanya melihat pantat gajah. Karena itu, kita harus belajar berempati. Jika tidak ingin mudah tersinggung, cari seribu satu alasan untuk bisa memaklumi orang lain. Namun yang harus diingat, berbagai alasan yang kita buat semata-mata untuk memaklumi, bukan untuk membenarkan kesalahan, sehingga kita dapat mengendalikan diri.
Keempat, jadikan penghinaan orang lain kepada kita sebagai ladang peningkatan kwalitas diri dan kesempatan untuk mengamalkan sifat mulia. Yaitu, memaafkan orang yang menyakiti dan membalasnya dengan kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar