Sabtu, 22 Maret 2008

Petenis Tuan Rumah Tumbang

Jakarta, 22 Maret 2008. Pupus sudah harapan tuan rumah setelah keempat wakilnya di nomor tunggal putra dan putri pada putaran I Jubilee School 14 Under Asian Tennis Championship 2008. Memang belum menutup peluang pemain Indonesia untuk meraih tiket ke Eropa. Namun dibutuhkan perjuang lebih berat untuk mewujudkan peluang itu pada putaran II yang akan berlangsung mulai pekan depan. Demikian dikemukakan pendamping pemain Indonesia pada kejuaraan tingkat Asia itu, Damrah SPd ketika ditemui usai menyaksiksan perjuangan petenis tuan rumah di lapangan Pusat Tenis Kemayoran, Jakarta, hari ini.Pelatih asal Padang, Sumatera Barat itu menjelaskan, empat pemain (dua putra dan dua putri) Indonesia yang lolos sampai kuarterfinal masing-masing mendapat nilai 90 dari tunggal. Keempat pemain itu adalah Wisnu Adi Nugroho, Gavin Pranata, Nadya Syarifah dan Voni Darlina. Langkah Wisnu dihentikan oleh unggulan empat Siu Fai Kel Lam (Hong Kong) 5-7, 1-6. Sedangkan Gavin gagal menghadang unggulan tiga, Ronit Bish (India) setelah takluk 0-6, 0-6. Pada bagian putri, Nadya lewat pertarungan tiga set harus mengakui ketangguhan unggulan empat, Prarthai Thombre (India) 2-6, 7-5, 2-6. Voni menyerah 4-6, 3-6 di tangan unggulan dua Veena Doungkeaw (Thailand).
“Dengan pencapaian hanya sampai kuarterfinal maka peluang untuk masuk peringkat empat dan meraih tiket ke Eropa cukup berat. Pada putaran kedua nanti mereka harus mampu meraih hasil yang lebih baik sambil berharap semifinalis putaran satu sudah disisihkan lawan-lawannya di babak awal,” ujar Damrah. Dia menjelaskan, kemampuan para pemain Indonesia memang kalah dibandingkan lawan-lawannya dari luar negeri. Terutama dalam masalah fisik, kecepatan, konsistensi, dan akurasi. “Mental tanding dan juara para pemain luar juga tinggi. Sedangkan soal teknis kita sudah sama dengan mereka,” kata ayah dari petenis junior berbakat Dwi Rahayu Pitri yang kini menempati peringkat dua nasional usia 16 tahun.
Ke depan, tuturnya, para pemain Indonesia perlu disiapkan fisiknya untuk meningkatkan mobilitas, power dan kelincahan. Perlu juga diperhatikan masalah mental menyangkut konsentrasi di lapangan dan juga untuk menjaga agar jangan terlalu percaya diri. “Konsentrasi para pemain kita gampang pecah saat bermain. Perubahan sedikit saja pada suasana membuat mereka juga ikut berubah. Kemudian ada juga pemain yang tampil terlalu percaya diri sehingga maunya langsung membunuh lawan tanpa melihat posisi yang belum bagus,” tegasnya. Empat pemain Indonesia yang takluk di perempatfinal kemarin membuat mereka berpeluang untuk memperebutkan posisi lima dalam kelompok delapan besar. Wisnu akan menghadapi Abduvoris Saitmukhamel (Uzbekistan) dan Gavin melawan Ramanatha Ramkumar (India). Sedangkan Nadya harus bertemu Voni.

Voni Darlina diset pertama sempat unggul 3-2, kemudian 4-2, tetapi akhirnya angka 4 angka terakhir diset pertama
AFR melihat cara bertanding Nadya Syarifah dan Voni Darlina masih banyak kekurangannya. Movement masih lamban, begitu juga servis Nadia sangat lemah dan memudahkan lawan membunuhnya. Servis Voni lebih baik dibandingkan Nadya. Ini membutuhkan waktu untuk membenahinya. Keduanya gerakan kaki masih lambat.

Tidak ada komentar: