Sabtu, 01 Maret 2008

Keluhan Entry Fee Mahal

Jakarta, 1 Maret 2008. Banyak pertanyaan yang datang bertubi tubi ke AFR disaat sign-in Salonpas International Junior Champs di lobi hotel Menara Peninsula Jakarta. Pengurus Pusat Pelti telah menerapkan aturan mulai 2008 adalah turnamen yunior tidak menggunakan wasit dari awal sampai babak kuarterfinal baru gunakan wasit

Ayah dari petenis Rani Fitriawardhani asal Jepara, Marsudi menyampaikan uneg unegnya, kalau harus bayar US $ 40.00 atau Rp. 400.000 terlalu memberatkan terutama atlet daerah. Begitu juga ibu dari David Manoah Yosua (DKI) menyampaikan hal yang sama. Mereka mengharapkan adanya dukungan seperti yang lalu lalu diturnamen internasional yunior ada perbedaan entry fee, petenis lokal setegahnya dari petenis asing. Memang kalau dilihat selama ini Pelti sudah terlalu memanjakan atlit Indonesia di Turnamen internasional selama ini dibandingkan diluar negeri, Pelti selalu menyediakan ball boys, wasit.

Ketika AFR menyampaikan kalau masalah entry fee sudah ada di website Pelti ( www.pelti.or.id/komentar). “Kok saya tidak baca ada di website.” ujar Erlis S (ibu dari Dina Karina). AFR bertanya apa betul sudah buka website . Dengan yakin Erlis mengatakan sudah buka tetapi tidak ada. “Baca pakai mata atau hidung, karena saya yg tulis dikomentar website.” Setelah itu AFR langsung mau tunjukkan website pelti di hand phonenya, dan sayangnya setelah ada dihand phone ternyata Erlis sudah hilang. “ Ya, susah kalau hanya bisanya komplein aja dan asal cuap.”

AFR terima tilpon dari Ferry Susanto ayah dari David Wilson, minta tolong agar dimintakan wild card ke turnamen internasional di Brunei Darussalam. “Sayang sudah terlambat, karena baru kemarin Jumat saya sudah minta wild card untuk Revel Yehezkia dan Evander William. Lain kali jauh jauh hari dong mintanya.” ujar AFR.
Tidak beberapa lama datang juga Auddie Wiranata minta bantuan wild card untuk anaknya Karena Jason Joey Wiranata dan Jeremy Ryan Wiranata ikut di turnamen di Brunei, karena hanya satu yang diterima. Tapi setelah dijelaskan kalau sudah terlambat. “ Lain kali mintanya jauh jauh hari.”

Permintaan yang masuk akal juga dating dari Hadi Wibowo masalah tidak diberikannya wild card Louis Theodor sebagai anggota tim usia 14 tahun World Junior Tennis 2008 agar bisa dapat ITF point. Karena PP Pelti telah memutuskan petenis yang dapat wild card Salonpas International Junior Champs

Harmony Ginting bersama ibu dari David Manoah Yosua menanyakan masalah surat mereka sebagai orangtua peserta seleknas 14 tahun tentang kesediaan orangtua peserta seleknas 14 tahun agar putranya di bawa ke RS Polri untuk diperiksa keabsahan umur atlit.
“Surat sudah dibaca oleh Ketua Umum dan Sekjen PP Pelti, tapi tidak ada disposisinya. Tapi menurut saya pribadi, silahkan saja lakukan dengan beaya sendiri.” Mengenai beaya menurut Harmony Ginting bukan masalah. “Jika tidak masalah silahkan saja, kalau perlu surat pengantar PP Pelti akan kami buatkan.” Tetapi keingian mereka adalah seluruh peensi yunior diperiksa ke RS Polri. “ Wah ini siapa yang bayar.”

Beberapa hari lalu, AFR diberitahu oleh Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti Johannes Susanto masalah adanya ancaman dari pelatih Ardi Rivali masalah tidak diberikan haknya pemain babak utama berupa hospitality di official hotel dan akan dilaporkan ke ITF. “Tidak usah kuatir atas ancaman tersebut karena ITF lebih percaya dengan Pelti. Kita punya alasan lebih baik.” Ujar AFR. Kali ini Panitia berikan haknya pemain babak utama masuk hotel selama dia masih menang. Begitu kalah harus bayar sendiri. Hanya pemain wild card tidak diberikan hospitality.

Tidak ada komentar: