Minggu, 23 Maret 2008

" Payah Mentalnya "


Begitu kecewanya baik pelatih maupun orangtua terhadap permainan anak maupun anak asuhnya di turnamen. “Payah mentalnya,” kira kira demikian ungkapan yang keluar dari mulut masing masing pihak tanpa diketahui permasalahan sebenarnya sehingga terjadi hal diatas. Ungkapan ini akibat dari kekalahan atletnya.
Harus diakui masalah mental bagi petenis sangatlah penting sekali . Bahkan sangat dominan bagi petenis prestasi, sekitar 80-95 % porsinya. Jika kemampuan kedua atlet sama maka mental yang sangat menentukan. Seperti konsentrasi, kepercayaan diri dan semangat tanding. Ada atlet yang mempunyai ketangguhan mental dalam setiap kegiatan turnamen, terutama saat saat alami tekanan lawan yang begitu berat.

Nah kira kira gimana mengatasinya. Tidaklah mudah dalam olahraga, terutama tenis. Butuh waktu yang lama untuk mengembangkan kekuatan mental. Sebetulnya awal muasalnya terbentuk dari keluarga, faktor Ayah, atau Ibu bahkan Paman sekalipun mempengaruhi . Jadi bukan sesaat bisa dilakukan. Keterampilan mental itu dipelajari dalam cara yang sama seperti keterampilan fisik dan teknis. Sehingga sangatlah penting proses pengembangan secara mental dimulai saat yang sama dimana anak anak diperkenalkan dengan permainan tenis.

Ini satu contoh yang kurang mendidik didalam pertandingan disaksikan orangtua, pelatih. Ada saat saat keputusan wasit yang jelas jerlas merugikan anaknya. Bola out dikatakan masuk dstnya. Orangtua dengan serta merta ajukan keluhan baik langsung ke wasit ataupun referee yang dilihat dan didengar oleh anaknya yang bertanding. Harus diakui sekali keputusan bola keluar atau masuk dipertandingan , tidak bisa di over rule oleh Referee sekalipun. Disinilah seharusnya orangtua itu mendidik mental anaknya agar tangguh berikan yang terbaik. Bukan sebaliknya. Orangtua harus hati hati dan menyadari, karena akibat ulah Orangtua justru bisa membuat anaknya mentalnya ambruk.
Memang harus diakui anak anak akan meng-identifikasi kebiasaan dari orang dewasa yang pegang peranan penting sebagai salah satu factor utama memperngaruhi anak anak akan peroleh karakter fisiologi positif selama tahun tahun awal. Peranan tersebut dapat memberi pengaruh baik positif maupun negative pada perkembangan fisiologi dari anak anak.
Untuk tingkat pemula yang harus ditekankan yaitu menjalankan perkembangan kepercayaan diri atlet, ketrampilan keterampilan kepemimpinan dan semangat bertanding sambil meningkatkan komitmen.
Dalam melatih mental , kita mulai dengan komitmen, semangat juang, percaya diri dan kepemimpian, merupakan satu kesatuan.

Disini komitmen merupakan kelemahan atlet kita. Komitmen dapat didifinisikan sebagai motivasi dan usaha yang ditujukan kepada kegiatan kegiatan tehnis. Kemudian ditahun berikutnya komitmen dapat melibatkan latihan dan bertanding lebih dari 20 jam dalam seminggu. Sedangkan tujuannya ditahun awal, diarahkan untuk membuat atlet terlibat dan dengan penuh harapan bergantung pada tenis.
Semangat juang dalam bertanding bisa didifinisikan sebagai keinginan menunjukkan permainan terbaiknya didalam suatu pertandingan. Disini perlu dikembangkan filosofi kompetisi yang sehat. Perlu pendekatan yang bijaksana dengan menyimpan 2 kata kunci yaitu Perspektif dan Keseimbangan.
Perlu diketahui kalau nilai dari suatu pertandingan tidak terletak soal Menang atau Kalah. Kedua ini hanyalah hasil. Sedangkan pertandingan itu merupakan evaluasi kemampuan dibandingkan dengan pemain lain. Sedangkan nilainya terletak pada tindakan tindakan bertanding atau berjuang. Bertanding dengan diri sendiri, bukan dengan lawan. Dari diri sendiri harus bisa memberikan usaha2 terbaik Jika bisa berikan yang terbaik maka akan mendapatkan kehormatan baik dari teman teman sendiri baik itu menang atau kalah.
Menang atau kalah dalam suatu pertandingan tidak menjadikan diri seorang pemenang atau seorang yang kalah. Dalam suatu pertandingan sangat bermanfaat jika mendapatkan teman teman baru sehingga bisa menguji keterampilan
Kembali tindakan preventip yang bisa dilakukan secara sederhana baik oleh orangtua maupun pelatih dilapangan. Diawali dengan tindakan tindakan yang positip. Upayakan dengan berkata kata positip bukan sebaliknya. Berikan juga imaginasi yang baik kepada atletnya, bukan sebaliknya. Kesalahan kesalahan dilapangan sering dilakukan, seharusnya bukan dengan menyalahkan atlet tersebut untuk mengatasinya.

2 komentar:

tavare mengatakan...

kenapa mental petenis kita terutama yunior bisa dikatakan 'payah'..? tak lebih karena keinginan dan cita-cita yang terlampau tinggi dan jenuh dengan rutinitas. Yang paling utama, selama yang saya tau selama bergelut dalam dunia tenis (belum lama juga sih), adalah arah dan tujuan serta GOAL-nya para 'atlit' itu? Mau kemana, buat apa dan untuk apa? MASIH TIDAK JELAS..

Seperti dikatakan AFR, secara mental memang masih payah. Perlu direnungkan kembali untuk apa 'bertenis ria' dengan tur-tur turnamen.

Irmansyah mengatakan...

Masalah mental memang selalu menjadi kambing hitam atas kegagalan banyak pemain. Hanya, seperti yang dikatakan AFR, masalah mental cukup kompleks dan tidak melulu merupakan kesalahan pemain. Banyak yang masih kurang menyadari akan Kompleksitas masalah mental ini. Terlihat dari banyak komentar yang diberikan pada pemain hanya berhenti di pernyataan "mentalnya payah". Tanpa penjelasan yang rinci, mental yang mana yang payah? Semangat, konsentrasi, confidence, distraction, motivasi, emosi, kognitif, atitude, sportifitas, ... ?? Masih banyak komponen mental lain. Idealnya pemain, pelatih, dan juga orang tua bisa mengerti dan lebih detail akan masalah mental ini, sehingga kritik terhadap masalah mental tiap pemain akan lebih jelas. Dengan demikian usaha memperbaikkinya bisa menjadi lebih fokus. Nah, tulisan AFR ini sangat membuka wawasan tentang masalah mental ini dan mudah-mudahan bisa menjadi fokus perhatian dalam pembinaan.
Salam,
Maju tenis Indonesia!