Sabtu, 22 Maret 2008

Adu Mulut Pelatih dan Orangtua

Jakarta, 23 Maret 2008. Makan pagi di Café Coleman Hotel Menara Peninsul, AFR menerima keluhan datang dari pelatih tim Indonesia Damrah S Pd di turnamen Jubile School 14 UAsian Tennis Champs 2008. Damrah menyampaikan kalau kemarin sempat ribut dengan ayah dari salah satu anggota tim Indonesia, Dina Karina. Kejadiannya di Pusat Tenis Kemayoran.
Pertanyaan pertama datang dari ayah dari Dina Karina yaitu permasalahan anaknya tidak diperkenankan pulang. Alasan Damrah saat itu adalah karena satu tim datang sama sama dan pulang sama sama sedangkan saat itu salah satu petenis Indonesia sedang bertanding yaitu Nadya Syarifah kemudian disusul dengan Voni Darlina. Memang kemarin Dina Karina minta pulang duluan karena alasan sakit tetapi tidak diperkenankan oleh pelatih tim Indonesia. Sebagai pelatih kalau sakit biarkanlah pelatih yang mengatasi, bukan dengan cara mengatasi sendiri.
Kemudian pertanyaan berikutnya mengenai perhatian pelatih pilih pilih pemain, kenapa Nadya yang diperhatikan. Adapun Damrah melihat skala prioritas saat itu ada 2 petenis Indonesia masih berjuang untuk lolos ke semifinal, jadi sebagai anggota tim harus kompak dan saling mendukung satu sama lain. Muncul pula pertanyaan soal kupon makan Dina Karina yang ditahan Damrah. Dalam hal ini Damrah mengatakan kalau kupon ditangannya itu permintaan Dina Karina sendiri yang tidak mau memegang kupon kuatir hilang, sedangkan Damrah dituduh dicari tidak berada ditempat padahal dari pagi Damrah tetap di Pusat Tenis Kemayoran. Adu argumentasi keduanya membuat ego masing masing lebih menonjol.
“ Saya hanya bertanya !.” ujar ayah dari Dina Karina. “Justru pertanyaan Bapak yang membuat saya tersinggung.” kilah Damrah kembali yang sedang konsentrasi membawa 5 putra dan 5 putri yang dipercayakan masuk timnya. Damrah sendiri menyayangkan tuerut campurnya orangtua, yang sangat mementingkan kepentingan putranya dibandingkan tim keseluruhan.

Agak aneh juga masalah Dina Karina ingin dipaksakan agar masuk unggulan, sedangkan posisi Dina Krina dalam seleknas adalah nomer 3, untuk posisi 1 dan 2 adalah Nadya Syarifah dan Tria Rizki Amalia. Di turnamen Jubilee School 14 U Asian Tennis Champs 2008 kedua petenis tersebut tidak jadi unggulan. Itu keluhan yang disampaikan Damrah.

Ikut campournya orangtua ataupun pelatih yang sangat menyayangi putra dan putrinya, tanpa disadari jika terlalu berlebihan akan membuat hambatan kemajuan prestasi petenis yunior. Demikian pula di Jubilee School 14 U Asian Tennis Champs 2008, pelatih Ardi Rivali mengikuti pertandingan Nadya Syarifah seringkali terjun langsung memberi masukan ke atlitnya tanpa melalui pelatih tim yang ditunjuk PP Pelti. Sepatutnya minta ijin ke pelatih resmi tim Indonesia atausaling kerjasama.

Inilah tenis Indonesia, dimana masing masing pihak tidak menyadari posisinya disetiap turnamen. Padahal status mereka hanyalah penonton. Seharusnya menjadi penonton yang baik.
Kerjasama sebenarnya unsur penting demi penongkatan prestasi petenis Indonesia.

1 komentar:

J_Basuki mengatakan...

saya orangtua Dina karina ingin menanggapi tulisan om ferry. kejadian yang sebenarnya tidak seperti yang ditulis oleh om ferry. pertama, saya tidak pernah meminta Dina Karina untuk diunggulkan. saya hanya bertanya kenapa hasil dari training camp yang katanya untuk seeding drawing tidak dipakai? karena sebagai orang tua saya punya hak bertanya kan? bukan minta untuk diunggulkan tapi hanya bertanya!!! kedua, saya tidak pernah berkata kalau pa Damrah hanya memperhatikan Nadya. saya hanya minta pa damrah perhatikan keluhan anak yang sedang sakit. sebagai orangtua saya tidak akan ikut campur jika pelatihnya sudah bisa menghandle anak dengan baik. ketiga, anak saya tidak pernah menolak diberikan kupon makan, tetapi pada hari itu memang belum dinerikan kupon makan sampai anak saya selesai main kira-kira jam 2 lewat. setelah selesai main dina dan evita cari-cari pa Damrah dan ga ketemu. dan itupun tidak masalah buat saya. dan saya tidak pernah memulai perdebatan. saya bertanya baik-baik. tapi pa Damrah malah marah-marah sama anak-anak. dan saya heran melihat tanggapan pa damrah. dan saya kembali bertanya kpd pa damrah apa saya sebagai orang tua tidak mempunyai hak untuk bertanya kepada pelath tim dimana anak saya merupakan anggota dari tim tsb. kalau begitu saya harsu bertanya kepada siapa?? terima kasih atas perhatian om ferry. saya hanya mencoba mengklarifikasi supaya om ferry tidak salah tulis dan tidak salah tanggap thd saya. saya tidak suka ribut kok om.....