Minggu, 23 Maret 2008

Juara Hanya Ada SATU


Ada permasalahan yang sangat mengganjal hati AFR secara pribadi terhadap perjalanan tenis khususnya turnamen tenis di Tanah Air. Kalau dilihat jumlah turnamen makin berbunga bunga dengan merambak bisa sampai ke daerah daerah tetapi diimbangi dengan kesalahan kesalahan baik dalam pelaksanaan seperti diberikan hadiah dalam bentuk uang kemudian pelaksanaan yang justru menyiksa atlet yunior, ini yang perlu diluruskan atau diperbaiki juga. Tapi masalah ini agak lain, tetapi justru penting disosialisasikan. Karena apa, karena kalau tidak diperbaiki justru akan jadi masalah juga bagi pertenisan kita.
Sering kita mendengar pidato pidato baik dari petinggi tenis maupun sponsor dalam berikan sambutan di acara acara pembukaan maupun penutupan turnamen tenis, kalau juara itu hanya satu, sehingga bagi yang kalah , anggap saja juaranya agak tertunda atau kemenangan yang tertunda. Manis sekali ungkapan ini.
Tapi coba Anda lihat ke Piala piala dari setiap TDP Yunior khususnya karena saat ini yang menyediakan piala kebanyakan hanya TDP yunior. Pasti ada yang menyebukan juara 1 , juara 2 , juara 3 ataupun juara 4
Aneh bin ajaib juaranya lebih dari satu, sangat berbeda dengan sambutan sambutan selama ini seperti diatas.
Coba telusuri dimana kesalahan tersebut yang sudah bertahun tahun dijalankan dipertenisan kita yang dilakukan baik oleh peringgi induk organisasi maupun klub klub tenis didaerah maupun dtingkat Pusat.
Memang betul kalau pemenang turnamen disebut juara, bukannya juara 1 ataupun juara 2. Yang pasti juara itu hanya satu.
Dilihat dari buku buku ITF tentang turnamen tenis baik yunior maupun senior ternyata hanya mencantumkan adalah winner (1) , runner up (1) dan semifinalis (2). Dan selama inipun kalau PP PELTI selenggarakan turnamen biasanya yang internasional yunior, selalu ikuti seperti yang dilakukan ITF yaitu winner, runner up dan semifinalis.

Nah kira kira apa yang bisa dilakukan agar menjadi seragam penyebutannya. Perlu keseragaman sebutan pemenangnya. Pemenang pertandingan final disebut juara, bagaimana dengan yang kalah di final atau runner up disebut apa. Ya, runner up saja. Begitu juga yang kalah disemifinal. Ya, disebut semifinalis saja karena belum menemukan bahasa Indonesia yang baku.

Ada satu lagi kekeliruan yaitu sebutan tenis lapangan yang sudah lama berlangsung didunia olahraga Indonesia. Sering disebut tenis lapangan untuk membedakan dengan tenis meja. Awalnya adalah PELTI merupakan singkatan dari Persatuan Tenis Lapangan seluruh Indonesia. Sekarang PELTI merupakan sebutan bukan lagi singkatan. Sehingga dalam rapat2 resmi KONI maupun instansi lainnya AFR selalu minta diralat jika dicantumkan tenis lapangan untuk membedakan dengan tenis meja. AFR selalu mengemukakan koreksi atas istilah tersebut agar bisa seragam, yaitu tenis. Tidak ada lagi istilah tenis lapangan. Coba lihat juga di multi event, selalu dicantumkan tennis dengan 2 n ejaannya karena bahasa Inggris. Kenapa disini disebut tenis lapangan, cukup saja dengan tenis.

Marilah kita membangun pertenisan bukan hanya prestasi dilapangan tenis tetapi juga dalam penggunaan bahasa yang benar.

1 komentar:

tavare mengatakan...

Mungkin hanya masalah transfer bahasa dan pengertian makna dari bahasa Inggris ke Indonesia.

Idealnya, JUARA memang hanya satu, yaitu pemenang dalam sebuah kejuaraan , turnamen atau pertandingan final. Namun secara harfiah, di Indonesia, Juara dikaitkan dengan kepentingan beberapa pihak, seperti halnya Dinas Pendidikan. Coba AFR berinteraksi dengan Dinas Pendidikan, sebagian besar sekolah TIDAK menerima PIAGAM Kejuaraan Tenis dengan 'tulisan' FINALIS dan SEMIFINALIS. Irinonisnya, poin tertinggi dibidang olahraga untuk mereka (sekolah-red) adalah tingkat Nasional (POPNAS). Jadi, meski siswa tersebut juara ITF sekalipun, poin yang didapat hanya 0,1 dibanding JUARA tenis POPNAS.

Tingkatan JUARA digunakan sebagai alasan untuk penilaian pihak-pihak tertentu, seperti sekolah, karena memang PIAGAM itu dipergunakan untuk kepentingan sekolah para petenis yunior. Bukan sebagai pajangan dinding atau koleksi yang nantinya masuk gudang.

Di Dinas Pendidikan, tidak mengenal istilah FINAL,FINALIS,RUNNER UP atau SEMIFINALIS karena tidak ada dalam panduan nilainya. Yang ada hanya JUARA 1, JUARA 2, JUARA 3 , JUARA 4 dst...

Memang perlu ada kebersamaan pikiran antara dunia olahraga dan pendidikan termasuk kepentingan para atlet yunior tersebut.

Saya setuju dengan penggunaan kata JUARA HANYA ADA SATU, tapi dibidang olahraga, dipihak lain,anak-anak juga yang akan merugi bila 'perjuangannya' tidak dihargai oleh pihak sekolah lantaran tidak ada istilah FINALIS dalam panduan pemberian nilai sebuah "PIAGAM OLAHRAGA".

Jadi tidak masalah penggunaan istilah JUARA 1. 2. 3 dst untuk sebuah turnamen dan kejuaraan tingkat Kelompok Umur.

Lain hal dengan SENIOR. Itu wajib, karena sang JUARA memang hanya satu, yaitu pemenang (final) dalam sebuah turnamen tenis.