Senin, 17 Maret 2008

Ketua Pengcab Ngambek


Setiap awal tahun, Martina Widjaja selalu selenggarakan penataran pelatih tenis mengingat obsesinya agar tenis Indonesia ada peningkatan kualitas diawali dari pelatihnya. Tidak tanggung tanggung lamanya kepelatihan di kompleks rumah pribadinya di Ragunan. Datangkan pelati asing merupakan langganan kepelatihannya setiap tahun.
Akibat adanya birokrasi yang ditanamkan oleh petinggi Pelti didaerah daerah bisa berakibat kurang berkembangnya tenis didaerah tersebut. Hal seperti ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika semua pihak memahami dan meresapi perkembangan dan pembinaan tenis di Indonesia. Dampak buruk sempat terjadi akibat birokrasi tersebut.
Desember 2006 Martina Widjaja sedang berada di Amerika kirim SMS ke AFR dengan pesan agar hubungi pelatih dari Klub Tenis SUKUN Kudus. Karena tidak kenal pelatih tersebut dan tidak punya nomer tilpon hubungi Ketua Pengcab Pelti Kudus Sunoto SK.
Teringat pula sewaktu Ketua Pengcab Pelti Kudus membawa atlet Kudus Lutfiana AB untuk dititipkan ke klub Rasuna, bertemu dengan Ketua Umum PB Pelti martina Widjaja didampingi oleh pelatih klub Sukun Kudus, Suharto. Sehingga dalam benak AFR pelatih yang dimaksud adalah Suharto dan Manajer Sukun adalah Sunoto.
AFR kirim SMS ke Sunoto menanyakan apakah belum lama ini bertemu dengan Martina Widjaja dan menyampaikan keinginan pelatih Sukun ikut pelatihan tersebut.Pengakuan Sunoto membenarkan pertemuan dengan Martina Widjaja.
Karena Sunoto sudah bukan Manajer Klub Sukun lagi, maka diminta ajukan permintaan ke Klub Sukun untuk menyampaikan undangan tersebut dan juga minta klub Sukun melapor ke Pengcab Pelti Kudus. Klub Sukun langsung kirim fax ke PB Pelti memberikan nama 2 pelatih yg diminta untuk ikut pelatiah tenis.
AFR langsung menghubungi Klub Sukun untuk memberitahukan kalau permintaan hanya 1 pelatih saja. AFR juga sampaikan agar hubungi Ketua Pengcab Kudus Sunoto SK sesuai dengan permintaan Sunoto SK, tetapi akhirnya terungkap kalau Sunoto SK dan Klub Sukun sudah tidak ada hubungan lagi termasuk pelatih Suharto. Terlihat kalau ada masalah.
AFR bertanya kepada pelatih Sukun mengenai pertemuannya dengan Martina Widjaja terungkap kalau pertengahan Desember 2007 di pertandingan tenis yunior di Jakarta Timur.
AFR kirim SMS ke Sunoto beritahu kalau sudah terima fax dari Klub Sukun adanya 2 pelatih yg dikirim. Langsung Sunoto bereaksi dan minta agar jangan menerima langsung permintaan dari Klub, harus melalui Pengcab karena sesuai tata cara organisasi. Keinginan ini disampaikan per SMS maupun pertilpon dimana sangat keberatan kalau PB Pelti berhubungan langsung dengan klub, harus melalui Pengcab. Masalah ini langsung saya sampaikan telponnya ke Martina Widjaja. Sunoto berbicara ke Martina Widjaja masalah keinginannya. Dan Martina sudah menyampaikan ( yg saya dengar dlm pembicaraan telpon tsb) bahwa kita harus menampung semua aspirasi klub2 yng ingin memajukan tenis sehingga diminta utk proaktip juga. Saat itu kelihatannya dalam pembicaraan telpon, Sunoto bisa menerima pembicaraannya dengan Martina Bahkan dalam SMS sempat menyampaikan kalau tidak mau repot2.
AFR kirim SMS ke Sunoto dan Klub Sukun mengenai alamat Hotel yg akan digunakan. Dan Sunoto memberitahukan bahwa Klub Sukun belum menghubungi beliau. Permintaan Sunoto saya sampaikan juga ke Klub Sukun melalui SMS, tetapi kelihataannya klub tidak berkeinginan ketemu Sunoto sehingga tidak menghubungi Sunoto. Dan hal ini disadari oleh Sunoto dalam SMSnya menyampaikan kalau Klub Sukun tidak berkeinginan bertemu dgn nya, walaupun dikatakan sebagai Pengcab Kudus.
Senin 15 Januari 2007, saya terima SMS dari Sunoto menanyakan siapa saja dari Kudus yang datang ke coaching clinic tsb, dan saya jawab belum tahu karena belum ke Ragunan. Dan Sunoto menjawab via SMS kalau dia bermaksud ingin tahu sebagai tanggung jawab atas keselamatan mereka. Setelah ke Ragunan (siang) AFR SMS bahwa pelatih dari Kudus sudah tiba.
Beberapa hari kemudian terima SMS dari Sunoto yg menyampaikan keinginan untuk mengundurkan diri sebagai Ketua Pengcab Kudus dengan alasan merasa dilecehkan oleh PB Pelti. Dan SMS ini tidak saya jawab.
Pengunduran diri juga diwujudkan dengan kirim surat ke PB Pelti, yang dijawab kalau salah alamat karena pemilihan Ketua Pengcab itu oleh Klub bukan oleh PB Pelti.
Ya begitulah ulah petinggi tenis didaerah yang merasa sangat berkuasa tanpa melihat situasi maupun perkembangan tenis di daerah hanya karena ada kepentingan pribadi. Kapan bisa maju.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

hahahaha... sebenarnya itulah prosedur yg baik. saya salut dengan bapak sunoto. jika pengcab tak dibutuhkan. buat apa dibentuk? bagaikan sebuah negara tidak usah ada pemkab. semua langsung ke presiden saja.