Senin, 10 Maret 2008

SOBAT dan KOLEGA Benny Mailili


Berita wafatnya sahabat Benny Mailili bagaikan halilintar disiang bolong pada hari Rabu 2 Agustus 2007 pagi. Sungguh tak diduga dan tak dinyana, dua hari sebelumnya masih sempat bertemu di hotel Sheraton Media diacara Munaslub KONI 2007. Tampaknya cukup segar tidak menunjukkan sedang sakit kecuali sakit asam urat yang selama ini. Dalam Munaslub KONI tidak seperti kebiasaan di rapat KONI Pusat, Benny kurang aktip mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan. Bahkan dalam rapat komisi I yang termasuk tegang tidak terdengar suara Benny Mailii. Ini hal yang tidak biasa.

Dimana AFR kenal Benny. Tahun 1970 saya ke Manado dan sering tugas ke Gorontalo.. Tidak terlalu ingat apakah kenalnya di lapangan tenis Sario atau lapangan tenis Gorontalo. Tapi setiap ke Gorontalo antara th 1970-1972, saya sering diadu dilapangan tenis melawan petenis Gorontalo. Saat itu belum terlalu dekat dengan Benny, tetapi yang tidak terlupakan pengakuannya kalau belajar tenis dari almarhum ayah saya. Memang saat itu kehidupan Benny antara Manado dan Gorontalo.
Benny lebih dulu pindah ke Jakarta, dan saya pindah juga ke Jakarta diakhir tahun 1972. Di Jakartalah kegiatan Benny didunia olahraga diawali dengan ikuti kegiatan Maesa perkumpulan tenis Kawanua karena istrinya juga asal dari Manado. Benny mengenal dunia jurnalis karena istrinya Sance Wuysan bekerja di Selekta Sport salah satu majalah olahraga saat itu.
Pertemanan makin erat setelah saya menikah ditahun 1974 saat mencari rumah kontrakan di Jakarta, Benny menawarkan rumah disamping rumahnya di Bukit Duri. Bertetangga dengan Benny di Bukit Duri bisa berjalan 3 tahun cukup mempunyai kenangan manis, karena orangnya cukup supel dalam bergaul suka bercanda sampai akhir khayatnya.
Saat bertetangga, istrinya menawarkan kepada saya untuk mencoba menulis artikel tentang tenis. Hal yang masih buta bagi saya didunia jurnalis. Caranya, dengan menterjemahkan tulisan tulisan diambil dari Majalah World Tennis dan Tennis.Begitu juga ikut sama sama tim Selekta Sport dalam kegiatan SIWO PWI Jaya.
Setelah tidak bertetangga lagi, pertemanan dengan Benny masih tetap berlangsung diacara Maesa Paskah yang rutin diselenggarakan di Jakarta. Benny saat itu bekerja di National Gobel dibagian penjualan. Ikuti turnamen Maesa Paskah berpasangan dengan Benny tetap dengan hasil memuaskan, dan sempat ikuti turnamen Veteran di Pangkalan Jati, Jakarta keluar sebagai semifinalis. Terakhir kalinya Benny mengajak main di Maesa Paskah 2007 di Balikpapan, tetapi tidak jadi karena jauh..

Benny, sosok yang menyenangkan dipergaulan, penuh canda ria. Kalau Benny mulai angkat cerita semua akan tertarik mendenagrkannya. Kekaguman terhadap Benny, pernah diungkap oleh rekan Pengurus Besar Induk Organsisasi Olahraga lainnya sewaktu rapat KONI Pusat. “Sebenarnya latar belakang Benny itu apa ya ?”, itulah pertanyaan yang keluar dari rekan pengurus cabang olahraga bagi yang belum kenal. .
Perjumpaan sebelumnya dalam sosialisasi penyesuaian AD & ART KONI di Gedung Serba Guna Gelora BK, Benny bisa ceritakan kepada saya masalah sakit ambeien yang dialami dan pencegahannya, sehingga kesannya dia sudah ahli obat obatan. Begitu pula ketemu mantan Gubernur Sumsel, Rosihan Arsyad yang sekarang Wakil Ketua Umum KONI Pusat mengenai penyakit, disaat itu saya hanya senyum2 saja.. “Sebenarnya Pak Ferry yang lebih tahu soal obat obatan.” ungkapan Benny kepada Rosihan Arsyad .
Pertemanan dengan Benny berdampak dipergaulan sehari hari dikalangan KONI mebuat salah sebut nama saya menjadi nama Benny oleh anggota KONI Provinsi maupun KONI Pusat.. “Hallo Pak Benny.” Begitulah ucapan yang saya terima dari rekan KONI Provinsi yang sering saya dapatkan.. Terakhir kalipun dari KONI Prov. Aceh menyebut nama saya dengan Benny saat Musornaslub KONI 2007 di Jakarta. Didepan Benny pun saya selalu ungkapkan apa yang ada dibenak saya terutama mengenai organisasi olahraga baik itu serius maupun bercanda ria.

Percakapan serius sebelum dia wafat, sewaktu di Munaslub KONI Pusat. “Ben, kenapa waktu sosialisasi AD & ART masalah anggota KONI Pusat jadi berubah dengan draft yang diterima sekarang.” . Itu pertanyaan saya terakhir kepada almarhum Benny Mailili selama Musornaslub KONI Pusat. Bennypun menjawab dengan kurang bergairah saat itu.
Saya sendiri pernah mengungkapkan kepada Benny kalau bicara tenis nasional akan bersebelahan , tetapi diluar itu tetap teman. Mungkin sebagai teman saya sering bicara blak blakan kritik Benny. Diapun sempat kaget sewaktu saya tegur harus bisa bedakan antara Humas PB Pelti dan pengamat tenis. Mulai saat itu kalau bertemu ucapan pertama selalu keluar kata kata caci maki ala Manado seperti mau berantem. Kesannya seperti dua musuh besar. Yang mau berantem. Memang ada perubahan sikap terjadi setelah Benny mulai sibuk kegiatannya di KONI Prov.DKI maupun rapat2 di KONI Pusat. Kata katanya mulai santun jika berjumpa. . Dan yang saya tidak lupa adalah semasa awal kepengurusan PB Pelti 2002-2007, ada ungkapan selamat diberikan kepada saya yaitu dengan mengatakan jangan beri dia kesempatan menulis tentang PB Pelti. Hal ini saya artikan bahwa PB Pelti harus berjalan seperti amanah Munas Pelti 2002..
Kepergian sobat Benny Mailili dipanggil yang Maha Kuasa telah cukup membawa kenangan manis sebagai sahabat maupun rekan kerja didunia olahraga.
“Ben, selamat jalan. Tuhan bersamamu dan keluarga yang ditinggal kuatkanlah iman dan relakan Benny dipanggil Maha Kuasa. Kita semua cukup bangga dengan Benny.”

Tidak ada komentar: