Selasa, 11 Maret 2008

Martina Berhasil atau Gagal ?


November 2007. Salah satu acara yang menarik di Musyawarah Nasional Persatuan Tenis seluruh Indonesia (PELTI) tahun 2007 adalah pemilihan Ketua Umum PB Pelti periode 2007-2012. Musyawarah Nasional merupakan keharusan dari setiap induk organisasi khususnya tenis karena sesuai dengan Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga PELTI.
Dari beberapa agenda yang disiapkan seperti pertanggung jawaban PB Pelti periode 2002-2012, penyesuaian AD & ART Pelti 2002-2007, Pokok pokok Program Kerja PB Pelti sepertinya masih kalah menarik dibandingkan Pemilihan Ketua Umum PB Pelti pada hari Minggu 25 Nopember 2007.
Disaat Martina Widjaja belum menyampaikan ketidak sediaannya , hanya mengatakan Diam itu Emas, justru membuat bingung masyarakat tenis. Terpulang kembali kepada Pengda Pelti yang masih membutuhkan atau tidak. Ini masalah Pengda, begitulah kiranya.
Keberhasilan ataupun kegagalan selama satu periode akan dilihat oleh Pengurus Daerah Pelti yang jumlahnya ada 33 Pengda baik dilihat dan dirasakan selama 5 tahun kepengurusan PB Pelti. Laporan akan diberikan mulai dari pelaksanaan program pengembangan, pembinaan baik yunior dan senior, pertandingan dan juga promosi pemasaran. Tidak kalah menarik tentunya laporan keuangan yang ternyata selama 5 tahun sudah menghabiskan dana sebesar kurang lebih Rp. 24 milyar. Belum termasuk pelaksanaan Turnamen nasional maupun internasional yang dilakukan oleh Pengda, Pengcab maupun sponsor sendiri. Wow, angka yang cukup besar dalam roda organisasi olahraga di Indonesia .
Tetapi kita juga harus mendengarkan suara suara pihak yang kurang puas atas kinerja PB Pelti selama 5 tahun ini
Satu pihak mengatakan Martina Widjaja selaku Ketua Umum PB Pelti periode 2002-2007 gagal, tetapi ada juga pihak pihak yang mengatakan termasuk berhasil.Kedua pihak tidak akan ketemu jika dilandasi oleh emosi belaka bukannya rasio.
Kenapa dikatakan figure Martina itu berhasil dan kenapa pula Gagal. Terpulang kembali kepada pelaku pelaku di lapangan cara melihatnya.
Saya mencoba melihat dari kaca mata pihak pihak yang katakan Gagal.
Terlontar kegagalan di tim nasional seperti tim Davis Cup Indonesia yang awalnya dari Group 1 zona Asia Oceania diakhir kepengurusan justru turun ke group 2 zona Asia Oceania dipakai sebagai alasan utama kegagalan. Keberhasilan bisa dilihat dari tim nasional di tim SEA Games , Indonesia masih berjaya. Naik turunnya prestasi atlit merupakan tanggung jawab kita semua sebagai pelaku pelaku tenis. Induk organisasi selaku fasilitator bukannya eksekutor juga harus diperhatikan Jika ada bibit yang kurang bagus maka sulit dapatkan prestai yang maksimal apalagi tidak ditunjang pelatih berbobot. Membina atlit bukanlah cukup dalam satu dua tahun saja, bisa bertahun tahun hasilnya. Ditunjang pembinaan usia dini yang benar maka tentunya akan mendapatkan hasil lebih baik. Ini suatu proses yang cukup panjang.
Saya mencoba membuka mata semua bukan dengan emosi . Tetapi lebih baik dilihat apakah VISI dan MISI yang pernah ditawarkan dalam Munas Pelti 2002 sudah dipenuhi ataukah hanya janji janji waktu kampanye belaka. Tidak lupa saya waktu paparan Martina Widjaja didepan peserta Munas tentang VISInya, yang disebutkan “Menuju Prestasi tk dunia melalui Pemassalan dan Pemasyarakatan tenis di Indonesia ” . Sebagai implementasinya dibuatlah Misinya , yaitu peningkatan populasi tenis, peningkatan kuantitas dan kualitas turnamen, peningkatan SDM pelaku tenis dan memberdayakan potensi masyarakat tenis.
Orang bijak tentunya akan melihat keberhasilan suatu kepengurusan induk organisasi disaat pemilihan yang lalu, apakah sudah dijalankan Visi dan Misi yang dipaparkan di Munas 2002 di Makassar .
Saya melihat dari daftar peserta yang akan ikuti Musyawarah Nasional tahun 2007 , banyak juga hadir saat Munas Pelti 2002 di Makassar .

Tidak ada komentar: