13 September 2008. Menonton pertandingan tenis dengan penuh aturan tidak semua orang bisa mengertinya. Nasib apes dialami August Ferry Raturandang sewaktu menonton semifinal Commonwealth Bank Tennis Classic di Nusa Dua Bali, tidak bisa menimati sepenuhnya. Kebetulan duduk disamping dua lelaki muda yang setiap permainan selalu keluarkan komentar. Bahkan memprediksi kemenangan berikutnya.
Yang lebih pendek bertanya keteman tentang ada tidaknya komentator tenis. "Wah kalau tidak ada, sayang ya." ujarnya dengan dialek seperti orang dari Indonesia Timur.
Sewaktu Daniela Hantuckova bertanding dalam keadaan kalah diset pertama, si pendek berkomentar setiap pukulannya dengan menganjurkan pukul ketengah saja. "Kenapa musti kekiri kekanan, buktinya keluar." ujarnya . Temannya membantah kalau lebih baik beri kekiri dan kekanan supaya lawannya berleri lari terus. Tapi yang pendek tetap ngotot dan suaranya bisa didengar oleh penonton didepannya , belakang dan samping. " Hus diam saja." ujar penonton dibelakang.
Saat set kedua Daniela unggul 5-4, keduanya keluar dan tidak kembali, membuat penonton didepan dan belakangnya bertanya tanya siapakah mereka dan mensyukuri sudah tidak ada yang akan mengganggu seperti mereka ini.
Penonton babak semifinal ini agak lumayan dan sepertiganya orang asing memenuhi tempat duduk penonton, jika dibandingkan sebelumnya. Melihat penyelenggaraan WTA-Tour tournament ini sejak bernama Wismilak International, menurut AF Raturandang kali ini sedikit berbeda sejak berganti sponsor utama menjadi Commonwealth Bank Tennis Classic. Jumlah penonton terbanyak disaat Angelique Widjaja keluar sebagai juara. Harus diakui jika ada petenis tuan rumah yang bisa masuk final maka penontonpun akan berduyung duyun dari Bali, Jawa Timur ( Banyuwangi,Jember, Malang, Surabaya) datang melihatnya. Bahkan banyak juga penonton spesial dari Jakarta.
Tenis memang merupakan cabang olahraga yang didalam pertandingan banyak aturannya, sehingga tidak leluasa memberikan dukungan kecuali bola mati. Ya, namanya emosi menonton selalu terbawa sehingga kadang kadang saking kagum sehingga dalam bola bola rally penontonpun mengeluarkan suaranya yang tidak bisa dibendung.
Disela sela pertandingan , August Ferry Raturandang bertemu dengan Frank Moniaga salah satu rekan tenis di Maesa. Begitu pula Hengky dari Jakarta.
Karena menggunakan topi sehingga Frank Moniaga tidak mengenal August Ferry Raturandang. Saat itu Frank sedang diolayani oleh Noor Iman di stand Volkle. " Ini bola Boris becker harganya berapa.? karena Frank belum mengenal bola ini. Langsung August Ferry raturandang iseng menyahut pertanyaan tersebut. " Ya, seribu tiga, tapi ambilnya di Amurang."
Frank terkejut juga dengar , dan begitu tahu kalau yang bicara August Ferry Raturandang langsung tertawa, karena sudah lama tidak ketemu.
Sewaktu melewati stand Volkle, terdengar suara Johannes Susanto Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti memanggil nama AFR dengan " Ferry Raturanjang".
"Sorry, tidak lihat, abis silau mata ini. Pakai topi dong ! ."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar