31 Agustus 2008. Disela sela turnamen tenis nasional Piala Rizal Mallarangeng terjadi percakapan cukup menarik untuk disimak , yaitu masalah Tepuk Tangan.Hadir dalam pembicaraan segitiga antara Slamet Utomo Wakil Ketua Bidang Pengembangan , Christian Budiman Wakil Ketua Bidang Pembinaan Yunior PP PELTI dan August Ferry Raturandang.
Pembicaraan sekitar Tepuk Tangan. Christian Budiman sampaikan pernah terjadi sewaktu menonton pertandingan tenis antar petenis Indonesia, sebagai penonton yang menikmati
pertandingan secara spontan memberikan tepuk tangan disaat melihat pukulan winner dari salah satu petenis Indonesia. Saat itu juga dia ditegur atau dituduh oleh salah satu orangtua memihak kepada petenis tersebut. " Wah serba salah, padahal saya bertepuk tangan untuk kedua pemain jika memukul winner." ujarnya.
Oleh August Ferry Raturandang memberikan pandangan, kalau selama ini menikmati pertandingan tenis cukup dalam hati seaktu melihat pukulan winner. Ini berlaku juga di turnamen internasional maupun nasional. Alasannya, karena kebiasaan sebagai penyelenggara harus bisa bertindak netral, tidak berikan dukungan kepada salah satu pemain. " Ini suatu kebiasaan sehingga sudah terbawa seterusnya." ujar AFR.
"Wah, kalian itu tidak mengerti tujuan orang menonton pertandingan tenis. Harus dinikmati, kalau tidak menikmati tidak usah menonton langsung." ujar Slamet Utomo. Disamping itu pula dikatakan , harus bisa menghormati atau menghargai upaya petenis yang berhasil memberikan permainan cantik ditonton.
Ketiga pendapat semuanya benar, tergantung dari sisi mana melihatnya. Ketiganya adalah petinggi Pelti yang duduk dalam kepengurusan PP Pelti. Ada kekuatiran muncul dugaan dugaan negatip datangnya dari masyarakat jikalau terlihat petinggi Pelti ada kecenderungan memihak. " Ini dugaan sebenarnya agak berlebih, tapi ada kenyataannya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar