Senin, 15 September 2008

Ada Mimpi Ke Lombok untuk Tenis

15 September 2008. Setibanya di Jakarta dari kunjungan wisata ke Singaraja Bali dan sehari sebelumnya menyaksikan turnamen tenis Commonwealth Bank Tennis Classic di Hotel Grand Hyatt Nusa Dua, timbul keinginan meyelusuri kenangan lama sebagai mantan petenis daerah Nusa Tenggara Barat ke Lombok. Tempat kedua setelah mempunyai kenangan hangat dipertenisan Nusa Tenggara barat. Bertemu dan bercanda seperti yang telah dilakukan di Singaraja membawa kenangan tertentu.
Bisa dibayangkan kenangan manis karena prestasi sendiri bukan hanya kedua orangtua yang sudah almarhum.

Di Ampenan Nusa Tenggara barat, pernah mewakili Pekan Olahraga Nasional V tahun 1961 di Bandung bersama dengan Soegeng Widjaja ( almarhum Mayor Jenderal TNI AD) sebagai rekan dan saingan utama, dimana dalam setiap kesempatan ketemu di final dalam kejuaraan. Hanya status sebagai yunior sedangkan Soegeng Widjaja saat itu berpangkat Mayor TNI AD.

Disaat Pekan Olahraga Daerah (PORDA) Nua Tenggara Barat di kota Bima, Sumbawa, turun kekuatan daerah Lombok Barat dari keluarga Raturandang. Mulai dari Ny. Stien Marie Raturandang (sang Ibu), August ferry Raturandang (putra pertama) Alfred Henry Raturandang (putra kedua), Jane Anne Marie Raturandang (ketiga) dan Joan Ilona Octova Raturandang (keempat). Disampingi pula sepupu sendiri Djaloe Jatmo,dan Nyonya Petronela Wenas - Lintjewas, sehingga tenis diborong 6 medali emas oleh Lombok Barat.

Keinginan ini akan dipenuhi setelah berhasil dibuatnya Persami Ferry Raturandang Cup atau TDP lainnya di Singaraja. Begitu juga ada keinginan ada coaching clinic di Singaraja bisa terealiser. Hal ini sangat diperlukan karena materi atlet di Singaraja tidak kalah banyak dibandingkan Denpasar. Persaingan menghasilkan atlet handal antara Singaraja dan Denpasar sangat diperlukan sekali,
Dulu pernah dengar nama Al Imron, ada juga yang masih aktip di tingkat nasional adalah Ketut Nesa Artha, dari Singaraja kemudian Chandra Widhiarta mewakili Bali untuk PON XVII Kaltim

Hanya saja keinginan ini selalu dirongrong oleh oknum2 pengecut yang selalu melontarkan fitnah fitnah melalui website Pelti. "Siapa yang beayai AFR." kira kira begitulah pertanyaannya. Karena dianggap tidak mampu keluarkan uang dari kantong sendiri. Fitnah itu dikeluarkan dengan melempar isue terima uang Rp. 20 juta , yang tidak diketahui uang apa. Bagi AFR, yang penting punya niat dan soal dana kemudian bisa dikumpulkan.

Kenapa dikatakan pengecut, karena tidak berani keluarkan identitasnya. "Saya yakin kenal manusia pengecut ini. Biarkanlah anjing menggonggong kafilah tetap berlalu." ujar August Ferry Raturandang yang tetap tegar apa kata orang yang menghina bahkan memfitnahnya.

" Kalau dia gila saya juga lebih gila, EGP aja lah. Gitu aja repot. " sambil tertawakan orang pengecut itu. Tetapi dilanjutkan ." Saya hanya bisa berdoa agar si Pengecut diampuni dan sadar apa yang telah diperbuatnya. AMIN. "

Tidak ada komentar: