Jumat, 03 Oktober 2008

Minggu Duka Cita

1 Oktober 2008. Dalam seminggu terakhir ini berita duka datang kepada August Ferry Raturandang. Yang pertama datang sewaktu sedang bertemu dengan Martina Widjaja Ketua Umum PP Pelti mendampingi bidang pembinaan prestasi daerah (Tintus Arianto Wibowo dan Damrah ) yang melaporkan persiapan tehnis program sentra pembinaan didaerah.
SMS datang beritahukan ibunda dari mantan petenis nasional Dede Suhendar telah berpulang (Kamis 25 /09), yang juga istri dari pelatih Soldadinata.
Kemudian disaat Zulkarnain berpamitan dihari Sabtu (27/09) ingin mengantarkan Dr.Edyana Roesli (pendiri Sekolah Tenis FIKS Bandung) keperistrahatan terakhir di Ciomas Bogor.
"Waduh, meningalnya kemarin, kok saya tidak diberitahu." ujar August Ferry Raturandang kepada Zulkarnain yang akan bersama Akhyar Matra berangkat ke Bogor pkl 11.30. Oleh Zulkanain dikatakan berita itu diterima kemarinnya (Jumat) dan lupa beritahu kepada August Ferry Raturandang.

Dr.Edyana Soetama Roesli lahir tahun 1915 yang sama dengan suami Mayjen TNI Roesli (alm) mendirikan Sekolah FIKS di Bandung 11 Maret 1976 dan setelah 11 tahun tepatnya 11 Maret 1991 diakui oleh induk organisasi tenis diIndonesia yaitu PB PELTI. Agustus 1996, Sekolah FIKS Bandung oleh Pelti diakui mempunyai kurikulum terbaik di Indonesia. Kemudian 5 September 1998, Mayjen Roesli dan Dr.Edyana S Roesli menerima penghargaan dari Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

Dengan Dr. Edyana Roesli yang lahir tahun 1915 , August Ferry Raturandang punya kenangan tersendiri. Disaat HUT Sekolah FIKS tangal 11 Agustus 1991, sewaktu itu diundang ke Bandung. Sebelumnya, Dr.Edyana S Roesli telah minta bantuan PB Pelti untuk mendapatkan sponsor bola. Selaku Administrator Bid.Promosi dan Pemasaran PB Pelti, August Ferry Raturandang mendapatkan sponsor bola NASSAU. Ini menimbulkan masalah oleh Sekjen PB Pelti saat itu, yang memang sebenarnya sudah ada bibit bibit ketidaksenangan pribadi.
August Ferry Raturandang ditegur , karena membawa sendiri bola tersebut ke Bandung, dimana keinginannya cukup dikirim langsung oleh pabriknya. Saat itu tidak terpikirkan karena hanya menolong keinginan sponsor mengirimkannya ke Senayan.
Puncak kemarahan muncul saat acara sambutan oleh Dr. Edyana S Roesli. Disampaikan ucapan terima kasih kepada PB Pelti dan juga disebutkannya nama August Ferry Raturandang.
"Emangnya kamu yang menyumbang bola atau Pelti?" ujar Sekjen PB Pelti saat itu. Langsung oleh Ferry Raturandang yang merasa tidak bisa menerima teguran tersebut, katakan kalau yang menyumbang itu PB Pelti bukan Ferry Raturandang pribadi. "Mereka minta ke PB Pelti bantuan dan selaku petugas PB Pelti saya mencarikan sponsor. Ini berarti upaya oleh PB Pelti bukan saya pribadi. Masalah ucapan terima kasih juga disampaikan kepada saya silahkan tanya kenapa kepada Dr.Edyana S Roesli." jawaban singkat diberikan August Ferry Raturandang.

Hari ini ( 1 /10) disaat bersilahturahmi di rumah Mayjen TNI Henuhili (alm), dapat berita telah meninggal pula 2 teman yaitu Rudy Kerkoft (teman semasa remaja di Lombok) dan Charly Mantiri yang mantan mantunya Jendral TNI(Purn) Widjojo Soejono.

Jenazah Charly Mantiri di RS Cikini cukup dekat, maka bersama Sarah Hariette Raturandang dan adik Joan Henuhili bersama Edy Henuhili pergi ke RS Cikini.
Ditempat rumah jenazah RS Cikini bertemu dengan teman teman lama seperti Laksamana (Purn) Frits Mantiri (Kakak dari Charly Mantiri), Linda Mantiri dan istri dari Charly Mantiri dan anak anaknya.
Teringat dengan Charly Mantiri yang merupakan salah satu pentolan Geng Bachelor semasa berada di Manado ( th 1970-1972). Saat itu sebagai orang baru di Manado karena lahir dan sekolah diluar Manado, punya kenalan maupun saudara dekat Max Oroh yang juga pentolan Gang Bachelor sehingga lebih dekat dengan Geng Bachelor. Sedangkan adik adik dekat dengan Gang Fireball. Di Manado ada 2 Geng ( atau istilah kerennya Crossboy) yaitu Bachelor (di Tikala) dan Fireball( di Mahakeret).
Suatu saat August Ferry Raturandang dipukul dari belakang oleh salah satu pentolan dari Geng Fireball dan setelah siuman karena sempat pingsan karena serangan tiba tiba yang tidak disangka sangka. Salah satu anggota Geng Bachelor mau memberikan pistol untuk bela diri, tapi ditolak mentah mentah walaupun pernah ikuti pelatihan kemiliteran semasa Menwa (Resimen Mahasiswa) Universitas Airlangga.

Bercerita dengan Benny Tengker, mengenai Charly Mantiri yang usianya jauh dibawah Benny Tengker yang kelihatan masih tegap.
Bertemu pula dengan teman teman semasa di Surabaya, Tinneke dan Max Imbar, Telly Kasenda , Lexy Orah, Eddy Pakasi.

Usia sudah diatas kepala 50 tahun dan bahkan diatas 60 tahun. Tinggal menunggu siapa giliran berikutnya dipanggil Tuhan. Ada waktunya datang dan ada waktunya pulang dipanggil Tuhan. "Selamat jalan. Tuhan memberkati keluarga yang ditinggalkannya "

Tidak ada komentar: