Senin, 27 Oktober 2008

Potensi Petenis Bali

27 Oktober 2008. Ada catatan khusus selama ikuti Piala Ferry Raturandang-57 di Singaraja terutama melihat permainan petenis yunior asal Bali. teringat beberapa tahun silam saat Ayu Fani Damayanti bersama Nancy Meitrya tampil di Jakarta ikuti turnamen nasional. Terlihat bakat bakat akan muncul dari Pulau Dewata. Kali ini seperti akan terulang kembali kejayaan petenis putri asal Bali dkancah nasional Menarik sekali perhatian terhadap putri KU 10 tahun. Sempat melihat pertandingan antara Kadek Ayu Sri Yuliadanawati asal Gianyar melawan Gita Purnami asal Jembrana. Kedua kota Kabupaten ini bisa menghasilkan petenis yunior yang cukup lengkap permainannya. Adu reli antara Sri Yuliadanawati dengan Gita Purnami terjadi kejar mengejar angka sampai 5-5 dan tie break, Disini Gita akhirnya kalah.
Menjadi perhatian sekali terhadap cara bertanding dari Gita Purnami yang cara penempatan bola kelawan sesuai target dilakukan seperti latihan sehari hari. Keuletan dari Yuliadanawati membuat Gita akhirnya kalah. Jika cara bertanding seperti ini yaitu keras dan diarahkan kesisi kiri dan kanan lawan tentunya dimasa mendatang jika usia lebih tua dan postur tubuh lebih tiggi maka tidak tertutup kemungkinan akan menjadi atlit2 handal dari Pulau Dewata.

Kedua petenis tersebut berasal dari asuhan pelatih daerah. Jika pelatih2 tersebut dibekali dengan ilmu pengetahuan kepelatihan tenis modern , bisa mempercepat kemajuan kedua petenis tersebut. Bentuk postur Gita lebih rendah atau sama dengan net ( 90 cm) bisa memiliki pukulan lengkap dan keras. Tidak terlihat kalau petenis tersebut tidak takut kalah. Keberanian memukul bola dengan keras sesuai usia mereka patutlah mendapatkan perhatian.

Sewaktu menyaksikan pertandingan KU 12 tahun putri di lapangan Udiksha, August Ferry Raturandang sempat memberikan masukan kepada orangtua petenis karena sempat mendengar suara yang menanyakan kepada atlit. " Kalah atau menang." Demikianlah pertanyaan tersebut. Oleh August Ferry Raturandang dikoreksi. " Janganlah anak anak ditanya kalah atau menang setelah pertandingannya. Ini akan menjadi beban bagi mereka. Harus Menang itu intinya yang tidak boleh diungkapkan langsung baik didepan orang lain atau didepan anak itu sendiri. Mereka harus menikmatai permainan tenis ini." ujar AF Raturandang. " Apa yang ahrus dilakukan ? " ini pertanyaannya.
Yang harus dilakukan adalah bertanya apakah bermainnya menyenangkan. Giring pertanyaannya tentang enjoy dalam permainannya. kemudian pujilah atas pukulan pukulan winner yang dilakukan. Ingat bola out lebih baik dibandingkan bola nyangkut net. Kalau buat kesalahan dalam lakukan pukulannya maka tidak perlu dibesar besarkan kesalahan tersebut.Tujuannya agar anak tersebut tidak disalahkan jika kalah. Biarkanlah anak tersebut yang menyebutkan kalau kalah.

Ditunggal putra yang sempat mendapatkan perhatian adalah final tunggal putra KU 14 tahun, petenis Singaraja Agus Satria yang usianya masih 12 tahun sudah berani main di KU 14 tahun , cukup berbakat dimasa depan karena permainannya juga cukup keras, dapat melayani adu reli dengan Bagas Krisna yang PNP-55. Penanganan yang baik tentunya akan menghasilkan petenis potensi dimasa depan. Inilah harapannya

Tidak ada komentar: