April 2008. Permintaan pemerataan prestasi kedaerah daerah datangnya di rapat komisi Musyawarah Nasional PELTI 2007 di Hotel Novotel Jambi. Saat itu Sekretaris Pengda Pelti Sumatra Utara Achmad Mulyadi. Respons atas permintaan tersebut Martina Widjaja selaku Ketua Umum PP Pelti periode 2007-2012 telah membentuk bidang baru yaitu bidang pembinaan prestasi daerah dengan ketua bidang Tintus Arianto Wibowo dengan wakil ketua Hudani Fajri didukung oleh anggota komite Bonit Wiryawan (Surabaya), Eko Yuli (Jambi), Bunge Nahor (Sulut).
Bidang ini langsung bekerja dengan mengundang pelatih pelatih di Hotel Menara Peninsula. Pelatih yang diundang Deddy Prasetyo (DKI), Deddy Tedjamukti (DKI), Roy Morison (DKI), Alfred Raturandang, Hudani Fajri (DKI), Pudjo Prayitno (DKI), Handono Murti (DKI), Sulistyono (DKI), Slamet Utomo (DKI) Ngatman Suwito (DIY), Roniansyah (Lampung), Bonit Wiryawan (Surabaya), Julius Tedja (Makassar), Damrah (Padang), Eko Yuli (Jambi). tetapi yang tidak bisa hadir karena waktu yang sama sudah ada kegiatan lainnya yang tidak bisa ditinggalkan yaitu Deddy Prasetyo, Deddy Tedjamukti, Damrah, Eko Yuli. Acara pertemuan dibuka oleh intus dan hadir pula Danny Walla Ketua Bidang Pembinaan Yunior PP Pelti dan juga August Ferry Raturandang.
Dalam pertemuan yang berlangsung dua sampai tiga kali, tim penyusun Panduan Pedoman Pembinaan Prestasi Daerah yang terdiri dari Ngatman Suwito, Alfred Raturandang, Roniansyah dan Hudani Fajri telah berhasil menyusun buku panduan pedoman pembinaan prestasi daerah.
Rencana dibentuk pula sentra sentra pembinaan dibagi atas 5 wilayah yaitu wilayah I terdiri dari Nangroe Aceh Darusalam, Sumut, Sumbar, Riau dan Kepri. Wilayah II terdiri dari Jambi, Bengkulu, Sumsel, Babel dan Lampung. Wilayah III terdiri dari Kaltim, Kalbar, Kalteng, Kalsel dan Sulut. Wilayah IV terdiri dari Sulawesi Selatan, Sultra, Sulbar, Sulteng , NTB dan NTT. Wilayah V terdiri dari Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan Gorontalo. Sentra sentra ini membina petenis yunior usia 14 tahun kebawah disetiap sentra terdiridari 8 putra dan 8 putri dengan 2 pelatih daerah.
Sentra sentra ini merupakan tanggung jawab Pengprov bersama sama PP Pelti. Pembeayaanpun dibebankan kepada Pengprov, termasuk akomodasi pelatih daerah , petenis yunior. Sedangkan PP Pelti akan menanggung beaya transportasi dan honor pelatih nasional yang akan dikirim melatih selama 1 bulan di sentra sentra tersebut.
Bagaimana dengan pendidikan petenis yang masuk sentra tersebut karena peserta sentra adalah petenis potensial hasil seleksi atlet dari pengprov diwilayah tersebut.? Hal ini juga merupakan tanggung jawab orangtua untuk pendidikan yang diwajibkan masuk sekolah formal ditempat sentra sentra tersebut. Orangtua bersama klub ataupun Pengkot dan Pengkab Pelti bersama sama menanggung beaya pendidikannya. Sedangkan PengProv akan memfasilitasinya.
Terobosan ini harus dilakukan demi kemajuan atlet tenis didaerah daerah. Ini semacam pelatda yang lazim dikenal. Jika kerjasama dengan Diknas atau kantor Menegpora dalam program PPLP (Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar) bisa lebih mempercepat program tersebut. PPLP khusus tenis belum berjalan, bisa diprogramkan dan diajukan ke Pemerintah.
Sentra sentra ini akan dikunjungi oleh 2 pelatih nasional dan ikut melatih selama satu bulan disentra sentra tersebut. Kemudian latihan diteruskan oleh pelatih daerah, Kemudian dalam beberapa periode akan kembali lagi pelatih nasional meneruskan dan mengevaluasi hasil latihan selama ini.
Selain pelatihan petenis, juga harus dipikirkan adalah turnamen di sentra sentar tersebut. Tanpa turnamen sulit mengevaluasi.
Harus salut diberikan kepada pelatih nasional yang mau terjun ke sentra sentra didaerah luar Jawa karena pelatih nasional ini sudah harus meninggalakn sekolah tenis yang dimilikinya selama sebulan. Suatu pengorbanan demi pertenisan Indonesia. Tenis Indonesia milik masyarakat tenis, bukan milik segelintir orang sehingga sebaiknya program ini juga menjadi milik masyarakat tenis. Bravo