Tahun 2007, merupakan tahun yang terakhir bagi turnamen internasional yunior Piala Pangdam Siliwangi Cup yang sudah masuk dalam kalender International Tennis Federation. Bagai disambar geledek ketika menerima surat pemberitahuan dari Pengda Pelti Jawa Barat kalau Piala Pangdam Siliwangi dibatalkan karena mundurnya sponsor dari Kodam Siliwangi. Saat itu waktu penyelenggaraan sangat dekat sekali kurang dari tiga bulan.
Disaat itu langkah AFR untuk menyelamatkan turnamen yang jika dibiarkan maka akan terkubur selamanya. Hal ini tidak bisa dibiarkan saja. Tapi apa daya.
Saat selenggarakan Persami Piala Ferry Raturandang di Bandung, AFR melemparkan permasalahan ini kepada orang-orang tua dari peserta dan meminta agar bersama sama selaku orangtua petenis asal Jawa Barat ikut bersama sama mencari solusi agar turnamen internasional yunior ini bisa diselamatkan. Yang penting turnamen ini tetap berjalan di Bandung.
Untung saat itu berjumpa salah satu orangtua peserta bernama Jahja T Tjahjana seorang pengusaha muda dari Bandung mulai merespons atas anjuran AFR. Jahja pun mulai bertanya kira kira beaya selenggarakan turnamen tersebut. Melihat ada respons ini AFR tidak mau kehilangan momen ini. Harus ditangkap dan jangan dilepas. Tapi caranya gimana. Ya, berikan pandangan yang gampang sehingga niat tersebut bisa ditampungnya.
AFR sebutkan perkiraan beaya sekitar Rp.100 juta, dan berikan pula rencana pendapatan dari turnamen tersbut yaitu dari sponsor sponsor dan entry fee. Diperkirakan enty fee bisa didapat sekitar Rp 20-30 juta. Diberikan juga cara pencarian kekurangan dananya.
Saat itu juga PB Pelti sedang mencari daerah yang berkeinginan selenggarakan turnamen internasional yunior. AFR sempat lemparkan rencana ini ke daerah daerah seperti ke Makassar dan Semarang. Karena kedua kota ini punya fasiltas yang memadai. Kepastian dari Jahja belum ada karena akan dirapatkan dengan Pengda Pelti Jabar. Respons datang dari Makassar melalui Julius Tedja yang mempunyai turnamen Peltha Cup. Begitu juga dari Semarang melalui Terry Sugiyanti.
Waduh sudah ada 3 calon yang berkeinginan besar. Kebingungan memilih. Karena AFR berkeinginan agar menyelamatkan turnamen tersebut tidak keluar dari Jawa Barat maka masalah ini diulur ulur waktunya untuk memutuskan. Akhirnya datang juga dari Jahja melalui Pengda Pelti Jawa Barat yang melayangkan surat ke PB Pelti menyatakan kesediaan meneruskan turnamen tersebut.
.
Setelah beberapa hari kemudian Jahja sempat rapat dengan Pengda Pelti Jawa Barat. Hasil dari rapat tersebut sangat mengecewakannya. Akhirnya hal ini disampaikan ke AFR dan menyatakan mundur. Wah, cilaka rencana pertahankan Jawa Barat tetap punya 1 turnamen internasional yunior bisa hilang. AFR menyempatkan diri berhubungan dengan jahja Tjahjana untuk berikan dukungan moril agar tidak mundir. Jahja pun mau menerima untuk meneruskan rencana turnamen tersebut. Tetapi dalam pembicaraan tersebut ada syaratnya. Yaitu AFR yang juga ikut bersama sama menjalankan turnamen tersebut. Nah lega pula. Tentunya kalau AFR menolak , so pasti Jahja mundur. Ini yang tidak boleh diundur. Jawaban AFR menyanggupinya sangat menyenangkan Jahja.
Ketika ditawarkan sebagai Direktur Turnamen, AFR menawarkan nama AtetWijono yang juga anggota Pengda Jabar. Selanjutnya dibuat perencanaan untuk suksesnya turnamen di Bandung. Komunikasi dengan Jahja tidak putus maupun dengan Panpel yang sudah dibentuk. Merelakan diri capek capek mengendarai mobil ke Bandung untuk ikuti rapat rapat tidak memudarkan semangat AFR walaupun usia sudah lanjut. Bahkan rapat selesai larut malam, AFR tetap kembali dengan kendaraan kembali ke Jakarta, demi tidak memutuskan semangat Panpel dipimpin oleh Jahja Tjahjana bersama istri yang cukup mendukung semangat mensukseskan jalannya turnamen tenis internasional di Bandung.
Akhirnya Turnamen ini terselamatkan, dengan nama baru yaitu ITF Oneject Indonesia Internatiomal Junior Champs 2007.
AFR sebutkan perkiraan beaya sekitar Rp.100 juta, dan berikan pula rencana pendapatan dari turnamen tersbut yaitu dari sponsor sponsor dan entry fee. Diperkirakan enty fee bisa didapat sekitar Rp 20-30 juta. Diberikan juga cara pencarian kekurangan dananya.
Saat itu juga PB Pelti sedang mencari daerah yang berkeinginan selenggarakan turnamen internasional yunior. AFR sempat lemparkan rencana ini ke daerah daerah seperti ke Makassar dan Semarang. Karena kedua kota ini punya fasiltas yang memadai. Kepastian dari Jahja belum ada karena akan dirapatkan dengan Pengda Pelti Jabar. Respons datang dari Makassar melalui Julius Tedja yang mempunyai turnamen Peltha Cup. Begitu juga dari Semarang melalui Terry Sugiyanti.
Waduh sudah ada 3 calon yang berkeinginan besar. Kebingungan memilih. Karena AFR berkeinginan agar menyelamatkan turnamen tersebut tidak keluar dari Jawa Barat maka masalah ini diulur ulur waktunya untuk memutuskan. Akhirnya datang juga dari Jahja melalui Pengda Pelti Jawa Barat yang melayangkan surat ke PB Pelti menyatakan kesediaan meneruskan turnamen tersebut.
.
Setelah beberapa hari kemudian Jahja sempat rapat dengan Pengda Pelti Jawa Barat. Hasil dari rapat tersebut sangat mengecewakannya. Akhirnya hal ini disampaikan ke AFR dan menyatakan mundur. Wah, cilaka rencana pertahankan Jawa Barat tetap punya 1 turnamen internasional yunior bisa hilang. AFR menyempatkan diri berhubungan dengan jahja Tjahjana untuk berikan dukungan moril agar tidak mundir. Jahja pun mau menerima untuk meneruskan rencana turnamen tersebut. Tetapi dalam pembicaraan tersebut ada syaratnya. Yaitu AFR yang juga ikut bersama sama menjalankan turnamen tersebut. Nah lega pula. Tentunya kalau AFR menolak , so pasti Jahja mundur. Ini yang tidak boleh diundur. Jawaban AFR menyanggupinya sangat menyenangkan Jahja.
Ketika ditawarkan sebagai Direktur Turnamen, AFR menawarkan nama AtetWijono yang juga anggota Pengda Jabar. Selanjutnya dibuat perencanaan untuk suksesnya turnamen di Bandung. Komunikasi dengan Jahja tidak putus maupun dengan Panpel yang sudah dibentuk. Merelakan diri capek capek mengendarai mobil ke Bandung untuk ikuti rapat rapat tidak memudarkan semangat AFR walaupun usia sudah lanjut. Bahkan rapat selesai larut malam, AFR tetap kembali dengan kendaraan kembali ke Jakarta, demi tidak memutuskan semangat Panpel dipimpin oleh Jahja Tjahjana bersama istri yang cukup mendukung semangat mensukseskan jalannya turnamen tenis internasional di Bandung.
Akhirnya Turnamen ini terselamatkan, dengan nama baru yaitu ITF Oneject Indonesia Internatiomal Junior Champs 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar