Jakarta, 25 Januari 2010. Saya terima SMS dari orang Surabaya (tidak ngaku) yang selama ini membayangi sepak terjang saya dengan kirim SMS maupun email. SMS ini mau beritahu saya masalah PERSAMI di Jawa Timur yang kesulitan sponsor sehingga sulit dijalankan dengan rutin. Ini dikutip dari berita Jawa Pos.
Sebenarnya saya sudah lama mendengar masalah ini, karena sewaktu saya terima SMS pemberitahuan dari salah satu pelaku tenis di Surabaya beberapa tahun lalu yang menyampaikan kalau mereka menunggu sponsor untuk menjalankan PERSAMI. Maka sayapun kirim balasan dengan mengatakan kalau cari sponsor dan dapat sponsor sebaiknya buat saja Turnamen Nasional. Karena PERSAMI adalah turnamn yang bisa berjalan TANPA SPONSOR. Bahkan saya saat ada kesempatan berkunjung ke Surabaya sekalipun saya jelaskan arti dari Persami tersebut.Kapan, Bagaimana cara selenggarakan Persami. tetap saja tidak mau mengerti. Apakah saya harus turun langsung ke Surabaya ?
Andaikan berita dari salah satu media cetak asal Surabaya benar seperti yang saya terima SMS hari ini , maka ketergantungan terhadap sponsor akan membuat tidak akan ada PERSAMI yang juga merupakan salah satu bentuk turnamen atau kompetisi yang sangat dibutuhkan oleh petenis.
Dalam SMS yang saya terima, ada cemohan diberikan kepada saya kalau tidak mungkin bisa selenggarakan PERSAMI tanpa Sponsor. Ya, biarkan saja oramg tersebut yang tidak mau dan bisa mengerti tentang tenis ataupun Persami berceloteh semaunya. "Emangnya gue pikirin."
Kembali ke tahun 1996 di lapangan tenis Kemayoran, saat Persami diperkenalkan oleh Pengda Pelti DKI Jakarta. Waktu itu Persami mendapatkan suntikan dana dari Ketua Pengda Pelti DKI Jakarta Martina Widjaja. Keinginan Martina waktu itu agar kegiatan turnamen setiap akhir minggu. Dan dicobalah dengan PERSAMI itu. tetapi rasanya hanya sekali saja. Setelah itu berhenti karena harus ada sponsor dana dari Ketua Pengda Pelti DKI Jakarta. Karena terhenti beberapa bulan maka saya ambil inisiatip dngan jalankan sendiri . Saat itu saya duduk sebagai Komite Pertandingan dan juga Komite Promosi dan Pemasaran Pengda Pelti DKI Jakarta.
Setelah saya jalankan sampai saat ini yang 4-5 tahun silam atas anjuran salah satu orangtua peserta Persami untuk mengubah nama Persami menjadi Piala Ferry Raturandang. Alasannya masuk akal, dimana idea dan pelaksana saya sendiri maka dianggap layak menggunakan nama Piala Ferry Raturandang.
Selama jalankan Piala Ferry Raturandang, saya pernah mendapatkan sponsor tetapi tidak dalam bentuk DANA, melainkan dalam bentuk hadiah seperti datang dari INDOMILK, OREO, ANDEC. Tetapi sewaktu di Bandung saya juga mendapatkan DANA dari salah satu orangtua peserta (Jahja T Tjahjana ) dan saya berikan kepada pemenang sebagai hadiah dalam bentuk voucher telpon. Ini berjalan 2-3 kali turnamen di Bandung.
Sewaktu di Palangka Raya, Piala Ferry Raturandang -69 bulan Nopember 2009, saya terima sponsor dari Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti Johannes Susanto dalam bentuk hadiah raket DUNLOP, dan juga T-shirts dari pelatih Hadiman dari Sekolah Tenis KTKG.
Nah, apakah ada ketergantungan dengan sponsor ? Saya termasuk yang tidak mau tergantung terhadap sponsor. Karena saya tahu jika kalau ada ketergantungan maka kelanjutan turnamen Persami akan tersendat sendat karena sepengetahuan saya sendiri perusahaan jika mau sponsor kegiatan ada masa atau periode tertentu tidak untuk selamanya. Sehingga periode sponsorship juga ada batas batasnya.
Apakah saya menolak jika ada yang mensponsori ? Tentunya sangat naif sekali kalau saya menolaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar