Jakarta, 11 Januari 2010. Pagi ini saya terima SMS dari kolega dr.Samuel Simon yang cukup aktip sebagai petenis dan berprofesi dokter spesialis Kulit dan Kelamin. Inti isnya adalah agar beritahu adik saya Alfred supaya anaknya Andrean Raturandang janganlah berobat dengan cara alternatip, tetapi dianjurkan ke dkter bedah tulang (orthopedi). Wah, ini berarti ada kejadian Andrean patah tulang sedangkan semalam saya masih berjalan bersama Alfred , dan tidak ada cerita masalah Andrean tersebut.
Saya hanya bisa forward SMS tersebut ke Alfred, tapi tidak ada respons Siangnya saya terima telpon dari Johannes Susanto yang bertanya Andrean diopname dimana . Tentunya saya tidak tahu betul. Sayapun mulai bimbang, kenapa Alfred tidak cerita setelah saya forward SMS dari dr.Simon.
Kemudian saya terima telpon dari Zandra Darmawan yang cerita kalau dia telpon Andrean langung untuk keperluan lain dan diterima langsung oleh Andrean yang juga mengatakan sedang di rumah sakit karena patah tulang.
Berarti apa yang disampaikan kepada saya pagi ini ada kebenarannya. Tidak lam lagi telpon masuk dari Felix Mangunpratomo, rekan tenis juga yang menanyakan nomer tilpon dari Alfred.
Apa kejadian yang terjadi sama keponakan Andrean kemarin. Hudani Fajri yang mengetahui permasalahan kemudian bercerita kalau hri Minggu malam, Andrean bermain sepak bola bersama petenis lainnya seperti Nesa Artha, Hendri Pramono melawan UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.
Dalam pertandingan sepak bola tersebut terjadilah pelanggaran kepada Andrean dan accident ini membuat Andrean patah kakinya.
Tetapi saya dengar langsung kepada rekannya Prima Simpatiaji yang juga ikut bertanding saat itu, dikatakan Andrian menerima bola lambung sambil berlari kearah pertahanan lawan dimana sudah berdiri pemain belakang lawan. Bola itu sambil berlari kencang Andrian mengunakan kepala sambil loncat dimana pemain lawan untuk menghentikan laju larinya Andrean dengan cara melompat dengan menendang paha Andrean. Bukan bola yang ditendang tetapi paha Andrean sehingga semua yang hadir saat itu mendengar patahnya kaki Andrean yang cukup keras. Disini ada unsur kesengajaan dimana lawannya adalah memang pemain sepak bola sedangkan Andrean bukan pemain sepakbola. Andaikan sewaktu ditendang paha Andrean yang masih berada diudara belum menginjak tanah, tetapi jika kali Andrean sudah menginjak tanah maka hasilnya bisa berbeda. Bisa jadi akan keluar paha yang patah tersebut. Saat itu Andrean langsung berguling ketanah.
Waduh Andrean , apakah akan berakhir sudah kariernya sebagai petenis Indonesia yang saat ini masih masuk dalam peringkat nasional nomor 6.
Saya teringat akan almarhum aayah saya sewaktu itu cerita kalau dia itu adalah pemai sepak bola sebelum terjun ke tenis. Begitu mengenal tenis dan pindah dari Makassar ke Singaraja Bali, tidak mau turun kelapangan sepak bola, bahkan nonton sepak bolapun sudah tidak mau. Sewaktu pindah ke Lombok, ayah saya (Jo Alber Raturandang alm) baru masuk kelapangan sepakbola untuk bertemu dengan temannya sendiri Opa Mangindaan (alm) yang saat itu membawa tim PSSI bertanding dilapangan sepakbola Ampenan. Saya tidak lupa saat itu tim PSSI membawa salah satu bintang dari Irian Dominggus yang akhirnya pindah ke Belanda. Saat itu Opa Mangindaan mengundang 2 pemain dari Lombok untuk ikut TC PSSI di Salatiga yaitu Junaidi Abdilah dan Alfred Raturandang (ayah dari Andrean Raturandang). Junaidi masuk TC tetapi ayah saya melarang Alfred main sepak bola karena lebih cenderung main tenis saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar