Sabtu, 16 Januari 2010

"Mau dirapatkan Dulu "


Jakarta,16 Januari 2010. Menggiatkan tenis didaerah tidak cukup dengan sebar wacana saja , karena saya yakin sekali TURNAMEN adalah KEBUTUHAN atlet. So, apa yang harus kita lakukan dan mau mulai dari mana ? Inilah masalah serius yang saya pikirkan selama ini.
Tetapi masalah ini bisa saja terabaikan kalau kita sudah punya NIAT, sehingga kebutuhan atlet tenis bisa terealiser. Di era boomingnya IT, maka kesulitan tersebut bisa diatasi dengan cepat. Kalau dulu saya sering kirimkan surat resmi kedaerah daerah menghimbau mereka agar kegiatan turnamen ditingkatkan mulai dari PERSAMI (pertandingan sabtu minggu) sampai ke TDP (Turnamen Diaku Pelti=turnamen nasional)dan kurang responsnya. Maka sekarang saya ubah dengan menggunakan IT. Bahkan Persami yang saya selenggarakan berubah namanya menjadi Piala Ferry Raturandang yang sudah masuk ke 69 kalinya tanpa keterlibatan SPONSOR dalam bantuk dana.

Saya sangat gandrung dengan telpon seluler, bahkan sebelum tidurpun masih siapkan SMS yang akan dikirimkan besok pagi, mumpung tidak lupa. Kebiasaan SMS ini ada juga dampak burukya yaitu disaat sedang mengendarai mobil masih tidak luput kirim maupun baca SMS. Telpon seluler saya ini lebih banyak penggunaannya untuk SMS dibandingkan kirim telpon. Tapi menerima telpon juga sering maupun SMS. Jika sudah berlaku Undang Undang Lalu Lintas, bisa kena tilang nyetir sambil telpon. Kira kira Rp. 750 ribu dendanya. "Katanya".

Beberapa hari ini saya kirimkan SMS kemasyarakat tenis di daerah daerah, baik ke orangtua maupun pelatih dan juga rekan rekan Pelti didaerah. Karena saya lihat banyak orangtua rajin kirimkan anaknya bertanding ke turnamen di pulau Jawa ini yang padat turnamen. Sehingga saya lebih berkonsentrasi kedaerah saja sehingga awalnya mulai dari Jakarta sampai lupa selenggarakan di Jakarta. Beberapa SMS masuk ke telpon seluler menanyakan waktu penyelenggaraan RemajaTenis di Jakarta.Bahkan himbauan juga datang langsung untuk tidak melupakan Jakarta. Begitu juga ada pelatih yang datang berhadapan langsung minta diselenggarakan di Jakarta turnamen RemajaTenis. Tanpa mengetahui kendala kendala saya jika di Jakarta.

Dari kebiasaan kirimkan SMS, saya punya pengalaman atas jawabannya yang negatip terhadap kebiasaan saya ini kirimkan informasi tentang kegiatan tenis khususnya turnamen. Sedangkan mayoritas sangat menyambut baik atas informasi tersebut. Memang ada sedikit kurang ajar (mungkin kata ini kurang tepat), saya sering berulang ulang kirim SMS dengan berita yang sama , karena yang dikirim tidak berikan jawabannya. Akhirnya datang juga yang ISENG berikan jawabannya. Mau tahu, tanggapan yang dikeluarkan. Yaitu saya dikatakan CEREWET kirimkan SMS ini berulang ulang, cukup sekali saja. Ini datang dari Bali (kalau tidak salah dari KarangAsem). Dan yang datang dari Riau lain lagi. Dianjurkan agar saya tidak ngurusin turnamen ataupun pembinaan, karena ada bidang yang mengaturnya, sebaiknya urusin Sekretariat PP Pelti, karena dia sangat kecewa tidak ada jawaban atas suratnya. Memang ada suratnya bertanya, sudah didisposisikan kepada bidang bersangkutan, tetapi kemungkinan belum ada jawaban karena ketua bidang tersebut keluar kota. Tentunya saya belum bisa menjawabnya. Ini yang buat dia kesal. Tetapi sebagai Wakil Sekjen saya punya kewajiban kirim informasi dengan SMS karena dengan SMS lebih cepat dan tepat sasaran. Banyak surat surat yang dikirimkan ke daerah tidak disebar luaskan diwilayahnya sebagai bentuk tanggung jawabnya. Maka dari itu saya melihat sarana SMS maupun surat elektrinik lebih tepat.

Saya kirimkan SMS kepada masyarakat dan Pelti setempat, dan saya dapatkan jawaban yang sama. "Mau dirapatkan." begitulah jawaban klasik yang saya terima. Ini bermakna bagi saya pribadi berdasarkan pengalaman selama ini, ini artinya tidak akan ada respons. Bahkan sebulan lalu SMS serupa saya layangkan kepadanya dengan jawaban yang sama (mau dirapatkan). Kenapa begitu, sepengetahuan saya didaerah untuk acara rapat saja sudah jarang dilakukan tidak seperti kami di senayan, minimal dua minggu sekali ada rapat koordinasi antar bidang.Yang tempatnya lebih banyak direstoran saja dengan beaya dari masing masing ketua bidang bukan dari anggaran kegiatan Pelti. "Maklum ketua bidang ini masih banyak uangnya (pribadi),"
Kalau sulit ketemu, tawaran ini jadi kelupaan. Begitulah nasib tenis didaerah, tetapi jangan pikir didaerah tidak ada turnamen. So pasti ada tetapi sifatnya lokal. Dan sedihnya saya dapatkan informasi didaerah turnamen lokal khususnya yunior berikan hadiah uang kepada pemenang. Ini sebenarnya dilarang sesuai ketentuan TDP maupun ITF. Tambah sedih kegiatan ini dilakukan oleh Pelti setempat. "Apa mereka tidak tahu ada aturan tersebut ?" Bahkan bangga beritahu saya kalau sanggup buat turnamen berhadiah untuk yunior. Begitulah kejadian kejadian didaerah yang saya terima informasi dari pelatih mauun orangtua adanya kegiatan tersebut berhadiah uang.

Nah, jika tidak tergugah , bukan berarti saya menyerah. Sayapun sudah berniat terjun langsung tidak melibatkan rekan rekan didaerah. Tapi ini ada resikonya, akan membuat kecemburuan rekan rekan didaerah. Bisa bisa saya dikatakan kurang ajar kenapa tidak kulonuwun. Kalau sudah siap semua tinggal melaksanakan maka sayapun baru memberitahukan. Jadi bukan dari awal tetapi setelah siap baru diberitahukan. Bahkan pernah terjadi saya ditanyakan siapa yang bertanggung jawab atas TDP tersebut. Ini pernah terjadi. Itulah resikonya, bisa bisa mereka buat laporan resmi, seperti yang pernah terjadi oleh salah satu ketua forum mengatas namakan orangtua, tulis surat mengusulkan agar saya diberhentikan atau di non aktipkan dari PP Pelti. Ini usulan ke kanak kanakan menurut beberapa rekan saat membaca surat resmi ke PP Pelti.

Tetapi banyak juga rekan rekan Pelti didaerah menyambut baik setelah perencanaan TDP mau dilaksanakan oleh masyarakat tenis bisa terealiser, bahkan berterima kasih terlaksananya kegiatan tersebut diwilayah mereka. Sebagai contoh turnamen RemajaTenis bisa terealiser baik di Jakarta, D.I.Y, Medan, Cirebon, Mataram. Bahkan kedepan sudah siap kota Palu (Sulawesi Tengah) dan Sumbawa Besar (NTB)

Tidak ada komentar: