Jakarta, 18 Januari 2010. Kalau diluaran sering kita dengar masalah yang sangat hangat diberitakan oleh media massa, sayapun menerima tawaran rada aneh aneh belakangan ini. Yang saya maksud dipemberitaan sejak diungkapkannya kasus Anggodo adalah masalah makelar kasus atau dikenal dengan MARKUS.
Saya terima telpon dari salah satu orangtua petenis yang meminta bantuan secara personal kepada saya masalah keinginannya memperbaiki kehidupannya. "Ada lagi masalah ini ."
Biasanya permintaan bantuan jika alami musibah atau kesulitan dalam kehidupannya. Tapi ini minta bantuan masalah mau meningkatkan kehidupanya yang saat ini dianggap sangat menyedihkan.
"Apakah ada kenalan di Markas Besar setingkat Jenderal." ungkapnya kepada saya pertelpon. Ini belum pernah saya lakukan pendekatan terhadap petinggi militer walaupun ada yang saya kenal, bahkan ada yang masih hubungan famili.
Agar tidak mengecewakan saya ingin ketahui permasalahannya. Tetapi sayapun tidak mau beri janji karena masalah ini belum pernah saya hadapi. "Saya tidak janji." kira kira begitu ungkapan saya kepadanya.
Kemudian datang lagi SMS dari luar pulau. Intinya ingin ikuti ITF Level-1 National Coaches Course tanggal 713 Februari 2010 tetapi hanya mengharapkan sertifikatnya saja. Mau membayar entry fee sebesar Rp. 1.500.000 tetapi tidak bisa ikuti teori dan praktek apalagi ujian. Dengan harapan agar bisa dapat sertifikat. Karena sulit dapat ijin dari kantor.
Bulan Desember 2009, saya juga terima SMS dari pelatih diluar Jawa. Dalam memori telpon seluler saya tidak terdaftar nama pelatih tersebut. Permintaannya adalah buatkan undangan fiktif, yaitu ada penataran pelatih internasional dari tanggal 14-28 Desember 2009, sedangkan SMS itu datang disekitar tanggal 20 Desember 2009. Dikatakan pula ini untuk menghabiskan dana akhir tahun dari KONI didaerah tersebut, maka jika saya mau ikuti kemauannya maka akan dapat imbalan berupa uang. Ini betul betul permintaan gila yang tidak mungkin saya penuhi.
Yang jadi pertanyaan saya, sebegini rendahnya mentalitas pelatih didaerah, karena mengejar sertifikat belaka dengan cara cara seperti diatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar