Minggu, 07 Juni 2009

Merasa seperti sapi perah

Yogya, 7 Juni 2009. Selama berada di kota Gudeg sempat berbincang bincang dengan komunitas tenis di Yogya yang ternyata sangat haus dengan event turnamen. Keinginan ini pula langsung saya sampaikan kepada Sekretaris PengProv Pelti DIY Soemaryanto yang juga mendukung kegiatan turnamen di DIY. Kesempatan jalan jalan ke kota Gudeg ternyata mendapatkan sambutan positip. Bahkan semat bertemu salah satu rekan dari Harian Republika Herry Purwata yang khusus muncul di lapangan UGM karena ingin melihat dan ketemu saya. Memang sudah lebih dari 10 tahun sejak Herry bertugas di Yogya. Tidak disangka sangka masih bisa bertemu. Begitu pula rekan pelatih Ngatman menyempatkan diri datang bertemu dilapangan Lembah UGM.

Dalam pertemuan dengan Sumaryanto yang juga Dekan Fakultas Ilmu Keolahragan Universitas Negeri Yogyakarta, saya sampaikan salah satu gagasan agar ada kerjasama antara FIK UNY dengan Pelti dalam program pelatih tenis yaitu di FIK ada program study kepelatihan tenis, dimana setelah lulus S1 maka mahasiswa itu juga membawa gelar pelatih National ITF Level-1. Caranya, ada mata pelajaran yang belum didapat di Fakultas maka akan diberikan oleh Pelti.

Saya, sebenarnya tidak ingin selenggarakan turnamen dikota Gudeg karena sepengetahuan saya beberapa bulan lalu sudah pernah diadakan turnamen yunior di lapangan UNY dan UGM oleh rekan rekan dari Jakarta. Sukses, karena respons cukup besar sekali dimana peminat datang bukan hanya dari Yogya bahkan datang juga dari Jawa Tengah. Itu yang saya dengar sendiri dari penyelenggara turnamen berseri tersebut, sehingga timbul keinginan agar secara rutin diselenggarakan seterusnya.

Tetapi tidak disangka sangka saya mendapatkan laporan dari komunitas DIY ini yang diungkapkan sangat malu malu, dimana makin banyak yang berani ungkapkan kekecewaannya. Bahkan sangat mengharapkan saya turun langsung bukan hanya selenggarakan Piala Ferry Raturandang saja tetapi dikehendaki pula turnamen nasional yunior. Laporan seperti ini sudah pernah saya dengar juga dari rekan rekan dikota Bengawan yaitu Solo. Kenapa sampai kecewa, itu yang paling penting. Karena jika tidak ada lagi pihak pihak penyelenggara turnamen tentunya akan merugikan atlet tenis sendiri.

Memang sepengetahun saya, turnamen tersebut banyak memberikan janji janji kepada pemenangnya, tetapi realisasinya jauh dari perkiraan saya. Bahkan sebelum ke Bandara di lapangan tenis Lembah UGM, salah satu orangtua petenis yunior yang juga pelatih menyampaikan hadiah berupa raket hak putranya sebagai pemenang sampai saat ini belum direalisasikannya. Saya sendiri tidak mau ikut campur masalah ini, karena tidak berani mengumbar janji janji apalagi akhirnya tidak bisa direaliser.

"Saya lebih senang kerjasama dengan Opa, karena Opa lebih memperhatikan dan menghargai kerja kami ini. Bisa dibayangkan penghargaan yang diberikan oleh Opa untuk kerja 2 hari jauh lebih besar dibandingkan dengan dia berikan untuk 3 hari tidak sampai setengah dari Opa berikan. Dan selesai tugas langsung menerima tepat waktu tidak perlu ditunda tunda." ujar salah satu rekan yang ikut membantu pelaksanaan Piala Ferry Raturandang. Kemudian diungkapkan pula "jangan ada dusta diantara kita."

Tidak ada komentar: