Yogyakarta, 6 Juni 2009. Sudah lama sekali tidak jalan jalan ke Yogyakarta atau dikenal dengan nama kota Gudeg. Rasanya sudah beberapa tahun silam bersama keluarga dari Semarang mnginap di Hotel IBIS yang dekat dengan jalan Malioboro yang cukup terkenal. Masih ingat hotel IBIS ini ada jalan masuk langsung ke Mall sehingga memudahkan tamu tamu yang bisa langsung shopping di Mall tersebut. Hari ini berangkat dari Jakarta dengan Garuda Indonesia, saya sendiri dijadwalkan jam 12.50 berangkat dari Bandara Soekarno Hatta.
Mendarat dengan selamat di Bandara Adi Soetjipto yang kelihatannya kalah besar dan mewah dibandingkan dengan Bandara Adi Soemarno di Solo yang bulan Maret 2009 diresmikan pemakaiannya oleh Presiden SBY.
Setelah singgah ke Lembah UGM dimana ada pertandingan tenis Piala Ferry Raturandang-66 yang dipimpin oleh tenaga muda dari Solo Irsyad, singgah ke rumah salah satu orangtua petenis Yogyakarta Indrawan bersama Irsyad dari Solo. Letak rumahnya dekat sekali dengan Hotel IBIS. Akhirnya menginap di Hotel ISD artinya Ibis Sonoan Dikit. Teringat istilah BSD di Jakarta diplesetkan menjadi Bekasi Sonoan Dikit
Setelah mandi sore, dilanjutkan makan malam di salah satu resto Pak Ndoet tempat makan bebek goreng. Tempat duduk lesehan artinya sambil bersila dimana mejanya sangat rendah. Karena tidak terbiasa maka saya memilih yang bisa sandaran badan.
Bebek Goreng. Teringat juga dengan bebek goreng H Slamet di Solo. Cukup nikmat makan bersama Indrawan, Joko W, Erman, Irsyad dan Deo salah satu petenis Yogyakarta.
Cukup nikmat dengan sambel khasnya agak pedes dikit, dan minum es beras kencur. Karena sudah lama tidak minum beras kencur, sehingga dicobanya kali ini.
Saya sempat bertanya, Yogya disebut kota Gudeg tetapi dari siang sampai malam ini tidak terlihat yang jualan gudeg. Ternyata gudeg baru muncul agak malam setelah toko toko di jalan Malioboro tutup. Penasaran juga, sudah sampai Yogya kenapa tidak coba makanan khas nya yaitu Gudeg.
Mengisi waktu dengan mengobrol mulai dengan masalah turnamen tenis yang akan diselenggarakan oleh rekan rekan orangtua petenis di Yogya sampai masalah lainnya. Tetapi yang paling asyik, bicara masalah olahraga tidak satupun yang bercerita masalah Pilpres yang sedang hangat hangatnya dimedia massa Jakarta maupun daerah. Inilah dunianya olahraga, kenapa pusing dengan masalah politik.
Tepat pukul 22.30, saya pamitan dulu dengan berjalan kaki. Karena hanya 50 meter dari rumah Indrawan. Tetapi sewaktu mau masuk hotel, muncul keinginan menikmati suasana Yogya dimalam hari. Sudah datang jauh jauh, kenapa belum menikmati makanan khasnya yaitu Gudeg dan lain lain. Keinginan mencicipi makanan khas disetiap daerah yang dikunjungi merupakan salah satu kegemaran tersendiri. Akhirnya tidak jadi masuk kamar tetapi berjalan kaki menelusuri jalan Malioboro yang terlihat sudah tutup toko tokonya. Tapi bukan berarti langsung jalan Malioboro mati. Justru muncul kehidupan baru, yaitu sepanjang trotoar adanya tempat makan lesehan. Sepanjang kaki melangkah terlihat berbagai makanan yang dijualnya. Dan makin banyak juga masyarakat Yogya maupun pendatang dan bahkan ada bule juga ikut menikmatnya. Ada Anak Ayam Kampung Goreng, Pecel lele, dan gudeg. Tetapi kaki masi ingin jalan terus sampai melewati kantor Gubernur DIY, dan hitung hitung kaki telah melangkah sepanjang 950 langkah maka berhentilah karena ada tempat juala khusus Gudeg. Ada yang duduk lesehan tapi saya pilih duduk dibangku yang tersedia. Perut sebenanya sudah kenyang tetapi tidak mau melepaskan kesempatan menikmati makan Gudeg dimalam Minggu di jalan Malioboro yang cukup dikenal seantero dunia. Dari pilihan makana Gudeg saya tidak memilih ayam popor. Karena sudah kenyang akhirnya tidak bisa menghabiskan seluruh hidangan di piring.
Pulang kembali dengan mencoba iseng hitung hitung lgi ternyata 959 langkah sampai ke hotel untuk berisitrahat. Inilah Kota Gudeg dimalam Minggu yng tidak pernah mati. Ada lagi satu gangguan yaitu setiap berjalan kali selalu ada saja tawaran dari tukang tukang becak yang cukup banyak menunggu penumpang. Menawarkan jalan naik becak keliling. Untungnya yang ditawarkan adalah melihat toko toko batik yang lebih murah harganya langsung dipabriknya. Malam malam mau lihat toko batik. Apa tidak salah nih !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar