Minggu, 30 Agustus 2009
Sebuah renungan di Hari Minggu
Jakarta, 30 Agustus 2009. Hari ini istrahat dari kegiatan tenis, baik latihan maupun turnamen. Hari Minggu yang indah ini janganlah dilewatkan begitu saja dalam kehidupan sehari hari yan penuh dengan berbagai persoalan , sehingga perlu juga menyimak renungan dibawah ini , yang saya terima dari milis tetangga.
Sadarkah kita bahwa ;
Kita dilahirkan dengan dua mata di depan, karena seharusnya kita melihat yang ada di depan?
Kita lahir dengan dua telinga, satu kiri dan satu di kanan sehingga kita dapat mendengar dari dua sisi dan dua arah. Menangkap pujian maupun kritikan, Dan mendengar mana yang salah dan mana yang benar.
Kita dilahirkan dengan otak tersembunyi di kepala, sehingga bagaimanapun miskinnya kita, kita tetap kaya. Karena tak seorang pun dapat mencuri isi otak kita. Yang lebih berharga dari segala permata yang ada.
Kita dilahirkan dengan dua mata, dua telinga, namun cukup dengan satu mulut.
Karena mulut tadi adalah senjata yang tajam , Yang dapat melukai, memfitnah, bahkan membunuh. Lebih baik sedikit bicara, tapi banyak mendengar dan melihat.
Kita dilahirkan dengan satu hati, yang mengingatkan kita. Untuk menghargai dan memberikan cinta kasih dari dalam lubuk hati.
Belajar untuk mencintai dan menikmati untuk dicintai, tetapi Jangan pernah mengharapkan orang lain mencintai anda dengan cara dan sebanyak yang sudah anda berikan.
Berikanlah cinta tanpa mengharapkan balasan, maka anda akan menemukan bahwa hidup ini terasa menjadi lebih indah.
Ingin Memenej Sekolah tenis
Jakarta, 30 Agustus 2009. Selama ini keinginan orangtua agar anaknya bisa belajar atau main tenis di Jakarta yang disampaikan kepada saya baik datang dari Jakarta maupun luar kota, selalu diserahkan kepada beberapa pelatih yang ada di Jakarta yang membuka sekolah tenis diluar Senayan. Denagn cara berikan informasi nomor telpon pelatih tersebut tanpa terlibat dalam negosiasinya Tetapi kelanjutannya saya sudah tidak ikuti lagi.
Setelah saya cermati dimana saya tidak ikuti lagi kelanjutan dari pelatihan petenis tersebut, sehingga timbul keinginan untuk membuat pelatihan sendiri atau paling tidak dibawah manajemen saya sendiri agar bisa dipantau terus.
Begitu pula kemungkinan pelatihan tersebut cukup terbuka, dimana lapangan Gelora Bung Karno cukup banyak tersedia dan banyak waktu yang kosong sehingga bisa digunakan kembali sebagai Pusat Olahraga Tenis di Jakarta. Melihat hal tersebut sayapun akan membuat suatu program pelatihan bagi pemula, intermediate dan advance player di Senayan dengan melibatkan beberapa pelatih yang bersertifikat ITF Level-1 dan Level-2.
Hal ini tidaklah mudah bisa mewujudkan keinginan tersebut, tetapi jika semua ini dilakukan demi pertenisan mendatang, kenapa tidak dilakukan mulai sekarang karena melihat animo cukup besar datang dari masyarakat yang berkeinginan putra dan putrinya main tenis. Ya, semoga keinginan ini sudah bisa terwujud dimasa mendatang.
Dalam pemikiran nanti, yaitu memberikan waktu latihan dalam berbagai bentuk yaitu sekali seminggu, duakali seminggu yang khusus diberikan kepada pemula karena waktu anak2 harus disesuaikan dengan waktu sekolahnya yang banyak diisi juga dengan berbagai kegiatan2 diluar sekolah. Tapi khusus prestasi minimal usia 12 tahun sudah harus ikuti latihan setiap harinya diwaktu sore yaitu pukul 16.00-18.00.
Hadiah UlangTahun
Jakarta,27 Agustus 2009. Kemarin, bertepatan dengan HUT Martina Widjaja, saya menyempatkan diri ketemu dirumahnya sat itu dia sedang bermain tenis sesuai jadwalnya. Tidak disangka saya melihat suatu permintaan yang sudah saya dengar sebelumnya.
Pagi itu, saya melihat Ayrton Wibowo bersama ayahnya Tintus Wibowo diantar oleh Diko Moerdono menghadap Martina Widjaja disaksikan beberapa rekan lainnya seperti Christian Budiman, Hudan Fajri, Ariwangsa, Amin Pujanto dan petenis lainnya seperti Surya Wijaya, Andrian Raturandang, Ariawan Poerbo.
Ternyata hari itu Ayrton Wibowo menyampaikan keinginan mundur dari tim nasional setelah kembali dari Bangkok sewaktu bersama sama dengan Christpher Rungkat, Nesa Artha dan Sunu Wahyu ikuti Thailand Futures. Disana Ayrton tidak bisa ikut bertanding karena kena cacar air sehingga pulang ke Jakarta. Adanya hubungan tidak harmonis dengan pelatih tim asal Amerika Serikat Robert Davis diungkapnya.
Saya sendiri setelah itu tidak mau mendengar karena sudah mengetahui rencana sebelumnya dari Ayrton maupun Tintus Wibowo. Kemudian sayapun keluar dan pulang karena tidak mau mendengar kelanjutannya. Martina sendiri tidak bisa menolak keinginan tersebut. Kelihatan Martina cukup sabar dalam menerima kenyataan di hari ulang tahunnya. Bisa dianggap kadonya saja.
Ini hak dari setiap atlet jika tidak bisa kerjasama dengan pelatihnya maka tidak mau bergabung. Hal ini sebenarny bisa disayangkan sekali terjadi, tetapi kita harus menghormati hak dari setiap atlet tenis. Kejadian seperti ini bukan baru pertama kali terjadi dipertenisan Indonesia, yaitu tidak mau bergabung. Bedanya kali ini setelah bergabung ternyata tidak bisa kerjasama dengan pelatihnya yang kali ini pelatih asing, sedangkan rekannya dalam tim Sunu Wahyu Trijati, Christoper Rungkat (Bandit), dan Nesa Artha (Beauty) tetap bertanding dibawah asuhan pelatih AS tersebut.
Pelatih Robert Davis ini memeberikan julukan kepada Christopher Rungkat adalah "Bandit" sedangan Nesa Artha adalah "Beauty".
Setelah itu, sore harinya saya dapat laporan kalau Tintus sendiri mengundurkan diri dari Ragunan Tennis Club dibawah asuhan Martina Widjaja. Keinginan Tintus mau mendirikan training club sendiri sudah lama saya dengar dari Tintus karena dirumahnya sudah ada 2 lapangan outdoor, sehingga ingin buat Training Club sendiri. Ternyata lapangan tersebut sudah diubah menjadi lapangan FUTSAL.
Sebenarnya, saya melihat kalau Tintus sudah waktunya berdiri sendiri dengan bendera namanya yang cukup dikenal semua petenis Indonesia. Apalagi sekarang putra satu satunya sudah berhasil menjadi petenis nasional. Semoga berhasil, itulah harapan saya sendiri.
Kamis, 27 Agustus 2009
Yang Paling Banyak Kena Omelan
Jakarta, 27 Agustus 2009. Hari ini diacara HUT Martina Widjaja yang sebenarnya jatuh kemarin, dirayakan secara sederhana dalam acara buka Puasa bersama di Cafe Coleman Hotel Menara Peninsula Jakarta.
Hadir beberapa rekan anggota PP Pelti seperti Diko Moerdono, Soebronto Laras, Johannes Susanto, Christian Budiman, Ken W dan Hudani Fajri. Hadir pula karyawan kantornya Martina Widjaja.
Disaat acara pemotongan kue, saya mendapatkan julukan baru. Awalnya kue ulang tahun dipotong oleh Martina Widjaja diberika kepada pegawai Cipta Mustika yang termuda, kemudian yang tertua. Setelah itu pegawai yang terlama, jatuh kepada Zandra Dharmawan yang juga sekretarisnya. Semua julukan ini dipanggil langsung oleh Martina sendiri. Tetapi setelah itu Soebronto Laras bersuara. Untuk yang paling sering terima omelan Martina. Semua mata melihat kepada Sobronto Laras, dan langsung Soebronto menyebut nama Ferry. Waduh saya yang kena giliran rupanya. Ya, semua yang hadir minta saya maju, sayapun maju sesuai keinginan mereka itu untuk mengambil kue yang sudah dipotong oleh Martina Widjaja . Dan teman temanpun ketawa semuanya.
Kalau diingat ingat saya bekerjasama dengan Martina di PB Pelti sejak tahun 1987, saat dikepengurusan Moerdiono sebagai Ketua Umum PB Pelti. Waktu itu saya duduk di Komite Pembinaan Senior bersama dengan dr.Nico Lumenta, sedangkan Martina sebagai bagian Dana dibawah Tanri Abeng.Kemudian aktif dalam kepanitiaan turnamen mulai dari Davis Cup 1988 dimana tahun tersebut tim Indonesia selama 3 kali pelaksanaan sebagai tuan rumah dan berhasil lolos ke World Group dari zona Asia Oceania Group 1, dan saya duduk sbagai sekretaris Panpel. Dipertandingan pertama bulan Februari dengan materi pemain Tintus Wibowo, Abdul Kahar MIM, Donald Wailan walalangi dan Suharyadi Indonesia melibas Thailand 4-1, kemudian dibulan April berhasil mengalahkan China 3-2 Saat ini jumlah penonton berlimpah distadion tenis Gelora Bung karno, kemudian bulan Juli mengalahkan Korea yang cukup menegangkan , menang 3-2, dan lolos ke group dunia yang dimainkan tahun 1989 bertandang ke Jerman.
Tahun 1989, Martina dipindah menjadi Ketua Komite Pertandingan yang semula dipegang oleh dr. Eddy Katimansah. Sayapun menjadi Manajer Program Pertandingan PB Pelti. Begitulah disaat kepengurusan Cosmas Batubara sayapun keluar dari PB Pelti. Tetapi saya kemudian tahun 1994 masuk ke Pengda Pelti DKI yang waktu Ketuanya Martina Widjaja. Saya masuk ke PB Pelti tahu 2000 ditarik oleh Martina Widjaja, sampai sekarang masih duduk dikepenguruannya.
Bukan hanya omelan datang dari dalam kepengurusan Pelti, saya juga menjadi langganan omelan datang dari luar Pelti. Datang karena ketidak puasan atas kebijakan induk organisasi oleh masyarakat tenis dilimpahkan kepada saya. Kenapa tidak dilakukan kepada pejabat yang bertanggung jawab atas kebiakan tersebut. Ya, saya sendiri memakluminya karena saya tetap setia menerima omelan tersebut dengan senyum, bukan dengan omelan balik. Ini yang menjadi masyarakat berani menyampaikan kepada saya. Bagi saya omelan ini merupakan resiko jabatan. Kalau tidak mau menerima omelan dari luar, ya jangan ikut terlibat dalam organisasi dimanapun Anda berada.
Ada omelan yang merupakan masukan bagi organisasi. Hampir setiap hari saya suka terima telpon dari masyarakat tenis baik yang ingin bertanya (terbanyak) atas kekurang tahuan atas informasi yang diterimanya. Terutama jika sedang berlangsung suatu turnamen nasional kelompok yunior.
Jadi, wajarlah kalau saya mendapatkan julukan tersebut. Ada ada saja ya! Anggap saja hiburan sore dibulan Ramadhan.
Piala Gubernur Kaltim mau jadi International event
Jakarta,26 Agustus 2009. Terima telpon dari rekan di Balikpapan Susan Soebakti yang menanyakan kemungkinan diselenggarakan turnamen internasional di Januari 2010 di Balikpapan. Ada keinginan selenggarakan turnamen internasional baik itu kelompok yunior maupun Pro Circuit.
Sayapun jelaskan kalau mau kelompok yunior dibawah ITF Junior World ranking sudah sulit, karena Indonesia sudah dibatasi hanya 5 turnamen internaional. Saat ini sudah ada 1 yang Grade 2 di Jakarta dan 4 Grade 4 yaitu Thamrin Cup di Jakarta, Oneject di Bandung, Widjojo Soejono Semen Gresik Surabaya dan Solo Open Internasional di Solo.
Permintaan ini untuk melaksanakan Piala Gubernur Kaltim yang jatuh di bulan Januari. Jika kelompok yunior tidak bisa maka saya anjurkan selenggarakan saja ProCircuit baik itu Men's Futures atau Women's Circuit yang masing masing prize moneynya US$ 10,000 per event. Masalahnya kalau Men's Futures itu harus 2 minggu (@ $ 15,000) atau 3 minggu (@ $ 10,000) .
Tetapi belum selesai permasalahannya, karena Balikpapan hanya mau selenggarakan seminggu turnamen yang prize moneynya $ 10,000. Sayapun sampaikan agar hubungi Pelti Tarakan yang juga mau selenggarakan Men's Futures dan satu turnamen nanti minta ke PP Pelti selenggarakan.
Sayapun jelaskan kalau mau kelompok yunior dibawah ITF Junior World ranking sudah sulit, karena Indonesia sudah dibatasi hanya 5 turnamen internaional. Saat ini sudah ada 1 yang Grade 2 di Jakarta dan 4 Grade 4 yaitu Thamrin Cup di Jakarta, Oneject di Bandung, Widjojo Soejono Semen Gresik Surabaya dan Solo Open Internasional di Solo.
Permintaan ini untuk melaksanakan Piala Gubernur Kaltim yang jatuh di bulan Januari. Jika kelompok yunior tidak bisa maka saya anjurkan selenggarakan saja ProCircuit baik itu Men's Futures atau Women's Circuit yang masing masing prize moneynya US$ 10,000 per event. Masalahnya kalau Men's Futures itu harus 2 minggu (@ $ 15,000) atau 3 minggu (@ $ 10,000) .
Tetapi belum selesai permasalahannya, karena Balikpapan hanya mau selenggarakan seminggu turnamen yang prize moneynya $ 10,000. Sayapun sampaikan agar hubungi Pelti Tarakan yang juga mau selenggarakan Men's Futures dan satu turnamen nanti minta ke PP Pelti selenggarakan.
Rabu, 26 Agustus 2009
Persiapan Program Tahun 2010
Jakarta, 26 Agustus 2009. Menjelang akhir tahun sudah waktunya memikirkan persiapan dalam menghadapi program program tahun 2010. Karena diawal tahun selalu mengundang reaksi datang dari para orangtua petenis yunior. Karena ada event bergengsi yang dilakukan induk organisasi Pelti, yaitu pemilihan anggota tim nasional usia 14 tahun dan 16 tahun.
Bagi saya hal ini sudah biasa dilakukan setiap tahun, Tetapi kali ini ada satu hal yang kalau tidak diinformasikan jauh jauh hari maka akan alami kesulitan atau ada kekecewaan besar dari orangtua.
Selama ini dilakukan pemilihan pemain ikuti seleksi nasional diambil berdasarkan peringkat nasional Pelti (PNP) yang terbaru. Yang saat ini PNP sedang diolah dengan cara terbaru atau istilah sekarang sedang direnovasi disesuaikan dengan keadaan saat ini karena sejak diperkenalkan (1988) belum ada perbaikan sedangkan peringkat dunia sudah ada banyak perubahannya.
Sistemnya saat ini yang sedang diolah ada beberapa perbedaan. Biasanya saya yakin diawal launching selalu ada perdebatan dikalangan pemakainya. Hanya yang harus diantisipasi adalah implementasinya dilapangan.
Poin yang didapat sangat kecil jika dibandingkan dengan cara lama dimana ada angka bonus ikut serta turnamen internasional. Tidak ada lagi angka tersebut. Memang ada pertanyaan mulai kapan berlaku PNP versi baru tersebut. Saya sendiri lebih cenderung sebaiknya dilakukan mulai tahun 2010, dimana seluruh angka mulai dari nol. Timbul pertanyaan adalah gimana dengan angka yang didapat di TDP akhir tahun 2009. Pemikiran saya adalah, PNP terakhir yang dikeluarkan akhir tahun 2009 (biasanya 15 Desember) atau ditambah turnamen setelah 15 Desember, didapat urutan peringkatnya. Setelah itu awal Januari 2010 semua angka dimulai dengan NOL.Ini segi praktisnya saja. Hal ini juga sudah pernah dilakukan oleh ATP-Tour.
Nah, urutan PNP tersebut digunakan untuk Seeding di turnamen dimulai awal tahun 2010 sehingga PNP yang berlaku adalah untuk TDP yang berlangsung mulai awal Januari sampai seterusnya. Tetapi ini baru pola pikir saya secara pribadi, belum tentu diterima oleh rekan rekan di Pelti nantinya.
Ada juga pemikiran dari rekan rekan lainnya adalah PNP baru diterapkan mulai awal tahun 2009 dan sebagai perbandingan secara manual dilakukan dan dilihat dimana perbedaannya. So pasti akan besar perbedaannya, menurut pemikiran saya pribadi. Yang penting adalah data TDP yang benar benar memenuhi persyaratan TDP, yang berhak mendapatkan angka PNP. Ini penting karena ada Turnamen yang tidak berhak dapat PNP karena melanggar ketentuan TDP. Ini akan dilakukan oleh PP Pelti menurut Johannes Susanto yang berniat mengumumkan TDP mana saja yang dapat PNP. Idea brilian juga !
Luka Terinfeksi perlu Antibiotik
Jakarta, 26 Agustus 2009. Masih terngiang ngiang ditelinga saat dikatakan " Ibarat mau minta bantuan ke Polisi tapi diberikannya Rampok atau Garong". Sakit juga sewaktu disampaikan oleh rekan dari Riau. Timbul dampaknya yaitu mendapatkan antipati dari rekan rekan Pelti Riau. Kenapa demikian. Pasalnya ditahun 2008, saya aktip memasarkan turnamen nasional ke daerah daerah sehingga saya dibantu rekan pelaksana TDP membantu pelaksanaan TDP Junior di Pekanbaru. Tetapi seperti ungkapan diatas, akibat arogansinya rekan pelaksana TDP tersebut, sehingga timbulah kejadian memalukan dimana saya menerima antipati dari rekan Pelti Riau.
Nah, apa yang harus saya lakukan. Ini suatu luka besar sudah terjadi ditubuh pertenisan Riau dan sayapun menyadari harus segera diterapi dengan baik , ibarat sudah infeksi maka perlu antibiotik. So pasti, tidak ada jalan lain.
Akhirnya saya memberanikan diri sebagai komitmen saya kepada masyarakat tenis di Sumatra khususnya Riau, untuk menawarkan kepada rekan Pelti Riau selenggarakan langsung ke Pekanbaru. Ini saya anggap gambling bagi saya ,karena tidak punya sponsor tetapi berani selenggarakan turnamen nasional. Tetapi saya selalu ingat, kalau sudah ada NIAT dan mau berdoa maka niat tersebut akan terealiser dengan baik.
Semua ini harus didukung juga dengan kerja keras agar informasi ini bisa diketahui oleh petenis khususnya diwilayah Sumatra.
Maka mulailah saya dengan kirimkan email kepada rekan Pelti Riau, ke Sekretaris Pengprov Pelti Riau Mus Sukirno dan juga Wakil Ketua Pengprov Pelti Taufik. Ternyata keduanya menyambut baik keinginan tersebut, dan sayapun lakukan ini sebagai pribadi bukannya institusi PP Pelti. Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kedua rekan tersebut menyambut baik keinginan saya ini. Ya, mudah mudahan waktu yang saya pilih adalah 10-12 Oktober 2009adalah waktu yang tepat.
Disamping itu pula saya sudah mendekati masyarakat tenis di Jambi dan Palu untuk kegiatan yang sama, dana saya harapkan bisa terealiser ditahun 2009 ini. Sebenarnya di tahun 2008 saya pernah tawarkan ke rekan Pelti Jambi dan mereka menyanggupinya tetapi setelah saya tahu kalau mereka berpikir ini tawaran saya adalah tawaran PP Pelti, maka saypun yang mundur, karena ini tawaran saya pribadi saja.
Sudah lama ada keinginan saya untuk menjual rumah yang sekarang ini di Jakarta, dan pindah kepinggiran Jakarta dimana harga lebih murah , karena anak yang sudah berkeluarga tinggal di Tangerang. Mau pilih rumah yang dekat dengan kedua cucu di Tangerang. Karena nilai rumah cukup tinggi maka akan ada uang lebih, yang bisa saya gunakan sebagai modal selenggarakan beberapa kegiatan tenis diluar Jakarta seperti buat Turnamen nasional, coaching clinic dan masih banyak lagi kegiatan lainnya. Ini kegiatan-2 yang sangat dibutuhkan pertenisan daerah. Banyak idea saya setelah melihat sendiri keadaan daerah daerah diluar pulau Jawa ini yang masih belum bisa terangkat dengan baik. Mungkin pelaku pelaku tenis didaerah tidak tahu mau mulai dari mana.
Jikalau ada yang berkeinginan membeli rumah saya ini yang luas tanahnya 300m2 ( 25 x 12 m) dan luas bangunan 180 m2, terletak di Taman Alfa Indah Jakarta Barat, bisa saja hubungi saya di 08561900943. Kompleks ini dekat dengan jalan tol ( sedang dikerjakan) Daan Mogot-Pondok Indah, tentunya dalam 1-2 tahun mendatang akan naik nilainya.
Minggu, 23 Agustus 2009
Olahraga Wajah, Unjuk Gigi
Jakarta, 23 Agustus 2009. Hari Minggu cukup indah dan tidak salah juga menerima lelucon dibawah ini, setelah penat selama seminggu ini.
Minum Kopi
Hance : Aku kalau minum kopi tidak bisa tidur.
Yoshi : Kalau aku malah sebaliknya, kalau tidak minum kopi tidak bisa tidur.
Nyong : Kalau aku lebih parah lagi, kalau sudah tidur tidak bisa minum kopi.
Obat Panas
Seorang dokter melihat pasiennya yang sedang membuat kopi, kemudian memasukkan sebutir obat ke dalamnya.
Dengan penasaran dokter bertanya kepada si pasien.
Dokter : "Obat apa yang kamu masukan ke kopimu?"
Pasien : "Obat penurun panas, biar kopinya cepat dingin."
Penjual Gado-Gado
Suatu hari sebuah kereta api melaju dengan kencang hendak melewati perkampungan. Di perkampungan itu ada seorang ibu penjual gado-gado selesai mencuci serbetnya (kain lapnya) yang berwarna merah. Selesai mencuci dia mengibaskan serbet tersebut untuk dijemur di pagar pembatas antara rel kereta dengan kampung.
Dari kejauhan, sang masinis kereta melihat si ibu dengan kain lap yang berwarna merah yang dikebas-kebaskan. . Masinis menjadi menyangka ibu itu memberi tanda bahaya. Dengan khawatir masinis segera mengerem keretanya secara mendadak hingga menyebabkan para penumpang kereta terjungkal.
Lalu masinis bertanya pada ibu tersebut, "Ada apa, Bu!"
Si ibu penjual gado-gado pun menjawab dengan ringan, "Hampir habis, Pak. Tinggal kacang panjang dan kangkung doang!"
Tukang Kue Error
Seorang dokter memesan sebuah kue ulang tahun untuk istrinya.
"Apa tulisan yang harus saya tulis di kue ulang tahun ini, Pak?" tanya si tukang kue.
"Mmmm, tulis aja "Kamu tidak bertambah tua" di bagian atas, kemudian sambung dengan "Kamu cuma bertambah cantik" di bagian bawah," kata dokter.
Dan ketika kue ulang tahun itu tiba di depan istri dan tamu-tamu undangan lainnya, si dokter langsung semaput ketika membaca tulisan yang tertera di kue itu:
"KAMU TIDAK BERTAMBAH TUA DI BAGIAN ATAS KAMU CUMA BERTAMBAH CANTIK DI BAGIAN BAWAH."
Bindeng
Suatu hari Nyong sedang dalam perjalanan dari Cinere ke Pondok Labu dengan menumpang sebuah angkot, dan kebetulan saya duduk di sebelah sopir. Setelah sampai di depan Mal Cinere, ada seorang pemuda minta
diturunkan, kemudian pemuda itu hendak membayar ongkosnya. Si pemuda itu bertanya kepada sopir di sebelah saya, namun rupanya si pemuda itu suaranya bindeng.
Pemuda : hang ! heraha onghosha ? ( Bang ! berapa ongkosnya ? )
Namun sopir di sebelah saya itu diam saja.
Pemuda : hang ! heraha onghosha ?
hihanya hok hiem aha, huhek huping
huha ? (Bang ! berapa ongkosnya ? ditanya kok diem aja, budek kuping lu ya ? )
Sopir tetap diam.
Pemuda : he hrengsek ! hihanya hiem aha ! uhah hih hepek aha !(Ye brengsek ! ditanya diem aja ! udah nih cepek aja! )
Setelah menerima uang cepek ( Rp 100 ) itu, si sopir segera menjalankan angkotnya lagi.
Lalu Si Nyong bertanya pada sopir, "Bang, kenapa sih tadi ditanya sama orang itu, kog nggak jawab ?"
Lalu si sopir menjawab, "Hua hih hukannya hak hau hawab ! hari hada hua hikira heledek, hendingan hua hugi hepek !" (Gua sih bukannya nggak mau jawab! dari pada gua dikira ngeledek, mendingan gua rugi cepek !").
Rupanya si sopir juga bindeng...
Turis
Dua orang turis dari Amerika masuk ke sebuah restoran Cina di Glodok.
Ketika melihat semangkuk sambal di atas meja, seorang dari mereka berkata, "Makanan apa ini?"
"Kelihatannya enak benar," temannya menyambung.
Tanpa ragu-ragu si turis yang pertama tadi mengambil sesendok sambal dan dilahapnya sekaligus.
Tentu saja mendadak airmatanya berleleran.
"Kenapa kamu menangis?" tanya temannya.
"Ah, tidak apa-apa," jawabnya kalem. "Saya cuma sedang teringat akan ayah saya yang barusan meninggal. Makanan ini sungguh enak."
Tanpa ragu-ragu pula temannya tersebut mencoba sesendok sambal.
Sebentar kemudian airmatanya pun berleleran pula.
"Kenapa kamu menangis?" tanya si turis pertama.
"Ah, tidak apa-apa. Saya cuma menyesal kenapa kamu tidak ikut meninggal bersama ayahmu saja!!"
Ambil kembaliannya
Ada sepasang suami istri yang hidup bahagia.
Karena mereka saling pengertian.. ...
Disuatu saat tatkala istri lagi hamil tua (-/+ 7-8 Bulan) terjadilah dialog...
S : Ma, papa kangen nih ...... ayo.....dong
I: Ah .. papah, mama kan lagi hamil, nggak bisa dong........
(sambil tersenyum simpul), mending jajan aja, mama nggak apa-apa kok.....
S: Beneran nih...(sedikit heran)
I : Iya... , Mamah nggak apa-apa kok.
Akhirnya suaminya pergi untuk melampiaskan keinginannya (sambil bangga terhadap istrinya yang memberikan izin untuk jajan), mana ada istri yang pengertian seperti itu, Ia memang istri yang baik dan sangat pengertian (gumamnya)
Nggak lama kemudian dia balik ke rumahnya, dan istrinya lagi asyik nontonTV.
I : Pah, kok jajannya cepet banget sih???
S : Iya..... abis mo pergi jauh males....
I: Terus jajan di mana ????
S: di tetangga sebelah. (dengan polosnya)
I: dikasih uang berapa ???
S: papah kasih 200,000
I: Gila lo ya, Kemahalan tuh......
S: Memangnya kenapa mah ???
I: Iya pah, waktu istrinya hamil tua, mama cuma dikasih 100,000 oleh suaminya.
Ambil gih kembaliannya……..
Tanah Rot
Pada suatu hari, sepasang turis lokal pergi berlibur ke Bali. Di sana mereka mengunjungi tempat-tempat wisata seperti, Ubud, Danau Batur dan Tanah Lot. Setibanya di Tanah Lot, Pasangan itu memperdebatkan sesuatu hal
yang sepele. Si suami berkata, "Menurut papan penunjuk arah di depan sana, tempat ini namanya Tanah Rot."
Namun si istri membantah, "Nggak, tempat ini namanya Tanah Lot"
"Tanah Rot!" kata si suami.
"Nggak, Tanah Lot!" bantah si istri lagi.
"Tanah Rot!"
"Tanah Lot!"
"Rot!"
"Lot!"
"Rot! Rot! Rot!" balas si suami.
"Lot! Lot! Lot!" balas istrinya.
"Ya, udah, daripada kita ribut, nah ... tuh ada orang berpakaian adat Bali, kita tanya aja orang itu. Aku yakin dia tahu banyak akan tempat-tempat wisata di sini," kata si suami.
Lantas si suami bertanya kepada bapak tua yang berpakaian adat Bali tersebut. Katanya, "Pak, numpang tanya yach ... tempat ini namanya
Tanah Rot atau Tanah Lot? sebab menurut papan penunjuk jalan itu, tempat ini namanya Tanah Rot, sedangkan di peta katanya tempat ini bernama Tanah Lot, karena menurut saya bapak ini orang Bali, jadi saya yakin kalo bapak tahu banyak akan tempat ini. Jadi yang benar namanya apa, Pak?"
"Namanya Tanah Rot", jawab si bapak tua.
"Tanah Rot, Pak?" Kata si suami seolah tidak percaya.
"Ya, benar," jawabnya lagi.
Lantas si suami berkata kepada istrinya, "Tuh kan ... aku bilang juga apa. Tanah Rot, ya, Tanah Rot!"
"Jadi bukan Tanah Lot, khan, Pak?", katanya lagi kepada bapak tua tersebut.
"Bukan!"
"Wah, kalo begitu terima kasih banyak ya, Pak," kata si suami. "Kalo bukan karena bapak, mungkin kami di sini bisa berdebat seharian penuh mengenai hal ini. Sekali lagi terima kasih, Pak!"
"KEMBARI..., " jawab si Bapak Tua sambil berlalu dari tempat itu.(kiriman Ether Patras)
Minum Kopi
Hance : Aku kalau minum kopi tidak bisa tidur.
Yoshi : Kalau aku malah sebaliknya, kalau tidak minum kopi tidak bisa tidur.
Nyong : Kalau aku lebih parah lagi, kalau sudah tidur tidak bisa minum kopi.
Obat Panas
Seorang dokter melihat pasiennya yang sedang membuat kopi, kemudian memasukkan sebutir obat ke dalamnya.
Dengan penasaran dokter bertanya kepada si pasien.
Dokter : "Obat apa yang kamu masukan ke kopimu?"
Pasien : "Obat penurun panas, biar kopinya cepat dingin."
Penjual Gado-Gado
Suatu hari sebuah kereta api melaju dengan kencang hendak melewati perkampungan. Di perkampungan itu ada seorang ibu penjual gado-gado selesai mencuci serbetnya (kain lapnya) yang berwarna merah. Selesai mencuci dia mengibaskan serbet tersebut untuk dijemur di pagar pembatas antara rel kereta dengan kampung.
Dari kejauhan, sang masinis kereta melihat si ibu dengan kain lap yang berwarna merah yang dikebas-kebaskan. . Masinis menjadi menyangka ibu itu memberi tanda bahaya. Dengan khawatir masinis segera mengerem keretanya secara mendadak hingga menyebabkan para penumpang kereta terjungkal.
Lalu masinis bertanya pada ibu tersebut, "Ada apa, Bu!"
Si ibu penjual gado-gado pun menjawab dengan ringan, "Hampir habis, Pak. Tinggal kacang panjang dan kangkung doang!"
Tukang Kue Error
Seorang dokter memesan sebuah kue ulang tahun untuk istrinya.
"Apa tulisan yang harus saya tulis di kue ulang tahun ini, Pak?" tanya si tukang kue.
"Mmmm, tulis aja "Kamu tidak bertambah tua" di bagian atas, kemudian sambung dengan "Kamu cuma bertambah cantik" di bagian bawah," kata dokter.
Dan ketika kue ulang tahun itu tiba di depan istri dan tamu-tamu undangan lainnya, si dokter langsung semaput ketika membaca tulisan yang tertera di kue itu:
"KAMU TIDAK BERTAMBAH TUA DI BAGIAN ATAS KAMU CUMA BERTAMBAH CANTIK DI BAGIAN BAWAH."
Bindeng
Suatu hari Nyong sedang dalam perjalanan dari Cinere ke Pondok Labu dengan menumpang sebuah angkot, dan kebetulan saya duduk di sebelah sopir. Setelah sampai di depan Mal Cinere, ada seorang pemuda minta
diturunkan, kemudian pemuda itu hendak membayar ongkosnya. Si pemuda itu bertanya kepada sopir di sebelah saya, namun rupanya si pemuda itu suaranya bindeng.
Pemuda : hang ! heraha onghosha ? ( Bang ! berapa ongkosnya ? )
Namun sopir di sebelah saya itu diam saja.
Pemuda : hang ! heraha onghosha ?
hihanya hok hiem aha, huhek huping
huha ? (Bang ! berapa ongkosnya ? ditanya kok diem aja, budek kuping lu ya ? )
Sopir tetap diam.
Pemuda : he hrengsek ! hihanya hiem aha ! uhah hih hepek aha !(Ye brengsek ! ditanya diem aja ! udah nih cepek aja! )
Setelah menerima uang cepek ( Rp 100 ) itu, si sopir segera menjalankan angkotnya lagi.
Lalu Si Nyong bertanya pada sopir, "Bang, kenapa sih tadi ditanya sama orang itu, kog nggak jawab ?"
Lalu si sopir menjawab, "Hua hih hukannya hak hau hawab ! hari hada hua hikira heledek, hendingan hua hugi hepek !" (Gua sih bukannya nggak mau jawab! dari pada gua dikira ngeledek, mendingan gua rugi cepek !").
Rupanya si sopir juga bindeng...
Turis
Dua orang turis dari Amerika masuk ke sebuah restoran Cina di Glodok.
Ketika melihat semangkuk sambal di atas meja, seorang dari mereka berkata, "Makanan apa ini?"
"Kelihatannya enak benar," temannya menyambung.
Tanpa ragu-ragu si turis yang pertama tadi mengambil sesendok sambal dan dilahapnya sekaligus.
Tentu saja mendadak airmatanya berleleran.
"Kenapa kamu menangis?" tanya temannya.
"Ah, tidak apa-apa," jawabnya kalem. "Saya cuma sedang teringat akan ayah saya yang barusan meninggal. Makanan ini sungguh enak."
Tanpa ragu-ragu pula temannya tersebut mencoba sesendok sambal.
Sebentar kemudian airmatanya pun berleleran pula.
"Kenapa kamu menangis?" tanya si turis pertama.
"Ah, tidak apa-apa. Saya cuma menyesal kenapa kamu tidak ikut meninggal bersama ayahmu saja!!"
Ambil kembaliannya
Ada sepasang suami istri yang hidup bahagia.
Karena mereka saling pengertian.. ...
Disuatu saat tatkala istri lagi hamil tua (-/+ 7-8 Bulan) terjadilah dialog...
S : Ma, papa kangen nih ...... ayo.....dong
I: Ah .. papah, mama kan lagi hamil, nggak bisa dong........
(sambil tersenyum simpul), mending jajan aja, mama nggak apa-apa kok.....
S: Beneran nih...(sedikit heran)
I : Iya... , Mamah nggak apa-apa kok.
Akhirnya suaminya pergi untuk melampiaskan keinginannya (sambil bangga terhadap istrinya yang memberikan izin untuk jajan), mana ada istri yang pengertian seperti itu, Ia memang istri yang baik dan sangat pengertian (gumamnya)
Nggak lama kemudian dia balik ke rumahnya, dan istrinya lagi asyik nontonTV.
I : Pah, kok jajannya cepet banget sih???
S : Iya..... abis mo pergi jauh males....
I: Terus jajan di mana ????
S: di tetangga sebelah. (dengan polosnya)
I: dikasih uang berapa ???
S: papah kasih 200,000
I: Gila lo ya, Kemahalan tuh......
S: Memangnya kenapa mah ???
I: Iya pah, waktu istrinya hamil tua, mama cuma dikasih 100,000 oleh suaminya.
Ambil gih kembaliannya……..
Tanah Rot
Pada suatu hari, sepasang turis lokal pergi berlibur ke Bali. Di sana mereka mengunjungi tempat-tempat wisata seperti, Ubud, Danau Batur dan Tanah Lot. Setibanya di Tanah Lot, Pasangan itu memperdebatkan sesuatu hal
yang sepele. Si suami berkata, "Menurut papan penunjuk arah di depan sana, tempat ini namanya Tanah Rot."
Namun si istri membantah, "Nggak, tempat ini namanya Tanah Lot"
"Tanah Rot!" kata si suami.
"Nggak, Tanah Lot!" bantah si istri lagi.
"Tanah Rot!"
"Tanah Lot!"
"Rot!"
"Lot!"
"Rot! Rot! Rot!" balas si suami.
"Lot! Lot! Lot!" balas istrinya.
"Ya, udah, daripada kita ribut, nah ... tuh ada orang berpakaian adat Bali, kita tanya aja orang itu. Aku yakin dia tahu banyak akan tempat-tempat wisata di sini," kata si suami.
Lantas si suami bertanya kepada bapak tua yang berpakaian adat Bali tersebut. Katanya, "Pak, numpang tanya yach ... tempat ini namanya
Tanah Rot atau Tanah Lot? sebab menurut papan penunjuk jalan itu, tempat ini namanya Tanah Rot, sedangkan di peta katanya tempat ini bernama Tanah Lot, karena menurut saya bapak ini orang Bali, jadi saya yakin kalo bapak tahu banyak akan tempat ini. Jadi yang benar namanya apa, Pak?"
"Namanya Tanah Rot", jawab si bapak tua.
"Tanah Rot, Pak?" Kata si suami seolah tidak percaya.
"Ya, benar," jawabnya lagi.
Lantas si suami berkata kepada istrinya, "Tuh kan ... aku bilang juga apa. Tanah Rot, ya, Tanah Rot!"
"Jadi bukan Tanah Lot, khan, Pak?", katanya lagi kepada bapak tua tersebut.
"Bukan!"
"Wah, kalo begitu terima kasih banyak ya, Pak," kata si suami. "Kalo bukan karena bapak, mungkin kami di sini bisa berdebat seharian penuh mengenai hal ini. Sekali lagi terima kasih, Pak!"
"KEMBARI..., " jawab si Bapak Tua sambil berlalu dari tempat itu.(kiriman Ether Patras)
Konsep Ketentuan TDP Kelompok Yunior 2010 Udah siap
Jakarta,23 Agustus 2009. Jikalau minggu lalu udah saya siapkan konsep Ketentuan Turnamen Diakui Pelti (TDP) Kelompok Umum, maka sekarang saya sudah siapkan pula konsep Ketentuan TDP Kelompok Yunior. Beberapa perubahan yang dilakukan dibandingkan sebelumnya, untuk mempermudah bagi pelaksana TDP sehingga lebih menarik perhatian untuk selenggarakan TDP Kelompok Yunior.
Sekarang ditambahkan juga Kategori TDP, mulai dari terendah sampai tertinggi dengan mengacu kepada Kategori ITF Junior World Ranking. Sama seperti Ketentuan TDP Kelompok Umum dimana angka dasar PNP sangat kecil sehingga nantinya diharapkan petenis tidak kaget melihat angka didapatnya.
Jadi oleh penyelenggara TDP sudah harus tahu jauh jauh hari masalah kategori TDP yang akan dilaksanakan sehingga setiap pengumuman TDP langsung bisa dicantumkan kategori TDP tersebut.
Yang tetap dipertahankan adalah setiap TDP Kelompok Yunior harus menggunakan tenaga REFEREE yang ditunjuk oleh PP Pelti. Masalah wasit diperingan, bisa digunakan mulai babak kuarterfinal atau semifinal sampai final. Hal yang sama juga dengan Ballboys atau pemungut bola.
Sebagai tambahan juga dicantumkan ketentuan bagi penyelenggaraan TDP yang hanya mempertandingkan TUNGGAL saja tanpa GANDA. Bisa diselesaikan dalam 3-4 hari saja. Begitu juga kategorinya lebih rendah dari yang 7 hari.
Tetapi masih dalam pemikiran juga masalah Sanction fee TDP yang selama ini masih Rp. 500.000 . Dibandingkan dengan ITF Junior, maka setiap kategori berbeda, makin tinggi makin besar sanction feenya. Harus berbeda antara TDP yang 3-4 hari lebih rendah dari yang 7 hari.
Sabtu, 22 Agustus 2009
Raturandang , Back to tennis
Jakarta,22 Agustus 2009. Sekembali dari Ciloto, sayapun bergegas kembali ke Senayan. Karena putra dan putri saya sedang berkumpul dengan sepupu mereka (anak dari adik adik saya sendiri) untuk berlatih tenis kembali.
Suasana cukup menyenangkan melihat keponakan keponakan ini berkumpul dan bermain tenis. Ada anak sendiri Christina, Dino, dengan keponakan Rebecca (Becky) Henuhili (anak dari Joan Raturandang), Marcia Eykendorp (anak dari Jane Raturandang), Tasya Raturandang (anak dari Alfred Raturandang) bersama Bianca Raturandang (istri dari Andrean Raturandang). Hadir juga Andrean Raturandang ikut meramaikan dengan canda canda yang khas keluarga Raturandang.
Rupanya keponakan keponakan ini sudah janjian dengan anak anak saya untuk latihan hari Sabtu 22 Agustus 2009 di Senayan. Dipilihnya lapangan keras bukannya lapangan gravel, karena tidak mau kotor. Ditambah ikut sertanya kedua cucu saya dan anak anak dari Tasya dan Andrean.
Sebagai anak tertua, saya berkewajiban pula menampung keinginan mereka. Semua raket yang ada dirumah dikumpulkan, maka bisa dibawa karena mereka sudah tidak punya raket lagi kecuali Tasya dan Bianca masih mmilikinya.
Ternyata gaya dan pukulan ground stroke mereka belum hilang karena mereka sewaktu belajar tenis sudah mendapatkan teori tenis yang benar, sehingga walaupun sudah puluhan tahun tidak latihan maka masih tetap ada melekat didalam pukulan pukulan tersebut
Terharu juga saya mengikuti acara sore ini. Terlihat persuadaraan masih ada walaupun sudah lama sekali jarang berkumpul. Sebelum anak saya berumah tangga sering bertemu diacara acara keluarga, tetapi sekarang terasa sekali kurangnya waktu untuk berkumpul bersama, karena masing masing punya kesibukan kerja dikantor masing masing. Sayapun tetap melihat dengan rasa bangga dan terharu melihat persaudaraan yang ditanamkan oleh kedua orangtua saya (alm)ini masih melekat didalam keluarga Raturandang. Ini yang harus dipegang terus oleh generasi penerus.
Oleh Marciapun dimintakan agar sebulan sekali dilibatkan juga orangtua masing masing ikut berlatih ditempat yang sama sehingga terasa masih ada KASIH SAYANG diantara kita.
Setelah pukul 19.00 acarapun dilanjutkan dengan makan malam bersama . Sayapun baru sadar sewaktu berdoa bersama , dibulan Juli dan Agustus banyak sekali yang berulangtahun. Mulai dari Andrean Raturandang (Juli), Bianca, Rivelino, Marcia, Xaphier (cucu dari Alfred), Axel (anak Andrean) dan saya sendiri
Disayangkan acara makan malam agak terganggu dengan mantu saya yang ribut dengan putranya tertua yang bawel."Maklum Batak, suaranya keras."
Saya sendiri berbicara dengan Alfred tentang pengalaman saya ke Palangka Raya. "Apa yang bisa kita bantu untuk Tenis di Kalimantan Tengah "
Jangan hanya cari sertifikat saja
Jakarta, 22 Agustus 2009. Pagi ini meluncurlah saya keluar kota, tujuannya adalah Ciloto. Memenuhi undangan penutupan acara Pengprov Pelti DKI Jakarta yaitu workshop dengan pelatih dari Belanda.
Setelah acara selesai sempat pula berbincang bincang dengan pelatih Deddy Prasetyo dan Johannes Susanto. Sayapun bertanya kepada Deddy Prasetyo tentang pesertanya yang cukup banyak berasal dari berbagai daerah bahkan dari Singapore dan Malaysia. Terlihat sekali betapa anthusiasnya pelatih pelatih dari luar Jakarta ikuti workshop ini yang berlangsung sejak 17 Agustus 2009 dan berakhir hari ini. Ini menunjukkan bahwa merekapun sangat haus dengan ilmu pengetahuan. Memang masih banyak pelatih lainnya tidak mengikutinya. Hal ini memang disayangkan tetapi saya sendiri tidak banyak komentar karena mungkin setiap pelatih punya alasan tersendiri sehingga tidak ikuti acara ini.
Saya sendiri mengatakan kalau dalam pemantauan saya pelatih tenis berjumlah sudah diatas angka 1.000 pelatih. Tetapi apakah dari nama nama tersebut berapa prosen yang aktip sebagai pelatih. Artinya punya murid petenis yunior. Saya sendiri perkirakan sekitar 10 prosen sudah bagus ,pelatih yang masih aktip dan punya murid petenis yunior. Kenapa sampai terjadi demikian. Pengamatan saya adalah, mayoritas pelatih tersebut hanya mengejar IJAZAH pelatih saja sebagai alat yang membantu untuk kenaikan pangkat di kantornya. INILAH MASALAHNYA.
Bahkan ada yang sudah puas dengan piagam ikut serta sebagai pengganti ijazah (kalau lulus) pelatih.
Saya teringat dengan teman sekerja dibidang bisnis beberapa puluh tahun silam, yang sangat rajin ikuti seminar seminar kedokteran atauun marketing hanya untuk mengumpulkan sertifikat sebagai referensinya jika ingin pindah kerja lain perusahaan.
Nah, hal yang sama terjadi juga di kepelatihan tenis. Hasil untuk pertenisan praktis sangat minim, tanpa menghasilkan petenis potenisal.
Begitu juga beberapa tahun silam sewaktu adik saya Alfred Henry Raturandang sebagai Tutor kepelatihan pelatih National ITF Level-1 diluar Jakarta. Pertanyaan saya adalah berapa prosen yang lulus. Dan jawabannya sangat memprihatinkan sekali , yaitu hanya 10-20 prosen saja. Kenapa bisa begitu. Ternyata ujian dilakukan dengan penilaian 75 % praktek dan 25 % teori. Berarti disini calon pelatih sudah harus bisa main tenis dengan benar. Sedangkan pesertanya lebih banyak baru belajar tenis. Ini kesulitannya. Bisa berarti mereka hanya mengejar sertifikat. Terlihat sekali jika tidak lulus maka tidak ikut lagi kepelatihan berikutnya.
Sekarang menurut saya yang lebih penting adalah setiap pelatih atau calon pelatih disaat ikuti kepelatihan persyaratannya harus sudah punya siswa atau murid.
Pelatih adalah profesi yang mulia sekali, sehingga bisa digunakan sebagai sumber nafkah kehidupan sehari hari.
Saya sendiri ingin usulkan juga ke induk organisasi yang menangani kepelatihan ini, agar setiap pelatih juga harus ada promosi dan degradasi. Khususnya bagi pelatih yang lulus kepelatihan dan mendapatkan brevet pelatih atau COACH dalam waktu setahun sudah harus ada laporan aktivitasnya. Jika tidak ada sebaiknya dicabut. Cara ini sudah diberlakukan di perwasitan internasional. Ada ketentuan dalam setahun minimal sudah harus memimpin pertandingan minimal 25.Jika kurang maka akan diperingati dan bahkan diturunkan. Ini sudah dialami oleh 3 wasit white badge Indonesia, dicabut kembali jadi wasit nasional karena tidak memenuhi kriteria ITF.
Saya sendiri scara pribadi pernah selenggarakan National ITF Level-1 coaches course di Jakarta. Dengan peserta seperti yang sduah lulus adalah Bunge Nahor, Albert Polohndang, Erni (Karawang), Paulinawati , Martin Setiawan (Bandung), Jemmy Manempo (Papua Barat), Abdul Radjab (Palu). Ada keinginan lagi selenggarakan hal yang sama diluar Jakarta, karena rekan rekan Pelti didaerah kurang bersemangat selenggarakan kepelatihan ini. Entah apa sebabnya, karena dalam setahun ini kurang sekali kepelatihannya
RemajaTenis di Kota Gudeg
Jakarta,21 Agustus 2009. Penundaan turnamen RemajaTenis sesuai anjuran saya yang semula dijadwalkan lebih dulu tanggal 15-17 Agustus 2009 di Jakarta, digantikan ke kota Gudeg pada tanggal 2-4 Oktober 2009.
Penunjukan kota Gudeg bukannya di Jakarta, karena memberikan kesempatan petenis dikota tersebut maupun Jawa Tengah bisa berlatih tanding kembali setelah berpuasa selama 30 hari.
Saya sendiri tetap menghendaki agar diluar Jakarta makin aktip dengan turnamen nasionalnya. Saat ini saya sedang konsentrasi juga agar di Kalimantan Tengah memiliki TDP Nasional Junior. Karena animo dan keinginan besar terlihat dari petenis yang telah ikuti Piala Ferry Raturandang-68 lalu di lapangan tenis Sanaman Mantikai Palangka Raya tanggal 16-17 Agustus 2009. Disamping itu pula saya sedang menjajagi TDP Junior di Jambi. Porsi TDP Nasonal Junior di Sumatra sangat kurang karena dari 9 Provinsi yang ada, baru tercatat di tahun 2009 di 2 Provinsi yaitu N.A.D dan Sumatra Barat.
Persiapan lamgsung dilakukan agar pelaksanaan RemajaTenis-3 di Jogja bisa berjalan dengan lancar. Komunikasi dengan masyarakat tenis di D.I.Y ternyata mendapatkan respons cukup besar, menambah semangat agar turnamen sebagai kebutuhan atlet tetap menjadi prioritas utama.
Pengakuan RemajaTenis seri 1 sampai 4 sudah dikeluarkan SK PP Pelti yang ditanda tangani oleh Ketua Umum PP Pelti, hanya waktu pelaksanaan dan tempat pelaksanaan harus diubah. Dari keempat seri tersebut , yang terealiser baru 2 seri saja di Jakarta. ini bukanlah masalah karena menyangkut administrasi dimana RemajaTenis berusaha mematuhi aturan atau ketentuan yang dikeluarkan oleh induk organisasi. Ketentuan harus menggunakan Referee tetap diikutinya bahkan pembayaran sanction fee tidak pernah dilupakan. Saya berkeinginan semua pelaksana TDP mematuhi ketentuannya. Saya sendiri menyayangkan jika ada pelaksana TDP kelompok yunior yang tidak mau membayar sanction fee yang besarnya hanya Rp. 500 ribu perturnamen. Ternyata oleh Ketua Bidang Pertandingan meminta agar TDP yang belum bayar sanction fee diberi tanda dan diumumkan.
Jumat, 21 Agustus 2009
Humor DIPONEGORO
Jakarta, 20 Agustus 2009
Ada seorang ibu yang sangat beribadah kepada arwah Pangeran Diponegoro.
Suatu hari ibu ini berdoa kepada Pangeran Diponegoro :
Ibu : Kanjeng Pangeran tolong anak saya sudah usia 5 tahun. Dia pingin sepeda roda tiga.
Pangeran : Baik. Terkabullah permintaanmu
Ibu : Tapi tolong jaga keselamatannya pangeran .......
Pangeran : Yoi .... (gaul)
Maka anak ini mendapat hadiah sepeda roda tiga terbagus yang ada di desa itu dan kemudian dia tumbuh dewasa tanpa pernah celaka sedikitpun. Pada usia 10 tahun, ibu ini menghadap lagi pada arwah Diponegoro.
Ibu : Kanjeng Pangeran, matur nuwun (terima kasih) atas sepeda roda tiganya, tapi kini anak saya sudah besar jadi tidak mungkin naik roda tiga. Tolong hadiahkan sepeda gunung yang bagus.
Pangeran : Baik. Terkabullah ...
Ibu : Tapi tolong jaga keselamatannya pangeran .......
Pangeran : Yoi ... (masih gaul juga)
Maka anak ini mendapat hadiah sepeda gunung Polygon terbaik. Dan dia tidak pernah mengalami kejadian yang berbahaya dengan sepeda ini. Pada usia 15 tahun, ibu ini menghadap lagi.
Ibu : kanjeng Pangeran .... mohon ngapura (maaf) karena saya menghadap lagi. Anak saya minta dibelikan honda Tiger, tapi saya tidak mampu.. Mohon Pangeran yang mengabulkan.
Pangeran : ... hmmm. Baik. Terkabullah ....
Ibu : Tapi tolong jaga keselamatannya Pangeran .....
Pangeran : ... baiklah
Tetapi kali ini ceritanya berbeda...anak ini, di hari pertamanya mencoba Honda Tiger terbaru ...melaju terlalu cepat dan menabrak Truk Trailer ... mati seketika remuk.
Ibu ini menghadap dan menangis...Pangeran , pangeran, kenapa anak saya tidak dijaga???
Lalu arwah Pangeran Diponegoro menjawab : "Edan opo??? Waktu anakmu naik sepeda roda tiga atau sepeda gunung..., aku masih gampang ngejarnya pake kuda....lah giliran naek Honda Tiger.... aku dipepet .... mana bisa Kuda ngejar Honda Tiger" ............ macet pulaa!!! kepret juga neeh!!(Marie Magdalena)
Ada seorang ibu yang sangat beribadah kepada arwah Pangeran Diponegoro.
Suatu hari ibu ini berdoa kepada Pangeran Diponegoro :
Ibu : Kanjeng Pangeran tolong anak saya sudah usia 5 tahun. Dia pingin sepeda roda tiga.
Pangeran : Baik. Terkabullah permintaanmu
Ibu : Tapi tolong jaga keselamatannya pangeran .......
Pangeran : Yoi .... (gaul)
Maka anak ini mendapat hadiah sepeda roda tiga terbagus yang ada di desa itu dan kemudian dia tumbuh dewasa tanpa pernah celaka sedikitpun. Pada usia 10 tahun, ibu ini menghadap lagi pada arwah Diponegoro.
Ibu : Kanjeng Pangeran, matur nuwun (terima kasih) atas sepeda roda tiganya, tapi kini anak saya sudah besar jadi tidak mungkin naik roda tiga. Tolong hadiahkan sepeda gunung yang bagus.
Pangeran : Baik. Terkabullah ...
Ibu : Tapi tolong jaga keselamatannya pangeran .......
Pangeran : Yoi ... (masih gaul juga)
Maka anak ini mendapat hadiah sepeda gunung Polygon terbaik. Dan dia tidak pernah mengalami kejadian yang berbahaya dengan sepeda ini. Pada usia 15 tahun, ibu ini menghadap lagi.
Ibu : kanjeng Pangeran .... mohon ngapura (maaf) karena saya menghadap lagi. Anak saya minta dibelikan honda Tiger, tapi saya tidak mampu.. Mohon Pangeran yang mengabulkan.
Pangeran : ... hmmm. Baik. Terkabullah ....
Ibu : Tapi tolong jaga keselamatannya Pangeran .....
Pangeran : ... baiklah
Tetapi kali ini ceritanya berbeda...anak ini, di hari pertamanya mencoba Honda Tiger terbaru ...melaju terlalu cepat dan menabrak Truk Trailer ... mati seketika remuk.
Ibu ini menghadap dan menangis...Pangeran , pangeran, kenapa anak saya tidak dijaga???
Lalu arwah Pangeran Diponegoro menjawab : "Edan opo??? Waktu anakmu naik sepeda roda tiga atau sepeda gunung..., aku masih gampang ngejarnya pake kuda....lah giliran naek Honda Tiger.... aku dipepet .... mana bisa Kuda ngejar Honda Tiger" ............ macet pulaa!!! kepret juga neeh!!(Marie Magdalena)
Kamis, 20 Agustus 2009
Victor Hukom buka coaching clinic
Jakarta, 20 Agustus 2009. Kedatangan tamu pelatih tenis Victor Hukom yang berkeinginan membuka coaching clinic di Jakarta, menyampaikan keinginannya setelah mendapatkan rekomendasi dari temannya.
Dalam hal ini Victor yang berdarah Naluku dan sudah lama berdomisili diluar negeri memperkenalkan diri dan menyampaikan keinginannya menyelenggarakan coaching clinic di Senayan,
Sayapun hanya bisa menyampaikan kalau bisa membantu sebar luaskan rencana tersebut. Akhirnya diapun berika programnya seperti Serve to the T to reduce the angles, target serving, return deep game, crosscourt rally, alley rally for time, partner deep game, volley to targets, below th net-down the line, hit a severe angele dan drive hard and flat down the line.
Bagi yang berkeinginan bisa hubungi langsung Victor Hukom di tel 0812 `834 0718 untuk dapatkan rencana lengkapnya.
Begitulah ceritanya dan saya anjurkan agar berhubungan langsung melalui telpon selulernya.
Buka coaching clinic di Palangka Raya
Sayapun tergugah rencana buat coaching clinic dengan pelatih nasional di Palangka Raya , karena melihat animo dan anthusias petenis di Kalimantan Tengah. Saya akan mencoba menanyakan kepada pelatih nasional mana yang ada waktu dalam 6 hari adakan coaching clinic sehingga lebih bermanfaat bagi masyarakat tenis di Kalimantan Tengah. Tetapi terbuka peluang juga bagi petenis Kalimantan Selatan. Niat bagi saya sebagai modal untuk jalankan salah satu program Pelti agar tenis di daerah bisa berkembang lebih baik dan juga akan ;ebih merata. Selama ini terlalu Jawa sentris karena pelaku pelaku tenis didaerah sendiri kurang aktip mengantisipasi pertenisan saat ini. Saya sendiri harus berinisiatip kedaerah secara pribadi untuk meringankan beban induk organisasi karena pernah merasakan sebagai petenis daerah yang minim akan kegiatan sehingga haus akan turnamen maupun kepelatihan. Semoga niat baik saya ini dapat sambutan baik dari rekan rekan lainnya baik di Jakarta maupun daerah.
.
Dalam hal ini Victor yang berdarah Naluku dan sudah lama berdomisili diluar negeri memperkenalkan diri dan menyampaikan keinginannya menyelenggarakan coaching clinic di Senayan,
Sayapun hanya bisa menyampaikan kalau bisa membantu sebar luaskan rencana tersebut. Akhirnya diapun berika programnya seperti Serve to the T to reduce the angles, target serving, return deep game, crosscourt rally, alley rally for time, partner deep game, volley to targets, below th net-down the line, hit a severe angele dan drive hard and flat down the line.
Bagi yang berkeinginan bisa hubungi langsung Victor Hukom di tel 0812 `834 0718 untuk dapatkan rencana lengkapnya.
Begitulah ceritanya dan saya anjurkan agar berhubungan langsung melalui telpon selulernya.
Buka coaching clinic di Palangka Raya
Sayapun tergugah rencana buat coaching clinic dengan pelatih nasional di Palangka Raya , karena melihat animo dan anthusias petenis di Kalimantan Tengah. Saya akan mencoba menanyakan kepada pelatih nasional mana yang ada waktu dalam 6 hari adakan coaching clinic sehingga lebih bermanfaat bagi masyarakat tenis di Kalimantan Tengah. Tetapi terbuka peluang juga bagi petenis Kalimantan Selatan. Niat bagi saya sebagai modal untuk jalankan salah satu program Pelti agar tenis di daerah bisa berkembang lebih baik dan juga akan ;ebih merata. Selama ini terlalu Jawa sentris karena pelaku pelaku tenis didaerah sendiri kurang aktip mengantisipasi pertenisan saat ini. Saya sendiri harus berinisiatip kedaerah secara pribadi untuk meringankan beban induk organisasi karena pernah merasakan sebagai petenis daerah yang minim akan kegiatan sehingga haus akan turnamen maupun kepelatihan. Semoga niat baik saya ini dapat sambutan baik dari rekan rekan lainnya baik di Jakarta maupun daerah.
.
Rabu, 19 Agustus 2009
Bravo POLISI !
Jakarta,20 Agustus 2009. Bulan Agustus merupakan bulan yang sangat berkesan sekali khususnya di tahun 2009 ini. Selain saya telah mencapai usia ke 63, menemukan situasi pertenisan di Palangka Raya yang memilukan, tetapi justru menemukan kesan positip setelah HUT Kemerdekaan RI mencapai 64 dengan kinerja POLRI. Disamping begitu gencarnya menangkap pelaku pelaku teroris walaupunbelum menemukan biangnya, saya hari ini terkesan dengan kerja POLANTAS Polisi Metro Jaya.
Karena hampir lupa saya harus memperpanjang Surat Ijin Mengemudi(SIM) yang sudah jatuh waktunya tanggal 7 Agustus 2009.
Ketika memperpanjang SIM di jalan Daan Mogot, saya menemukan kejutan yang bagi saya berdasarkan pengalaman memperpanjang SIM di Ibukota Jakarta ini. Kali ini makan waktu sangat singkat yaitu 45 menit. Sejak parkir pukul 09.00 dan selesai menerima SIM baru ternyata jam menunjukkan 09.45. Fantastik sekali, karena 5 tahun lalu saya memperpanjang SIM, makan waktu lama. Waktu itu hari Jumat datang pkl. 10.00, ada waktu istrahat jam 12.00-13.00 dan baru selesai pkl 15.00.
Ada kejutan lainnya adalah masalah beaya yang turun sangat drastis sekali. 5 tahun silam keluar dana lebih dari Rp. 200.000 - 300.000 (lupa tepatnya). Kali ini, bayar parkir Rp. 2.000, setelah parkir kendaraan langsung ke tempat periksa Kesehatan yang letaknya diluar gedung (dekat kantin) bayar Rp. 20.000, kemudian masuk kedalam gedung cari loket BRI bayar Rp. 60.000, setelah itu pindah keruang administrasi letaknya belakang ruang BRI, kemudian ke loket Asuransi letaknya disampingnya bayar Rp. 20.000. Semua ada kwitansi penerimaannya. Setelah itu masuk kedalam cari loket 21 bayar Rp. 50.000 , setelah itu pindah ke loket 26 untuk foto dan sidik jari. Selesai foto pergi ke loket 30, tunggu dipanggil. Baru duduk 5 menit sudah dipanggil karena SIM sudah selesai dan bayar Rp. 5.000 untuk dapat dompet SIM ini. Kemudian lihat jam ternyata pukul 09.45. Ini baru kejutan. Biaya lebih murah dan waktu lebih singkat.
Ya, ini hadiah di HUT Kemerdekaan, Polisi telah membenah diri dengan memberikan pelayanan lebih baik dan cepat. Semoga pelayanan ini bukan hanya sesaat dimana image Polisi makin hari makin baik.
Bagaimana dengan Percaloan ? Masalah ini sulit untuk dibrantas, tetap ada, hanya berkeliaran diluar gedung mencari mangsa. Semua itu terpulang pada diri kita sendiri, apakah memberikan peluang kepada mereka, atau karena tidak mau pusing. Alasan tidak mau pusing sebenarnya tidak tepat, dan saya sudah buktikan sendiri begitu cepat, asalkan kita membawa SIM asli dan foto copy Akte Kelahiran, dan isi formulir yang disediakan. Enteng ‘kan!
TDP Yang Diperhitungkan dengan PNP
Jakarta, 19 Agustus 2009. Ada lagi satu pertanyaan mengenai turnamen mana saja yang diperhitungkan masuk dalam perhitungan PNP (Peringkat Nasional Pelti).
Karena PNP adalah Peringkat Nasional Pelti maka yang akan diperhitungkan adalah turnamen yang diakui Pelti (TDP). Baik nasional maupun internasional.
Hal inipun sering terjadi pertanyaan kepada saya. Bahkan sebelum pergi ke Palangka Raya, ada orangtua petenis menanyakan kepada saya masalah Turnamen Bintang Kemerdekaan. "Apakah masuk TDP atau bukan?" Jawaban saya katakan sepengetahuan saya sudah didaftarkan dan sudah dibuatkan SK Ketua Umum PP Pelti. Disini menunjukkan orangtua mulai jeli terhadap pengakuan pengakuan TDP tersebut. Menghadapi hal ini saya berkewajiban memberitahukan kebenaran yang ada kepada masyarakat tenis. Suka tidak suka sudah harus dilakukan, tanpa mempunyai maksud maksud tertentu. Turnamen itu adalah kebutuhan petenis adalah mutlak. Sehingga bagi saya pribadi mengatakan turnamen itu sangatlah penting sekali siapapun penyelenggaranya.
Untuk menjadi TDP, tentunya persyaratan pertama adalah didaftarkan ke PP Pelti dengan mengisi Formulir Pendaftaran TDP, kemudian membayar sanction fee, dan PP Pelti siapkan SK PP Pelti yang ditanda tangani oleh Ketua Umum PP Pelti. Disamping itu dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan Ketentuan TDP adalah yang paling penting adalah disediakan tenaga Referee.
Kenapa ada TDP yang sudah ada SK PP Pelti tetapi tidak masuk dalam PNP? Ini juga harus diperhatikan, karena kalau ada pelanggaran Ketentuan TDP tentunya PP Pelti berhak pula mencabutnya. Ada sedikit cara yang halus agar tidak menutup malu penyelenggara, dengan tidak membuat pengumuman kalau dicabut SK tersebut.
Bagaimana dengan turnamen internasional? Memang ada TDP Nasional dan Internasional. Dari TDP Internasional ada yang diselenggarakan di Indonesia dan yang diselenggarakan di Luar Negeri. Tetapi kita harus jeli juga, karena banyak turnamen yang diselenggarakan di Luar Negeri , mengundang petenis Indonesia ikut berpartisipasi, seperti Singapore, Malaysia, Filipina dll.
Dalam ketentuan disebutkan kalau yang mendapatkan PNP adalah turnamen dibawah naungan ITF (International Tennis Federation), ATP-Tour dan WTA-Tour. Diluar ketiga badan tenis ini tidak masuk dalam perhitungan PNP. Demikian informasi yang diberikan oleh Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti.
Bagaimana dengan turnamen dibawah Asian Tennis Federation (ATF). Jika dilihat dari ketentuan diatas, otomoatis tidak masuk dalam perhitungan PNP. Kecuali diberikan kebijakan oleh Ketua Umum PP Pelti.
Karena PNP adalah Peringkat Nasional Pelti maka yang akan diperhitungkan adalah turnamen yang diakui Pelti (TDP). Baik nasional maupun internasional.
Hal inipun sering terjadi pertanyaan kepada saya. Bahkan sebelum pergi ke Palangka Raya, ada orangtua petenis menanyakan kepada saya masalah Turnamen Bintang Kemerdekaan. "Apakah masuk TDP atau bukan?" Jawaban saya katakan sepengetahuan saya sudah didaftarkan dan sudah dibuatkan SK Ketua Umum PP Pelti. Disini menunjukkan orangtua mulai jeli terhadap pengakuan pengakuan TDP tersebut. Menghadapi hal ini saya berkewajiban memberitahukan kebenaran yang ada kepada masyarakat tenis. Suka tidak suka sudah harus dilakukan, tanpa mempunyai maksud maksud tertentu. Turnamen itu adalah kebutuhan petenis adalah mutlak. Sehingga bagi saya pribadi mengatakan turnamen itu sangatlah penting sekali siapapun penyelenggaranya.
Untuk menjadi TDP, tentunya persyaratan pertama adalah didaftarkan ke PP Pelti dengan mengisi Formulir Pendaftaran TDP, kemudian membayar sanction fee, dan PP Pelti siapkan SK PP Pelti yang ditanda tangani oleh Ketua Umum PP Pelti. Disamping itu dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan Ketentuan TDP adalah yang paling penting adalah disediakan tenaga Referee.
Kenapa ada TDP yang sudah ada SK PP Pelti tetapi tidak masuk dalam PNP? Ini juga harus diperhatikan, karena kalau ada pelanggaran Ketentuan TDP tentunya PP Pelti berhak pula mencabutnya. Ada sedikit cara yang halus agar tidak menutup malu penyelenggara, dengan tidak membuat pengumuman kalau dicabut SK tersebut.
Bagaimana dengan turnamen internasional? Memang ada TDP Nasional dan Internasional. Dari TDP Internasional ada yang diselenggarakan di Indonesia dan yang diselenggarakan di Luar Negeri. Tetapi kita harus jeli juga, karena banyak turnamen yang diselenggarakan di Luar Negeri , mengundang petenis Indonesia ikut berpartisipasi, seperti Singapore, Malaysia, Filipina dll.
Dalam ketentuan disebutkan kalau yang mendapatkan PNP adalah turnamen dibawah naungan ITF (International Tennis Federation), ATP-Tour dan WTA-Tour. Diluar ketiga badan tenis ini tidak masuk dalam perhitungan PNP. Demikian informasi yang diberikan oleh Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti.
Bagaimana dengan turnamen dibawah Asian Tennis Federation (ATF). Jika dilihat dari ketentuan diatas, otomoatis tidak masuk dalam perhitungan PNP. Kecuali diberikan kebijakan oleh Ketua Umum PP Pelti.
Siapa Yang sediakan Wasit ?
Palangka Raya, 17 Agustus 2009. Hari ini saya terima telpon dari Surabaya menanyakan beberapa permasalahan yang menyangkut mengenai turnamen. Saat ini sedang berlangsung turnamen yunior UFO Open di lapangan tenis Hayam Wuruk Surabaya. Pertanyaan masalah tugas dan kewajiban disuatu turnamen tenis.
" Siapa yang bertanggung jawab masalah pengadaan tenaga wasit turnamen ?" begitulah pertanyan ini muncul per telpon disaat sedang menikmati makan malam di Kampung Lauk Palangka Raya. Baru mau menyantap masuklah telpon seluler saya sehingga sempat tertunda makan ikan Patin Bakarnya disamping sungai Kahayan.
Sayapun memberikan jawaban bahwa Direktur Turnamen berkewajiban menyediakan sarana dan prasarana turnamen. Segala kebutuhan suatu turnamen sudah harus dipersiapkan semuanya. Mulai dari pengadaan lapangan, net, score board, sound system dll. Begitu pula tenaga pelaksananya seperti tenaga wasit, ballboys, dokter turnamen, cleaning service, keamanan. Termasuk pula pendaftaran turnamen ke induk organisasi tenis.
Khususnya tenaga wasit, Direktur turnamen yang menyiapkan atau memilih wasit2 dan setelah itu disaat turnamen diserahkan kepada Referee sebagai penanggung jawab jalannya pertandingan. Jikalau ada pemikiran kalau pengadaan wasit itu merupakan wewenang referee sangatlah keliru sekali.
Khususnya turnamen internasional Pro Circuit, sebenarnya semua tenaga wasit yang bertugas adalah wewenang Direktur Turnamen. Mengingat akan kebutuhan jam terbang wasit internasional (White Badge) di Indonesia, maka oleh PP Pelti diambil alih pengadaan tenaga wasit yang bertugas. Dalam hal ini diberikan oleh Bidang Pertandingan PP Pelti. Agar terjadi pembagian tugas yang merata. Ini hanya pengecualian saja.
Selasa, 18 Agustus 2009
' Saya Hidup Dari Tenis "
Palangka Raya, 17 Agustus 2009. Disaat HUT RI ke 64 saya berada di Palangka Raya Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah, saya menerima dan melihat kenyataan dilapangan yang sangat ironis sekali. Berbeda sekali selama ini saya melihat pertenisan di Jakarta maupun sekitarnya.
Awalnya suatu pernyataan yang muncul tiba tiba datang dari petenis yunior di Palangka Raya. “Pak, saya ini hidup dari TENIS.” ujar Serly Melinda Gilbert (16 tahun) putri dari pasangan asli Dayak dan Banjarmasin. Maksud lo ? , kira kira pertanyaan dalam hati saya terhadap pernyataan tersebut.
Diceritakan pula kalau dia ini dari Tenis bisa membantu orangtuanya. Bagaimana caranya atlet yunior bisa hidup dari Tenis. Seharusnya disaat yunior justru lebih banyak pengeluaran dibandingkan pemasukan. Bangga juga saya melihat kebanggaan yang ditunjukkannya kalau dari tenis bisa hidup.Ini kenyataan yang tidak bisa dipungkiri disaat negara tercinta sudah merdeka selama 64 tahun. Sehingga timbul keingin tahuan atas pernyataan tersebut diatas.
“Saya sudah 6 tahun jadi Ballgirl” . Baru terjawab pertanyaan dalam hati saya.
Dari keluarga bukan petenis, awal mulanya mengenal tenis, disaat Serly melihat lapangan tenis didekat rumahnya. Banyaknya bola yang dipakai berlatih menarik perhatianya. Ada keinginan memiliki bola tersebut muncul karena ada keinginan main kasti, bukan tenis. Awalnya dimarahin oleh pelatih dilapangan tersebut. Kemudian ditanya untuk apa bola tenis tersebut ingin dimiliki. Setelah itu oleh pelatih Syam’ani Mansyi ditawarkan untuk berlatih tenis. Pucuk dicinta ulam tiba . Langsung tawaran tersebut tidak disia siakan, diterimanya. Sumbangan Raket pertama diberikan oleh Sekretaris Pelti setempat Abramsyah setelah melihat potensi yang dimilikinya.
Setelah mengenal tenis, Serly pun memanfaatkan menjadi pemungut bola dilapangan tenis dimana banyak orangtua berlatih tenis. Ini pendapatan yang diterima sehingga bisa bermain tenis dan juga membantu orangtuanya. Apakah kerja dari orangtuanya!? Ternyata Ayahnya masih kerja serambitan, jadi sering keluar rumah sehingga Ibunya perlu bantuan dana juga. Ini disadarinya betul, sehingga saya melihat perjuangannya bisa menghasilkan dari dunia olahraga tenis.
Setelah melihat kondisi rumah orangtuanya lebih membuat tergugah juga Karena selama ini saya belum pernah lihat rumah (panggung) dengan kondisi seperti itu. Hatipun ingin menangis melihat kondisi seperti ini. Rumah panggung yang dibuat dari papan baik alas maupun dindingnya tanpa dilapisi cat sebagaimana lazimnya rumah tinggal. Begitu masuk kerumah langsung terjejer adik adiknya ( seluaruhnya ada 8)sedang tidur dilantai rumah.
Sekolah tetap menjadi perhatiannya, saat ini sudah selesai SMU tetapi sayang tidak lulus karena hasil Bahasa Inggrisnya sangat minim, dan akan mengulang kembali tahun depan. Sudah bisa ikuti Paket C, tetapi Serly sendiri merasa kurang afdol kalau Paket C.
Serly mempunyai adik perempuan, Sellinda Yolanda Gilbert (11 tahun) yang masih duduk dibangku sekolah , yang ternyata pernah mewakili Kalteng ikuti O2SN tahun 2009 di Jakarta sebagai petenis juga. Keduanyapun selama ini ikut membantu ibunya dengan menjadi pemungut bola atau Ballgirls.
Dari hasil tenis, ternyata Serlypun pernah mendapatkan bantuan raket WILSON Encode yang termahal dimilikinya. Sayapun kagum terhadapnya dan yang tidak kalah penting Serly tidak lupa menyampaikan terima kasih jika mendapatkan sesuatu dan selalu tidak melupakan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Melihat kondisi seperti ini di Palangka Raya, apalagi ketika melihat juga latihan petenis yunior lainnya ada yang tanpa gunakan alas kaki (tanpa sepatu) berlatih dengan tekun di lapangan Sanaman Mantikai. Tergerak juga melihat kondisi ini untuk mangajak teman2 di Jakarta membantu mereka ini didaerah Palangka Raya. Bisa dengan berikan raket raket (bekas atau baru), pakaian olahraga (T-shirts), bola tenis baik bekas maupun baru untuk latihan. Saya sendiri kalau membawa bola untuk Piala FR di Palangka Raya, selalu ditinggalkan setelah pertandingan, agar mereka ini bisa berlatih walaupun dengan bola bekas sekalipun yang sangat didambakan.
Dari kehidupan main tenis, saat ini kedua kakak beradik telah memiliki telpon seluler, yang juga sangat membanggakan saya melihat perjuangan mereka di pertenisan Indonesia. Harapan tinggal harapan, disuatu saat keduanya bisa meningkatkan prestasinya sehingga bisa mengangkat harkat dan martabat bangsa kita ini.
"Masih banyak lagi petenis Palangka Raya seperti ini." demikian tanggapan dari masyarakat tenis Palangka Raya kepada saya.
Awalnya suatu pernyataan yang muncul tiba tiba datang dari petenis yunior di Palangka Raya. “Pak, saya ini hidup dari TENIS.” ujar Serly Melinda Gilbert (16 tahun) putri dari pasangan asli Dayak dan Banjarmasin. Maksud lo ? , kira kira pertanyaan dalam hati saya terhadap pernyataan tersebut.
Diceritakan pula kalau dia ini dari Tenis bisa membantu orangtuanya. Bagaimana caranya atlet yunior bisa hidup dari Tenis. Seharusnya disaat yunior justru lebih banyak pengeluaran dibandingkan pemasukan. Bangga juga saya melihat kebanggaan yang ditunjukkannya kalau dari tenis bisa hidup.Ini kenyataan yang tidak bisa dipungkiri disaat negara tercinta sudah merdeka selama 64 tahun. Sehingga timbul keingin tahuan atas pernyataan tersebut diatas.
“Saya sudah 6 tahun jadi Ballgirl” . Baru terjawab pertanyaan dalam hati saya.
Dari keluarga bukan petenis, awal mulanya mengenal tenis, disaat Serly melihat lapangan tenis didekat rumahnya. Banyaknya bola yang dipakai berlatih menarik perhatianya. Ada keinginan memiliki bola tersebut muncul karena ada keinginan main kasti, bukan tenis. Awalnya dimarahin oleh pelatih dilapangan tersebut. Kemudian ditanya untuk apa bola tenis tersebut ingin dimiliki. Setelah itu oleh pelatih Syam’ani Mansyi ditawarkan untuk berlatih tenis. Pucuk dicinta ulam tiba . Langsung tawaran tersebut tidak disia siakan, diterimanya. Sumbangan Raket pertama diberikan oleh Sekretaris Pelti setempat Abramsyah setelah melihat potensi yang dimilikinya.
Setelah mengenal tenis, Serly pun memanfaatkan menjadi pemungut bola dilapangan tenis dimana banyak orangtua berlatih tenis. Ini pendapatan yang diterima sehingga bisa bermain tenis dan juga membantu orangtuanya. Apakah kerja dari orangtuanya!? Ternyata Ayahnya masih kerja serambitan, jadi sering keluar rumah sehingga Ibunya perlu bantuan dana juga. Ini disadarinya betul, sehingga saya melihat perjuangannya bisa menghasilkan dari dunia olahraga tenis.
Setelah melihat kondisi rumah orangtuanya lebih membuat tergugah juga Karena selama ini saya belum pernah lihat rumah (panggung) dengan kondisi seperti itu. Hatipun ingin menangis melihat kondisi seperti ini. Rumah panggung yang dibuat dari papan baik alas maupun dindingnya tanpa dilapisi cat sebagaimana lazimnya rumah tinggal. Begitu masuk kerumah langsung terjejer adik adiknya ( seluaruhnya ada 8)sedang tidur dilantai rumah.
Sekolah tetap menjadi perhatiannya, saat ini sudah selesai SMU tetapi sayang tidak lulus karena hasil Bahasa Inggrisnya sangat minim, dan akan mengulang kembali tahun depan. Sudah bisa ikuti Paket C, tetapi Serly sendiri merasa kurang afdol kalau Paket C.
Serly mempunyai adik perempuan, Sellinda Yolanda Gilbert (11 tahun) yang masih duduk dibangku sekolah , yang ternyata pernah mewakili Kalteng ikuti O2SN tahun 2009 di Jakarta sebagai petenis juga. Keduanyapun selama ini ikut membantu ibunya dengan menjadi pemungut bola atau Ballgirls.
Dari hasil tenis, ternyata Serlypun pernah mendapatkan bantuan raket WILSON Encode yang termahal dimilikinya. Sayapun kagum terhadapnya dan yang tidak kalah penting Serly tidak lupa menyampaikan terima kasih jika mendapatkan sesuatu dan selalu tidak melupakan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Melihat kondisi seperti ini di Palangka Raya, apalagi ketika melihat juga latihan petenis yunior lainnya ada yang tanpa gunakan alas kaki (tanpa sepatu) berlatih dengan tekun di lapangan Sanaman Mantikai. Tergerak juga melihat kondisi ini untuk mangajak teman2 di Jakarta membantu mereka ini didaerah Palangka Raya. Bisa dengan berikan raket raket (bekas atau baru), pakaian olahraga (T-shirts), bola tenis baik bekas maupun baru untuk latihan. Saya sendiri kalau membawa bola untuk Piala FR di Palangka Raya, selalu ditinggalkan setelah pertandingan, agar mereka ini bisa berlatih walaupun dengan bola bekas sekalipun yang sangat didambakan.
Dari kehidupan main tenis, saat ini kedua kakak beradik telah memiliki telpon seluler, yang juga sangat membanggakan saya melihat perjuangan mereka di pertenisan Indonesia. Harapan tinggal harapan, disuatu saat keduanya bisa meningkatkan prestasinya sehingga bisa mengangkat harkat dan martabat bangsa kita ini.
"Masih banyak lagi petenis Palangka Raya seperti ini." demikian tanggapan dari masyarakat tenis Palangka Raya kepada saya.
Senin, 17 Agustus 2009
Selain Santapan Jasmani, Butuh Santapan Rohani
Palangka Raya, 16 Agustus 2009. Biasanya mengikuti ibadah hari Minggu berdasarkan keinginan sendiri. Tetapi jika berada diluar Jakarta seringkali tidak bisa mengikuti ibadah di Gereja sebaga umat Kristiani.
Saat ini tak diduga saya ditawarkan oleh salah satu petenis yunior yang sedang ikut bertanding Piala FR-68 dilapangan tenis Sanaman mantikai Palangka Raya, namanya Serly Malinda Gilbert. "Om jadi mau ke Gereja sore ini.?" pertanyaan ini cukup mengagetkan saya. Karena diberitahu ada Kebaktian sore hari, maka sayapun mengiyakan keinginan tersebut.
Sayapun bisa bersyukur karena bisa mengikuti kebaktian sore di Gereja Bethani yang cukup banyak anggotanya yang ikuti kebaktian sore ini.
Selama kebaktian ada miscall yang saya tidak angkat dan untungnya saya atur agar "silent" agar tidak mengganggu konsentrasi.
Dalam kehidupan kita harus mengenal Tuhan, sehingga bisa membimbing kehidupan sehari hari. Kewajiban ini harus tetap dilakukan.
Dijemput dengan motor bukan masalah dan sayapun melihat banyak juga bangunan Gereja di kota Palangka Raya ini.
Setelah menerima santapan rohani, tentunya juga membutuhkan santapan jasmani, maka sayapun minta diantarkan ke Restoran Kampung Lauk yang terletak disamping jembatan Kahayan (panjang 505 m). Sepanjang jembatan banyak motor motor nangkring berpacaran bagi kawula muda. Dalam pikran sayapun bertanya tanya kenapa petugas Polisi mebiarkannya, karena menurut saya ini menggangu jalannya kendaraan.
Kampung Lauk sudah dikenal dan saya mengetahuinya datang di Facebook dari salah satu mahasiswi asal Pangkalan Bun (Rili Rumoga) yang kuliah di UGM Jogjakarta, yang menganjurkan agar makan di Kampung Lauk tersebut.
Betul juga, pilihan tetap jatuh ke Ikan PATIN BAKAR. Rasanya juga enak sekali dan harganya cukup murah sekali. Melahap makanan sehingga perut kenyang membuat perutpun makin gendut.
Saat ini tak diduga saya ditawarkan oleh salah satu petenis yunior yang sedang ikut bertanding Piala FR-68 dilapangan tenis Sanaman mantikai Palangka Raya, namanya Serly Malinda Gilbert. "Om jadi mau ke Gereja sore ini.?" pertanyaan ini cukup mengagetkan saya. Karena diberitahu ada Kebaktian sore hari, maka sayapun mengiyakan keinginan tersebut.
Sayapun bisa bersyukur karena bisa mengikuti kebaktian sore di Gereja Bethani yang cukup banyak anggotanya yang ikuti kebaktian sore ini.
Selama kebaktian ada miscall yang saya tidak angkat dan untungnya saya atur agar "silent" agar tidak mengganggu konsentrasi.
Dalam kehidupan kita harus mengenal Tuhan, sehingga bisa membimbing kehidupan sehari hari. Kewajiban ini harus tetap dilakukan.
Dijemput dengan motor bukan masalah dan sayapun melihat banyak juga bangunan Gereja di kota Palangka Raya ini.
Setelah menerima santapan rohani, tentunya juga membutuhkan santapan jasmani, maka sayapun minta diantarkan ke Restoran Kampung Lauk yang terletak disamping jembatan Kahayan (panjang 505 m). Sepanjang jembatan banyak motor motor nangkring berpacaran bagi kawula muda. Dalam pikran sayapun bertanya tanya kenapa petugas Polisi mebiarkannya, karena menurut saya ini menggangu jalannya kendaraan.
Kampung Lauk sudah dikenal dan saya mengetahuinya datang di Facebook dari salah satu mahasiswi asal Pangkalan Bun (Rili Rumoga) yang kuliah di UGM Jogjakarta, yang menganjurkan agar makan di Kampung Lauk tersebut.
Betul juga, pilihan tetap jatuh ke Ikan PATIN BAKAR. Rasanya juga enak sekali dan harganya cukup murah sekali. Melahap makanan sehingga perut kenyang membuat perutpun makin gendut.
Lapangan tenis Sanaman Mantikai Butuh Perhatian
Palangka Raya, 16 Agustus 2009. Pertama kali datang ke Palangka Raya dan melihat lapangan tenis Sanaman Mantikai, saya cukup bangga karena lapangan ini mempunyai 6 lapangan. Suatu jumlah yang cukup banyak terdapat disatu Ibukota Provinsi dimana lapangan tersebut dalam satu kompleks. Pengamatan saya selama ini melihat kondisi lapangan tenis dengan jumlah lebih dari 4 di Ibukota Provinsi terdapat di Medan 9 lapangan(Sumatra Utara), Palembang 6 lapangan(Sumatra selatan), Padang 6 lapangan (Sumbar), Pontianak 5 lapangan (Kalimantan Barat), Samarinda 7 lapangan( Kaltim), Menado 8 lapangan (Sulut), Makassar 6 lapangan (Sulawesi Selatan), Palangka Raya 6 lapangan(Kalimantan Tengah), Surabaya 8 lapangan (Jawa Timur), Semarang 6 lapangan (Jateng), Bandung 6 lapangan (Jawa Barat), Jakarta 20 lapangan.
Berdirinya lapangan informasi yang saya terima sejak tahun 1983, tidak sekaligus 6 lapangan tetapi mulai 4 lapangan kemudian berkembang tambah 2. Kondisi 4 lapangan pertama cukup memprihatinkan. Ini lapangan dibuat dari granit. Jika sudah biasa melihat lapangan tenis dikota lainnya, maka kondisi lapangan Sanaman Mantikai sangat jauh dari persyaratan. Tetapi kenapa saya tetap bertahan agar tetap dilaksanakan turnamen Piala FR ini yang sudah 2 kali diadakan di tahun 2009. Karena saya mempunyai tujuan, agar dapat perhatian dari pemilik lapangan yaitu Pemerintah daerah setempat. Pengalaman saya dulu di Pontianak sewaktu bisa digelar turnamen nasional Khatulistiwa Open beberapa tahun silam (th 2003-2004). Kesempatan bertemu dengan Walikota Pontianak (dr.H.Buchary Abdurahman)yang sudah saya kenal sebelum jadi walikota. Bertemu langsung di lapangan tenis yang sedang ada eksibisi petenis nasional. Saya berinisiatip langsung meminta kepadanya satu turnamen nasional. Dan ketika mendapatkan respons positip, beliaupun bertanya mengenai kondisi lapangan tersebut apakah layak untuk menjadi tuan rumah Turnamen Nasional. Mendengar pertanyaan tersebut berarti sudah ada perhatian dari yang bersangkutan maka tidak boleh dilepaskan kesempatan ini. Langsung saya jawab bukan masalah, karena tentunya jika akan diselenggarakan tentunya tuan rumah akan berinisiatip untuk re-paint lapangan tersebut. Dan itulah yang terjadi.
Berita yang menggembirakan saya terima di Palangka Raya, kelihatannya sudah dapat respons dan sudah dimasukkan daam anggaran tahun 2010. Jika kita menghendaki perhatian Pemerintah tentunya selaku pelaku tenis harus buat program kegiatan sehingga bisa disiapkan oleh Pemerintah. Jika bicara soal pembibitan , saya melihat sendiri bagaimana pelatih Palangka Raya memberikan waktunya melatih di lapangan ini. Dan sejak saya masukpun terlihat animo peserta dari kota Palangka Raya sendiri mulai meningkat, belum lagi datang dari Sampit (Kabupaten Kotawaringin Timur), Pangkalan Bun, Barito Timur dll.Terlihat sekali petenis Kalteng haus akan turnamen tenis khususnya yunior. Kalau orangtua sebenarnya banyak juga yang main tenis di Palangka Raya.
Saya sendiri ketika berbincang bincang dengan petinggi Pelti setempat, berkeinginan selenggarakan suatu turnamen nasional yunior yang tentunya gaungnya lebih besar. Tunggu saja tanggal main, jika Tuhan menghendaki maka niat ini akan terwujud juga.
Berdirinya lapangan informasi yang saya terima sejak tahun 1983, tidak sekaligus 6 lapangan tetapi mulai 4 lapangan kemudian berkembang tambah 2. Kondisi 4 lapangan pertama cukup memprihatinkan. Ini lapangan dibuat dari granit. Jika sudah biasa melihat lapangan tenis dikota lainnya, maka kondisi lapangan Sanaman Mantikai sangat jauh dari persyaratan. Tetapi kenapa saya tetap bertahan agar tetap dilaksanakan turnamen Piala FR ini yang sudah 2 kali diadakan di tahun 2009. Karena saya mempunyai tujuan, agar dapat perhatian dari pemilik lapangan yaitu Pemerintah daerah setempat. Pengalaman saya dulu di Pontianak sewaktu bisa digelar turnamen nasional Khatulistiwa Open beberapa tahun silam (th 2003-2004). Kesempatan bertemu dengan Walikota Pontianak (dr.H.Buchary Abdurahman)yang sudah saya kenal sebelum jadi walikota. Bertemu langsung di lapangan tenis yang sedang ada eksibisi petenis nasional. Saya berinisiatip langsung meminta kepadanya satu turnamen nasional. Dan ketika mendapatkan respons positip, beliaupun bertanya mengenai kondisi lapangan tersebut apakah layak untuk menjadi tuan rumah Turnamen Nasional. Mendengar pertanyaan tersebut berarti sudah ada perhatian dari yang bersangkutan maka tidak boleh dilepaskan kesempatan ini. Langsung saya jawab bukan masalah, karena tentunya jika akan diselenggarakan tentunya tuan rumah akan berinisiatip untuk re-paint lapangan tersebut. Dan itulah yang terjadi.
Berita yang menggembirakan saya terima di Palangka Raya, kelihatannya sudah dapat respons dan sudah dimasukkan daam anggaran tahun 2010. Jika kita menghendaki perhatian Pemerintah tentunya selaku pelaku tenis harus buat program kegiatan sehingga bisa disiapkan oleh Pemerintah. Jika bicara soal pembibitan , saya melihat sendiri bagaimana pelatih Palangka Raya memberikan waktunya melatih di lapangan ini. Dan sejak saya masukpun terlihat animo peserta dari kota Palangka Raya sendiri mulai meningkat, belum lagi datang dari Sampit (Kabupaten Kotawaringin Timur), Pangkalan Bun, Barito Timur dll.Terlihat sekali petenis Kalteng haus akan turnamen tenis khususnya yunior. Kalau orangtua sebenarnya banyak juga yang main tenis di Palangka Raya.
Saya sendiri ketika berbincang bincang dengan petinggi Pelti setempat, berkeinginan selenggarakan suatu turnamen nasional yunior yang tentunya gaungnya lebih besar. Tunggu saja tanggal main, jika Tuhan menghendaki maka niat ini akan terwujud juga.
Minggu, 16 Agustus 2009
Keinginan Orangtua Petenis Daerah
Palangka Raya, 16 Agustus 2009. Dugaan saya kalau potensi tenis di Kalimantan Tengah cukup besar, terlihat minat terhadap suatu turnamen cukup besar. Berani datang jauh2 ke Ibukota Kalimantan Tengah dengan jarak terdekat sekitar 200 km yaitu Sampit, bahkan ada yang lebih jauh lagi Pangkalan Bun yang makan waktu perjalanan sekitar 7 jam dengan jalan darat.
Dari percakapan dengan salah satu orangtua peserta, ada pertanyaan menggelitik kepada saya yaitu minta bantuan informasi bahkan minta rekomendasi ke pelatih di Jawa. Keinginan memajukan prestasi putra putrinya membuat mau berkorban dengan cara kirim putra putrinya ke Jakarta, Semarang bahkan Surabaya. Tiga kota ini yang sering disebut sebut mereka. Bahkan sudah ada juga kirimkan atlet2nya ke Semarang.
Ini berarti kualitas pelatih yang dimilikinya masih minim. Saya prihatin sekali dengan kondisi pelatih yang dimilikinya. Dalam hal ini pertama kali saya tawarkan adalah pelatih lokal dulu yang ditingkatkan. Ini cara agar pembeayaan bisa lebih murah dan juga saya melihat putra/putrinya itu masih muda sekali dimana butuh kedekatan dengan orangtua sangat penting. Jika belum siap maka bisa jadi putra/putri ini kangen dengan orangtuanya.
Caranya, yaitu saya akan minta Pelti setempat kontak Pelti Pusat minta diadakan kepelatihan pelatih di Kalimantan Tengah. Atau adakan coaching clinic secara periodik dengan datangkan pelatih nasional ke daerah ini. Andaikan Pelti setempat belum tergerak, kenapa tidak klub ataupun beberapa orangtua saja yang inisiatip membantu Pelti setempat.
Yang lebih berat sewaktu ditanya dari ketiga kota (Jakarta,Semarang dan Surabaya) ini yang mana lebih baik atau maju. Saya hanya katakan kalau ketiga kota tersebut memiliki pelatih handal, sehingga sulit sebagai salah satu petinggi Pelti mengatakan yang mana yang terbaik. "Semua pelatih tenis itu baik, karena sudah bisa dikatakan pelatih, harus baik. Yang berbeda saja adalah yang mana menghasilkan petenis handal dan mana yang belum."
Saya melihat saat ini kebutuhan turnamen sangat dirasakan, jika dibandingkan dengan turnamen di Jawa. Disini perbedaannya. Jika banyak turnamen maka akan terlihat jelas ada peningkatan prestasinya. Sebagai contoh, saya lihat salah satu petenis yunior Palangka Raya , Rahmat Hidayat ( 12 th) yang sudah ikuti beberapakali turnamen di Jakarta baik Persami maupun TDP Nasional, tampak perbedaan permainannya dikala pertama kali ikuti Piala FR-61 di Palangka Raya (Januari 2009).
Ini baru di Kalimantan Tengah, tetapi kondisi serupa akan terlihat juga di Sulawesi. Yang belum terlihat aktivitasnya justru di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat sejak berdirinya provinsi ini, hanya rajin datang ke Jakarta baik rakernas maupun MUnas (Makassar dan Jambi)karena dibeayai oleh Pelti Pusat. Saya masih menunggu aktivitas Pelti Provinsi di Sulawesi Tengah dan Gorontalo dengan kepengurusannya yang baru.
Dari percakapan dengan salah satu orangtua peserta, ada pertanyaan menggelitik kepada saya yaitu minta bantuan informasi bahkan minta rekomendasi ke pelatih di Jawa. Keinginan memajukan prestasi putra putrinya membuat mau berkorban dengan cara kirim putra putrinya ke Jakarta, Semarang bahkan Surabaya. Tiga kota ini yang sering disebut sebut mereka. Bahkan sudah ada juga kirimkan atlet2nya ke Semarang.
Ini berarti kualitas pelatih yang dimilikinya masih minim. Saya prihatin sekali dengan kondisi pelatih yang dimilikinya. Dalam hal ini pertama kali saya tawarkan adalah pelatih lokal dulu yang ditingkatkan. Ini cara agar pembeayaan bisa lebih murah dan juga saya melihat putra/putrinya itu masih muda sekali dimana butuh kedekatan dengan orangtua sangat penting. Jika belum siap maka bisa jadi putra/putri ini kangen dengan orangtuanya.
Caranya, yaitu saya akan minta Pelti setempat kontak Pelti Pusat minta diadakan kepelatihan pelatih di Kalimantan Tengah. Atau adakan coaching clinic secara periodik dengan datangkan pelatih nasional ke daerah ini. Andaikan Pelti setempat belum tergerak, kenapa tidak klub ataupun beberapa orangtua saja yang inisiatip membantu Pelti setempat.
Yang lebih berat sewaktu ditanya dari ketiga kota (Jakarta,Semarang dan Surabaya) ini yang mana lebih baik atau maju. Saya hanya katakan kalau ketiga kota tersebut memiliki pelatih handal, sehingga sulit sebagai salah satu petinggi Pelti mengatakan yang mana yang terbaik. "Semua pelatih tenis itu baik, karena sudah bisa dikatakan pelatih, harus baik. Yang berbeda saja adalah yang mana menghasilkan petenis handal dan mana yang belum."
Saya melihat saat ini kebutuhan turnamen sangat dirasakan, jika dibandingkan dengan turnamen di Jawa. Disini perbedaannya. Jika banyak turnamen maka akan terlihat jelas ada peningkatan prestasinya. Sebagai contoh, saya lihat salah satu petenis yunior Palangka Raya , Rahmat Hidayat ( 12 th) yang sudah ikuti beberapakali turnamen di Jakarta baik Persami maupun TDP Nasional, tampak perbedaan permainannya dikala pertama kali ikuti Piala FR-61 di Palangka Raya (Januari 2009).
Ini baru di Kalimantan Tengah, tetapi kondisi serupa akan terlihat juga di Sulawesi. Yang belum terlihat aktivitasnya justru di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat sejak berdirinya provinsi ini, hanya rajin datang ke Jakarta baik rakernas maupun MUnas (Makassar dan Jambi)karena dibeayai oleh Pelti Pusat. Saya masih menunggu aktivitas Pelti Provinsi di Sulawesi Tengah dan Gorontalo dengan kepengurusannya yang baru.
Lihat Pertandingan Lupa Perut Kosong
PalangkaRaya, 15 Agustus 2009. Masuk kota Palangka Raya bukannya langsung ke hotel tetapi ke lapangan tenis Sanaman Mantikai yang hari ini ada pertandingan tenis dalam HUT RI ke 64. Ingin tahu pertenisan Kalimantan Tengah. Ini pertandingan beregu , saya sendiri tidak tahu siapa pesertanya.
Ketemu dengan Ketua Pengprov Pelti Halin Ardi maupun anggota pengurus Pelti Kalimantan Tengah yang sedang sibuk sebagai pelaksana turnamen. Saking asyiknay lupa kalau perut masih kosong.
Bisa dibayangkan kota Palangka Raya yang ada asapnya, tetapi semangat bertanding tetap ada walaupun usia banyak berbeda. Ada kejadian lucu atau bisa saya katakan agak aneh. Saat mata saya melihat kalau pertndingan ini sudah harus dihentikan di 2 lapangan yang bergandengan. Hanya satu lapangan saja yang memiliki fasilitas lampu. Saya pernah main atau latihan bersama rekan2 Pelti dilapangan tersebut diawal Januari 2009 saat kunjungan pertama.
Saya hanya katakan kepada salah satu rekan, kalau bisa pakai lampu, ternyata dapat jawaban kalau yang ada lampu hanya satu lapangan sehingga tidak mau hanya satu yang pakai sedangkan yang satu tidak.
Akhirnya lapangan yang satu lagi berhenti karena sudah merasa gelap, besok baru dilanjutkan. Tetapi lapangan yang ada lampunya diteruskan, tanpa lampu juga.
Saya bertanya kenapa tidak dihentikan karena tidak mungkin bertanding dengan baik. Jawabannya lagi tanggung karena sudah digames terakhir.
Karena saya tidak untuk kepentingan pertandingan ini, sayapun tahu diri juga. Tidak perlu ikut campur. Tapi saya juga bingung melihat kesalahan dilakukan oleh orang Pelti sendiri. Tapi ya, saya juga maklum walaupun pengurus Pelti bukan menjamin mengetahui tata cara pertandingan.
Selesai pukul 18.00, baru check-in hotel, tapi perut belum terisi karena sejak siang hanya diganjel dengan 2 potong roti dan gelas air mineral. Yang satu ambil sendiri di ruang tunggu bandara Soekarno Hatta, sdangkan yang satu lagi lebih terhormat karena dihidangkan oleh pramugari diudara.
Langsung cari makan Ikan patin bakar seperti anjuran teman2 di Palangka Raya. Memang enak, tapi saya kurang bisa membedakan karena kondidi perut sedang lapar laparnya. Ternyata cukup 2 potong ikan Patin Bakar kudes.
Pulang ke hotel, tak disangka hujan turun membuat masyarakat Palangka Raya bisa bersuka cita. Puji Tuhan !
Ketemu dengan Ketua Pengprov Pelti Halin Ardi maupun anggota pengurus Pelti Kalimantan Tengah yang sedang sibuk sebagai pelaksana turnamen. Saking asyiknay lupa kalau perut masih kosong.
Bisa dibayangkan kota Palangka Raya yang ada asapnya, tetapi semangat bertanding tetap ada walaupun usia banyak berbeda. Ada kejadian lucu atau bisa saya katakan agak aneh. Saat mata saya melihat kalau pertndingan ini sudah harus dihentikan di 2 lapangan yang bergandengan. Hanya satu lapangan saja yang memiliki fasilitas lampu. Saya pernah main atau latihan bersama rekan2 Pelti dilapangan tersebut diawal Januari 2009 saat kunjungan pertama.
Saya hanya katakan kepada salah satu rekan, kalau bisa pakai lampu, ternyata dapat jawaban kalau yang ada lampu hanya satu lapangan sehingga tidak mau hanya satu yang pakai sedangkan yang satu tidak.
Akhirnya lapangan yang satu lagi berhenti karena sudah merasa gelap, besok baru dilanjutkan. Tetapi lapangan yang ada lampunya diteruskan, tanpa lampu juga.
Saya bertanya kenapa tidak dihentikan karena tidak mungkin bertanding dengan baik. Jawabannya lagi tanggung karena sudah digames terakhir.
Karena saya tidak untuk kepentingan pertandingan ini, sayapun tahu diri juga. Tidak perlu ikut campur. Tapi saya juga bingung melihat kesalahan dilakukan oleh orang Pelti sendiri. Tapi ya, saya juga maklum walaupun pengurus Pelti bukan menjamin mengetahui tata cara pertandingan.
Selesai pukul 18.00, baru check-in hotel, tapi perut belum terisi karena sejak siang hanya diganjel dengan 2 potong roti dan gelas air mineral. Yang satu ambil sendiri di ruang tunggu bandara Soekarno Hatta, sdangkan yang satu lagi lebih terhormat karena dihidangkan oleh pramugari diudara.
Langsung cari makan Ikan patin bakar seperti anjuran teman2 di Palangka Raya. Memang enak, tapi saya kurang bisa membedakan karena kondidi perut sedang lapar laparnya. Ternyata cukup 2 potong ikan Patin Bakar kudes.
Pulang ke hotel, tak disangka hujan turun membuat masyarakat Palangka Raya bisa bersuka cita. Puji Tuhan !
SALAMAT TAGAL PANDUMAH HONG LEWU TAMBUN BUNGAI
Jakarta, 15 Agustus 2009. Perasaan kuatir karena pembatalan keberangkatan dengan pesawat terbang baru kali ini terjadi. Mau pergi ke Palangka Raya dengan Batavia Air, ternyata diundurkan selama 2 jam lebih. Pertama kali diumumkan pengunduran waktu hanya 1 jam. Setelah itu sudah lewat waktunya 15 menit baru diumumkan diundurkan lagi. Jam sudah menunjukkan angka 14.00, sudah waktunya kondisi perut harus dapat perhatian. Bagi saya sebenarnya terlambat makan siang bukanlah suatu masalah besar. Karena sudah biasa, kadang kadang lupa sapai pukul 18.00 baru sadar belum makan siang. Tetapi hal ini tidak bisa ditolerir karena terlambat makan karena tidak ada kegiatan kegiatan yang bisa melupakan makan siang. Kemudia diumumkan silahkan ambil roti yang disediakan. Ya, lebih sakit lagi, tersedia roti yang diletakkan dalam kardus bekas air mimun mineral. Kesannya seperti pengungsi saja, apakah karena sudah tidak ADA kehormatan bagi penumpang pesawat.Tidak berlaku PEMBELI ADALAH RAJA.
Nasib penumpang, jika check in telambat maka tiket hangus, tapi kalau pesawat terlambat dimana ada kemungkinan penumpang yang mau melanjutkan penerbangan berikut tetapi tidak bisa mengejar pesawat berikutnya sehingga harus menginap, siapa yang harus menanggung akomodasi sehari. Adilkah itu, apakah perusahaan penerbangan mau menggantinya. Ya, nasib penumpang.
Berangkat dan tiba dengan selamat, walaupun diudara banyak kabut ( atau asap sewaktu mau mendarat). Benar juga saat turun ditangga, yang pertama tercium adalah asap kebakaran, dan matapun seperti terganggu dengan banyaknya asap. Berita dimedia masa juga sudah beredar masalah ini. Sayapun mengalaminya. Masuk kedalam kota juga terlihat jelas semacam kabut yang sebenarnya adalah asap. Tapi masyarakat dengan semangat tinggi masih mau ikut lomba baris berbaris untuk memeriahkan HUT Proklamasi Republik Indonesia yang tercinta ini.
Sewaktu di Bandara Soekarno Hatta, menunggu keberangkatan waktu diisi dengan ngedumel melalui FB saja sebagai pengisi waktu.
Terima kasi Tuhan, karena sudah tiba dengan selamat di Palangka Raya.
"SALAMAT TAGAL PANDUMAH HONG LEWU TAMBUN BUNGAI "
Nasib penumpang, jika check in telambat maka tiket hangus, tapi kalau pesawat terlambat dimana ada kemungkinan penumpang yang mau melanjutkan penerbangan berikut tetapi tidak bisa mengejar pesawat berikutnya sehingga harus menginap, siapa yang harus menanggung akomodasi sehari. Adilkah itu, apakah perusahaan penerbangan mau menggantinya. Ya, nasib penumpang.
Berangkat dan tiba dengan selamat, walaupun diudara banyak kabut ( atau asap sewaktu mau mendarat). Benar juga saat turun ditangga, yang pertama tercium adalah asap kebakaran, dan matapun seperti terganggu dengan banyaknya asap. Berita dimedia masa juga sudah beredar masalah ini. Sayapun mengalaminya. Masuk kedalam kota juga terlihat jelas semacam kabut yang sebenarnya adalah asap. Tapi masyarakat dengan semangat tinggi masih mau ikut lomba baris berbaris untuk memeriahkan HUT Proklamasi Republik Indonesia yang tercinta ini.
Sewaktu di Bandara Soekarno Hatta, menunggu keberangkatan waktu diisi dengan ngedumel melalui FB saja sebagai pengisi waktu.
Terima kasi Tuhan, karena sudah tiba dengan selamat di Palangka Raya.
"SALAMAT TAGAL PANDUMAH HONG LEWU TAMBUN BUNGAI "
Jumat, 14 Agustus 2009
Sulit Ikut Olympic Youth Games 2010
Jakarta, 14 Agustus 2009. Beberapa hari lalu tepatnya Selasa 11 Agustus 2009 setelah selesai ikuti pertemuan dengan Grace Lumenta membahas PNP , saya diajak oleh Christian Budiman mengikuti undangan KONI/KOI acara pembahasan tentang Olympic Youth Games 2010 di Singapore. Biasanya undangan seperti ini selalu ada disposisi dari Ketua Umum dan Sekjen PP Pelti siapa yang hadir. Tetapi berhubung keduanya sedang berada di Luar Negeri maka tidak ada disposisi, sehingga sewaktu hadir dalam rapat sudah harus bisa berpikiran seperti pemikiran Ketua Umum, yaitu berusaha bisa ikut Olympic Youth Games 2010 ini.
Ada paparan didepan Sekjen KOI, didampingi oleh Djoko Pramono dan Abdul Rauf, ternyata Olympic Youth Games 2010 itu persyaratannya cukup berat bagi induk orgnisasi bisa mengikutinya.Bukan hanya tenis tetapi cabang olahraga lainnya. Ada kualifikasinya sehingga secara jujur pula dikatakan oleh Djoko Pramono sangat berat bagi tim Indonesia. Yang jadi janggal jika Indonesia tidak kirim satupun atletya.
Mau tahu persyaratan peserta adalah untuk tenis kelahiran tahun 1992 dan 1993. Yang sangat memberatkan adalah minimal memiliki peringkat dunia ATP 450 untuk putra dan WTA 150 untuk putri. Membaca persyaratan ini saya agak terkejut karena ini termasuk yunior tetapi yang digunakan peringkat profesional bukan peringkat yunior. Tapi itu yang dipaparkan dan yang buat ketentuan bukan KOI tetapi IOC.
Sebenarnya malu juga ajukan permintaan agar tenis bisa ikut. Bisa dibayangkan untuk Olimpiade saja Indonesia sulit bisa ikut, kecuali melalui fasilitas wild card saja. Tetapi agar hadir tidak sia sia, sayapun ajukan permintaan wild card setelah mengerti persyaratan tersebut sangat sulit bisa tembus. Hanya itu upaya yang bisa saya lakukan
Ada paparan didepan Sekjen KOI, didampingi oleh Djoko Pramono dan Abdul Rauf, ternyata Olympic Youth Games 2010 itu persyaratannya cukup berat bagi induk orgnisasi bisa mengikutinya.Bukan hanya tenis tetapi cabang olahraga lainnya. Ada kualifikasinya sehingga secara jujur pula dikatakan oleh Djoko Pramono sangat berat bagi tim Indonesia. Yang jadi janggal jika Indonesia tidak kirim satupun atletya.
Mau tahu persyaratan peserta adalah untuk tenis kelahiran tahun 1992 dan 1993. Yang sangat memberatkan adalah minimal memiliki peringkat dunia ATP 450 untuk putra dan WTA 150 untuk putri. Membaca persyaratan ini saya agak terkejut karena ini termasuk yunior tetapi yang digunakan peringkat profesional bukan peringkat yunior. Tapi itu yang dipaparkan dan yang buat ketentuan bukan KOI tetapi IOC.
Sebenarnya malu juga ajukan permintaan agar tenis bisa ikut. Bisa dibayangkan untuk Olimpiade saja Indonesia sulit bisa ikut, kecuali melalui fasilitas wild card saja. Tetapi agar hadir tidak sia sia, sayapun ajukan permintaan wild card setelah mengerti persyaratan tersebut sangat sulit bisa tembus. Hanya itu upaya yang bisa saya lakukan
Rabu, 12 Agustus 2009
Hati hati dengan Withdrawl deadline
Jakarta, 12 Agustus 2009. Saya melihat selama ini disetiap pendaftaran atlet tenis disuatu turnamen ada yang hampir terlupakan karena saya melihat masih ada juga yang melupakan atas adanya aturan yang dikeluarkan oleh PP Pelti untuk turnamen nasional maupun ITF untuk internasional.
Karena jika ada pelanggaran maka akan kena penalti. Sudah banyak yang saya terima di Pelti edaran dari ITF mengenai beberapa nama petenis yunior Indonesia kena hukuman karena keteledorannya. Ada yang disebut batas waktu pendaftaran , biasanya 3 minggu sebelum turnamen dimulai (internasional yunior), sedangkan turnamen Nasional hanya 10 hari batas waktunya yang kadang kala penyelenggara suka membuka pintu kurang dari 10 hari tersebut.Saya harapkan dimasa mendatang di Indonesia juga diterapkan aturan hukuman ini.
Ada lagi yang disebut batas waktu pembatalan ikut serta, yang biasanya untuk Pro Circuit (ITF) diberikan 13 hari sebelum pertandingan. Khusus Yunior internasional 10 hari sebelum pertandingan. Sedangkan untuk Turnamen nasional ada aturannya yaitu 7 hari. Hanya saja permasalahannya , khusus TDP Nasional sering aturan ini tidak diterapkan oleh Referee. Tapi kalau turnamen internasional itu tidak bisa lolos karena Referee semua adalah Referee asing kecuali turnamen internasional yunior. Tapi kenapa kalau internasional yunior tidak bisa lolos, karena begitu pendaftaran ditutup ( 21 hari sebelum turnamen) penyelenggara harus kirimkan daftar nama2 peserta yang masuk babak utama dan kualifikasi. Bisa dibayangkan sejak 21 hari ditutup setiap minggu dikirimkan laporan peserta tersebut karena ada saja yang mengundurkan diri.
Kalau turnamen internasional yunior, jika pengunduran dirinya melewati batas waktu yang ditentukan maka akan kena penalti ( 2 - 6 ) dimana jika telah mencapai penalti angka 12 maka kena hukuman tidak boleh ikut pertandingan internasional 3 bulan dstnya. Kalau yang ProCircuit, hukumannya dalam bentuk uang, sehingga tidak bisa menghindar karena akan ikut turnamen dimasa mendatang.
Nah, untuk yang mendatang saya mengharapkan ketentuan jika sudah dibuat untuk dituruti, sehingga sebaiknya setiap pelatih, orangtua ataupun petenis diwajibkan mengenal ketentuan pertandingan tersebut sehingga tidak akan terkecoh jika kena hukuman, Begitu juga petugas Referee diharapkan juga menjalankan aturan tersebut. Ini semua untuk kepentingan atlet sendiri dimasa mendatang.
Biasanya penyelenggara harus membuat daftar peserta yang diterima dibabak utama dan kualifikasi. Hal ini di Indonesia hanya berjalan diturnamen internasional dan nasional (kelompok umum). Yang jadi pertanyaan kenapa di turnamen yunior tidak dibagi babak kualifikasi dan babak utama. Sehingga ada kelompok umur yang size of drawnya sampai 128 tapi ada yang hanya 16-32 saja, tanpa ada kualifikasi. Sebenarnya ada keuntungan peserta jika dibagi 2 yaitu babak kualifikasi dan babak utama. Jika masuk babak utama , tidak perlu datang dihari pertama turnamen, cukup hari kedua karena bertandingnya paling cepat dihari ketiga. Bisa menghemat beaya akomodasi bagi atlet luar kota tersebut.
Karena jika ada pelanggaran maka akan kena penalti. Sudah banyak yang saya terima di Pelti edaran dari ITF mengenai beberapa nama petenis yunior Indonesia kena hukuman karena keteledorannya. Ada yang disebut batas waktu pendaftaran , biasanya 3 minggu sebelum turnamen dimulai (internasional yunior), sedangkan turnamen Nasional hanya 10 hari batas waktunya yang kadang kala penyelenggara suka membuka pintu kurang dari 10 hari tersebut.Saya harapkan dimasa mendatang di Indonesia juga diterapkan aturan hukuman ini.
Ada lagi yang disebut batas waktu pembatalan ikut serta, yang biasanya untuk Pro Circuit (ITF) diberikan 13 hari sebelum pertandingan. Khusus Yunior internasional 10 hari sebelum pertandingan. Sedangkan untuk Turnamen nasional ada aturannya yaitu 7 hari. Hanya saja permasalahannya , khusus TDP Nasional sering aturan ini tidak diterapkan oleh Referee. Tapi kalau turnamen internasional itu tidak bisa lolos karena Referee semua adalah Referee asing kecuali turnamen internasional yunior. Tapi kenapa kalau internasional yunior tidak bisa lolos, karena begitu pendaftaran ditutup ( 21 hari sebelum turnamen) penyelenggara harus kirimkan daftar nama2 peserta yang masuk babak utama dan kualifikasi. Bisa dibayangkan sejak 21 hari ditutup setiap minggu dikirimkan laporan peserta tersebut karena ada saja yang mengundurkan diri.
Kalau turnamen internasional yunior, jika pengunduran dirinya melewati batas waktu yang ditentukan maka akan kena penalti ( 2 - 6 ) dimana jika telah mencapai penalti angka 12 maka kena hukuman tidak boleh ikut pertandingan internasional 3 bulan dstnya. Kalau yang ProCircuit, hukumannya dalam bentuk uang, sehingga tidak bisa menghindar karena akan ikut turnamen dimasa mendatang.
Nah, untuk yang mendatang saya mengharapkan ketentuan jika sudah dibuat untuk dituruti, sehingga sebaiknya setiap pelatih, orangtua ataupun petenis diwajibkan mengenal ketentuan pertandingan tersebut sehingga tidak akan terkecoh jika kena hukuman, Begitu juga petugas Referee diharapkan juga menjalankan aturan tersebut. Ini semua untuk kepentingan atlet sendiri dimasa mendatang.
Biasanya penyelenggara harus membuat daftar peserta yang diterima dibabak utama dan kualifikasi. Hal ini di Indonesia hanya berjalan diturnamen internasional dan nasional (kelompok umum). Yang jadi pertanyaan kenapa di turnamen yunior tidak dibagi babak kualifikasi dan babak utama. Sehingga ada kelompok umur yang size of drawnya sampai 128 tapi ada yang hanya 16-32 saja, tanpa ada kualifikasi. Sebenarnya ada keuntungan peserta jika dibagi 2 yaitu babak kualifikasi dan babak utama. Jika masuk babak utama , tidak perlu datang dihari pertama turnamen, cukup hari kedua karena bertandingnya paling cepat dihari ketiga. Bisa menghemat beaya akomodasi bagi atlet luar kota tersebut.
Konsep Ketentuan TDP Kelompok Umum 2010 sudah siap
Jakarta, 12 Agustus 2009. Jika PNP baru sedang disiapkan, maka tugas sudah menunggu lagi yaitu ketentuan TDP juga sudah harus disiapkan. sebenarnya Ketentuan TDP baru sudah ada dalam file saya, hanya belum sempat dikeluarkan sehingga sampai saat ini masih menggunakan ketentuan yang lama. Hari ini konsep TDP Kelompok Umum sudah selesai dan saya kirimkan kepada rekanrekan yang mengerti atas peraturan turnamen untuk minta dikoreksi sehingga bisa secepatnya dikerjakan.
Dalam konsep baru yang mendapatkan perhatian adalah Kategori TDP Kelompok Umum. Ketentuan lama berdasarkan besarnya hadiah atau hadiah prize money mulai Rp. 5 juta seterusnya sampai dengan Rp. 1 milyar lebih, sehingga kategori TDP bisa mencapai ke 50.
Tapi kali ini akan disingkatkan menjadi Turnamen Pratama mulai Rp. 10 juta, 25 juta, kemudian kategori Madya mulai Rp. 50 juta, Rp. 75 juta, Rp. 100 juta. Sedangkan turnamen Utama mulai Rp. 100 juta, 150 juta, 250 juta, 350 juta, 500 juta dan Rp. 1 milyar.
Tetapi akan ada tambahan perhitungan angka PNP juga akan dimasukkan sehingga bisa diketahui disetai kategori TDP akan didapat angka2 untuk PNP tersebut. Semua ini menunggu konfirmasi tentang ketentuan PNP yang baru.
Begitu pula rencana perubahan adalah penggunaan wasit. Mulai turnamen utama diwajibkan menggunakan wasit sejak babak utama sampai final. Jika turnamen Pratama dan Madya penggunaan wasit mulai babak kuarter final sampai final. Begitu juga penggunakan tenaga hakim garis.
Sebenarnya ketentuan TDP banyak yang belum dilaksanakan dengan sepenuhnya, tetapi kali ini akan segera diberikan kepada pelaksana TDP maupun seluruh wasit agar tidak ada alasan lagi tidak tahu peraturannya. Seleasi Ketentuan TDP Kelompok Umum maka besokpun segera akan dikirimkan draftnya kepada rekan-2 Ketentuan TDP Kelompok Umur. Semua ini baru dalam bentuk konsep, belum tentu diterima diinduk organisasi. Diteriam syukur, tidak diterima bukan masalah.
Dalam konsep baru yang mendapatkan perhatian adalah Kategori TDP Kelompok Umum. Ketentuan lama berdasarkan besarnya hadiah atau hadiah prize money mulai Rp. 5 juta seterusnya sampai dengan Rp. 1 milyar lebih, sehingga kategori TDP bisa mencapai ke 50.
Tapi kali ini akan disingkatkan menjadi Turnamen Pratama mulai Rp. 10 juta, 25 juta, kemudian kategori Madya mulai Rp. 50 juta, Rp. 75 juta, Rp. 100 juta. Sedangkan turnamen Utama mulai Rp. 100 juta, 150 juta, 250 juta, 350 juta, 500 juta dan Rp. 1 milyar.
Tetapi akan ada tambahan perhitungan angka PNP juga akan dimasukkan sehingga bisa diketahui disetai kategori TDP akan didapat angka2 untuk PNP tersebut. Semua ini menunggu konfirmasi tentang ketentuan PNP yang baru.
Begitu pula rencana perubahan adalah penggunaan wasit. Mulai turnamen utama diwajibkan menggunakan wasit sejak babak utama sampai final. Jika turnamen Pratama dan Madya penggunaan wasit mulai babak kuarter final sampai final. Begitu juga penggunakan tenaga hakim garis.
Sebenarnya ketentuan TDP banyak yang belum dilaksanakan dengan sepenuhnya, tetapi kali ini akan segera diberikan kepada pelaksana TDP maupun seluruh wasit agar tidak ada alasan lagi tidak tahu peraturannya. Seleasi Ketentuan TDP Kelompok Umum maka besokpun segera akan dikirimkan draftnya kepada rekan-2 Ketentuan TDP Kelompok Umur. Semua ini baru dalam bentuk konsep, belum tentu diterima diinduk organisasi. Diteriam syukur, tidak diterima bukan masalah.
Rencana PNP baru
Jakarta, 12 Agustus 2009. Peringkat Nasional Pelti (PNP) yang dikelola oleh Pelti sudah berusia 20 tahun, tanpa ada perubahan perubahan karena keterbatasan pengetahuan terhadap mekanisme PNP sehinga tidak ada inisiatip merubahnya. Tapi tahun 2009, sudah ada penjajagan terhadap pihak luar ikut membantu program tersebut sehingga bisa memuaskan semua pihak. Minimnya tenaga IT di PP Pelti sehingga dilakukan rencana kerjasama dengan pihak luar.
Dalam pembicaraan dengan Komite Peringkat PP Pelti Grace Lumenta sudah ada bayangan bentuk dari PNP tersebut. Pengajuan pihak ketiga yang ingin membantu program PNP tersebut tidak sepenuhnya bisa dipenuhi karena harus disesuaikan dengan keinginan PP Pelti juga yang mengacu kepada ITF , Badan Tenis Dunia.
Sebagai pemilik PNP tentunya dalam menjalankan program tersebut, selayaknya pengerjaan PNP dilakukan oleh PP Pelti sendiri. Hal ini sudah dimengerti. Hanya yang jadi pertanyaan adalah pemberlakuan PNP itu. Apakah mulai tanggal 1 Januari 2010 atau 1 Januari 2009.
Disamping itu pula selama ini cara manual yang dilakukan oleh PP Pelti juga masih dibutuhkan sekali agar ketergantungan terhadap IT bisa diatasi. Misalnya internet tidak berfungsi maka akan kesulitan. Maka dari itu semuapun sangat sepakat jika manual sebagai alat kontrol pelaksanaan PNP tetap dijalankan terus.
Penyempurnaan terus dilakukan, sehingga rencana sosilisasi bulan Oktober 2009 sudah bisa dikerjakan.
Sebelum launching PNP baru, dimana banyak perubahan diberikan bagi yang sudah familiar dengan PNP lama akan terkejut. Kesannya adalah pelit terhadap angka. Jika PNP lama menggunakan angka bonus maka kali ini dihilangkan.
Langkah baru ini tentunya bisa membantu pelaksana TDP dimasa mendatang sehingga bisa dikatakan tingkat kesulitannya makin kecil sehingga keinginan masyarakat tenis "transparan " bisa dipenuhi. Hanya perlu kontrol kerja mesin diimbangi dengan cara manual sangatlah diperlukan sekali.
Dalam pembicaraan dengan Komite Peringkat PP Pelti Grace Lumenta sudah ada bayangan bentuk dari PNP tersebut. Pengajuan pihak ketiga yang ingin membantu program PNP tersebut tidak sepenuhnya bisa dipenuhi karena harus disesuaikan dengan keinginan PP Pelti juga yang mengacu kepada ITF , Badan Tenis Dunia.
Sebagai pemilik PNP tentunya dalam menjalankan program tersebut, selayaknya pengerjaan PNP dilakukan oleh PP Pelti sendiri. Hal ini sudah dimengerti. Hanya yang jadi pertanyaan adalah pemberlakuan PNP itu. Apakah mulai tanggal 1 Januari 2010 atau 1 Januari 2009.
Disamping itu pula selama ini cara manual yang dilakukan oleh PP Pelti juga masih dibutuhkan sekali agar ketergantungan terhadap IT bisa diatasi. Misalnya internet tidak berfungsi maka akan kesulitan. Maka dari itu semuapun sangat sepakat jika manual sebagai alat kontrol pelaksanaan PNP tetap dijalankan terus.
Penyempurnaan terus dilakukan, sehingga rencana sosilisasi bulan Oktober 2009 sudah bisa dikerjakan.
Sebelum launching PNP baru, dimana banyak perubahan diberikan bagi yang sudah familiar dengan PNP lama akan terkejut. Kesannya adalah pelit terhadap angka. Jika PNP lama menggunakan angka bonus maka kali ini dihilangkan.
Langkah baru ini tentunya bisa membantu pelaksana TDP dimasa mendatang sehingga bisa dikatakan tingkat kesulitannya makin kecil sehingga keinginan masyarakat tenis "transparan " bisa dipenuhi. Hanya perlu kontrol kerja mesin diimbangi dengan cara manual sangatlah diperlukan sekali.
Dicari Organiser TDP sebanyak mungkin
Jakarta, 12 Agustus 2009. Dalam pertemuan di PP Pelti, sayapun sempat menyampaikan saat ini sudah sangat dibutuhkan penambahan turnamen sebagai ajang pembinaan didaerah daerah. Disamping itu pula sudah harus diantisipasi penambahan tenaga Referee sehingga tidak terlalu membebani pelaksana turnamen yang masuk dalam kategori TDP (Turnamen Diakui Pelti).
Saat ini sudah tersedia tenaga Referee TDP Nasional yang terdiri dari wasit wasit sertifikat ITF White Badge dan Wasit Nasional. Seperti Dari Jakarta, Achyar Matra, Slamet Widodo,Riyat Amrizar, Eka Rachmat, Dewi Fortuna, Zainuddin( Indramayu), Sony Irawan (Surabaya), Petrus Widhiyanto (Semarang), Dedy A Nugroho (Solo), Wariman (Wonogiri), Herta (Bandung), Yayan Rubeini (Bandung), Gandes (Tegal). Untuk Referee Nasional sudah tersedia Mustafa M (DKI), Sukardi (DKI), Irianto Rompas (Luwuk), Yusuf (Makassar), Rochadi (Samarinda), Eka Supriyatna (Bandung). Disamping itu pula sedang dicari wasit nasional yang akan dididik menjadi Referee Nasional
Saya sendiri cukup aktip untuk mengkampanyekan kepada masyarakat tenis diluar Jakarta agar mau selenggarakan TDP khususnya yunior. Banyak keuntungan bisa didapat oleh masyarakat tenis jika makin banyak kegiatan turnamen nasional dikota masing masing. Dengan makin banyak turnamen sehingga memberikan kesempatan bagi atlet atlet muda bisa berprestasi. Terutama jika dilaksanakan dikota tempat domisilinya maka akan mengurangi beaya yang akan ditanggung oleh masyarakat .
Begitu pula pelaksana TDP bukan oleh Pelti sedang dibutuhkan sekali. Memang sudah ada beberapa TDP yang dilaksanakan bukan oleh Pelti. Tetapi ternyata masih banyak lagi diperlukan pelaksana TDP. Upaya saya selama tahu 2009 sudah menghasilkan orgniser TDP Nasional Junior di Samarinda (Mahakam Open), Surabaya (UFO Jr), Jakarta (RemajaTenis). Jika ada yang berminat saya anjurkan agar menghubungi PP Pelti sehingga bisa mendapatkan informasi yang lebih akurat. Bahkan akan dibantu memberikan masukan sehingga tidak memberatkan penyelenggara.
Selain selenggarakan TDP sayapun memberikan kesempatan kepada masyarakat tenis selenggarakan PERSAMI (pertandingan sabtu minggu). Memang pernah ada pertanyaan kepada saya persyaratan untuk selenggarakan Piala Ferry Raturandang yang termasuk dalam kategori Persami. Gampang sekali, yaitu berikan peserta minimal 50 orang karena Persami itu adalah turnamen tana sponsor. Ringankan ! Minggu depan , tepatnya tanggal 16-17 Agustus 2009 saya selenggarakan Piala Ferry Raturandang-68 di Palangka Raya Kalimantan Tengah.
Nah, siapa yang mau memajukan tenis didaerah masing masing, silahkan memulai secepatnya. Tidak sulit adakan turnamen. Persyaratannya adalah NIAT dulu. So pasti akan dapat respons yang cepat.
Saat ini sudah tersedia tenaga Referee TDP Nasional yang terdiri dari wasit wasit sertifikat ITF White Badge dan Wasit Nasional. Seperti Dari Jakarta, Achyar Matra, Slamet Widodo,Riyat Amrizar, Eka Rachmat, Dewi Fortuna, Zainuddin( Indramayu), Sony Irawan (Surabaya), Petrus Widhiyanto (Semarang), Dedy A Nugroho (Solo), Wariman (Wonogiri), Herta (Bandung), Yayan Rubeini (Bandung), Gandes (Tegal). Untuk Referee Nasional sudah tersedia Mustafa M (DKI), Sukardi (DKI), Irianto Rompas (Luwuk), Yusuf (Makassar), Rochadi (Samarinda), Eka Supriyatna (Bandung). Disamping itu pula sedang dicari wasit nasional yang akan dididik menjadi Referee Nasional
Saya sendiri cukup aktip untuk mengkampanyekan kepada masyarakat tenis diluar Jakarta agar mau selenggarakan TDP khususnya yunior. Banyak keuntungan bisa didapat oleh masyarakat tenis jika makin banyak kegiatan turnamen nasional dikota masing masing. Dengan makin banyak turnamen sehingga memberikan kesempatan bagi atlet atlet muda bisa berprestasi. Terutama jika dilaksanakan dikota tempat domisilinya maka akan mengurangi beaya yang akan ditanggung oleh masyarakat .
Begitu pula pelaksana TDP bukan oleh Pelti sedang dibutuhkan sekali. Memang sudah ada beberapa TDP yang dilaksanakan bukan oleh Pelti. Tetapi ternyata masih banyak lagi diperlukan pelaksana TDP. Upaya saya selama tahu 2009 sudah menghasilkan orgniser TDP Nasional Junior di Samarinda (Mahakam Open), Surabaya (UFO Jr), Jakarta (RemajaTenis). Jika ada yang berminat saya anjurkan agar menghubungi PP Pelti sehingga bisa mendapatkan informasi yang lebih akurat. Bahkan akan dibantu memberikan masukan sehingga tidak memberatkan penyelenggara.
Selain selenggarakan TDP sayapun memberikan kesempatan kepada masyarakat tenis selenggarakan PERSAMI (pertandingan sabtu minggu). Memang pernah ada pertanyaan kepada saya persyaratan untuk selenggarakan Piala Ferry Raturandang yang termasuk dalam kategori Persami. Gampang sekali, yaitu berikan peserta minimal 50 orang karena Persami itu adalah turnamen tana sponsor. Ringankan ! Minggu depan , tepatnya tanggal 16-17 Agustus 2009 saya selenggarakan Piala Ferry Raturandang-68 di Palangka Raya Kalimantan Tengah.
Nah, siapa yang mau memajukan tenis didaerah masing masing, silahkan memulai secepatnya. Tidak sulit adakan turnamen. Persyaratannya adalah NIAT dulu. So pasti akan dapat respons yang cepat.
Kalender Turnamenpun dikritik
Jakarta, 12 Agustus 2009. Selama ini saya yang sering publikasikan kalender turnamen yang dikeluarkan oleh PP Pelti. Tidak ada aturan baku yang menyebutkan kapan waktu mempublikasikan kalender tersebut.
Siang ini saya disampaikan oleh Johannes Susanto, kalau mendapat telpon dari seseorang yang sering kritik kinerja PP Pelti. Karena saya buat kalender per tanggal 1 Agustus dan 8 Agustus 2009. Kenapa dalam 7 hari keluar lagi kalender tersebut. Alasan saya adalah karena setelah tanggal 1 Agustus ada informasi pengunduran waktu pelaksanaan turnamen di Jogjakarta sehingga sayapun segera buatkan yang terbaru dengan maksud agar peserta bisa secepatnya tahu ada perubahan waktu tersebut.
Komentar saya kepada Johannes Susanto karena tahu siapa yang bertanya kepadanya. "Kalau dia sih, apa yang Pelti buat selalu salah dimatanya, harap maklum saja. Tidak usah dilayani." jawaban cukup enteng.
Memang beberapa tahun silam sering sekali serangan ditembakkan kepada PP Pelti. Seperti dikatakan tidak transparan dsbnya. Bagi saya ini semua sebagai masukkan , sehingga tida perlu tersinggung. Kalau hanya sekedar beri masukan maka wajib untuk menerima dengan lapang dada. tetapi jika sudah menjurus mau mengatur dapur orang lain, ini sudah lain ceritanya.
Sore hari dapat laporan kalau turnamen beregu yang berlangsung di klub Rasuna agak kacau, katanya. Kenapa ? Karena pertandingan sudah berlangsung beberapa hari muncillah protes masalah usia. Ini paling sering terjadi diturnamen beregu , akibat tidak sportipnya pelaku pelaku tenis sehingga timbul berbagai permasalahan di lapangan.
Siang ini saya disampaikan oleh Johannes Susanto, kalau mendapat telpon dari seseorang yang sering kritik kinerja PP Pelti. Karena saya buat kalender per tanggal 1 Agustus dan 8 Agustus 2009. Kenapa dalam 7 hari keluar lagi kalender tersebut. Alasan saya adalah karena setelah tanggal 1 Agustus ada informasi pengunduran waktu pelaksanaan turnamen di Jogjakarta sehingga sayapun segera buatkan yang terbaru dengan maksud agar peserta bisa secepatnya tahu ada perubahan waktu tersebut.
Komentar saya kepada Johannes Susanto karena tahu siapa yang bertanya kepadanya. "Kalau dia sih, apa yang Pelti buat selalu salah dimatanya, harap maklum saja. Tidak usah dilayani." jawaban cukup enteng.
Memang beberapa tahun silam sering sekali serangan ditembakkan kepada PP Pelti. Seperti dikatakan tidak transparan dsbnya. Bagi saya ini semua sebagai masukkan , sehingga tida perlu tersinggung. Kalau hanya sekedar beri masukan maka wajib untuk menerima dengan lapang dada. tetapi jika sudah menjurus mau mengatur dapur orang lain, ini sudah lain ceritanya.
Sore hari dapat laporan kalau turnamen beregu yang berlangsung di klub Rasuna agak kacau, katanya. Kenapa ? Karena pertandingan sudah berlangsung beberapa hari muncillah protes masalah usia. Ini paling sering terjadi diturnamen beregu , akibat tidak sportipnya pelaku pelaku tenis sehingga timbul berbagai permasalahan di lapangan.
Main Tenis, Makan Rawon
Jakarta, 11 Agustus 2009. Setelah beristrahat dari perjalanan ke Tegal, semalam sempat bermain tenis di lapangan Gelor Bung Karno Jakarta. Ikut bemain rekan dari Cilacap Widodo, Johannes Susanto, Dwi, dr. Andrian, Sebastian Dacosta, Ariawan Poerbo, Felix M. Sudah lama tidak latihan tenis membuat badan ini jadi sakit semua. Walaupun hanya satu set saja sayapun merasa cukup dan tidak mau memaksakan diri berlatih. Ternyata berpasangan dengan Sebastian Dacosta, pasangan Dwi dan Felix belum bisa mengalahkannya. Ya, begitulah tenis.
Setelah itu menikmati rawon buatan Dwi sehingga perutpun jadi kenyang sekali. Kalau main tenis dilanjutkan dengan makan2, mana bisa jadi kurus. Salah salah malahan jadi tambah gemuk. Begitulah kalau dikombinsikan main tenis dan dilanjutkan dengan makan2, saya jamin pasti akan tambah gemuk.
Tetapi seaktu baru masuk lapangan, paha kaki kanan seperti ada yang ketarik, sehingga jalan seperti terpincang pincang.
Langsung digodain. Ini akibat makan sate Batibul di Tegal. Ha ha ha.
"Bayangkan saja, nggak pernah latihan masih bisa menang. ha ha ha." ujar saya kerekan dr. Andrian
Setelah itu menikmati rawon buatan Dwi sehingga perutpun jadi kenyang sekali. Kalau main tenis dilanjutkan dengan makan2, mana bisa jadi kurus. Salah salah malahan jadi tambah gemuk. Begitulah kalau dikombinsikan main tenis dan dilanjutkan dengan makan2, saya jamin pasti akan tambah gemuk.
Tetapi seaktu baru masuk lapangan, paha kaki kanan seperti ada yang ketarik, sehingga jalan seperti terpincang pincang.
Langsung digodain. Ini akibat makan sate Batibul di Tegal. Ha ha ha.
"Bayangkan saja, nggak pernah latihan masih bisa menang. ha ha ha." ujar saya kerekan dr. Andrian
Makan Pepes Jambal lagi
Tegal, 10 Agustus 2009. Menyaksikan pembukaan turnamen tenis yunior Aroma Bakery Tegal Open 2009 di lapangan tenis Wisanggeni Tegal bersama Johanes Susanto dan Christian Budiman, bertemu dengan Walikota Tegal yang masih sangat muda dalam usia (36 th), dan juga teman teman baru seperti Andrew Gunawan mantan petenis yunior angkatan Bonit Wiryawan yang sekarang jadi sponsor Turnamen.
Rupanya Andrew ini meiliki hobi selai main tenis juga koleksi berbagai macam barang barang seperti koleksi perangko, mobil Ferrari , boneka Barby dll. Cukup menyenangkan dalam bercakap cakap bersamanya yang sekarang mau come back ke tenis, karena semasa di Australia, sempat putus tendon Achilesnya sehingga berhenti mai tenis.
ebelum kembali ke Jakarta, menyempatkan diri sarapan di Resto Lotus di jalan Diponegoro Tegal. Setelah itu pukul 11.00 kembali ke Jakarta lebih awal karena kuatir macet di Tanjung. Tetapi ternyata perjalanan mulus saja.
Berhenti di salah satu tempat di Brebes untuk beli telor Bebek yang merupakan salah produksi khas Kab Brebes. Kemudian singgah juga di Restoran Bie Seng di Tanjung Brebes. Ini kedua kalinya singgah ke resto ini.
setelah itu perjalananpun dilanjutkan ke Jakarta dan singgah makan siang di Kampung Walahar Karawang untuk makan pepes patin.
Ternyata cukup lancar tidak ada hambatan diperjalanan sehingga sewaktu tiba di kampung Walahar waktu sduah menunjukkan pukul 15.00.Kali ini pilihan pindah bukan tempat yang kemarin tetapi tempat Bapak Emin Pepes Jambal.
Cukup nikmat, ternyata teman temanpu menikmtinya cukup banyak yang dilahap termasuk sayapun sangat menikmatinya.
Rupanya Andrew ini meiliki hobi selai main tenis juga koleksi berbagai macam barang barang seperti koleksi perangko, mobil Ferrari , boneka Barby dll. Cukup menyenangkan dalam bercakap cakap bersamanya yang sekarang mau come back ke tenis, karena semasa di Australia, sempat putus tendon Achilesnya sehingga berhenti mai tenis.
ebelum kembali ke Jakarta, menyempatkan diri sarapan di Resto Lotus di jalan Diponegoro Tegal. Setelah itu pukul 11.00 kembali ke Jakarta lebih awal karena kuatir macet di Tanjung. Tetapi ternyata perjalanan mulus saja.
Berhenti di salah satu tempat di Brebes untuk beli telor Bebek yang merupakan salah produksi khas Kab Brebes. Kemudian singgah juga di Restoran Bie Seng di Tanjung Brebes. Ini kedua kalinya singgah ke resto ini.
setelah itu perjalananpun dilanjutkan ke Jakarta dan singgah makan siang di Kampung Walahar Karawang untuk makan pepes patin.
Ternyata cukup lancar tidak ada hambatan diperjalanan sehingga sewaktu tiba di kampung Walahar waktu sduah menunjukkan pukul 15.00.Kali ini pilihan pindah bukan tempat yang kemarin tetapi tempat Bapak Emin Pepes Jambal.
Cukup nikmat, ternyata teman temanpu menikmtinya cukup banyak yang dilahap termasuk sayapun sangat menikmatinya.
Senin, 10 Agustus 2009
TDP di Yogya diundurkan
Tegal, 10 Agustus 2009. Amin Pujanto selaku penyelenggara TDP Yunior Tabten Mahardika yang direncanakan di Bantul D.I.Y, menyampaikan kepada saya rencana penundaan turnamen tersebut yang semula dikalender disebutkan tanggal 16-21 Agustus 2009. Ditunda setelah Lebaran, begitulah ucapannya setelah bertemu di GOR Wisanggeni Tegal. Ini akibat persiapannya belum selesai secara tuntas.
Sayapun ditawarkan untuk mengisi turnamen Remajatenis di Bantul, tetapi sebenarnya RemajaTenis itu direncanakan di Jakarta diundurkan waktunya sebagai bentuk beri kesempatan kepada turnamen lainnya di Jakarta yang waktunya berbentrokan.
Ini sebagai bentuk kepedulian saya sehingga menganjurkan ke pelaksana RemajaTenis untuk menundanya karena tidak mau ada kebingungan bagi masyarakat tenis. Agar ada kesan tidak ada kompetisi antar kedua penyelenggara.Tentunya penundaan kedua turnamen yang sudah masuk kedalam kalende TDP, akan mengecewakan beberapa masyarakat tenis yang sudah mempersiapkan dirinya untu ikuti turnamen tenis.
Padatnya turnamen nasional yunior dengan tujuan berikan kesempatan bertanding bagi petenis sehingga tidak terlalu memberatkan orangtua dengan digelarnya banyak turnamen diberbagai kota di seluruh Indonesia.
Prinsip saya selama ini untuk berikan kesempatan bagi penyelenggara turnamen lainnya sudah lama saya lakukan sewaktu menggelar Persami Piala Ferry Raturandang di Jakarta.
Rencana selenggarakan Piala Ferry Raturandang-68 di lapangan tenis Palangka Raya Kalimantan Tengah tanggal 16-17 Agustus 2009 telah mendapatkan respons dari petenis di Palangka Raya, Sampit, Pangkalan Bun dan Banjarmasin. Saat ini hampir mencapai 50 petenis yang mendatar untuk kelompo umur 10 tahun, 12 tahun, 14 tahun dan 16 tahun
Sayapun ditawarkan untuk mengisi turnamen Remajatenis di Bantul, tetapi sebenarnya RemajaTenis itu direncanakan di Jakarta diundurkan waktunya sebagai bentuk beri kesempatan kepada turnamen lainnya di Jakarta yang waktunya berbentrokan.
Ini sebagai bentuk kepedulian saya sehingga menganjurkan ke pelaksana RemajaTenis untuk menundanya karena tidak mau ada kebingungan bagi masyarakat tenis. Agar ada kesan tidak ada kompetisi antar kedua penyelenggara.Tentunya penundaan kedua turnamen yang sudah masuk kedalam kalende TDP, akan mengecewakan beberapa masyarakat tenis yang sudah mempersiapkan dirinya untu ikuti turnamen tenis.
Padatnya turnamen nasional yunior dengan tujuan berikan kesempatan bertanding bagi petenis sehingga tidak terlalu memberatkan orangtua dengan digelarnya banyak turnamen diberbagai kota di seluruh Indonesia.
Prinsip saya selama ini untuk berikan kesempatan bagi penyelenggara turnamen lainnya sudah lama saya lakukan sewaktu menggelar Persami Piala Ferry Raturandang di Jakarta.
Rencana selenggarakan Piala Ferry Raturandang-68 di lapangan tenis Palangka Raya Kalimantan Tengah tanggal 16-17 Agustus 2009 telah mendapatkan respons dari petenis di Palangka Raya, Sampit, Pangkalan Bun dan Banjarmasin. Saat ini hampir mencapai 50 petenis yang mendatar untuk kelompo umur 10 tahun, 12 tahun, 14 tahun dan 16 tahun
Yunior Terima Prize Money
Tegal, 10 Agustus 2009. Ada satu masalah yang sudah lama ada dibenak saya sehingga mencoba mencari jalan keluarnya. Oleh rekan lainnya diminta untuk bertanya saja ke ITF, tetapi saya masih belum mau lakukan. Ini akibat dari sikap saya yang " sok tahu ".
Diturnamen tenis yunior disebutkan dalam ketentuannya adalah tidak diperkenankannya dapat hadiah uang dalam bentuk apapun. Ini ketentuan beberapa tahun lalu suka dibenarkan oleh pelaku tenis yang salah menafsirkan sehingga diberikan tidak dalam bentuk uang cash tetapi diubah menjadi dalam bentuk voucher dimana setelah pertandingan diganti dengan UANG.
Bagaimana dengan petenis yunior (usia dibawah 18 tahun) jika mengikuti turnamen nasional dan internasional kelompok umum ( internasional disebut Pro Circuit, yaitu Men's Futures dan Women's Circuit) yang menyediakan prize money sebagai hadiahnya.
Saya sendiri pernah melihat petenis asing di turnamen Women's Circuit tidak mau menerima prize money tersebut. Karena mau masuk Perguruan Tinggi di Negeri Paman Sam (USA). Ternyata petenis tersebut boleh terima hadiah uang sebagai pengganti beaya perjalanan dan akomodasi di turnamen tersebut. Biasanya prize money yang diterima lebih kecil nilainya dibandingkan pengeluarannya. Sehingga dalam penerimaan uang tidak disebutkan sebagai penerimaan prize money tetapi pergantian travelling dan akomodasinya.
Yang pasti bagi petenis yunior yang berkeinginan melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggu di Amerika Serikat agar berhati-hati dalam penerimaan prize money di Pro Circuit ini.
Kalau dilihat dari ketentuan ITF, yang setiap turnamen baik jenis dan kategori maka untuk Pro Circuit maka pesertanya bisa terima prize money, tidak disebutkan masalah amatir atau profesional. Hanya ada ketentuan usia saja ada minimalnya (usia).
Diturnamen tenis yunior disebutkan dalam ketentuannya adalah tidak diperkenankannya dapat hadiah uang dalam bentuk apapun. Ini ketentuan beberapa tahun lalu suka dibenarkan oleh pelaku tenis yang salah menafsirkan sehingga diberikan tidak dalam bentuk uang cash tetapi diubah menjadi dalam bentuk voucher dimana setelah pertandingan diganti dengan UANG.
Bagaimana dengan petenis yunior (usia dibawah 18 tahun) jika mengikuti turnamen nasional dan internasional kelompok umum ( internasional disebut Pro Circuit, yaitu Men's Futures dan Women's Circuit) yang menyediakan prize money sebagai hadiahnya.
Saya sendiri pernah melihat petenis asing di turnamen Women's Circuit tidak mau menerima prize money tersebut. Karena mau masuk Perguruan Tinggi di Negeri Paman Sam (USA). Ternyata petenis tersebut boleh terima hadiah uang sebagai pengganti beaya perjalanan dan akomodasi di turnamen tersebut. Biasanya prize money yang diterima lebih kecil nilainya dibandingkan pengeluarannya. Sehingga dalam penerimaan uang tidak disebutkan sebagai penerimaan prize money tetapi pergantian travelling dan akomodasinya.
Yang pasti bagi petenis yunior yang berkeinginan melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggu di Amerika Serikat agar berhati-hati dalam penerimaan prize money di Pro Circuit ini.
Kalau dilihat dari ketentuan ITF, yang setiap turnamen baik jenis dan kategori maka untuk Pro Circuit maka pesertanya bisa terima prize money, tidak disebutkan masalah amatir atau profesional. Hanya ada ketentuan usia saja ada minimalnya (usia).
Minta Davis Cup digelar di Tegal
Tegal. 10 Agustus 2009. Bincang bincang dengan Purnomo SH, ayah dari Prima Simpatiaji, terbesit keinginan di kota Tegal digelar event Davis Cup by BNP Paribas yang merupakan kejuaraan dunia beregu tenis. Keinginan ini untuk menggunakan lapangan yang ukurannya sudah memenuhi persyaratan pertandingan Davis Cup by BNP Paribas . Bayangkan ukuran lapangan dari baseline ke dinding belakang 10 meter, disisi samping sampai 6 meter. Tapi lapangannya mau di renovasi lagi , mau diubah dari granit ke Plexypave.
Sayapun anjurkan juga buat saja permintaan ke PP Pelti, karena jadwal sebagai tuan rumah baru ketahuan dibulan Oktober 2009.
Disamping itu pula lapangan tersebut mau diresmikan dan diinginkan Ketua Umum PP Pelti Martina Widjaja pada tangal 2 Nopember 2009 bertepatan dengan turnamen nasional Sportama.
Lapangan utama ini merupakan sumbangan Martina Widjaja yang disampaikan sewaktu pelantikan kepengurusan Pelti Kota Tegal dibulan Januari 2009.
Tegal, yang baru saja kirimkan tim tenis dalam perhelatan Pekan Olahraga Provinsi Jawa Tengah bisa memborong 6 medali emas dari 7 medali yang diperebutkan.
Hari ini pembukaan turnamen Aroma Bakery Tegal Open 2009 dilakukan oleh Walikota Tegal yang masih sangat muda usianya ( 36 tahun).
Pagi ini ketemu mantan petenis Tegal , rekan dari Bonit Wiryawan, Sulistyo Wibowo, yang merupakan bos dari Aroma Bakery. Namanya Andrew Gunawan
Sayapun anjurkan juga buat saja permintaan ke PP Pelti, karena jadwal sebagai tuan rumah baru ketahuan dibulan Oktober 2009.
Disamping itu pula lapangan tersebut mau diresmikan dan diinginkan Ketua Umum PP Pelti Martina Widjaja pada tangal 2 Nopember 2009 bertepatan dengan turnamen nasional Sportama.
Lapangan utama ini merupakan sumbangan Martina Widjaja yang disampaikan sewaktu pelantikan kepengurusan Pelti Kota Tegal dibulan Januari 2009.
Tegal, yang baru saja kirimkan tim tenis dalam perhelatan Pekan Olahraga Provinsi Jawa Tengah bisa memborong 6 medali emas dari 7 medali yang diperebutkan.
Hari ini pembukaan turnamen Aroma Bakery Tegal Open 2009 dilakukan oleh Walikota Tegal yang masih sangat muda usianya ( 36 tahun).
Pagi ini ketemu mantan petenis Tegal , rekan dari Bonit Wiryawan, Sulistyo Wibowo, yang merupakan bos dari Aroma Bakery. Namanya Andrew Gunawan
Santap Sate Kambing di Resto Batibul
Tegal, 9 Agustus 2009. Kota Tegal memiliki banyak keistimewaan dan sangat beruntung pula jika berjalan dengan orang yang doyan makan. Memang sudah diangan angan mau makan sate kambing muda. Oleh Purnomo SH , ayah dari petenis Prima Simpatiaji, dibawalah ke restoran BATIBUL di Slawi Kabupaten Tegal, letaknya kearah selatan kota Tegal. Rasanya perjalanan cukup jauh , mungkin sudah lapar ingin cepat2 menikmati sate kambing. BATIBUL, kependekan nama dari Bawah Tiga Bulan. Kalau bicara dengan orang Tegal yang sudah berdomisili di Jakarta, maka ditujukannya ke Resto Batibul di Slawi.
Begitu masuk hanya 2 tamu yang hadir. Tidak lama kemudian masuklah satu keluarga yang ternyata adalah Sekretaris Kotamadya Tegal yang juga Ketua Pelti Kota Tegal.
Dipesannya cukup banyak sate kambing dan juga gule dan sop kambing. Begitu dihidangkan sate kambing, tanpa gule maupu sop kambing karena sudah habis. Christian Budiman sebenarnya kurang suka sate kambing, akhirnya makan juga , bisa habis 9 tusuk saja. Johannes Susanto yang paling lahap karena doyan. Lupa saya hitung berapa tusuk dilahapnya, yang pasti lebih banyak dari saya. Sayapun beranikan diri makan 15 tusuk habis juga. Karena cholesterol saya cukup baik sebagai alasan berani makan sate kambing.
Bumbunya yang melengkapi santapan malam ini adalah sambel kecap, dengan bawang diaduk satu piring. Berbeda dengan tempat lainnya, sambelnya hanya satu macam yang saya lihat, tidak ada smbel kacang.
Dagingnya empuk bahkan ada lemaknya, maklum kambing dibawah 3 bulan usianya. Makan cukup lahap, walaupun tanpa gule kambing yang juga kesukaan saya makan kambing selama ini. Sebenarnya sudah 5 tahun lebih saya menghindar sate kambing baru ditahun 2009 mulai memberanikan diri makan kambing.
Wah, cukup maknyuuuss ! Nah, besok makan apa ya !
Begitu masuk hanya 2 tamu yang hadir. Tidak lama kemudian masuklah satu keluarga yang ternyata adalah Sekretaris Kotamadya Tegal yang juga Ketua Pelti Kota Tegal.
Dipesannya cukup banyak sate kambing dan juga gule dan sop kambing. Begitu dihidangkan sate kambing, tanpa gule maupu sop kambing karena sudah habis. Christian Budiman sebenarnya kurang suka sate kambing, akhirnya makan juga , bisa habis 9 tusuk saja. Johannes Susanto yang paling lahap karena doyan. Lupa saya hitung berapa tusuk dilahapnya, yang pasti lebih banyak dari saya. Sayapun beranikan diri makan 15 tusuk habis juga. Karena cholesterol saya cukup baik sebagai alasan berani makan sate kambing.
Bumbunya yang melengkapi santapan malam ini adalah sambel kecap, dengan bawang diaduk satu piring. Berbeda dengan tempat lainnya, sambelnya hanya satu macam yang saya lihat, tidak ada smbel kacang.
Dagingnya empuk bahkan ada lemaknya, maklum kambing dibawah 3 bulan usianya. Makan cukup lahap, walaupun tanpa gule kambing yang juga kesukaan saya makan kambing selama ini. Sebenarnya sudah 5 tahun lebih saya menghindar sate kambing baru ditahun 2009 mulai memberanikan diri makan kambing.
Wah, cukup maknyuuuss ! Nah, besok makan apa ya !
Jalan Jalan Ke Tegal
Jakarta,9 Agustus 2009. Tepat pukul 11.00 hari ini berangkat dengan mobil ke kota Tegal, melewatkan waktu luang melepaskan kesumpekan kota Jakarta. Rasanya sangat perlu sekali refreshing keluar kota menikmati pemandangan sambil berwisata kuliner. Apa yang dicari selama perjalanan ke Tegal. Ada sate kambng cukp terkenal di kota Tegal yang disebut kota Bahari dipantai utara Jawa Tengah.
Bersama sama rekan Christian Budiman, Johannes Susanto yang keduanya sangat senang makan makan , padahal sudah opa2 semuanya.
Untuk makan siang, singgah dulu ke Karawang kampung Walahar menikmati pepes jamlang atau patin. Johannes mau tunjukkan tempat yang biasanya dikunjungi, sedangkan saya sendiri beberapa bulan lalu sempat menemui pepes jamplang tersebut yang terletak dalam satu lokasi. Setelah keluar dari pintu tol Karawang Timur, jalan terus sampai pada ujung jalan belok kekanan kearah timur. Melewati jembatan yang cukup besar ada petunjuk belok kekanan. Tetapi setelah berjalan kurang lebih 2 km, didapatinya kali bear didepan pabrik textil. Ketemulah pintu air, yang biasanya tempat yang saya pernah kunjungi harus belok kiri tetapi Johannes Susanto bilang harus terus. Berati tempatnya berbeda. Begitu ketemu tempatnya, kelihatan banyak kendaraan ditempat tersebut. Restoran H. Dirja, setelah parkir maka dipilihnya tempat dikedalam restoran, karena ada juga taman untuk lesehan diluar rumah utamanya.Tempatnya cukup rapi dan bersih berbeda dengan tempat yang satu lagi dengan nama Pepes Jambal Bapak EMIN.
Terlihat sedang dibawa ikan patin 3 ekor dengan berat 5 kg dan ada yang lebih dari 10 kg. Bisa dibayangkan betapa besarnya ikan patin yang hidup saya lihat.
Pesanan terhidang terdiri pepes ayam, pepes jambal atau patin, pepes jamur dengan lapanannya. Ternyata saya bisa melahap 3 bungkus pepes jambal atau patin. Memang rasanya berbeda dengan masakan lainnya.
Terlihat juga rekan rekan saya cukup lahap dengan pepes jambal tersebut. "Wah, saya mau bawa istri saya lain waktu kesini." ujar Christian dengan semangat melahap makanan tersebut.
Tidak lama kemudian muncullah petenis yunior Raheta Riki Andriansyah asal Purwakarta bersama Ibundanya, ikut bergabung bersama.
Cerita kembali ke masalah tenis, dimana Raheta yang sekarang menempati peringkat pertama PNP kelompok umur 14 tahun , baru selesai ikuti turnamen nasional tenis Bakrie BRI Blitar maupun Bakrie Pekalongan.
Mulailah rekan rekan memberikan nasehat untuk kemajuan Raheta di pertenisan 2009 . Oleh Christian diajurkan tetap pertahankan posisi PNP nomer 1 sehingga bisa terpilih dalam Seleksi Nasional KU 14 tahun di bulan Januari 2010. Saya cukup mendengarkan pembicaraan tersebut didengarkan pula oleh Ibunya.
Selesai menyantap pepes jambal tersebut, perjalanan dilanjutkan ke jalan tol menuju ke Tegal
Berbagai canda selama perjalanan ke Tegal sebenarnya sudah dihantui akan kemacetan didepan perjalanan. Ternyata perjalanan cukup mulus. Sebenarnya yang saya alami selama ini ke Tegal adalah setelah keluar dari Cirebon. Ternyata perjalanan agak lambat karena perubahan jalan yang satu arah menjadi 2 arah sehingga sedikit pelan jalan mobi, tapi tidak terhenti makan waktu.
Tetapi sewaktu memasuki Tanjung, jalan tetap mulus, hanya jalan dari arah Tegal ke Cirebon yang macet cukup panjang, sehingga Johannes Susanto minta besok pulangnya agak pagi saja menghindar macet tersebut.
Masuk kota Tegal sudah pukul 18.30 dan langsung cari hotel untuk mandi dan persiapkan makan malam sate kambng yang cukup terkenal di Tegal.
Bersama sama rekan Christian Budiman, Johannes Susanto yang keduanya sangat senang makan makan , padahal sudah opa2 semuanya.
Untuk makan siang, singgah dulu ke Karawang kampung Walahar menikmati pepes jamlang atau patin. Johannes mau tunjukkan tempat yang biasanya dikunjungi, sedangkan saya sendiri beberapa bulan lalu sempat menemui pepes jamplang tersebut yang terletak dalam satu lokasi. Setelah keluar dari pintu tol Karawang Timur, jalan terus sampai pada ujung jalan belok kekanan kearah timur. Melewati jembatan yang cukup besar ada petunjuk belok kekanan. Tetapi setelah berjalan kurang lebih 2 km, didapatinya kali bear didepan pabrik textil. Ketemulah pintu air, yang biasanya tempat yang saya pernah kunjungi harus belok kiri tetapi Johannes Susanto bilang harus terus. Berati tempatnya berbeda. Begitu ketemu tempatnya, kelihatan banyak kendaraan ditempat tersebut. Restoran H. Dirja, setelah parkir maka dipilihnya tempat dikedalam restoran, karena ada juga taman untuk lesehan diluar rumah utamanya.Tempatnya cukup rapi dan bersih berbeda dengan tempat yang satu lagi dengan nama Pepes Jambal Bapak EMIN.
Terlihat sedang dibawa ikan patin 3 ekor dengan berat 5 kg dan ada yang lebih dari 10 kg. Bisa dibayangkan betapa besarnya ikan patin yang hidup saya lihat.
Pesanan terhidang terdiri pepes ayam, pepes jambal atau patin, pepes jamur dengan lapanannya. Ternyata saya bisa melahap 3 bungkus pepes jambal atau patin. Memang rasanya berbeda dengan masakan lainnya.
Terlihat juga rekan rekan saya cukup lahap dengan pepes jambal tersebut. "Wah, saya mau bawa istri saya lain waktu kesini." ujar Christian dengan semangat melahap makanan tersebut.
Tidak lama kemudian muncullah petenis yunior Raheta Riki Andriansyah asal Purwakarta bersama Ibundanya, ikut bergabung bersama.
Cerita kembali ke masalah tenis, dimana Raheta yang sekarang menempati peringkat pertama PNP kelompok umur 14 tahun , baru selesai ikuti turnamen nasional tenis Bakrie BRI Blitar maupun Bakrie Pekalongan.
Mulailah rekan rekan memberikan nasehat untuk kemajuan Raheta di pertenisan 2009 . Oleh Christian diajurkan tetap pertahankan posisi PNP nomer 1 sehingga bisa terpilih dalam Seleksi Nasional KU 14 tahun di bulan Januari 2010. Saya cukup mendengarkan pembicaraan tersebut didengarkan pula oleh Ibunya.
Selesai menyantap pepes jambal tersebut, perjalanan dilanjutkan ke jalan tol menuju ke Tegal
Berbagai canda selama perjalanan ke Tegal sebenarnya sudah dihantui akan kemacetan didepan perjalanan. Ternyata perjalanan cukup mulus. Sebenarnya yang saya alami selama ini ke Tegal adalah setelah keluar dari Cirebon. Ternyata perjalanan agak lambat karena perubahan jalan yang satu arah menjadi 2 arah sehingga sedikit pelan jalan mobi, tapi tidak terhenti makan waktu.
Tetapi sewaktu memasuki Tanjung, jalan tetap mulus, hanya jalan dari arah Tegal ke Cirebon yang macet cukup panjang, sehingga Johannes Susanto minta besok pulangnya agak pagi saja menghindar macet tersebut.
Masuk kota Tegal sudah pukul 18.30 dan langsung cari hotel untuk mandi dan persiapkan makan malam sate kambng yang cukup terkenal di Tegal.
Sabtu, 08 Agustus 2009
Peringkat Membingungkan !
Jakarta, 8 Agustus 2009. Hari ini terima pertanyaan yang mempertanyakan PNP yang dikeluarkan oleh RemajaTenis berbeda dengan yang di situs lainnys . Pertanyaan cukup singkat dan saya sendiri belum bisa menjawabnya. Akhirnya ada keinginan menjawab pertanyaan tersebut, sehingga iseng iseng membuka internet dan mencari situs tersebut dan juga situs Remaja Tenis. Saya sering iseng jika ingin dapatkan, seperti waktu menemukan pemalsuan umur atlet dengan iseng buka copy akte kelahiran atlet.
Memang sebelumnya sempat dijadikan pembicaraan masalah munculnya peringkat dari berbagai situs didunia maya termasuk di blogger ini. Yang ada dalam pemikiran saya adalah, keberadaan situs tersebut tidak membuat masyarakat tenis jadi bingung, terutama anak2 yang sedang getol getolnya memainkan dunia maya sehingga rajin melihat PNPnya.
Pernah kejadian di TDP Karawang Open, keteledoran Referee yang tidak persiapkan diri dengan baik, ambil jalan pintas sewaktu ingin mengundi Kelompok Umur 14 tahun. Jalan pintas tanpa ada keinginan mencari ke sumber resmi yang keluarkan PNP tersebut yaitu PP PELTI. Jalan pintas tersebut langsung melihat ke situs tersebut yang ikut meramaikan peringkat. Muncullah kesalahan besar, sehingga menimba protes dari orangtua petenis.
Dari pertanyaan diatas saya melihat hal positip muncul di situs remajatenis, karena menyebutkan PNP tersebut dikutip dari PP Pelti, berarti hasilnya bisa dipertanggung jawabkan. Tetapi begitu melihat situs lainnya, hasilnya sangat berbeda. Walaupun dikatakan ini Peringkat (TRIAL) tetapi tentunya membuat bingung dan kecewa karena sudah dipublikasikan. Kenapa jadi kecewa, karena ibarat nama disebutkan peringkat 1 ternyata yang dikeluarkan oleh PP Pelti menjadi No. 20. Contohnya sbb:
Peringkat Junior Kelompok Umur 14 Putra (Trial)
No Current Rank Name Points No Trnmnt
1 1 Nur Adim Ramdani Iswan (1995) 1492 14
2 2 Mark Nathan Ginting (1996) 847 19
3 3 Frederico Leonardo Rumambi (1995) 807 17
4 4 Arief Rahman (1995) 695 18
5 5 David Manoah Yosua (1995) 678 14
6 6 Garcia Rangan (1995) 628 9
7 7 Deggyandra Luhur (1996) 522 18
8 8 Jess David Wiranata (1995) 485 15
9 9 Armando C Soemarno (1996) 423 17
10 10 William Winata (1995) 402 13
11 11 M Willy Nur A (1996) 397 16
12 12 Raheta Riki Ardiansyah (1996) 387 7
13 13 Jeremy Jason Nahor (1996) 355 20
14 14 Triyuendi Ramadhan (1995) 298 20
15 15 Moch Rizky Widianto (1995) 265 8
16 16 M Rizky Pradana (1995) 222 11
17 17 Burhannandra Dwi Astanto (1996) 203 5
18 18 Reza Wiratama (1996) 200 5
19 19 Davin Hanggodo (1996) 190 9
20 20 Herbert Alexander (1995) 150 9
Sedangkan PNP KU 14 tahun yang dikeluarkan oleh PP Pelti : No. 1 - 20 sbb:
1. Raheta Riki Ardiansyah
2. M.Riski Widianto
3. Deggyandra Luhur
4. Irfandi Hendrawan
5. Jeremy Nahor
6. Deo Risky Kurniawan
7. Bagas Pratama S
8. Mark Ginting
9. Arief Rahman
10. Dimas Par Par /Arganata
11. Armando Soemarno
12. Davin Hanggodo
13. Reza Wiratama
14. Tio Juliandi
15. Frederico L Rumambi
16. Jess David Wiranata
17. Muhamad Noor Husaini
18. Achmad Maulana N
19. David Manoah Yosua
20. Nur Adim Ramdani
Dibulan Agustus 2009, masih banyak turnamen nasional yang diakui Pelti yang akan berlangsung, sehingga saya jadi kuatir dengan dualisme Peringkat Nasional. Kemarin saya dengar sendiri petinggi Pelti akan menertibkan PNP tersebut. Jika saya difitnah dengan salah satu tudingan tak beralasan yaitu manipulasi PNP. Dimana letak manipulasi yang saya lakukan, sedangkan diblogger ini sudah tidak di update lagi agar tidak membingungkan masyarakat tenis.
Beberapa tahun lalu PNP yang dikelola PP Pelti dikatakan sudah out of date, tidak transparan sehingga dengan getol serangan bertubi tubi muncul melalui situs tersebut. tetapi kali ini jika kita tidak awas maka terjadilah seperti ini. Kalau saya kemukakan semua ini, so pasti akan ada tudingan lagi yang dikatakan sebelumnya suka menterornya. Apa yang diteror, sudah merupakan tugas kita juga mengamankan tenis Indonesia. Dulu induk organisasi sering di serang dengan berbagai tudingan . Dan saya juga menerima dengan lapang dada dengan asumsi untuk koreksi kedalam juga perlu. tetapi disaat yang sering menuding ditegur atas kekurangannya maka sayapun dikatakan menerornya. Apakah saya ini TERORIS ? Ha ha ha ha
Memang sebelumnya sempat dijadikan pembicaraan masalah munculnya peringkat dari berbagai situs didunia maya termasuk di blogger ini. Yang ada dalam pemikiran saya adalah, keberadaan situs tersebut tidak membuat masyarakat tenis jadi bingung, terutama anak2 yang sedang getol getolnya memainkan dunia maya sehingga rajin melihat PNPnya.
Pernah kejadian di TDP Karawang Open, keteledoran Referee yang tidak persiapkan diri dengan baik, ambil jalan pintas sewaktu ingin mengundi Kelompok Umur 14 tahun. Jalan pintas tanpa ada keinginan mencari ke sumber resmi yang keluarkan PNP tersebut yaitu PP PELTI. Jalan pintas tersebut langsung melihat ke situs tersebut yang ikut meramaikan peringkat. Muncullah kesalahan besar, sehingga menimba protes dari orangtua petenis.
Dari pertanyaan diatas saya melihat hal positip muncul di situs remajatenis, karena menyebutkan PNP tersebut dikutip dari PP Pelti, berarti hasilnya bisa dipertanggung jawabkan. Tetapi begitu melihat situs lainnya, hasilnya sangat berbeda. Walaupun dikatakan ini Peringkat (TRIAL) tetapi tentunya membuat bingung dan kecewa karena sudah dipublikasikan. Kenapa jadi kecewa, karena ibarat nama disebutkan peringkat 1 ternyata yang dikeluarkan oleh PP Pelti menjadi No. 20. Contohnya sbb:
Peringkat Junior Kelompok Umur 14 Putra (Trial)
No Current Rank Name Points No Trnmnt
1 1 Nur Adim Ramdani Iswan (1995) 1492 14
2 2 Mark Nathan Ginting (1996) 847 19
3 3 Frederico Leonardo Rumambi (1995) 807 17
4 4 Arief Rahman (1995) 695 18
5 5 David Manoah Yosua (1995) 678 14
6 6 Garcia Rangan (1995) 628 9
7 7 Deggyandra Luhur (1996) 522 18
8 8 Jess David Wiranata (1995) 485 15
9 9 Armando C Soemarno (1996) 423 17
10 10 William Winata (1995) 402 13
11 11 M Willy Nur A (1996) 397 16
12 12 Raheta Riki Ardiansyah (1996) 387 7
13 13 Jeremy Jason Nahor (1996) 355 20
14 14 Triyuendi Ramadhan (1995) 298 20
15 15 Moch Rizky Widianto (1995) 265 8
16 16 M Rizky Pradana (1995) 222 11
17 17 Burhannandra Dwi Astanto (1996) 203 5
18 18 Reza Wiratama (1996) 200 5
19 19 Davin Hanggodo (1996) 190 9
20 20 Herbert Alexander (1995) 150 9
Sedangkan PNP KU 14 tahun yang dikeluarkan oleh PP Pelti : No. 1 - 20 sbb:
1. Raheta Riki Ardiansyah
2. M.Riski Widianto
3. Deggyandra Luhur
4. Irfandi Hendrawan
5. Jeremy Nahor
6. Deo Risky Kurniawan
7. Bagas Pratama S
8. Mark Ginting
9. Arief Rahman
10. Dimas Par Par /Arganata
11. Armando Soemarno
12. Davin Hanggodo
13. Reza Wiratama
14. Tio Juliandi
15. Frederico L Rumambi
16. Jess David Wiranata
17. Muhamad Noor Husaini
18. Achmad Maulana N
19. David Manoah Yosua
20. Nur Adim Ramdani
Dibulan Agustus 2009, masih banyak turnamen nasional yang diakui Pelti yang akan berlangsung, sehingga saya jadi kuatir dengan dualisme Peringkat Nasional. Kemarin saya dengar sendiri petinggi Pelti akan menertibkan PNP tersebut. Jika saya difitnah dengan salah satu tudingan tak beralasan yaitu manipulasi PNP. Dimana letak manipulasi yang saya lakukan, sedangkan diblogger ini sudah tidak di update lagi agar tidak membingungkan masyarakat tenis.
Beberapa tahun lalu PNP yang dikelola PP Pelti dikatakan sudah out of date, tidak transparan sehingga dengan getol serangan bertubi tubi muncul melalui situs tersebut. tetapi kali ini jika kita tidak awas maka terjadilah seperti ini. Kalau saya kemukakan semua ini, so pasti akan ada tudingan lagi yang dikatakan sebelumnya suka menterornya. Apa yang diteror, sudah merupakan tugas kita juga mengamankan tenis Indonesia. Dulu induk organisasi sering di serang dengan berbagai tudingan . Dan saya juga menerima dengan lapang dada dengan asumsi untuk koreksi kedalam juga perlu. tetapi disaat yang sering menuding ditegur atas kekurangannya maka sayapun dikatakan menerornya. Apakah saya ini TERORIS ? Ha ha ha ha
Langganan:
Postingan (Atom)