Minggu, 23 Agustus 2009

Olahraga Wajah, Unjuk Gigi

Jakarta, 23 Agustus 2009. Hari Minggu cukup indah dan tidak salah juga menerima lelucon dibawah ini, setelah penat selama seminggu ini.

Minum Kopi
Hance : Aku kalau minum kopi tidak bisa tidur.
Yoshi : Kalau aku malah sebaliknya, kalau tidak minum kopi tidak bisa tidur.
Nyong : Kalau aku lebih parah lagi, kalau sudah tidur tidak bisa minum kopi.

Obat Panas
Seorang dokter melihat pasiennya yang sedang membuat kopi, kemudian memasukkan sebutir obat ke dalamnya.
Dengan penasaran dokter bertanya kepada si pasien.
Dokter : "Obat apa yang kamu masukan ke kopimu?"
Pasien : "Obat penurun panas, biar kopinya cepat dingin."

Penjual Gado-Gado
Suatu hari sebuah kereta api melaju dengan kencang hendak melewati perkampungan. Di perkampungan itu ada seorang ibu penjual gado-gado selesai mencuci serbetnya (kain lapnya) yang berwarna merah. Selesai mencuci dia mengibaskan serbet tersebut untuk dijemur di pagar pembatas antara rel kereta dengan kampung.
Dari kejauhan, sang masinis kereta melihat si ibu dengan kain lap yang berwarna merah yang dikebas-kebaskan. . Masinis menjadi menyangka ibu itu memberi tanda bahaya. Dengan khawatir masinis segera mengerem keretanya secara mendadak hingga menyebabkan para penumpang kereta terjungkal.
Lalu masinis bertanya pada ibu tersebut, "Ada apa, Bu!"
Si ibu penjual gado-gado pun menjawab dengan ringan, "Hampir habis, Pak. Tinggal kacang panjang dan kangkung doang!"

Tukang Kue Error
Seorang dokter memesan sebuah kue ulang tahun untuk istrinya.
"Apa tulisan yang harus saya tulis di kue ulang tahun ini, Pak?" tanya si tukang kue.
"Mmmm, tulis aja "Kamu tidak bertambah tua" di bagian atas, kemudian sambung dengan "Kamu cuma bertambah cantik" di bagian bawah," kata dokter.
Dan ketika kue ulang tahun itu tiba di depan istri dan tamu-tamu undangan lainnya, si dokter langsung semaput ketika membaca tulisan yang tertera di kue itu:
"KAMU TIDAK BERTAMBAH TUA DI BAGIAN ATAS KAMU CUMA BERTAMBAH CANTIK DI BAGIAN BAWAH."

Bindeng
Suatu hari Nyong sedang dalam perjalanan dari Cinere ke Pondok Labu dengan menumpang sebuah angkot, dan kebetulan saya duduk di sebelah sopir. Setelah sampai di depan Mal Cinere, ada seorang pemuda minta
diturunkan, kemudian pemuda itu hendak membayar ongkosnya. Si pemuda itu bertanya kepada sopir di sebelah saya, namun rupanya si pemuda itu suaranya bindeng.
Pemuda : hang ! heraha onghosha ? ( Bang ! berapa ongkosnya ? )
Namun sopir di sebelah saya itu diam saja.
Pemuda : hang ! heraha onghosha ?
hihanya hok hiem aha, huhek huping
huha ? (Bang ! berapa ongkosnya ? ditanya kok diem aja, budek kuping lu ya ? )
Sopir tetap diam.
Pemuda : he hrengsek ! hihanya hiem aha ! uhah hih hepek aha !(Ye brengsek ! ditanya diem aja ! udah nih cepek aja! )
Setelah menerima uang cepek ( Rp 100 ) itu, si sopir segera menjalankan angkotnya lagi.
Lalu Si Nyong bertanya pada sopir, "Bang, kenapa sih tadi ditanya sama orang itu, kog nggak jawab ?"
Lalu si sopir menjawab, "Hua hih hukannya hak hau hawab ! hari hada hua hikira heledek, hendingan hua hugi hepek !" (Gua sih bukannya nggak mau jawab! dari pada gua dikira ngeledek, mendingan gua rugi cepek !").
Rupanya si sopir juga bindeng...

Turis
Dua orang turis dari Amerika masuk ke sebuah restoran Cina di Glodok.
Ketika melihat semangkuk sambal di atas meja, seorang dari mereka berkata, "Makanan apa ini?"
"Kelihatannya enak benar," temannya menyambung.
Tanpa ragu-ragu si turis yang pertama tadi mengambil sesendok sambal dan dilahapnya sekaligus.
Tentu saja mendadak airmatanya berleleran.
"Kenapa kamu menangis?" tanya temannya.
"Ah, tidak apa-apa," jawabnya kalem. "Saya cuma sedang teringat akan ayah saya yang barusan meninggal. Makanan ini sungguh enak."
Tanpa ragu-ragu pula temannya tersebut mencoba sesendok sambal.
Sebentar kemudian airmatanya pun berleleran pula.
"Kenapa kamu menangis?" tanya si turis pertama.
"Ah, tidak apa-apa. Saya cuma menyesal kenapa kamu tidak ikut meninggal bersama ayahmu saja!!"

Ambil kembaliannya
Ada sepasang suami istri yang hidup bahagia.
Karena mereka saling pengertian.. ...
Disuatu saat tatkala istri lagi hamil tua (-/+ 7-8 Bulan) terjadilah dialog...
S : Ma, papa kangen nih ...... ayo.....dong
I: Ah .. papah, mama kan lagi hamil, nggak bisa dong........
(sambil tersenyum simpul), mending jajan aja, mama nggak apa-apa kok.....
S: Beneran nih...(sedikit heran)
I : Iya... , Mamah nggak apa-apa kok.
Akhirnya suaminya pergi untuk melampiaskan keinginannya (sambil bangga terhadap istrinya yang memberikan izin untuk jajan), mana ada istri yang pengertian seperti itu, Ia memang istri yang baik dan sangat pengertian (gumamnya)
Nggak lama kemudian dia balik ke rumahnya, dan istrinya lagi asyik nontonTV.
I : Pah, kok jajannya cepet banget sih???
S : Iya..... abis mo pergi jauh males....
I: Terus jajan di mana ????
S: di tetangga sebelah. (dengan polosnya)
I: dikasih uang berapa ???
S: papah kasih 200,000
I: Gila lo ya, Kemahalan tuh......
S: Memangnya kenapa mah ???
I: Iya pah, waktu istrinya hamil tua, mama cuma dikasih 100,000 oleh suaminya.
Ambil gih kembaliannya……..


Tanah Rot
Pada suatu hari, sepasang turis lokal pergi berlibur ke Bali. Di sana mereka mengunjungi tempat-tempat wisata seperti, Ubud, Danau Batur dan Tanah Lot. Setibanya di Tanah Lot, Pasangan itu memperdebatkan sesuatu hal
yang sepele. Si suami berkata, "Menurut papan penunjuk arah di depan sana, tempat ini namanya Tanah Rot."
Namun si istri membantah, "Nggak, tempat ini namanya Tanah Lot"
"Tanah Rot!" kata si suami.
"Nggak, Tanah Lot!" bantah si istri lagi.
"Tanah Rot!"
"Tanah Lot!"
"Rot!"
"Lot!"
"Rot! Rot! Rot!" balas si suami.
"Lot! Lot! Lot!" balas istrinya.
"Ya, udah, daripada kita ribut, nah ... tuh ada orang berpakaian adat Bali, kita tanya aja orang itu. Aku yakin dia tahu banyak akan tempat-tempat wisata di sini," kata si suami.
Lantas si suami bertanya kepada bapak tua yang berpakaian adat Bali tersebut. Katanya, "Pak, numpang tanya yach ... tempat ini namanya
Tanah Rot atau Tanah Lot? sebab menurut papan penunjuk jalan itu, tempat ini namanya Tanah Rot, sedangkan di peta katanya tempat ini bernama Tanah Lot, karena menurut saya bapak ini orang Bali, jadi saya yakin kalo bapak tahu banyak akan tempat ini. Jadi yang benar namanya apa, Pak?"
"Namanya Tanah Rot", jawab si bapak tua.
"Tanah Rot, Pak?" Kata si suami seolah tidak percaya.
"Ya, benar," jawabnya lagi.
Lantas si suami berkata kepada istrinya, "Tuh kan ... aku bilang juga apa. Tanah Rot, ya, Tanah Rot!"
"Jadi bukan Tanah Lot, khan, Pak?", katanya lagi kepada bapak tua tersebut.
"Bukan!"
"Wah, kalo begitu terima kasih banyak ya, Pak," kata si suami. "Kalo bukan karena bapak, mungkin kami di sini bisa berdebat seharian penuh mengenai hal ini. Sekali lagi terima kasih, Pak!"
"KEMBARI..., " jawab si Bapak Tua sambil berlalu dari tempat itu.(kiriman Ether Patras)

Tidak ada komentar: