Minggu, 30 Agustus 2009

Hadiah UlangTahun


Jakarta,27 Agustus 2009. Kemarin, bertepatan dengan HUT Martina Widjaja, saya menyempatkan diri ketemu dirumahnya sat itu dia sedang bermain tenis sesuai jadwalnya. Tidak disangka saya melihat suatu permintaan yang sudah saya dengar sebelumnya.

Pagi itu, saya melihat Ayrton Wibowo bersama ayahnya Tintus Wibowo diantar oleh Diko Moerdono menghadap Martina Widjaja disaksikan beberapa rekan lainnya seperti Christian Budiman, Hudan Fajri, Ariwangsa, Amin Pujanto dan petenis lainnya seperti Surya Wijaya, Andrian Raturandang, Ariawan Poerbo.

Ternyata hari itu Ayrton Wibowo menyampaikan keinginan mundur dari tim nasional setelah kembali dari Bangkok sewaktu bersama sama dengan Christpher Rungkat, Nesa Artha dan Sunu Wahyu ikuti Thailand Futures. Disana Ayrton tidak bisa ikut bertanding karena kena cacar air sehingga pulang ke Jakarta. Adanya hubungan tidak harmonis dengan pelatih tim asal Amerika Serikat Robert Davis diungkapnya.
Saya sendiri setelah itu tidak mau mendengar karena sudah mengetahui rencana sebelumnya dari Ayrton maupun Tintus Wibowo. Kemudian sayapun keluar dan pulang karena tidak mau mendengar kelanjutannya. Martina sendiri tidak bisa menolak keinginan tersebut. Kelihatan Martina cukup sabar dalam menerima kenyataan di hari ulang tahunnya. Bisa dianggap kadonya saja.

Ini hak dari setiap atlet jika tidak bisa kerjasama dengan pelatihnya maka tidak mau bergabung. Hal ini sebenarny bisa disayangkan sekali terjadi, tetapi kita harus menghormati hak dari setiap atlet tenis. Kejadian seperti ini bukan baru pertama kali terjadi dipertenisan Indonesia, yaitu tidak mau bergabung. Bedanya kali ini setelah bergabung ternyata tidak bisa kerjasama dengan pelatihnya yang kali ini pelatih asing, sedangkan rekannya dalam tim Sunu Wahyu Trijati, Christoper Rungkat (Bandit), dan Nesa Artha (Beauty) tetap bertanding dibawah asuhan pelatih AS tersebut.
Pelatih Robert Davis ini memeberikan julukan kepada Christopher Rungkat adalah "Bandit" sedangan Nesa Artha adalah "Beauty".

Setelah itu, sore harinya saya dapat laporan kalau Tintus sendiri mengundurkan diri dari Ragunan Tennis Club dibawah asuhan Martina Widjaja. Keinginan Tintus mau mendirikan training club sendiri sudah lama saya dengar dari Tintus karena dirumahnya sudah ada 2 lapangan outdoor, sehingga ingin buat Training Club sendiri. Ternyata lapangan tersebut sudah diubah menjadi lapangan FUTSAL.
Sebenarnya, saya melihat kalau Tintus sudah waktunya berdiri sendiri dengan bendera namanya yang cukup dikenal semua petenis Indonesia. Apalagi sekarang putra satu satunya sudah berhasil menjadi petenis nasional. Semoga berhasil, itulah harapan saya sendiri.

Tidak ada komentar: