Kamis, 02 April 2009

Bagaimana Masa Depan Petenis ?

Jakarta, 2 April 2009. Hari ini terima SMS dari salah satu pelatih, namanya Darminto. Suatu pertanyaan yang diinginkan jawabannya dari August Ferry Raturandang, karena pertanyaan ini sangat sulit baginya untuk menjawab.. “Aku kalau ditanya orang tua murid tenis ttg masa depan ekonomi petenis kita bagaimana jawabnya.”
Jadi disini kesimpulannya adalah minta suatu jaminan atas masa depan petenis Indonesia. Waduh ini pertanyaan sih mudah sekali, apakah harus dipersulit jawabannya ? Jika minta jaminan tentunya tidak ada yang berani menjamin.
Tenis didunia cukup menjanjikan begitu juga dengan tenis di Indonesia. Kenapa berani katakan di Indonesia juga bisa menjanjikan.
Kalau tenis dunia so pasti menggiurkan sekali tanpa melihat upaya mereka sampai bisa menggiurkan. Pendapatan petenis elite bisa berjuta juta dollar (bukan rupiah). Ini sih tidak perlu dirinci lagi pendapatan petenis dunia. Asal usulnya income mereka datang dari turnamen (hampir tiap minggu ada turnamen) . Belum lagi dari sponsor pakaian, sepatu dan sponsor sponsor lainnya. Mau tahu siapa sponsor mereka, lihat saja pakaian mereka dipakai dari ujung kepala (Head band) , poloshirt, celana, kaos kaki dan sepatu. Begitu juga raketnya. Lihat lagi iklan yang ada di Poloshirt mereka. Berbeda sekali kalau dibandingkan petenis Indonesia. hanya beberapa saja yang bisa dihitung dengan jari tangan jumlah petenis Indonesia yang menggunakan Poloshirt, celana dan sepatu satu merk. Maklum belum profesional penuh.

Kembali ke Tenis Indonesia. Sebagai petenis kedepannya bisa jadi petenis Profesional dengan berbagai catatan . Kalau prestasinya belum mendunia bisa dipakai juga untuk dapatkan bea siswa ke Amerika. Sudah banyak petenis Indonesia sekolah di Amerika Serikat dan mendapatkan beasiswa untuk beaya selama sekolah. Enak kan !
Bisa juga jadi wasit tenis. Kok bisa !. Lihat saja turnamen tenis di ndonesia , tahun 2008 sudah mencapai 64 TDP. Mau tahu seluruh wasit asing yang bertugas di Indonesia full time job artinya mereka kerjanya hanya jadi wasit. Bahkan ada yang bertugas selama setahun sampai 45 minggu. Hanya 7 minggu istrahat. Mau tahu berapa yang dibayarkan jika mereka bertugas di Indonesia. Sebagai wasit (bukan Referee) dibayar sekitar US$ 100.00 perhari. Mereka bertugas sekitar 7 hari. Itu baru turnamen di Indonesia yang kategorinya paling rendah (Women Circuit atau Men's Futures). Mau tahu wasit Indonesia jika bertugas maka akan bawa pulang sekitar Rp. 175.000-200.000perhari. Tugasnya seminggu. Kalau memang pintar berbicara bisa jadi komentator Televisi.
Banyak sekali mantan petenis jadi pelatih, dan kehidupan ekonomi mereka cukup baik. Yang jadi pertanyaan sekarang apakah ada yang kehidupan ekonominya jatuh sekali, menurut saya sebenarnya tidak ada. Jawaban yang ringkas adalah keadaan ekonomi petenis tidaklah perlu dikuatirkan sekali.

Tetapi yang harus dapat perhatian adalah sekolah atlet juga perlu dapatkan perhatian serius sejalan dengan perhatian terhadap tenis. Rata rata petenis asing sudah menikmati dunia pendidikan di universitas atau college.
Tidak ada atlet yang pendidikan formalnya sangat rendah bisa keluar sebagai juara sejati, karena sebagai atlet dibutuhkan kecerdasan juga , sehingga seharusnya sebagai atlet juga harus mempunyai pendidikan yang baik untuk menunjang prestasi di olahraga.
Mencapai prestasi olahraga yang bisa mendunia tentunya akan terjamin kehidupan ekonominya. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana agar bisa mencapai seperti layaknya atlet tenis dunia. Jawabannya adalah kerja keras dengan komitmen yang penuh. Ini sangat penting, jikalau komitmennya setengah setengah maka hasilnya juga setengah setengah.
Kalau mau tahu saat ini petenis Indonesia usia 19 tahun, Christopher Rungkat yang telah menjadi anggota tim Davis Cup Indonesia sudah mempunyai penghasilan jutaan rupiah. Keluar sebagai juara tahun 2008 lalu seaktu ikuti Garuda Indonesia Masters sudah mengantongi hadiah diatas Rp. 100 juta hanya dalam waktu seminggu. Bisakah dibayangkan betapa besarnya income sesaat diperolehnya ! Menjadi anggota Davis Cup melawan Kuwait di Solo. Bonus didapat waktu menang tanding tunggal dapat bonus Rp 10 juta plus menang ganda Rp. 10 juta belum lagi secara tim sudah dapat lagi tambahan. Bertanding hanya 3 hari. Enteng ‘kan !

Informasi terbaru telah diupayakan oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga RI Adyaksa Dault kepada atlet (bukan hanya petenis) jika berprestasi akan diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil. Begitu juga akan mendapatkan rumah.Tetapi bukan sala atlet saja. Tentunya ada persyaratan minimal seperti pernah juara (medali emas) Pekan Olahraga Nasional). Nah, tidak rugi jadi atlet atau olahragawan sejati dengan prestasi tinggu.

Tidak ada komentar: