Selasa, 07 April 2009

Lebih baik masuk Bui !


Jakarta, 7 April 2009. Setelah kirimkan SMS ke masyarakat tenis di Bumi Ethan (Kaltim), ada inisiatip datang dari salah satu wasit tenis di Samarinda yang juga sudah mengenal keluarga dari petenis yang kedapatan memalsukan copy akte kelahiran yang digunakan di turnamen nasional yunior Samarinda mahakam open 2009 yang berlangsung akhir Januari 2009.
Reaksi yang muncul datang dari Rohadi,SPd yang berdomisili di Samarinda, langsung berjanji akan menghubungi orangtua petenis tersebut Fatur Rahman, minta klarifikasi, sedangkan dari petingi Pelti Samarinda cuma beritahu akan di cek dalam SMS yang saya terima dari Herman (sekretaris) anggota Pelti Samarinda.

Siang hari saya terima telpon langsung dari Rohadi yang memberitahukan kalau sudah bertemu dengan orangtua Fatur Rahman di Samarinda. Hasil pertemuan disampaikan kepada saya kalau ada pengakuan dari orangtua Fatur Rahman kalau anaknya itu lahir tahun 1992. Berarti waktu ikut turnamen Mahakam Samarinda Open maupun Balikpapan Open sudah berikan informasi palsu yaitu masih berusia 15 tahun sehingga bisa ikut turnamen di kelompok umur 16 tahun, padahal sebenarnya sudah berusia 17 tahun.
Pengakuan jujur diakuinya dari orangtua petenis yunior ini, hanya saya tidak diberitahu alasan kenapa sampai memalsukan umurnya. Hal ini tidak saya pertanyakan, karena pengakuan ini sudah cukup bagi saya sebagai pembuktian ada pemalsuan umur.

Tetapi ada satu permintaan orangtuanya yang tidak mungkin saya bisa penuhi. Yaitu minta tolong agar tidak disebar luaskan kepada umum karena mereka sudah malu ketahuan. Hal ini langsung saya katakan kalau permintaan ini tidak bisa saya terima karena hari ini semua nomer HP dari masyarakat tenis di Kalimantan Timur bahkan di Jawa sekalipun saya sebar luaskan kasus ini beserta namanya. Setiap petenis sudah harus ditanamkan sejak usia dini soal sportivitas. Pengumuman ini juga suatu bentuk hukuman moral yang bisa saya lakukan kepada pelaku pelaku yang sangat berbakat jadi MALING, bukan sebagai petenis andal nantinya. Bahkan akan diusulkan agar setiap TDP di Kalimantan Timur akan diumumkan nama pelaku pemalsu umur. Perbuatannya sudah tidak bisa ditolerir.

Saya sempat katakan sama Rohadi untuk disampaikan kepada orangtu dari Fatur Rahman kalau perbuatannya sudah termasuk kriminal. Jika dilaporkan kepada Polisi terhadap pemalsuan dokumen negara maka obatnya adalah masuk BUI. Entengkan dan saya kira semua pihak setuju sekali dengan tindakan masuk bui itu.

Yang hebatnya sampai tulisan ini dibuat tidak ada pernyataa saya terima dari yang namanya FORKOPI (Forum Komunikasi Orangtua Petenis Indonesia). Apakah mendukung si pencuri atau yang membongkar kasus ini kepermukaan. Kalau tahun 2007, pertama kali saya ungkapkan kasus curi umur justru dukungan pertama datang dari FORKOPI. Kali ini tidak, aneh tapi nyata ya !
Untung saja saya bukan Pengurus FORKOPI karena sudah tidak punya anak yunior yang masih main tenis, kecuali cucu yang masih 4 tahun usianya. mudah mudahan mai tenis tahun depan. Atau saya bikin saja Forum Kakek Nenek Petenis Indonesia kali baru bisa membantu Pelti untuk membongkar kasus kasus ini sebagai bentuk nyata membina petenis Indonesia.
Calon Pengurus sudah ada yaitu Achmad Moerid yang 2 cucunya bermain tenis, ini pengamatan saya dilapangan ada Kakek yang aktip ikuti cucunya bertanding kemana mana, tapi yakin masih banyak lagi bisa daftar sebagai anggota Forum Kakek Nenek Petenis Indonesia. Apa ya singkatannya, ah malas mikirin, emangnya gue pikirin. Bodo !

Tidak ada komentar: