Minggu, 26 April 2009

Pelanggaran TDP

Jakarta, 26 April 2009. Menikmati hari libur melupakan tenis kelihatannya belum bisa dilakukan sepenuhnya. Hari Minggu 26 April 2009 semua telpon seluler di off maupun laptop tidak digunakan dengan tujuan mau istrahat. Menikmati istrahat dari kegiatan rutin sangat diperlukan tetapi selama ini banyak kegiatan turnamen justru jatuh dihari libur sehingga ada keinginan untuk memanfaatkan waktu libur Minggu semaksimal mungkin. Ada acara final turnamen nasional di Gold's Gym Elite Rasuna Club Jakarta tidak menarik perhatian saya untuk menontonnya. Karena ada pelanggaran dilakukan oleh pelaksana turnamen itu , dan sangat disayangkan sekali petugas Referee yang berwenang untuk melarangnya tetap berdiam diri atau sengaja membiarkannya.
Selama turnamenpun saya tidak berkeinginan menontonnya, entah karena apa, walaupun sempat diingatkan oleh Rita Tobing (Ibu dari Grace Sari Ysidora). Mungkin mulai timbul kebosanan dalam diri saya.
Tanpa disengaja saya menonton Metro TV acara olahraga, ada liputan pertandingan di Rasuna Jakarta. Kaget dan cukup terkejut karena terlihat ada pelanggaran di turnamen tersebut. Kalau di berita media cetak sempat turnamen ini diramaikan dengan pertandingan tanpa wasit. Ini tidak menarik untuk saya kemukakan pendapat pribadi saya karena bukan hal yang istimewa dan aneh diturnamen tenis internasional.
Tetapi yang mencolok mata adalah pelanggaran di backdrop turnamen. Di ketentuan TDP maupun ITF ada larangan warna di suatu turnamen yaitu warna KUNING dan PUTIH. Kenapa kedua warna tersebut tidak diperkenankan disuatu turnamen , karena kedua warna itu meruapakn warna bola (KUNING) dan baju pemain(PUTIH). Dan juga warna mensilaukan mata tidak diperkenankan.
Aneh sekali , kenapa masih tetap dilanggar. Padahal tahun 2009 pelaksana TDP sudah diberikan Panduan pelaksanaan TDP dimana ketentuan earna backdrop itu disebutkna. Begitu juga secara lisan sudah disampaikan kepelaksana TDP.

Sore hari disaat telpon seluler diaktikan terima telpon dari Tanjung Pinang, dari rekan lama yaitu Sofyan Samsir. Kenal dia sewaktu masih bersatunya Riau dengan Kepulauan Riau. Karena dia pula saya diberi kesempatan ketemu Gubernur Riau saat itu sehingga berhasil menggelar 2 TDP yaitu TDP Kelompok Yunior dan Kelompok Umum dengan nama Gubernur Riau Cup. Saat itu Sofyan duduk dikepengurusan Pengda Pelti Riau sebagai Humas.
Saat ini Sofyan sudah pindah ke Kepulauan Riau, dan duduk sebagai anggota DPRP Kepri. Tahun lalupun Sofyan sering bekomunikasi dengan saya masalah tenis di Kepri. Keinginannya agar saya meninjau fasilitas lapangan tenis di Kepri khususnya Batam, tetapi belu sempat saya penuhi. Entah kenapa, karena menurut saya Batam sudah pernah di selenggarakan TDP Yunior saat masih bernaung dibawah Provinsi Riau sebelum pisah menjadi Kepri.
Kali ini juga Sofyan mengharapkan saya datang ke Tanjung Pinang (Ibukota Provinsi Kepri) melihat fasilitas lapangan tenis yang ada.
"Mau selenggarakan TDP yunior atau seniro." itu pertanyaan saya kepadanya. "Yang senior saja Pak." ujar Sofyan menjaab pertanyaan saya ini.
Kemudian dijelaskan kepadanya masalah TDP Kelompok Umum dengan sediakan prize money Rp. 60 juta agar menarik perhatian petenis nasional. "Harus dipikirkan juga atlet setempat, jangan hanya jadi penonton saja." ujar saya kepadanya.

Selama ini jika melihat ada kejanggalan dalam pelaksanaan Turnamen saya menyempatkan diri memberitahukan kepada pelaksana Turnamen tersebut dalam rangka pembelajaran sehingga jikalau sudah meningkat ketingkat internasional tidak akan mengecewakan sponsor turnamen karena di turnamen internasional dengan Referee dari luar negeri yang tidak kenal kompromi maka akan terjadi kekecewaan sponsor jadinya karena spanduk yang melanggar akan diturunkan juga. Ini perbedaan Referee dari luar negeri tidak kenal kompromi jika menyangkut pelanggarana ketentuan ITF.

Tidak ada komentar: