Selasa, 19 Maret 2019

Sponsor Siap Tapi Atletnya Belum Siap

Jakarta, 19 Maret 2019. Kemarin Senin (18/3) ikut hadir dalam pertemuan antara Yayasan Mitra Kencana dengan petenis Fitriana Sabrina ( 18 th) dan Fitriani Sabatini ( 18 th) dikantor PP Pelti. Pertemuan ini difasilitasi oleh PP Pelti dengan menyediakan ruangan.
Yayasan Mitra Kencana adalah yayasan yang dibentuk oleh Ketua Umum PB Pelti ( 1994-1998 ) Sarwono Kusumaatmadja saat menjabat Ketua Umum PB Pelti. Tujuannya adalah membantu pertenisan Indonesia. Saat itu Yayasan Mitra Kencana berhasil menghimpun dana dari masyarakat tenis di Indonesia.

Ikut hadir setelah diajak oleh rekan pengurus Yayasan Mitra Kencana Subiyanto SP (mantan wakil sekjen PB Pelti 1994-1998). Djoko Kusumowidagdo sebagai juru bicara hari itu menjelaskan maksud pertemuan itu untuk membantu petenis yunior berpotensi kedepan yaitu Fitriana Sabrina dan Fiteriani Sabatini yang saat itu didampingi oleh Ibundanya Yetty, setelah mendapatlan rekomendasi dari Pelti..

Kesimpulan didapat AFR sebagai pendengar bisa didapatkan kalau atlet tenis kita belum siap dengan program kedepannya. Memang alasan klasik selama ini didapat adalah tidak ada dana. Tetapi menurut AFR bukan itu masalahnya. Karena petenis yunior kita kelemahan dimind setnya. Dari percakapan sore itu lebih banyak yang bicara Ibundanya, padahal kedua atlet tersebut sudah cukup usianya yaitu 18 tahun. Inilah kendalanya, karena selama ini kedua atlet tersebut dalam try out baik keluar negeri maupun dalam negeri didampingi oleh Ibundanya yang jelas bukan pelatih tenis. Ini salah satu kelemahannya. Karena kedua atlet sudah diusia terakhir sebagai atlet yunior.


Oleh pelatih nasional Deddy Tedjamukti yang ikut hadir menyatakan kalau kedua atlet tersebut harus menunjuk pelatih tetapnya. Karena selama ini sejak belajar tenis sampai saat ini masih dilatih oleh Ayahandanya. Dan diajak ikut berlatih di lap tenis di Bendungan Hilir yang digunakan sebagai tempat TC Nasional, karena bisa memanfaatkan pelatih asing yang disewa PP Pelti, tetapi selalu terbentur dengan kendala yang dibuat sendiri. Disayangkan tidak memanfaatkan kesempatan yang diberikannya.

Hari Minggu 17 Maret 2019, AFR sempat ketemu  paman dari kedua talet tersbut di lapangan tenis Marinir Cilandak, dan sempat cerita tentang kedua keponakannya. AFR jelaskan kelemahan pada sisi pembinaan kedua keponakkannya karena seolah olah tidak mau dilepas ke pelatih lainnya. Bahkan AFR sampaikan kalau dalam pertenisan itu ibarat sekolah saja. Jangan sampai sejak SD (atau baru belajar) kemudian SMP dan SMA gurunya so pasti berbeda beda. Sama dengan pembinaan tenis.  

Ditawarkan ikut latihan dalam TC Masional di Benhil, maka dapat jawabannya kalau terlalu jauh dari rumahnya di Bekasi. Inilah dia karena yang menjawab langsung adalah Ibundanya sehingga bisa sebagai penghambat kemajuan kedua atletnya. Jika ada niat maka semua kendala itu bisa dihilangkan.

Menurut AFR, kelemahan atlet Tenis Indonesia adalah DISIPLIN. Hal yang sama juga untuk pelatihnya. Untuk membantu petenis potensial lebih baik dimasukkan dalam tennis camp di luar negeri daripada dibeayai try out. Karena jika ditraining camp maka masalah disiplin tidak bisa ditawar tawar lagi. PP Pelti dulupun  pernah mengirim 2 atlet tenis  ke Tony Roche Tennis Camp di Salamander Bay Australia untuk Suwandi dan Andrian Raturandang saat peralihan dari yunior ke senior. Hasilnya bisad ilihat. Saat itu bukan hanya Suwandi dan Andrian tetapi ikut serta pelatihnya yaitu Tintus Arianto Wibowo dan Alfred Raturandang. 

Dalam pertemuan tersebut diatas, ternyata kedua atlet belum memiliki program try outnya sampai akhir tahun. Dan lebih aneh lagi justru mereka akan try out ke Malaysia karena butuh turnamen. Timbul kesan kalau mereka itu punya DANA untuk try out, tetapi sayangnya tidak optimal karena pemilihan turnamen di Malaysia itu bukan turnamen ITF tetapi justru turnamen lokal Malaysia. Timbul pertanyaan , apakah kualitas petenis Malaysia lebih baik daripada Indonesai, sehinga turnamen yang tidak ada ITF pointnya juga dikejar. Tapi kelihatannya akibat di Indonesia masih kurang turnamen untk kelompok umum ini.

Kedua atlet tersbut sudah waktunya memiliki manajemen sendiri yang bisa mengatur program kedepan termasuk try out dan sponsorshipnya. Jika dilakukan oleh keluarga tersebut , bisa sebagai hambatan karier petenis sendiri jika tidak cepat disadari. Yayasan Mitra Kencana sudah siap bantu memberikan dananya tetapi terbentur belum siapnya kedua atletnya.
Saat ini sebenarnya ada beberapa atlet yunior yang jika mendapatkan bantuan seperti ini bisa ikut mengangkat pertenisan nasional. Tetapi langkah awal lebih baik dimasukkan kedalam training camp diluar negeri. Memang ada pilihan yaitu di Thailand tetapi tentunya tidak seketat jika dilakukan di Eropa atau Australia karena masalah disiplin tersebut. Pilihan banyak dalam ikuti turnamen internasional di Autralia dan Eropa jika dilakukan trianing camp dan ikut turnamen dikedua benua tersebut..

Tidak ada komentar: